Oleh Daniel Ronda Zaman sekarang pria dan wanita mendapat peluang yang sama dalam karir dan kesempatan, sehingga pria dan perempuan bekerja bersama dan melakukan interaksi yang intens dalam tugas. Bahkan interaksi itu seringkali melebihi interaksi dengan pasangan masing-masing di dalam rumah tangga, terutama dalam hal waktu dan komunikasi. Laki-laki dan perempuan di pekerjaan menjadi sahabat sehingga persahabatan pun bisa terjadi dengan lawan jenis karena intensitas pertemuan di kantor. Kita umumnya sepakat persahabatan dengan lawan jenis itu wajar, walaupun masing-masing telah memiliki pasangan. Tetapi batas yang wajar dalam persahabatan itu seperti apa? Karena tidak sedikit pasangan yang mengeluh bahwa sahabat pasangannya yang notabene lawan jenis lebih mendapat tempat dibandingkan dirinya sebagai pasangan. Tidak sedikit kemudian pertemanan menjadi kedekatan emosional melebihi pasangan sendiri. Ini yang disebut perselingkuhan emosi di mana kedekatan emosi menyebabkan seorang saling bergantung satu kepada lainnya. Bisa jadi lalu mereka suka saling melepong, melakuan chatting lewat media sosial bahkan sampai kadangkala tidak mengenal waktu. Pasangan tentu menjadi cemburu, namun ditaruh dalam posisi yang dilematis karena di satu sisi mereka membahas pekerjaan tapi pada sisi lalin terlalu akrab secara emosional dan waktu. Jadi kapan persahabatan itu sudah disebut melewati batas? Jadi walaupun hubungan persahabatan laki-laki dengan perempuan yang bukan hal aneh, tetapi tetap harus mendapatkan perhatian. Sekalipun pernikahan kita kuat, tapi perlu menjaga hubungan pernikahan dari segala bentuk godaan, cobaan, dan potensi perselingkuhan. Karena bukan tidak mungkin, perselingkuhan emosional berakhir dengan perselingkuhan yang sebenarnya. Menurut Debbie L. Cherry bahwa perselingkuhan umumnya dimulai dari persahabatan yang tidak ada motif apapun. Artinya dimulai dengan murni persahabatan. Umumnya persahabatan terjalin di tempat kerja, rumah ibadah, sekolah. Bila tidak dibuatkan pagar perlindungan maka biasanya akan terbentuk persahabatan yang lebih akrab, mulai dari jalan bareng, percakapan-percakapan berdua, dilanjutkan dengan chatting lewat internet dan media sosial 1 / 5
(email, facebook, line, wechat dan yang lainnya), chatting lewat sms atau bbm (blackberry messenger), lalu ada percakapan telepon yang lama. Tanpa disadari hal ini sudah memasuki hubungan yang lebih akrab bahkan memasuki perselingkuhan emosional walaupun belum melibatkan sentuhan fisik. Kehancuran mulai terjadi ketika kedua insan berlainan jenis ini mulai bertukar informasi, pikiran-pikiran, perasaan-perasaan yang seharusnya informasi dan perasaan itu sebenarnya hanya eksklusif milik suami istri. Dan mulai menjadi buruk ketika tidak ada kegairahan dan menjaga jarak dengan pasangan dan mulai merindukan teman untuk diajak bicara daripada pasangannya sendiri. Puncaknya adalah persahabatan melewati batasnya dan mulai muncul masalah pernikahan yang sebenarnya tidak boleh ada yaitu rahasia dan bohong. Dan ketika kebohongan ini dimulai akan sulit dihentikan. Perselingkuhan fisik tinggal menunggu momen yang tepat dan tidak ada yang bisa menghentikannya. Karena perselingkuhan emosional tidak melibatkan masalah seks, maka banyak orang menganggap biasa-biasa saja dan mencoba membela diri dengan mengatakan bahwa mereka hanya berteman biasa, tidak ada sentuhan-sentuhan, walaupun pergi berdua kami tidak melakukan hal yang salah. Mereka menganggap hubungan yang tidak melibatkan seks (platonic) adalah hal yang wajar. Tetapi bila sudah memasuki perselingkuhan umumnya pasangan yang tidak setia sudah mengesampingkan rasa bersalah. Memang sebelum pernikahan kita mungkin memiliki teman berbeda jenis banyak sekali, tetapi ketika sudah menikah, maka pasangan kita adalah yang utama dari segala jenis hubungan dan harus dilindungi dari berbagai ancaman. Kata kunci untuk mengatasi masalah ini adalah kejujuran dalam menghadapi perselingkuhan emosional. Coba jujur dengan pertanyaan di bawah ini di mana mungkin Anda sudah melewati batas persahabatan. Bila jawabannya "ya" mulai segera menyadarinya: 1. Apakah percakapan dengan sahabat membahas hal yang seharusnya hanya percakapan dengan pasangan kita? 2. Apakah Anda merindukan sahabat Anda itu siang malam untuk bicara dan bertemu? 3. Apakah Anda mulai menarik diri atau menjauh dari pasangan Anda secara fisik dan 2 / 5
emosional? 4. Apakah Anda mencoba mencari-cari alasan untuk bertemu dan berbicara dengan sahabat Anda? 5. Apakah Anda membagikan pikiran-pikiran, perasaan dan problem dengan sahabat Anda dan bukan dengan pasangan? 6. Apakah Anda mulai percaya bahwa teman Anda lebih mengerti Anda daripada pasangan Anda? 7. Apakah ada kata-kata saling menggoda dan minat secara seksual meningkat antara Anda dengan teman Anda? 8. Apakah Anda mencoba mencari cara untuk menyentuh teman Anda secara "benar", misalnya gandeng tangannya waktu menyeberang, pegang bahunya kalau jalan di pinggir jalan dengan alasan supaya tidak tertabrak kendaraan, dan hal lainnya? 9. Apakah Anda mulai berdandan lebih lama atau memperhatikan penampilan sebelum bertemu sahabat Anda itu? 10. Apakah ada rahasia dalam hubungan pertemanan itu (berapa lama Anda menghabiskan waktu, apa yang Anda lakukan, dan apa yang Anda percakapkan?) Lindungi Pernikahan Anda: Tidak ada suatu pernikahan yang kebal akan perselingkuhan. Semua kita (termasuk saya) bisa dalam ancaman untuk terjebak ke dalam perselingkuhan emosional. Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam melindungi pernikahan pemimpin: 3 / 5
1. Berusaha jujur dengan diri sendiri dan pasangan Anda. Jika Anda tertarik dengan seseorang, akuilah itu kepada diri dan jika memungkinkan kepada pasangan. Kejujuran adalah kata kunci melindungi diri dari perselingkuhan. 2. Bersikap kritis terhadap film, majalah atau bentuk media apapun yang bertoleransi terhadap perselingkuhan. 3. Coba melihat hubungan Anda dalam perspektif pasangan Anda. Apakah pasangan Anda nyaman punya sahabat lawan jenis yang begitu dekat? Apa perasaan pasangan Anda jika mengetahui apa yang Anda lakukan? 4. Jangan menggoda secara seksual. Kebanyakan perselingkuhan dimulai dari godaan yang tidak ada rasa bersalahnya ("innocent flirting"), tetapi prinsip persahabatan itu jelas bahwa persahabatan tidak pernah melibatkan godaan secara seksual. 5. Jadikan pernikahan sebagai prioritas paling utama. Kita mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan pasangan kita. 6. Bertumbuh dalam kerohanian secara bersama-sama di mana saling mendoakan dan berdoa bersama-sama dalam keyakinan kita. 7. Cipatakan batas dalam bagaimana kita berinteraksi dengan teman kita yang berbeda jenis kelamin. Misalnya, Anda memutuskan untuk tidak mau berduaan untuk pergi ke suatu tempat dengan lawan jenis, sekalipun itu urusan bisnis. 8. Upayakan berteman dengan pasangan-pasangan bahagia yang tidak melakukan hal-hal aneh dalam pernikahan mereka. Kita bisa melindungi pernikahan dari perselingkuhan emosional, tetapi itu melibatkan suatu komunikasi yang jujur dan terbuka dengan pasangan, dan adanya suatu komitmen untuk 4 / 5
melindungi pernikahan. Keluarga kita adalah yang paling utama. (Tulisan ini diambil sebagian besar ide dari Dr. Debbie L. Cherry: tulisan ini pertama kali muncul di "the Couples" Edisi Mei, 2008 issue of Focus on the Family magazine. Copyright 2008 Dr. Debbie L. Cherry) 5 / 5