BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB II LANDASAN TEORI

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd.

BAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. dapat berhubungan satu sama lain. Siapa pun dan di mana pun, manusia berada pasti

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antar anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai hal manusia melahirkan ide-ide kreatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

PROSES MORFOLOGIS BAHASA MELAYU PALEMBANG SKRIPSI

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

BAB II. Wacana dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal teringgi atau

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Transkripsi:

7 BAB II LANDASAN TEORI A. Wacana 1. Pengertian Wacana Wacana adalah paparan ide atau pikiran secara teratur, baik lisan maupun tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari segi bentuk bahasa yang dipakai wacana terbagi dua, yakni wacana lisan dan wacana tulis (teks). Wacana lisan adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Untuk menerima, memahami wacana lisan, para penerima harus menyimak atau mendengarkan. Wacana tulis merupakan wujud komunikasi tulis yang melibatkan penulis dan pembacanya. Wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap dan dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana dapat direalisaikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya) atau dapat pula disajikan dalam bentuk karangan yang bersifat membujuk (persuasif). Istilah wacana tidak hanya mencakup percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon (Tarigan, 2009: 22). Chaer (2009: 223) menyatakan bahwa satuan bahasa dari sebuah kalimat atau beberapa kalimat yang menyatakan satu pesan atau satu amanat yang utuh disebut wacana. Dengan kata lain, satuan kalimat yang terbentuk dalam sebuah paragraf atau lebih yang memiliki pesan tertentu disebut wacana. Semua bentuk paparan lisan maupun tertulis yang berciri sebagai wadah informasi ataupun pikiran yang utuh adalah wacana (Marwoto, 1987: 151). 7

8 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian wacana adalah satuan gramatikal tertinggi dan terbesar berupa pernyataan atau rangkaian pernyataan baik lisan maupun tulisan, yang memiliki keutuhan makna, pesan atau amanat. 2. Jenis Wacana Menurut Marwoto (1987: 151-152), macam-macam wacana dapat dibedakan berdasarkan berbagai aspek. Jika ditinjau dari aspek hubungan pembicaraan dan pendengarnya dapat dibedakan menjadi wacana: monolog dan dialog. Wacana yang berbentuk prosa pada umumnya dibedakan menjadi wacana: narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasif. Menurut pendapat Tarigan (2009: 49), wacana dapat diklasifikasikan: (1) bedasarkan media penyampaian berupa: wacana tulis dan wacana lisan; (2) berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan: wacana langsung dan wacana tidak langsung; (3) berdasarkan cara menuturkannya: wacana pembeberan dan wacana penuturan; (4) berdasarkan bentuknya: wacana prosa, wacana puisi, dan wacana drama. Berdasarkan jenis-jenis wacana di atas peneliti akan meneliti wacana berdasarkan media penyampainnya yaitu wacana tulis. Wacana tulis (written discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Menurut Keraf (1995: 6), wacana berdasarkan tujuannya dapat dibedakan atas eksposisi, argumentasi, narasi, deskripsi dan persuasif. Wacana eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca, wacana argumentasi adalah wacana yang isinya terdiri dari paparan alasan dan penyintetisan pendapat atau membangun suatu kesimpulan. Wacana narasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu

9 peristiwa atau kejadian, sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah dialami oleh pembaca. Wacana deskripsi adalah wacana yang terutama disgunakan untuk membangkitkan impresi atau kesan tentang, seseorang, tempat, suatu pemandangan dan yang semacam itu. Wacana persuasif merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi orang lain atau pembaca, agar para pembaca melakukan sesuatu sesuai dengan yang diperintahkan. Jadi dalam penelitian ini objeknya adalah wacana tulis yang berupa wacana persuasif pada kemasan pasta gigi. Wacana tersebut mengandung ajakan kepada pembeli agar tertarik pada produk pasta gigi yang ditawarkan oleh pembuat wacana. Terkait dengan bahasa yang bersifat mempengaruhi tidak selalu menggunakan kalimat ajakan, tetapi dapat pula menggunakan kalimat yang memberitahukan keunggulan dan manfaat penting dari produk tersebut. 3. Wacana Persuasif a. Pengertian Wacana Persuasif Persuasif tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang yang menerima persuasif. Oleh sebab itu wacana persuasif memerlukan upaya-upaya tertentu untuk merangsang orang mengambil keputusan sesuai dengan keinginan penulis. Bentuk-bentuk persuasif yang dikenal umum adalah: (1) propaganda yang dilakukan oleh golongan-golongan atau badan-badan tertentu, (2) iklan dalam surat kabar, majalah atau media masa lainnya, (3) selebaran-selebaran. Wacana persuasif adalah wacana yang berisi paparan berdaya bujuk, berdaya ajuk (upaya menduga, mengetahui isi hati, perasan atau pikiran orang), ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis atau pembuatnya (Marwoto, 1987: 176).

10 Wacana persuasif adalah suatu wacana seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang (Keraf, 2007: 118). Jadi, wacana persuasif adalah suatu bentuk wacana yang berusaha membujuk/meyakinkan orang lain atau para pembaca, agar melakukan sesuatu seperti yang dikehendaki oleh penulis atau pembuat wacana tersebut. b. Ciri-ciri Wacana Persuasif Ciri-ciri wacana persuasif adalah sebagai berikut: 1) Menggunakan Bahasa Emotif Bahasa emotif di sini bukanlah suatu bahasa yang membuat orang emosi karena marah, tetapi bahasa yang bisa membuat seseorang merasakan sesuatu perasaan yang datang dari hati untuk melakukan sesuatu. Bahasa emotif juga membuat seseorang penasaran terhadap sesuatu untuk bisa mengalami dan terlibat di dalamnya. 2) Menggunakan Struktur Kalimat yang Unik Struktur kalimat yang unik maksudnya adalah struktur kalimat yang cenderung membuat para pembaca menikmati dan mudah mengerti serta terkesan ketika membaca wacana tersebut. Pembaca mudah mengerti serta terkesan pada wacana persuasif apabila tujuan kalimatnya dapat mengetahui isi hati, perasaan atau tepat dengan masalah yang dihadapi seseorang. Dapat pula menggunakan pilihan kata yang tepat dan menarik agar membuat seseorang tergiur. 3) Pilihan Kata yang Khusus Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata khusus dalam bahasa ajakan dengan tujuan untuk menarik perhatian dan mudah dipahami oleh pembacanya. Kata kata

11 yang digunakan bertujuan untuk mengugah rasa tertarik yang ditujukan kepada pembeli. Selain itu kata-kata khusus memiliki maksud menunjukkan manfaat dari produk yang ditawarkan. Bahkan kata khusus dalam penawaran barang penting bagi calon pembeli agar semakin tahu keunggulan produk tersebut. Pilihan kata yang khusus dalam wacana persuasif misalnya menggunakan kata ayo, mari, dan segera dapatkan. 4) Ajakan yang Efektif Ajakan yang efektif adalah ajakan yang tidak bertele-tele dan tidak tersembunyi secara makna. Ajakan yang efektif bisa membuat seseorang tersentuh dan bergerak serta mendapat dorongan untuk melakukan sesuatu. Apabila menggunakan ajakan yang efektif, maka pembeli akan secara langsung menangkap maksud dan tujuan dari ajakan tersebut. Hal ini menghindari penafsiran ganda yang akan muncul dari pemikiran calon pembeli. B. Tataran Kebahasaan dalam Linguistik Dalam bidang linguistik terdapat empat aspek bahasa. Chaer (2007:18), menyebutkan bahwa empat aspek bahasa disebut dengan tataran tingkat bahasa yang meliputi tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, dan tataran semantik. Sesuai dengan rumusan masalah pada penelitian ini, maka yang akan dipaparkan lebih lanjut dalam landasan teori adalah morfologi dan sintaksis. 1. Aspek Morfologi Dalam aspek morfologi dibicarakan seluk beluk kata. Hal ini seluk beluk kata yang dimaksud adalah pembentukan kata. Selain pembentukan kata, fungsi perubahan-perubahan bentuk kata yang mencakup fungsi gramatik maupun fungsi

12 semantik juga termasuk di dalamnya. Dari perubahan bentuk kata menyebabkan perbedaan golongan dan arti kata-kata tersebut. a. Pengertian Morfologi Lubis dan Bahren (1985: 28), berpendapat bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari pembentukan kata dengan menggabungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Menurut Ramlan (1997:21), morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Morfologi menurut Soeparno (1993: 72), adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bentuk dan pembentukan kata. Tataran terendah yang dipelajari oleh morfologi adalah morfem, sedangkan tataran tertinggi yang dipelajari adalah kata kompleks. Menurut Kridalaksana (2008: 159), morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasinya; bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagan kata, yakni morfem. Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang membahas dan menyelidiki tentang seluk beluk pembentukan kata. b. Proses Morfologis Menurut Kridalaksana (2008: 202), proses morfologis adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata. Dalam hal ini leksem merupakan input, dan kata merupakan output. Proses morfologis ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 1997: 51). Menurut Lubis dan Bahren (1985: 29), yang dimaksud dengan proses morfologis adalah cara pembentukan katakata antara morfem yang satu dengan morfem yang lain. Dengan kata lain proses morfologis adalah proses pengabungan morfem-morfem menjadi kata atau proses perubahan bentuk dasar dalam rangka pembentukan kata-kata baru.

13 Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa dalam proses morfologis terdapat morfem, leksem dan kata. Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil. Misal: {tər-}, {di-}, {pensil}. Contoh tersebut adalah morfem (Kridalaksana, 2008: 202). Menurut Kridalaksana (2008: 141), leksem adalah satuan bermakna yang membentuk kata; satuan terkecil dari leksikon. Contoh leksem sleep, pada sleept, sleeps, sleeping (bahasa Inggris). Kata adalah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal, bisa pula terdiri lebih dari satu morfem. Misalnya: batu, rumah, datang, perumahan. Di samping pengertiannya, beberapa ahli juga mengemukakan tentang macammacamnya, diantaranya sebagai berikut: 1) Menurut Kridalaksana (2008: 12), proses morfologi meliputi: derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, abreviasi (pemendekan), komposisi (perpaduan), dan derivasi balik. 2) Menurut Ramlan (1997: 52-53), proses morfologi, terdiri dari: afiksasi, proses pengulangan atau reduplikasi, pemajemukan, perubahan zero. Dari dua proses morfologis yang dikemukakan kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa proses morfologis meliputi: derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, abreviasi, komposisi, derivasi balik. 1) Derivasi zero atau perubahan zero Derivasi zero adalah proses morfologis yang mengubah leksem menjadi kata tanpa penambahan atau pengurangan apa pun (Kridalaksana, 2008: 47). Pada proses derivasi zero, bentuk dasar tidak memiliki perubahan makna maupun bentuk katanya. Misal: leksem batu menjadi kata batu.

14 2) Afiksasi Afiksasi adalah proses atau hasil penambahan afiks pada akar, dasar atau alas (Kridalaksana, 2008: 3). Afiksasi adalah proses atau hasil penambahan afiks (prefiks, infiks, konfiks, sufiks) pada kata dasar (Alwi, 2007: 11). Afiksasi yang terdapat pada pembentukan kata dalam bahasa Indonesia antara lain, prefiks, infiks, sufiks, dan simulfiks (Ramlan, 1997: 58). Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa afiksasi adalah proses penambahahan afiks yang berupa prefiks, infiks, sufiks, konfiks. Afiks adalah bentuk atau morfem terikat yang dipakai untuk menurunkan kata (Alwi, 2007: 11). Menurut Ramlan (1997: 55), afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Misal: ber-, -an dan ber-an. Afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya (Kridalaksana, 2008: 3). Afiks ada empat macam, yaitu: (1) Prefiks (Awalan) Prefiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian depan pangkal (Kridalaksana, 2008: 199). Misal: ber- pada bersepeda. Menurut Ramlan (1997: 58) berpendapat bahwa afiks-afiks yang tereltak di jalur paling depan disebut prefiks. Misal: meng-, ber-, di-, dan ter-, peng-. (2) Infiks (sisipan) Infiks adalah mofem yang disisipkan di tengah kata (Alwi, 2007: 432). Contoh: kata gemetar berasal dari getar yang mendapat sisipan -em-. Infiks adalah

15 afiks yang terletak di lajur tengah karena selalu melekat ditengah bentuk dasar (Ramlan, 1997: 58). Contoh infiks adalah, -el-, -er-, -em-. (3) Sufiks (akhiran) Menurut Kridalaksana (2008: 230) sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang pangkal. Misal: -an pada ajaran. Sufiks adalah afiks yang terletak di lajur belakang karena selalu melekat di belakang bentuk dasar (Ramlan, 1997: 58). Misal: -kan, -an, -i, -nya. (4) Konfiks Konfiks adalah afiks tunggal yang terjadi dari dua unsur yang terpisah (Alwi, 2007: 586). Misalnya, ke- -an dalam kemerdekaan. Menurut Kridalaksana (1992: 29), konfiks adalah afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satunya di belakang bentuk dasar. Konfiks merupakan satu mofem terbagi. Misalnya, ke-an, pe-an, per-an, dan ber-an. 3) Reduplikasi Reduplikasi adalah proses mofemis yang mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar tersebut (Verhaar, 2001: 152). Proses pengulangan atau reduplikasi menurut Ramlan (1997: 63) ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Proses pengulangan kata ada empat macam, sebagai berikut: (a) Pengulangan kata seluruhnya. Contoh: makan-makan, anak-anak dan kebaikankebaikan. (b) Pengulangan kata sebagian. Contoh: memukul-mukul, lelaki dan beberapa. (c) Pengulangan kata yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Contoh: buah-buahan, kereta-keretaan, rumah-rumahan. (d) Pengulangan kata berubah fonem. Contoh: bolak-balik, serba-serbi, gerak-gerik.

16 4) Abreviasi Abreviasi (pemendekan) adalah proses morfologis berupa penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana, 2008: 1). Bentuk abreviasai banyak ditemukan dalam bahasa Indonesia. Ada beberapa hasil proses pemendekan biasanya dibedakan atas: (1) Singkatan Menurut Chaer (2007: 191) yang dimaksud singkatan adalah (a) Pengekalan huruf awal dari sebuah leksem atau huruf-huruf awal dari gabungan leksem. Contoh: kg (kilogram), km (kilometer), UI (Universitas Indonesia). (b) Pengekalan beberapa huruf dari sebuah leksem. Contoh: hlm. (halaman), dgn. (dengan), bhs. (bahasa). (c) Pengekalan huruf pertama dikombinasi dengan penggunaan angka untuk mengganti huruf yang sama. Contoh: P4 (Pedoman Penghayatan Pengalaman Pancasila), LP2P (Laporan Pajak-Pajak Pribadi). (d) Pengekalan dua, tiga atau empat huruf pertama dari sebuah leksem. Contoh: Okt. (Oktober), Purn. (Purnawirawan), Ny. (Nyonya). (e) Pengekalan huruf pertama tiap komponen. Contoh: A (Agama), R (Raden). (f) Pengekalan huruf yang tidak beraturan. Contoh: Mgr (Monseigneru), Ops (Operasi). (2) Pemenggalan Yang dimaksud pemenggalan adalah kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang dipendekkan. Misalnya: dok dari bentuk dokter, perpus dari bentuk utuh perpustakaan (Chaer, 2007: 191). Pemenggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Misalnya: Prof (profesor), Bu (ibu), Pak (bapak) (Kridalaksana, 2008: 178). (3) Akronim Yang dimaksud dengan akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau yang dapat dilafalkan sebagai data. Wujud dari pemendekan dapat berupa

17 pengekalan huruf-huruf pertama, pengekalan suku-suku kata dari gabungan leksem, atau bisa juga tak teratur. Akronim banyak ditemukan dalam kata bahasa Indonesia. Contoh: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), Inpres (Instruksi Presiden) (Chaer, 2007: 192). Akronim adalah pemendekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang sesuai dengan kaidah fonotaktik bahasa yang bersangkutan. Contoh: ABRI, HAMKAM, rudal (Kridalaksana, 2008: 5). 5) Komposisi Komposisi adalah proses morfemis yang menghubungkan dua morfem dasar (atau pradasar) menjadi satu kata (Verhaar, 2001: 154). Yang dimaksud komposisi ialah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata (Kridalaksana, 1992: 104). Misalnya, lalu lintas, daya juang, rumah sakit. 6) Derivasi balik Derivasi balik adalah proses pembentukan kata karena penutur membentuknya berdasarkan pola-pola yang ada tanpa mengenal unsur-unsurnya. Misalnya: tikah dalam kata tikahkan dibentuk dari kata nikah berdasarkan analogi dengan pola yang ada (misalnya Tanya menjadi nanya), jadi tikah dianggap sebagai asalnya sedangkan nikah sebagai bentuk derivasinya, padahal kebalikannya yang betul (hal ini kita ketahui nikah berasal dari bahasa Arab). Dari pengertian proses morfologis yang telah diuraikan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa proses morfologis adalah suatu proses pembentukan kata dan proses perubahan leksem menjadi kata dimana leksem merupakan input dan kata merupakan output. 2. Aspek Sintaksis Dalam aspek sintaksis dibicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain atau unsur-unsur lain sebagai satuan ujaran. Hal ini sesuai dengan asal-usul kata

18 sintaksis itu sendiri, Chaer (2007: 206) berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Jadi, secara etimologi istilah sintaksis berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Aspek sintaksis membicarakan (1) struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis; alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu; (2) satuan-satuan sintaksisi yang berupa kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. a. Pengertian Sintaksis Soeparno (1993: 81), mengatakan bahwa sintaksis diartikan sebagai subdisiplin lminguistik yang mempelajari tata susun mulai dari frasa sampai kalimat. Menurut Chaer (2007: 206), sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Secara etimologi istilah sintaksis berarti menempatkan kata bersama-sama menjadi kelompok kata atau kalimat. Menurut Verhaar (2001: 161), sintaksis adalah tatabahasa yang membahas hubungan antar-kata dalam tuturan. Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan adalah (1) struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori dan peran sintaksis, serta alat-alat yang digunakan dalam membagun struktur itu; (2) satuan-satuan sintaksis yang berupa kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K) (Chaer, 2007:207). b. Struktur Kalimat Berdasarkan Unsur Fungsional 1) Fungsi Fungsi sintaksis merupakan hubungan antara unsur-unsur bahasa dilihat dari sudut pandang penyajiannya dalam ujaran secara lisan maupun tulis. Fungsi sintaksis

19 terkait dengan masalah subjek, predikat, objek, keterangan. (Kridalaksana, 2008: 69). Beberapa tipe-tipe struktur kalimat berdasarkan unsur fungsionalnya dapat berupa sebagai berikut: (a) S-P-O-Ket Contoh: Ibu membeli sepatu baru untuk adik. S P O Ket. Ben (b) S-P Contoh: Jalan licin berbahaya. S P Kelauannya ditertawakan. S P (c) S-P-O Contoh: Kakak menulis surat. S P O (d) S-P-Komp/pelengkap Contoh: Suaminya menjadi polisi. S P Pel (e) Ket-P-O Contoh: Dengan air dibersihkannya mobil itu. Ket. P S (f) Ket-S-P Contoh: Sebelum maghrib dia sudah pulang. Ket. S P 2) Jenis Kalimat Kalimat deklaratif, kalimat interogatif, kalimat imperatif, dan kalimat interjektif merupakan jenis kalimat yang dilihat dari isi atau amanat yang ingin disampaikan oleh kalimat-kalimat tersebut kepada pembaca. Jenis-jenis kalimat tersebut merupakan kalimat yang dilihat dari tujuan kalimat tesebut. Berikut jenis kalimat yang dilihat dari isi atau amanat yang ingin disampaikan oleh kalimat tersebut meliputi:

20 a) Kalimat Deklaratif Kalimat deklaratif adalah kalimat yang isinya menyampaikan pernyataan yang ditujukan kepada orang lain (Chaer, 2009: 187). Kalimat deklaratif tersebut banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kalimat deklaratif banyak terdapat pada kalimat berita. Biasanya kalimat deklaratif tidak memerlukan jawaban baik lisan maupun dengan tindakan. Dilihat dari maksud penggunaannya, kalimat deklaratif ini dapat dibedakan atas lima kalimat, antara lain: (1) Hanya untuk menyampaikan informasi faktual berkenaan dengan alam sekitar atau pengalaman penutur, (2) Untuk menyatakan keputusan atau penilaian, (3) Untuk menyatakan perjanjian, peringatan, nasihat, (4) Untuk menyatakan ucapan selamat atas suatu keberhasilan atas ucapan prihatin atas suatu kemalangan, (5) Untuk memberi penjelasan, keterangan atau perincian kepada seseorang (Chaer, 2009: 188-189). b) Kalimat Interogatif Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengharapkan adanya jawaban secara verbal (Chaer, 2009: 189). Kalimat interogatif merupakan kalimat yang berupaya dan bertujuan untuk menggali jawaban dari suatu pertanyaan. Kalimat interogatif mengharapkan adanya jawaban, sehingga seseorang dapat mengetahui perasaan ataupun keadaan orang lain. c) Kalimat Imperatif Kalimat imperatif adalah kalimat yang meminta pendengar atau pembaca melakukan suatu tindakan (Chaer, 2009: 197). Kalimat imperatif ini dapat berupa kalimat perintah, kalimat himbauan, kalimat larangan dan kalimat ajakan. Biasanya jenis kalimat ini digunakan dalam kalimat ajakan. Kata seru seperti kata ayo dan mari biasanya juga digunakan dalam kalimat ajakan.

21 d) Kalimat Interjektif Kalimat interkjektif merupakan kalimat yang merupakan pengungkapan perasaan secara ekpresif. Menurut pendapat (Chaer, 2009: 199), mengungkapkan bahwa kalimat interjektif adalah kalimat untuk menyatakan emosi, seperti rasa kagum, kaget, takjub, heran, marah, sedih, gemas, kecewa, tidak suka. Jenis kalimat ini ditandai dengan adanya kata aduh, wah, cih. Kata-kata tersebut menandakan adannya bentuk luapan perasaan secara ekspresi.