Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh: Rizka Maulidhia Enanto (0610233175) Dosen Pembimbing: Lutfi Harris, SE., M.AK., AK. ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem pengendalian intern pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah sistem pengendalian intern atas permohonan kredit pemilikan rumah (KPR) khususnya pada KPR konsumtif. Dari data yang diperoleh, maka dilakukan analisa terhadap prosedur perusahaan, pemrosesn, penggunaan informasi yang dihasilkan, dan penerapan pengendalian intern. Berdasarkan hasil analisis, PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung secara umum telah memiliki pengendalian intern yang baik atas permohonan kredit pemilikan rumah, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kelemahan yaitu bagian Account Officer lebih dominan dalam kegiatan operasional KPR konsumtif, bagi pemohon kredit fixed income tidak dilakukan inspeksi on the spot, tidak dilakukannya surprised audit. Kata kunci : Sistem Pengendalian Intern, Prosedur Permohonan Kredit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu sektor penting dan berpengaruh dalam dunia usaha. Banyak masyarakat yang memanfaatkan jasa bank untuk menyimpan dan meminjam dana. Selain itu, bank juga dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito. Pengertian bank menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam menjalankan kegiatan usahanya sebagai lembaga keuangan, bank juga dikatakan sebagai tempat melayani segala kebutuhan para nasabahnya. Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat dan terbatasnya kemampuan dalam memenuhi kebutuhan tersebut, membuat masyarakat memerlukan bantuan dari bank milik pemerintah maupun swasta, karena dari sinilah kegiatan ekonomi real dapat berkembang. Pengusaha dalam skala kecil dan menengah sangat memerlukan bantuan keuangan dengan cara kredit untuk mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, keberadaan lembaga keuangan yang salah satu kegiatan usahanya adalah pemberian kredit mutlak diperlukan.
Hal yang dirasa sangat penting dalam pengelolaan organisasi atau lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang usaha pemberian kredit adalah mengenai sistem yang digunakan, terutama sistem permohonan kredit dan pengendalian internalnya. Sistem permohonan kredit bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam proses permohonan kredit bagi para nasabah, serta memberi pedoman yang jelas atas syaratsyarat permohonan kredit tersebut. Dalam hal ini diperlukan sistem permohonan kredit yang baik agar nasabah dapat dengan mudah mengerti dan memahami prosedur serta syarat-syarat untuk mengajukan kredit. Disamping itu, karyawan bagian ini akan dapat memahami fungsi dan tugasnya dengan jelas dan pihak manajemen akan dapat dengan mudah untuk mengambil keputusan karena informasi yang diperoleh jelas dan akurat. Agar tidak terjadi penyelewengan dan penyalahgunaan sistem, diperlukan suatu pengendalian intern sebagai fungsi kontrol dan pengendalian dari sistem tersebut, sehingga sistem yang sudah didesain dan diimplementasikan dengan baik tidak disalahgunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan perusahaan. PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung memberikan fasilitas pelayanan Kredit Pemilikan Rumah yaitu Kredit Konsumsi yang diperuntukkan bagi perorangan yang memenuhi syarat untuk membeli tanah dan rumah dengan standard bangunan minimal dengan ketentuan Rumah Sederhana (RS). Dalam pemberian kredit PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung juga mengalami resiko berupa kredit bermasalah yang menyebabkan tunggakan kredit maupun kredit macet. Timbulnya masalah ini disebabkan oleh kurangnya kecermatan petugas Bank dalam menganalisis permohonan kredit. Berkaitan dengan pentingnya sistem permohonan kredit, dan sistem pengendalian
intern atas kredit tersebut, maka penulis mengambil judul pada penulisan skripsi ini tentang ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (Studi Kasus Pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung). Topik tersebut didasarkan pada fakta bahwa permohonan kredit serta pengendalian internnya merupakan hal yang sangat penting dalam organisasi ataupun lembaga keuangan yang salah satu kegiatan usahanya adalah pemberian kredit. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah, yaitu: 1. Bagaimanakah proses pemberian Kredit Pemilikan Rumah yang dilakukan oleh PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung? 2. Apakah sistem pengendalian intern yang diterapkan oleh PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung dalam proses pemberian Kredit Pemilikan Rumah telah efektif? 3. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan sistem pengendalian intern atas permohonan kredit pemilikan rumah pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengendalian Internal 2.1.1 Pengertian Sistem Definisi sistem menurut Manama (2010), adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efisien. Churchman (2010) mengatakan bahwa sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan. Kemudian, Sutarman, (2009:5), mendefinisikan sistem adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan dan berinteraksi dalam suatu kesatuan untuk menjalankan suatu proses pencapaian suatu tujuan utama. Sedangkan Menurut Rochaety, dkk (2006:2) sistem adalah suatu kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian yang saling mempengaruhi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu kumpulan secara konseptual yang saling berhubungan dan berinteraksi dalam suatu kesatuan yang saling mempengaruhi untuk suatu tujuan. 2.2 Pengendalian Internal 2.2.1 Pengertian Pengendalian Internal Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masingmasing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional
perusahaan atau organisasi tertentu. Perusahaan pada umumnya menggunakan Sistem Pengendalian Internal dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem. Oleh karena pentingnya pemberian kredit usaha bagi pihak PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung maka perlu adanya suatu sistem pengendalian yang baik dari pihak manajemen perusahaan terhadap prosedur pemberian kredit usaha tersebut. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berupaya mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap suatu fenomena maupun peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, pada penelitian ini berupaya mendeskripsikan, menguraikan dan menginterpretasikan tentang bagaimana pengendalian intern atas permohonan kredit pemilikan rumah dan kendalakendala yang dihadapi PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung dalam proses pemberian kredit pemilikan rumah. Sedangkan jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian studi kasus. Studi kasus mencoba menganalisa situasi (keadaan) perusahaan, mencoba menemukan masalah dan memecahkan masalah yang ada pada perusahaan. Dasar dari studi kasus adalah masalah yang muncul juga dialami perusahaan lain, tapi pemecahannya untuk tiap
perusahaan lain tidaklah sama. Penyelesaiannya hanya berlaku pada satu objek saja yaitu perusahaan yang diteliti. 3.2. Objek Penelitian Objek yang diteliti adalah perusahaan atau lembaga keuangan yang menggunakan sistem permohonan kredit didalam kegiatan usahanya. Dan pada penelitian ini objek yang diteliti adalah PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Bank Central Asia, Tbk BCA didirikan pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV berkantor pusat di Jakarta. Pada tahun 1970 sejalan dengan deregulasi sektor perbankan di Indonesia, BCA mengembangkan jaringan kantor cabang secara luas. Kemudian tahun 1977 BCA berkembang menjadi Bank Devisa. Pada tahun 1980 BCA mengembangkan berbagai produk dan layanan maupun penerapan teknologi informasi, seperti menerapkan online system untuk jaringan kantor Cabang BCA, selain itu BCA juga meluncurkan Tabungan Hari Depan (Tahapan) BCA. Pada tahun 1990 BCA mengembangkan alternatif jaringan layanan melalui ATM BCA (Anjungan Tunai Mandiri atau Automated Teller Machine) yang berkembang secara pesat. Pada tahun 1991, BCA mulai menempatkan 50 unit ATM di berbagai tempat di Jakarta. Pengembangan jaringan dan fitur ATM dilakukan secara terus-menerus dan intensif.
BCA menjalin kerjasama dengan institusi terkemuka, antara lain PT Telkom untuk pembayaran tagihan telepon melalui ATM BCA. BCA juga bekerja sama dengan Citibank agar nasabah BCA pemegang kartu kredit Citibank dapat melakukan pembayaran tagihan melalui ATM BCA. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi di tahun 1997. Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus, kondisi ini mempengaruhi aliran dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi panik lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) lalu mengambil alih BCA di tahun 1998. Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif, BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ke tiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA mencapai Rp 67.93 triliun, padahal di bulan Desember 1997 hanya Rp 53.36 triliun. Kepercayaan masyarakat pada BCA telah sepenuhnya pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN ke Bank Indonesia di tahun 2000. Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan publik. Penawaran Saham Perdana berlangsung di tahun 2000, dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari investasi BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. 4.2 Kebijaksanaan Kredit Pemilikan rumah (KPR) pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung Bank dalam melakukan pemberian kredit mengandung resiko (degree of risk) tertentu. Seperti diketahui bahwa setiap bank menginginkan adanya keamanan dari kredit yang
diberikannya. Keamanan disini dimaksudkan agar uang pinjaman bank kepada debitur nantinya harus dibayar lunas, baik pokok pinjaman maupun bunga yang harus dibayar sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Setiap bank memiliki kebijaksanaan kredit yang berbeda antara bank yang satu dengan yang lainnya. Untuk mengetahui kebijaksanaan kredit yang berlaku pada BCA, maka berikut ini akan diuraikan mengenai kebijaksanaan kredit secara umum dan prinsip kebijaksanaan pemberian kredit. a) Kebijaksanaan secara umum Kebijaksanaan kredit yang telah dilaksanakan BCA adalah sebagai berikut: 1. Syarat peminjam Untuk menjadi debitur pada BCA, calon debitur sudah cukup dewasa (minimal berumur 21 tahun) atau telah menikah dan berwenang melakukan tindakan hukum. Mempunyai sumber penghasilan yang cukup terjamin kelangsungannya, baik bersifat tetap maupun tidak tetap. 2. Jaminan dan agunan kriteria dari barang jaminan atau agunan yang diterima adalah : a. Merupakan jaminan yang pada umumnya diperlukan oleh masyarakat. b. Mudah untuk dijual/ dilelang dengan harga semula, minimal mendekati harga semula. c. Jaminan merupakan milik calon debitur yang bersangkutan d. Jaminan dalam kekuasaan calon debitur sendiri, tidak berada dalam persengketaan orang lain.
e. Memiliki bukti-bukti pemilikan/ sertifikat atas nama nasabah yang bersangkutan. 3. Batas tarik (limit) kredit yang diberikan Limit kredit/ plafond yang dapat diberikan oleh BCA ditentukan oleh hasil analisa kebutuhan dana berdasarkan perhitungan kalkulasi kredit dalam aspek financial. Maksimum kredit ini sering juga disebut line of credit. b) Prinsip kebijaksanaan pemberian kredit Kebijaksanaan dalam pemberian kredit pada BCA mempunyai beberapa prinsip, yaitu: 1. Aman, dalam hal ini kredit yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan pemberian kredit dapat mencapai sasaran serta diterima kembali pembayarannya secara tertib. 2. Selektif, kredit selalu diharapkan kepada ketidakpastian sehingga diperlukan suatu penyeleksian yang baik, sehingga dapat diperoleh suatu tingkatan keamanan kredit yang sesuai dengan standar kredit. 3. Saling menguntungkan, apakah kredit yang telah diberikan dapat dimanfaatkan oleh debitur, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal bagi bank itu sendiri. Sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. Persyaratan Pemohon 1. Warga Negara Indonesia (WNI) 2. Karyawan tetap, pengusaha, atau profesional 3. Usia minimal 21 tahun dan maksimal pada saat kredit berakhir 55 tahun untuk karyawan dan 60 tahun untuk pengusaha dan profesi.
4. Memiliki rekening Tahapan/ Tapres/ Giro Rupiah di BCA. 5. Memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun atau telah menjalankan usaha minimal 2 tahun di bidang yang sama. 6. Debitur wajib menutup asuransi (jiwa dan kebakaran) dengan syarat banker s clause. 7. Bersedia menandatangani perjanjian kredit dan Akta Hak Tanggunan. 8. Tidak termasuk dalam daftar hitam Bank Indoesia. Persyaratan Dokumen Dokumen-dokumen yang perlu dilengkapi pada saat permohonan kredit, sesuai dengan tabel dibawah ini: Tabel 4.1 Persyaratan Dokumen No. Dokumen Karyawan Pengusaha Profesi 1. FotoKopi KTP pemohon 2. Fotokopi KTP suami/istri 3. Fotokopi Kartu Keluarga 4. Fotokopi Akta Nikah 5. Fotokopi NPWP/SPT Tahunan 6. Fotokopi SIUP - - 7. Fotokopi TDP *) - -
8. Fotokopi Akta Pendirian/ Pengesahan *) - - 9. Fotokopi Akta Pengesahan Menkeh *) - - 10. Fotokopi Izin Praktek - - 11. Fotokopi Gaji Asli 1 bulan Terakhir / surat keterangan penghasilan **) - - 12. Fotokopi R/K atau tabungan 3 bulan terakhir **) 13. Surat rekomendasi perusahaan - - *) Khusus untuk pengusaha dengan badan hukum / PT. **) Untuk joint income suami & istri dilampirkan dokumen kedua-duanya. Tingkat Suku Bunga Bulan Februari Juli 2012 (ditinjau setiap 6 bulan sekali) Agustus Sekarang (fixed 2 tahun) Tingkat Suku Bunga 8% 8,5%
4.2.2 Sistem dan Prosedur Pemberian KPR Konsumtif pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung 1. Permohonan kredit 2. Pemeriksaan Data 3. Wawancara 4. Pemeriksaan Agunan / On the Spot 5. Analisa Kredit 6. Keputusan Atas Permohonan Kredit 7. Pra Realisasi Kredit 8. Realisasi Kredit 9. Arsip 10. Pengawasan atau Monitoring kredit 4.3.1 Pengendalian Akutansi pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung Pengendalian akuntansi mencakup struktur organisasi dan seluruh metode dan yang terutama berhubungan dengan penjagaan terhadap kekayaan perusahaan dan menjamin ketelitian data keuangan. Sistem pengendalian ini mencakup sistem otorisasi, pembagian tugas dan pemeriksaan intern. Pengendalian akuntansi dua kategori, yaitu : a. Pengendalian Umum b. Pengendaliam Aplikasi
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung mengenai sistem pengendalian intern atas pemberian kredit pemilikan rumah, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Sistem pemberian kredit pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung telah dilaksanakan secara efektif, hal itu dapat dilihat dari proses pelaksanaan kredit yang sesuai dengan prosedur pemberian kredit yang telah ditetapkan. Dengan melaksanakan prosedur yang berlaku, secara tidak langsung pihak bank telah menerapkan sistem pengendalian intern atas kredit yang diberikan. Prosedur tersebut meliputi: prosedur permohinan kredit, pemeriksaan data dan analisa kredit, tahap keputusan kredit, perikatan, realisasi kredit, dan pengawasan. 2. Setiap bagian dalam proses pemberian kredit memiliki tanggung jawab yang jelas, pada awal permohonan kredit dan analisa kredit dilaksanakan oleh bagian Account Officer dan Kepala Pengembang Bisnis Cabang, persetujuan kredit dilaksanakan oleh Kepala Cabang, perikatan kredit dilaksanakan oleh bagian Administrasi Kredit, pengawasan dilaksanakan oleh Kepala Pengembang Bisnis Cabang dan bagian Account Officer. 3. Hasil analisa kredit yang dilakukan oleh bagian Account Officer dinilai kembali oleh Kepala Pengembang Bisnis Cabang dan disetujui oleh Kepala Cabang.
4. Saat pencairan kredit terjadi pemisahan tugas antara petugas yang melakukan pengikatan kredit yaitu Bagian Administrasi Kredit, Kemudian pihak yang melakukan pencairan kredit adalah Unit Bisnis Kredit Konsumer yang ada di Jakarta. 5. Kegiatan pemantauan kredit pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung dilakukan oleh Kepala Pengembang Bisnis Cabang yang kemudian disampaikan kepada Bagian Account Officer jika terjadi permasalahan. 6. Dokumen kredit yang ada pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung telah tersimpan dengan rapi dan aman pada Bagian Dokumentasi Kredit dan tercatat pada CCOS. Bagian dokumentasi kredit secara rutin melakukan review terhadap file kredit secara berkala. 7. Pengendalian akuntansi yang ada pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung juga berjalan dengan baik. PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung memberikan asuransi pada seluruh perangkat keras yang ada. Terdapat security untuk menjaga keamanan, setiap karyawan yang datang sebelum melakukan kegiatan harus melakukan check-clook terlebih dahulu. 5.2 Keterbatasan penelitian Evaluasi yang dilakukan peneliti hanya memfokuskan pada sistem pengendalian internal atas pemberian kredit pemilikan rumah pada PT. Bank Central Asia, Tbk. Sehingga evaluasi tidak sampai tahap penjurnalan dan catatan akuntansi yang digunakan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan informasi yang diperoleh oleh penulis dalam rangka turut menjaga kerahasiaan perusahaan, sehingga peneliti hanya memfokuskan pada prosedur pemberian kredit saja.
5.3 Saran Beberapa saran yang diajukan oleh penulis antara lain : 1. Sebaiknya pada saat proses analisa kredit bagian Account Officer melakukan inspeksi on the spot terhadap karyawan yang berpenghasilan tetap. Selama ini inspeksi on the spot hanya dilaksanakan pada karyawan yang berpenghasilan tidak tetap. 2. Sebaiknya, perusahaan juga mementingkan proses wawancara pada awal analisa kredit. Selama ini proses wawancara sudah dilakukan tetapi kurang fokus dan tidak diutamakan. Bagian Account Officer membuat laporan wawancara, tetapi tidak harus disampaikan pada Kepala Pengembang Bisnis Cabang. 3. Sebaiknya, pada saat proses pengawasan dilakukan dengan baik. Selama ini inspeksi on the spot yang seharusnya dilakukan 3 bulan sekali tidak pernah dilaksanakan. `