BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat perceraian di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. hal

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia dengan kemampuan berbeda-beda dengan rencana yang. kesialan atau kekurangan dengan istilah cacat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang. Manusia dalam kehidupannya akan melalui proses perkembangan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau yayasan, orangtua, guru, dan juga siswa-siswi itu sendiri.

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. anugerah manusia sebagai mahluk sosial, baik secara internal ( sosial untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

Eka Rezeki Amalia A. ARTIKEL Sumber: Didownload tanggal 21 Maret 2008

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi perkembangan penyesuaian diri individu. Keluarga juga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang, terutama anak. Keluarga berfungsi sebagai seleksi segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya (Bossard dan Ball, 1966). Keluarga yang harmonis akan memberikan kesempatan pada individu untuk mendapat dasar-dasar perkembangan, latihan-latihan sikap, dan kebiasaan baik. Keluarga merupakan satu kesatuan utuh yang mana didalamnya terdapat limpahan kasih sayang. Keluarga yang sejahtera dambaan bagi setiap orang, namun sebaliknya ada pola keluarga yang selalu terlibat konflik hingga dapat mengakibatkan keretakan keluarga dan pada akhirnya akan mengakibatkan perceraian. Dibandingkan dengan keuntungannya perceraian akan mengakibatkan kerugian yang lebih besar, karena dampak perceraian bukan hanya pasangan saja (suami-istri) tetapi juga menimpa sang anak. Lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling utama bagi perkembangan dan penyesuaian individu untuk hidup layak dan berhasil disamping lingkugan sekolah dan lingkugan masyarakat ( Meichati,1983). Selain itu lingkungan juga mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan anak, khususnya pada remaja. Karena remaja tidak lagi hanya 1

2 berinteraksi dengan keluarga di rumah atau dengan teman-teman di sekolah, tetapi juga menjalin hubungan dengan orang-orang dewasa diluar lingkungan rumah dan sekolah, yaitu lingkungan masyarakat. Kemampuan remaja dalam melakukan penyesuaian dengan lingkungan sosialnya tidak timbul dengan sendirinya, kemampuan ini diperoleh remaja dari bekal kemampuan yang telah dipelajari dalam lingkungan keluarga, dan proses belajar dari pengalamanpengalaman baru yang dialami dalam interaksinya dengan lingkngan sosialnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan rumah tangga sebagai suami-istri tidak selamanya berada dalam situasi yang damai dan tenteram serta harmonis. Tidak ada satupun pasangan suami istri yang senang menghadapi perceraian. Namun terkadang perceraian tetap tidak dapat dihindarkan meski berbagai upaya sudah dicoba. Ada kalanya terjadi kesalahpahaman antara suami-. Istri, melakukan kelalaian terhadap salah satu kewajibannya dan salah satu pihak tidak mempercayai satu sama lain, sehingga dalam keadaan demikian harus ada kesadaran masing-masing pihak untuk mengalah atau meredakan masalah tersebut. Namum demikian ada kalanya kesalahpahaman tersebut menjadi berlarut dan tidak dapat didamaikan, sehingga terjadi perselisihan dan pertengkaran. Jika hal tersebut terjadi terus menerus dan sulit untuk didamaikan, maka jalan keluar terakhir yang perlu ditempuh adalah perceraian. Bandura ( dalam Walgito, 2002 ) mengatakan bahwa penyesuaian sosial dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku dan organisme atau individu. Lingkungan yang baik akan diterima oleh individu sehingga akan menimbulkan perilaku yang positif, dengan demikian penyesuain sosial tidak akan mengalami hambatan,

3 namun jika faktor- faktor tersebut tidak saling mendukung maka akan terjadi hambatan dalam proses sosialnya. Remaja selalu mengharapkan dan mendambakan keluarga yang harmonis, jika anak berada dalam keluarga yang harmonis maka dirinya akan merasa diterima dan diperhatikan oleh keluarganya, anak akan merasakan kenyamanan bila berada di tengah- tengah keluarga. Anak juga akan merasa diperhatikan oleh orang tuanya, sehingga dalam kehidupan sosialnya anak akan bisa bersosialisasi, baik dengan lingkungan masyarakatnya ataupun dengan teman- temanya di lingkungan sekolah. Namun sebaliknya apabila dalam lingkungan keluarga anak tidak mendapatkan kenyamanan dari orang terdekatnya, yaitu orang tuanya, maka anak akan merasa tidak diperhatikan dan tidak merasakan kenyamanan dalam keluarga, serta tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya yang menjadikan anak berusaha mencari kebebasan di luar keluarga, terutama dalam lingkungan masyarakatnya, seperti halnya pergaulan bebas. Apabila lingkungan tidak bisa menerima dirinya, maka remaja akan merasa tidak ada orang yang mau menerima dirinya. Sehingga tidak menutup kemungkinan anak akan mencari kenyamanan dan kebebasan bersama teman- temanya. Baik teman sekolah ataupun teman yang ada disekitarnya. Anak juga akan mengalami hambatan dalam pergaulanya, karena kuranganya rasa percaya diri pada diri anak. Kurangnya perhatian orang tua juga dapat menimbulkan adanya rasa tidak peduli dalam diri anak, sehingga menyebabkan hubungan anak dan orang tua tidak terjalin baik. Anak menjadi tidak ingin berkomunikasi dengan keluarga.

4 Remaja-remaja yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya tampak dengan banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan remaja seperti pergaulan bebas (Budiman, 1999). Gejala-gejala tersebut menunjukkan bahwa tidak semua remaja memiliki kemampuan melakukan penyesuaian sosial secara memadai. Hurlock (1994) berpendapat bahwa penyesuaian sosial merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa remaja. Oleh sebab itu remaja dalam menghadapi berbagai problem perkembangan memerlukan kehadiran orang dewasa yang mampu memahami dan memperlakukannya secara bijaksana dan sesuai dengan kebutuhannya. Remaja membutuhkan bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari orang tua untuk menghadapi segala permasalahan yang dihadapi, dengan kata lain, remaja membutuhkan dukungan dari orang tua yang ada disekitarnya untuk membantu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan menghadapi tuntutan-tuntutan lingkungan sosial yang lebih luas. Dukungan sosial yang diberikan dapat membantu remaja melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik terhadap lingkungan sosialnya dan membentuk kepribadian remaja yang tangguh menghadapi berbagai tuntutan lingkungan di masa-masa selanjutnya Dukungan sosial ini dapat diperoleh, antara lain : dari keluarga, karena keluarga merupakan lembaga pertama dan terutama bagi remaja sebagai tempat sosialisasi dan mendapatkan pendidikan serta merasakan suasana yang aman (Kartono, 1986). Pada umumnya remaja masih tinggal dengan orang tua, maka peran orang tua sangat penting dalam membantu remaja untuk mengenali

5 lingkungan sosialnya, memahami peran-peran yang dibebankan pada mereka, dan mampu menyesuaikan dirinya. Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan remaja dan sebagai tempat yang aman bagi remaja untuk berbagi masalah, informasi, dan berbagai kasih sayang. Lingkungan sosial dan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam menentukan sikap dan perilaku remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya terutama dengan masyarakat sekitar dan berusaha untuk memahami peran-peran yang dibebankan pada mereka, dan mampu menyesuaikan dirinya. Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan remaja, mengenal keadaan diri remaja, dan sebagai tempat bagi remaja untuk berbagai masalah, informasi, dan berbagai kasih sayang. Orang tua sebagai pemegang kendali keluarga, memegang peranan dalam membentuk hubungan dengan anak-anak mereka. Remaja memerlukan dorongan untuk melihat apa yang terjadi disekelilingnya, dan membutuhkan pertolongan untuk dapat mengerti apa yang terjadi di sekitarnya. Remaja membutuhkan orang-orang untuk mencintainya, mendapatkan kasih sayang dari mereka dan menunjukkan sasaran yang aman bagi kemarahan dan agresinya; remaja memerlukan bantuan untuk dapat diterima, dihargai, dibutuhkan sebagai anggota keluarga, termasuk orang tua dan orang dewasa yang lain (Goldstein dkk, 1973). Sementara itu Youniss dan Smullar (dalam Nurul Fitriyah,2001) mengatakan bahwa orang tua dianggap sebagai orang yang telah memahami

6 kehidupan dan bagaimana menjalani kehidupan; sementara anak sebagai pelengkap adalah anak yang baru belajar tentang kehidupan, dan anak akan melihat kehidupan. Peran keluarga dalam proses sosialisasi menurut Johnson dan Medinnus (1974) tergantung dari tiga faktor, yaitu: Persepsi tentang orang tua, Identifikasi, dan disiplin. Selain itu perhatian dan kepedulian dalam diri anak juga bisa menumbuhkan adanya rasa percaya diri dalam diri anak. Keterlibatan orang tua dalam kehidupan remaja akan mempengaruhi mereka dalam hubungannya dengan teman sebaya dan prestasi di sekolah serta membantu remaja dalam mengembangkan pengendalian dan penyesuaian diri dalam lingkungan sosialnya di masa dewasa kelak (Gottman & Dorlgire, 1997). Keterlibatan keluarga sangat mempengaruhi proses perkembangan individu, dimana keluarga yang memberikan perhatian dan dukungan pada anak akan memberikan perasaan diterima, diperhatikan dan memiliki rasa percaya diri, sehingga proses perkembangan anak tersebut dapat berjalan dengan baik. Rogers (1985) berpendapat bahwa lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial remaja. Keluarga merupakan tempat pertama kalinya remaja bersosialisasi dan mengembangkan dirinya sebelum terjun dalam masyarakat. Nilai-nilai yang diinternalisasikan akan berpengaruh pada kepribadian anak. Apabila seorang anak tidak memiliki hubungan yang erat dengan anggota keluarganya, terutama orang tua maka di dalam lingkungan masyarakat ia tidak mampu untuk menjadi anggota masyarakat yang baik dan tidak melakukan penyesuaian dengan selayaknya.

7 Mengingat besarnya arti dan manfaat penerimaan dari lingkungan, baik teman sebaya maupun masyarakat, remaja diharapkan mampu bertanggung jawab secara sosial. Tuntutan situasi sosial tersebut akan dapat dipenuhi oleh remaja bila ia memiliki kemampuan untuk memahami berbagai situasi sosial dan menentukan perilaku yang sesuai dan tepat dalam situasi sosial tertentu, yang disebut dengan kemampuan penyesuaian sosial. Remaja yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, akan melawati masa remajanya dengan lancar dan diharapkan ada perkembangan ke arah kedewasaan yang optimal serta dapat diterima oleh lingkungan (Prihartanti, 1989). Sebaliknya apabila remaja mengalami gangguan penyesuaian diri, maka kelak remaja akan mengalami hambatan dalam penyesuaian diri pada tahap perkembangan selanjutnya. Kemampuan remaja dalam melakukan penyesuaian dengan lingkungan sosialnya tidak timbul dengan sendirinya. Kemampuan ini diperoleh remaja dari bekal kemampuan yang telah dipelajari dari lingkungan keluarga dan proses belajar dari pengalaman-pengalaman baru yang dialami dalam interaksinya dengan lingkungan sosialnya. Walgito (2002) mengatakan pengertian penyesuaian dalam arti yang luas, yaitu individu dapat meleburkan diri dengan keadaan disekitarnya atau sebaliknya, individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan disekitarnya. Sikap penolakan yang diperlihatkan orang lain secara terus-menerus pada anak korban perceraian, khususnya remaja sangat mempengaruhi kehidupan sosialnya. Seperti yang diungkapkan oleh Fahmi (1992), apabila hal-hal yang bermula dari dasar individu itu sudah melekat, maka kegagalan dalam

8 penyesuaian sosial ini akan sering dialami dan akan menimbulkan kecil hati, kecewa, yang pada akhirnya akan berkurang kepercayaan dirinya, dan akan berdampak pada kehidupan pribadinya dan selalu merasa pesimis dalam menghadapi kehidupannya, karena sudah terbayang-bayang kegagalan sebelum mencoba menghadapinya. Remaja yang kurang percaya diri cenderung menghindari komunikasi karena takut orang lain akan mengejeknya, sehingga individu akan selalu menutup diri karena kurangnya kepercayaan pada kemampuan diri yang dapat menyebabkan terganggunya hubungan antara orang lain dan lingkungan sekitarnya. Menurut Lauster (1978), rasa percaya diri bukan merupakan sifat yang diturunkan, melainkan diperoleh dari pengalaman hidup sehingga upaya-upaya tertentu dapat dilakukan guna membentuk dan meningkatkan rasa percaya diri. Dengan demikian kepercayaan diri terbentuk dan berkembang melalui proses belajar di dalam interaksi seseorang dengan lingkungannya. Seseorang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial, jika memiliki keterampilan sosial dan mampu berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman maupun dengan orang yang tidak dikenalnya. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak terutama bagi kepribadian ank. Keluarga yang harmonis dapat menciptakan penyesuaian sosial yang baik pada diri anak, namun sebaliknya jika keluarga tidak memiliki peran bagi anak maka anak akan merasa tidak mendapatkan perhatian dan perlindungan dari orang tuanya, maka anak akan mencoba mencari kenyamanan dan kebebasan

9 di luar lingkungan keluarganya, dan akan kesulitan dalam penyesuaian sosial di lingkunganya, baik lingkungan keluarga, masyarakat ataupun lingkungan sekolah. Akhirnya pertanyaan serupa dapat dikemukakan terhadap beberapa segi khusus daripada aspek sosial, maka penulis membuat rumusan masalah, yaitu: B.Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Bentuk penyesuaian sosial pada remaja korban perceraian 2. proses terjadinya penyesuaian sosial remaja korban perceraian C. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Remaja khususnya korban perceraian Diharapkan dapat memberikan masukan tentang dampak perceraian orang tua terhadap penyesuaian sosial sehingga akan lebih siap seandainya orang tuanya bercerai 2. Orang Tua Dapat dijadikan bahan informasi bagi orang tua bahwa dengan perceraian dapat berpengaruh pada penyesuaian sosial dalam diri anak dengan masih menyempatkan komunikasi dengan anak-anaknya 3. Masyarakat Diharapkan memberikan informasi bagi masyarakat agar dapat bersikap lebih bijaksana dan mengatahui dampak perceraian bagi penyesuaian sosial remaja.

10 4. Ilmu Pengetahuan Diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi ilmu psikologi sosial dalam mengatasi masalah penyesuaian sosial remaja korban perceraian. 5. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan sebagai referensi tentang dampak perceraian terhadap proses penyesuaian sosial di dalam masyarakat.