ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGEMBALIAN BERKAS REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP KE UNIT KERJA REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH PONOROGO Risdian Nur Khayatur Rohman (Prodi D3 PMIK STIKes Buana Husada Ponorogo) Abstrak Penyelenggaraan rekam medis merupakan suatu proses yang berkesinambungan, pelayanan berkesinambungan pada unit kerja rekam medis dimulai dari pasien mendaftar sampai pengolahan berkas di unit kerja rekam medis meliputi assembling, coding, analising reporting, dan filling. Setiap hambatan yang mungkin terjadi dalam penyelenggaraan rekam medis dapat mengakibatkan kegiatan menjadi terhambat di pengolahan berkas rekam medis penyelenggaraan rekam medis yang baik adalah ketepatan waktu pengembalian berkas rekam medis pasien rawat inap ke unit kerja rekam medis dengan tepat waktu. Di RSU Muhammadiyah Ponorogo khususnya di bagian rekam medis terdapat beberapa masalah salah satunya keterlambatan. Penelitian ini bertempat di RSU Muhammadiyah Ponorogo yang dilaksanakan selama bulan Maret Juni 2016. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini seluruh berkas rekam medis pasien rawat inap, 16 petugas rawat inap dan 1 petugas rekam medis di bagian assembling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara dan pedoman observasi. Hasil penelitian ini mengetahui jumlah keterlambatan pengembalian berkas rekam medis dari masing-masing ruang rawat inap. Ruang Mas Mansyur prosentase keterlambatan sebesar 48%, Ruang Ahmad Dahlan prosentase keterlambatan sebasar sebesar 64%, Ruang Siti Walidah prosentase keterlambatan sebesar 52%, Ruang Fahrudin prosentase keterlambatan pengembalian berkas rekam medis sebesar 25%. Berdasarkan prosentase di atas ruang Ahmad Dahlan paling sering yang terlambat mengembalikan berkas rekam medis. Kata Kunci : Rekam Medis, Keterlambatan, Pengembalian. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Rumah sakit adalah industri jasa yang berfungsi untuk memenuhi salah satu kebutuhan primer manusia, baik dari segi individu maupun dari segi masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan derajat hidup manusia (Imron T.A,2009). Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat, serta memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Kepmenkes RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008). Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan fungsi dan standard yang telah ditetapkan. Fungsi rumah sakit sesuai Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah menyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Adapun upaya untuk mendukung tercapainya peningkatan
pelayanan rumah sakit adalah dari segi pelayanan medis dan segi pelayanan non medis. Pelayanan medis adalah upaya kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan kepada pasien oleh tenaga medis sesuai dengan standard pelayanan medis dengan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas secara optimal (Permenkes No.1045/MENKES/PER/XI/2006). Dalam pelayanan non medis berkaitan erat dengan rekam medis karena rekam medis mempunyai peranan penting dalam peningkatan pelayanan rumah sakit. Seiring berjalannya waktu rumah sakit semakin menunjukan kualitas dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara optimal, agar tercapainya pelayanan tersebut banyak faktor harus yang diperhatikan dalam setiap penyelenggaraanya, dari beberapa faktor yang ada salah satunya adalah pelayanan di unit kerja rekam medis. Rekam medis diartikan sebagai keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnese, penentuan fisik laborotarium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat (Depkes, 2006). Sedangkan menurut Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Penyelenggaraan rekam medis merupakan suatu proses yang berkesinambungan, pelayanan berkesinambungan pada unit kerja rekam medis dimulai dari pasien mendaftar sampai pengolahan berkas di unit kerja rekam medis meliputi assembling, coding, analising reporting, dan filling. Setiap hambatan yang mungkin terjadi dalam penyelenggaraan rekam medis dapat mengakibatkan kegiatan menjadi terhambat di pengolahan berkas rekam medis. Salah satu faktor untuk mendukung penyelenggaraan rekam medis yang baik adalah ketepatan waktu pengembalian berkas rekam medis pasien rawat inap ke unit kerja rekam medis dengan tepat waktu. Terkait dengan ketepatan ini juga sudah dijelaskan pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit, setandar pengembalian berkas rekam medis pasien pulang maksimal dalam waktu 2x24 jam. Rekam medis juga berpengaruh untuk mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan, dengan melakukan pendokumentasian secara cepat dan tepat. Berdasarkan hasil observasi pada 23 November 2015 di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo dengan melakukan wawancara kepada kepala unit kerja rekam medis peneliti menemukan masalah di unit kerja rekam medis di bagian assembling. Masalah tersebut berkaitan dengan keterlambatan pengembalian berkas rekam medis pasien rawat inap ke unit kerja rekam medis. Berkas rekam medis seharusnya dikembalikan ke unit kerja rekam medis satu hari setelah pasien dinyatakan pulang oleh dokter, namun di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo dilakukan tidak sesuai dengan peraturan atau SOP (Standard Operational Procedur) yang berlaku di rumah sakit. Dalam (Kepmenkes RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008) tentang standar pelayanan rumah sakit dijelaskan kelengkapan pengisian berkas rekam medis 24 jam setelah selesai pelayanan dan selambatlambatnya dalam waktu 2x24 jam harus ditulis dalam berkas rekam medis.
Diketahui prosentase berkas rekam medis yang terlambat dikembalikan cukup tinggi yaitu sebanyak 78,08%, dari 73 berkas rekam medis yang kembali ke unit kerja rekam medis terdapat 57 berkas rekam medis yang terlambat pada bulan november desember 2015. Keterlambatan pengembalian ini terjadi karena kurang mengertinya pihak perawat dan dokter bangsal perawatan tentang standard waktu, selain itu ada pihak perawat dari bangsal mempunyai persepsi yang berbeda-beda, ada yang mengembalikan ke unit rekam medis setiap hari tetapi tidak terisi dengan lengkap, ada juga yang menunggu sampai lengkap tetapi waktu pengembalianya lebih dari 2x24 jam. Diketahui juga dari hasil wawancara terhadap kepala unit rekam medis di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo waktu paling lama dalam yaitu sampai 7x24 jam. Hal-hal tersebut berdampak terhadap pengolahan berkas rekam medis selanjutnya di unit kerja rekam medis khususnya di bagian assembling. Solusi dari keterlambatan ini mengadakan diskusi dengan kepala rekam medis dan petugas rekam medis terkait sosialisasi terhadap petugas rawat inap tentang batas waktu. Berdasarkan latar belakang ini maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul Analisa Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap ke Unit Kerja Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo. METODE Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Subyek dari penelitian ini terdiri dari petugas rekam medis dan petugas perawat rawat inap. Informan dalam penelitian ini adalah kepala unit rekam medis. Obyek penelitian ini adalah penyebab keterlambatan pengembalian berkas rekam medis dari ruang rawat inap ke unit rekam medis. Variabel dalam penelitian ini adalah Faktor penyebab keterlambatan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi dan wawancara. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan cara menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Dari hasil wawancara peneliti tidak langsung menulis pada lembar wawncara namun sebelumnya peneliti menerjemahkan terlebuh dahulu dari hasil rekaman pada saat wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian yang terdiri dari: 1. Pedoman Observasi 2. Pedoman wawancara 3. Buku ekspedisi 4. Berkas rekam medis 5. Alat tulis HASIL PENELITIAN Faktor Penyebab Keterlambatan Dari Faktor Man, Methode Dan Material. Pada penelitian ini peneliti menggunakan 3 subyek yang dijadikan untuk memperoleh informasi, yaitu dari petugas perawat rawat inap, petugas rekam medis dan kepala unit rekam medis sebagai informan. Berikut adalah tabel informasi kriteria petugas rawat inap yang di dapat dari hasil penelitian di RSU Muhammadiyah dari faktor SDM (Man) :
Tabel 4.4 Kriteria Pendidikan SDM Petugas Rawat Inap Ruang Juml Prosen No Pendidikan ah tase 1 S1 Keperwatan 2 D3 Keperawatn 3 D3 Kebidanan 1 6% 12 75% 4 25% Dari tabel diatas diketahui klasifikasi pendidikan terakhir petugas rawat inap dalam satu shift jam kerja S1 keperawatan ada 1 petugas dengan prosentase 50%, D3 Keperawatan 12 Petugas dengan prosentase 16% dan 4 petugas D3 Kebidanan dengan prosentase 36%. Tabel 4.5 Kriteria Lama bekerja SDM Petugas Rawat Inap No Lama Jumlah Prosentase bekerja 1 < 1 1 6% Tahun 2 1Tahun 4 25% 3 2 5 31% Tahun 4 >3 Tahun 6 37% Dari tabel diatas diketahui klasifikasi petugas rawat inap dalam satu shift jam kerja dari lamanya bekerja untuk lama bekerja <1 tahun ada 1 petugas, 1 tahun ada 4 petugas, lama bekerja 2 tahun ada 5 petugas dan >3 tahun ada 6 petugas. No Tabel 4.6 Kriteria Jenis Kelamin SDM Petugas Rawat Inap Jenis Kelamin Jumla h 1 Laki-Laki 7 Petuga s 2 Perempu an 9 Petuga s Prosent ase 43% 56% Dari tabel diatas diketahui klasifikasi Jenis Kelamin petugas rawat inap dalam satu shift jam kerja, petugas lakilaki ada 7 petugas dengan prosentase 43% petugas perempuan 9 petugas dengan prosentase 56%. PEMBAHASAN Mengetahui Faktor Penyebab Keterlambatan Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap dari Sumber daya Manusia (Man) Berdasarkan hasil wawancara terhadap petugas rawat inap di RSU Muhammadiyah Ponorogo, dari 16 petugas rawat inap dengan klasifikasi pendidikan terakhir rata-rata menempuh pendidikan D3 Keperawatan, dan lama bekerja rata-rata sudah bekerja 1-5 tahun. Keseluruhan di ruang rawat inap dalam sekali shift jam kerja terdapat 5-6 perawat terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dari segi pendidikan terakhir bukan menjadi salah satu faktor keterlambatan pengemabalian berkas rekam medis karena dari petugas rawat inap rata-rata sudah memahami standar waktu pengambalian berkas rekam medis. Jenis kelamin bukan faktor dari penyebab terjadinya keterlambatan. Tingkat lama bekerja dapat menjadi faktor penyebab terjadinya keterlambatan, sebanyak 62% dari petugas baru di ruang keperawatan rawat inap, yang lama bekerjanya kurang dari 3 tahun belum sepenuhnya memahami tentang standar waktu. Meskipun pernah dilakukan sosialsasi terkait standar waktu pengembalian berkas rekam medis tetapi patugas masih terlambat dalam mengembalikan. Selain faktor diatas dari hasil wawancara juga diketahui faktor yang menyebabkan keterlambatan pengembalian berkas rekam medis adalah dari dokter belum menandatangani berkas rekas rekam medis, selain itu dari pihak perawat belum melengkapi pengisian kelengkapan berkas rekam medis pasien yang sudah pulang sebelumnya sehingga mengakibatkan berkas rekam medis menumpuk di ruangan rawat inap dan terlambat dikembalikan ke unit rekam medis. Menurut Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis, bahwa
petugas medis harus segera melengkapi rekam medis pasien setelah melakukan pelayanan kesehatan, salah satunya pada formulir resume medis atau ringkasan pulang sekurang kurangnya memuat identitas pasien, diagnosa masuk, hasil pemeriksaan penunjang, diagnosa akhir pengobatan, tindak lanjut dan nama tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayan kesehatan. Sedangkan menurut Kepmenkes RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan rumah sakit dijelaskan kelengkapan pengisian berkas rekam medis 24 jam setelah selesai pelayanan dan selambat-lambatnya dalam waktu 2x24 jam harus ditulis dalam berkas rekam medis. Dengan terisinya data yang lengkap pada pengisian berkas rekam medis maka informasi pasien akan mudah diketahui. Selain itu berkas rekam medis juga tidak akan terlambat dikembalikan ke unit rekam medis karena pengisianya sudah terisi dengan lengkap. Mengetahui Faktor Penyebab Keterlambatan Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap dari Prosedur Yang Ditetapkan (Methode) Dari hasil pengamatan di RSU Muhammadiyah Ponorogo alur terhadap cara pengembalian berkas rekam medis pasien yang sudah pulang meninggalkan ruangan belum sesuai dengan SOP (Standard Operational Procedure) yang berlaku. Prosedur pasien rawat inap yang keluar yaitu : a. Namun demikian sering terjadi keterlambatan pengembalian karena ketidaklengkapan isi berkas Kelengkapan pencatatan lembar / berkas rekam medis yang sudah di isi oleh intalasi pelayanan diteliti kelengkapan pengisianya untuk pengisian kelengkapan yang belum lengkap pengisianya dikembalikan ke instalasi pelayanan terkait. b. Ketepatan waktu penyerahan berkas rekam medis keluar rumah sakit (KRS). c. Batas waktu penyerahan berkas rekam medis paling lambat adalah 2 x 24 jam d. Untuk penyerahan lebih dari 3 hari dilaporkan ke unit terkait. Rekam medis tersebut sehingga sering terjadi keterlambatan dalam ke unit rekam medis di bagian assembling. Keterlamabatan waktu pengembalian berkas rekam medis yang tinggi dari ruang rawat inap ke unit rekam medis mempunyai efek negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh suatu instansi rumah sakit. Menurut (Purwaningtias,2003) dalam (Yulia Rachma,2012), ketidaktepatan waktu mampu menimbulkan reaksi komplain dari keluarga pasien, dimana ketika pasien kembali untuk kontrol beberapa hari post rawat inap, berkas rekam medisnya terlambat ditemukan oleh petugas karena tidak tersedia di rak penyimpanan sehingga pasien mengalami keterlambatan pelayanan kesehatan. Berkas rekam medis pasien yang kurang lengkap sering tertahan pada ruangan rawat inap, sedangkan dibagian assembling harus sesegera mungkin melakukan pendataan. Apabila berkas rekam medis tersebut belum lengkap maka berkas rekam medis tersebut akan dikembalikan lagi ke ruang rawat inap untuk dilengkapi kembali pengisiannya dalam kurun waktu 14 hari setelah pengembalian baik sudah lengkap maupun belum lengkap. Dengan dijalankannya pekerjaan sesuai SOP (Standard Operational Procedure) yang ditetapkan di RSU Muhammadiyah Ponorogo, maka pelayanan terhadap pasien di rumah sakit juga akan meningkat dan berkualitas. Mengetahui Faktor Penyebab Keterlambatan Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap dari Sarana dan Prasarana (Material) Dari hasil pengamatan terhadap faktor sarana dan prasrana yang dapat menunjang pelayanan di unit rekam medis, sesuai dengan teori dimana sarana dan prasarana adalah semua benda yang tidak bergerak maupun
bergaerak yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan suatu kegiatan (Daryanto, 2011), Berdasarkan hasil observasi terhadap faktor sarana dan prasarana di unit rekam medis di RSU Muhammadiyah Ponorogo, Terdapat buku eksepdisi pengembalian berkas rekam medis. Di buku ekspedisi setiap kegiatan pengembalian dicatat dengan memberi nama petugas yang mengembalikan, tanggal pengembalian, dan tanda tangan petugas yang mengembalikan. Fungsi dari buku ekpedisi ini adalah untuk mengetahui berkas rekam medis yang sudah dikembalikan dan harus ditulis pada buku ekspedisi, jika pada unit assembling menanyakan berkas rekam medis pada ruang rawat inap sudah kembali apa belum, petugas rawat inap bisa langsung memberi tahu dan tidak susah dalam pencarian (Rionanda, F.S, 2013). Jarak antara ruangan rawat inap dengan instalasi unit rekam medis yang lumayan jauh, sehingga berkas rekam medis yang akan dikembalikan sering terlambat. Apabila hanya satu berkas rekam medis ada kemungkinan petugas timbul rasa malas untuk mengembalikan karena jarak yang lumayan jauh, walaupun hanya satu berkas rekam medis seharusnya dikembalikan sesegera mungkin ke unit rekam medis dan tidak usah menunggu berkas rekam medis banyak karena data pasien yang sudah pulang harus sesegera mungkin dicatat di unit rekam medis untuk dilakukan pendataan. Hal ini sering terjadi padahal sudah ada aturan tentang peraturan pengembalian berkas rekam medis yang sudah dibuat oleh rumah sakit. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSU Muhammadiyah Ponorogo, peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosentase keterlambatan dari masing-masing ruang rawat inap cukup tinggi. Dari Ruang Mas Mansyur dari 29 berkas rekam medis yang kembali ke unit rekam medis terdapat 14 berkas rekam medis yang terlambat jika diprosentasekan sebasar 48%, Ruang Ahmad Dahlan dari 25 berkas rekam medis yang kembali ke unit rekam medis terdapat 16 berkas rekam medis yang terlambat jika diprosentasekan sebasar 64%, Ruang Siti Walidah dari 17 berkas rekam medis yang kembali ke unit rekam medis terdapat 9 berkas rekam medis yang terlambat jika diprosentasekan sebasar 52%, Ruang Fahrudin dari 25 berkas rekam medis yang kembali ke unit rekam medis terdapat 13 berkas rekam medis yang terlambat jika diprosentasekan sebasar 25%. 2. Keterlambatan pengembalian berkas rekam medis disebabkan oleh faktor Sumber Daya Manusia (Man). Petugas rawat inap terlambat mengembalikan berkas rekam medis dari ruang rawat inap ke unit rekam medis hal ini disebabkan karena pihak perawat belum selesai melakukan pengisian berkas rekam medis pasien secara lengkap. Selain dari pihak perawat, dari pihak dokter juga mempengaruhi dari terjadinya penyebab keterlambatan berkas rekam medis dikarenakan pihak dokter belum menandatangani berkas rekam medis pasien rawat inap yang sudah dinyatakan pulang / selesai mendapatkan pelayanan. 3. Keterlambatan pengembalian berkas rekam medis dari faktor prosedur yang berlaku di rumah sakit (Methode). Petugas rawat inap dan petugas rekam medis sudah mengetahui SOP (Standard Operational Procedure) terkait waktu pengembalian berkas rekam medis pasien rawat inap yang
sudah dinyatakan pulang Keluar Rumah Sakit (KRS). Namun faktanya kasus keterlambatan masih cukup tinggi, ini disebabkan beban kerja perawat yang cukup tinggi dan juga tentang pengisian berkas rekam medis pasien rawat inap yang sudah pulang belum di isi secara lengkap sehingga berkas rekam medis menumpuk di ruang rawat inap. 4. Keterlambatan pengembalian berkas rekam medis dari faktor sarana dan prasarana (Material). Unit rekam medis di RSU Muhammadiyah Ponorogo sudah menggunakan buku ekspedisi unuk setiap kegiatan pengembalian berkas rekam medis. setiap petugas rawat inap yang mengembalikan berkas rekam medis sudah mencatat di buku ekspedisi dengan tepat. Saran Untuk menghindari terjadinya masalah keterlambatan pengembalian berkas rekam medis, maka peneliti memberikan saran agar pengembalian berkas rekam medis dikembalikan dengan tepat waktu, yakni sebagai berikut : 1. Bagi petugas rawat inap sebaiknya meningkatkan kerja sama dengan dokter penanggung jawab pasien dalam melakukan pengisian berkas rekam medis dengan tepat waktu agar pengembalian berkas rekam medis bisa dikembalikan dengan tepat waktu. 2. Bagi kepala unit rekam medis sebaiknya memberikan motivasi atau pengarahan kepada petugas rawat inap tentang waktu agar pengembalian berkas rekam medis dikembalikan dengan tepat waktu demi tercapainya pelayanan yang lebih baik terhadap RSU Muhammadiyah Ponorogo. 3. Bagi rumah sakit sebaiknya lebih menekankan aturan / SOP (Standard Operational Procedure) yang berlaku di RSU Muhammadiyah Ponorogo tentang waktu pengembalian berkas rekam medis kepada seluruh petugas medis maupun petugas rekam medis. DAFTAR PUSTAKA 2006, Pedoman Pengolahan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia, Jakarta : Departemen Kesehatan RI Direktorat Pelayanan Medik Avita Fardaningrum, 2013, Aspek Pengendalian Tingkat Keterlambatan Pengembalian Dokumen Rekam Medis Dari Rawat Inap Ke Assembling Di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode Februari Tahun 2013. KTI Universitas Dian Nuswantoro. Semarang. Daryanto, 2011. Adminstrasi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta Eri Rustiyanto, 2009, Etika Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Gemala R. Hatta, 2008, Pedoman Informasi Manajemen Kesehatan di sarana pelayanan kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Kepmenkes RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Kepmenkes RI No. 560/MENKES/SK/IV/2003 tentang Tarif Perjan Rumah Sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/ 2008 Tentang Rekam Medis
Rionanda, F.S. 2013. Aspek Aspek Pengendalian Keterlambatan Pengembalian Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Ke Assembling Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang Bulan Januari 2013. KTI Universitas Dian Nuswantoro. Semarang. Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. TA, Imron, 2009, Manajemen Logistik Rumah Sakit. Jakarta: Sagung Seto. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Yulia, R. 2011. Pengaruh Karakteristik Individu Dokter Dan Petugas Pengembalian Berkas Rekam Medis (Pos Perawatan) Terhadap Mutu Berkas Rekam Medis Paien Rawat Inap Di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011. Skripsi FKM Universitas Indonesia. Jakarta. Sumber Internet: Eem, Huzaimah. 2011. Implementasi Fungsi Fungsi Manajemen Pada Layanan Kesehatan Cuma Cuma (LKC) Ciputat Tangerang bersumber dari[internet] http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/ bitstream/123456789/18916/1/eem%2 0HUZAIMAH-FDK.pdf [diakses pada senin 29 februari 2016 jam 16.20 wib]