BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

PEMBIAYAAN IJARAH MULTIJASA PADA JASA KEUANGAN DI KSU SYARIAH USAHA MULIA PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB II TINJAUAN UMUM AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

Sriono ISSN Nomor TELAAH TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA (AL IJARAH) DALAM PERBANKAN SYARIAH

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS SEWA

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB II LANDASAN TEORI

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

$!%#&#$ /0.#'()'*+, *4% :;< 63*?%: #E Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB II LANDASAN TEORI

Materi: 12 AKUNTANSI IJARAH

BAB II LANDASAN TEORI. waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Berdasarkan pengertian

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

Porsi. Nasabah. Porsi. Bank. SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity. Profit Distribution.

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 58/DSN-MUI/V/2007 Tentang HAWALAH BIL UJRAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II Landasan Teori

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

RESCHEDULING DAN KOLEKTABILITAS

BAB II LANDASAN TEORI. transaksi tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. dana (liabilities), penyaluran dana (asset) berupa pembiayaan, dan jasa-jasa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan

Dealin Mahaputri Leonika

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

AKAD-AKAD DI DALAM PASAR MODAL SYARIAH

PERBANKAN SYARIAH IJARAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SESI : 07 ACHMAD ZAKY

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB II LANDASAN TEORI

Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta Telp. (021) Fax: (021)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IJARAH MULTIJASA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Dan Janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfa at) sampai ia dewasa penuhilah janji; sesungguhnya janji

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

Perbankan Syariah. Akuntansi Ijarah

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB II PEMBIAYAAN IJARAH MULTI JASA DAN FATWA DSN MUI

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi, 1993, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

BAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

MUSYARAKAH MUTANAQISAH SEBAGAI ALTERNATIF PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH. Kajian LiSEnSi, Selasa, 23 Maret 2010

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB II LANDASAN TEORI

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengertian Akad Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Ijarah 1) Pengertian Ijarah Al- Ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya adalah al- iwadh yang arti dalam bahasa indonesianya ialah ganti dan upah. 1 Secara etimologi, ijarah bermakna menjual manfaat. Ulama Hanafiyah berpendapat ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti. Sedangkan ulama Syafi iyah berpendapat bahwa ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu. Adapun ulama Malikiyah dan Hanabilah menyatakan bahwa ijarah adalah menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu dengan pengganti. 2 Secara terminologis, ijarah adalah transaksi atas suatu manfaat yang mubah berupa barang tertentu atas dijelaskan sifatnya dalam tanggungan dalam waktu tertentu, atau transaksi atas suatu pekerjaan yang diketahui dengan upah 1 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 114 2 Rahmad Syaefi, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001, hlm. 121-122 17

18 yang diketahui pula. Jumhur ulama fiqh berpendapat bahwa ijarah adalah menjual manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya. Oleh karena itu,mereka melarang menyewakan pohon untuk diambil buahnya, domba untuk diambil susunya, sumur untuk diambil airnya, dan lainlain sebab semua itu bukan manfaatnya tetapi bendanya. 3 Menurut fatwa DSN-MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dengan demikian akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan pada penyewa. Sedangkan dalam Lembaga Keuangan Syariah, ijarah adalah pembiayaan dengan psinsip sewa ditujukan untuk mendapat jasa dengan ketentuan keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang disewakan. Ada dua jenis ijarah dalam hukum Islam : a. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. 3 Ibid

19 b. Ijarah yang berhubungan dengan asset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk memakai dari asset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. 4 2) Dasar Hukum Ijarah Dasar-dasar hukum ijarah adalah sebagai berikut: a. Firman Allah QS. Al-Zukhruf (43): 32: Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. b. Firman Allah QS. Al-Baqarah (2): 233: 4 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 99

20 Artinya:...Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. c. Firman Allah QS. Al- Qashash (28): 26: Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya, orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. d. Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda: Artinya: Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering. 5 e. Hadis riwayat Abd ar-razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa id al-khudri, Nabi SAW bersabda: Artinya: Barang siapa memperkejakan pekerja, Beritahukanlah upahnya. 6 5 Fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentan akad Ijarah 6 Fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang akad Ijarah

21 f. Kaidah Fiqh: Artinya: Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. 3) Ketentuan-Ketentuan Ijarah 1. Rukun dan Syarat Ijarah: a. Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk lain. b. Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa dan penyewa/pengguna jasa. c. Objek akad ijarah adalah: manfaat barang dan sewa; atau manfaat jasa dan upah. 2. Ketentuan Obyek Ijarah: a. Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa. b. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak. c. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan). d. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syari ah.

22 e. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa. f. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik. g. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada bank. h. LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam Ijarah. i. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak. j. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak. 3. Jenis barang/jasa yang dapat disewakan: a. Barang modal: asset tetap, misalnya bangunan, gedung, kantor, ruko dll. b. Barang produksi: mesin, alat-alat berat dll. c. Barang kendaraan transportasi: darat, laut dan udara. d. Jasa untuk membayar ongkos: uang sekolah/kuliah, tenaga kerja, hotel, angkutan dan transportasi.

23 4. Skema Pembiayaan Ijarah: 7 Skema dan pola pembiayaan ijarah Bank Syariah Nasabah Supplier 1. Permohonan pembiayaan ijarah 2. Menyewa atau membeli ijarah 3. Akad pembiayaan ijarah objek ijarah a. Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah. b. Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah sebagai objek ijarah, dari supplier/penjual/pemilik. c. Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dan bank mengenai barang objek ijarah, tarif ijarah, periode ijarah dan biaya pemeliharaannya, maka akad 7 Adiwarman Karim, Bank Islam, Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: IIIT Indonesia, 2003, hlm. 105-106

24 pembiayaan ijarah ditanda tangani. Nasabah diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki. d. Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang disepakati. Setelah periode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan objek ijarah tersebut kepada bank. e. Bila bank memebeli objek ijarah tersebut (al-bai wal ijarah) maka setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai asset yang dapat disewakan kembali. f. Bila bank menyewa objek ijarah tersebut (al ijarah wal ijarah, atau ijarah pararel), maka setelah periode tersebut dikembalikan oleh bank kepada supplier/ penjual/ pemilik. 4) Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Ijarah Standar akuntansi keuangan yang pertama kali mengatur tentang akuntansi ijarah adalah PSAK 59 paragraf 105 sampai dengan 129 tentang pengakuan dan pengukuran ijarah. Beberapa hal yang diatur dalam paragraf tersebut antara lain: a. Karakteristik Karakteristik transaksi ijarah akan diuraikan sebagai berikut (PSAK 59 paragraf 105-107):

25 1. Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik ma jur (objek sewa) dan musta jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya. 2. Pemilik obyek sewa dapat meminta penyewa menyerahkan jaminan atas ijarah untuk menghindari resiko kerugian, jumlah, ukuran dan jenis obyek sewa harus jelas diketahui dan tercantum dalam akad. 8 b. Manfaat dan Risiko Bagi bank syariah, akad ijarah mempunyai keunggulan dibandingkan dengan akad-akad yang lain dengan keunggulan sebagai berikut: 1. Objek akad lebih luas, bisa barang atau jasa. Tergantung dari kesepakatan antara penyewa dengan pemberi sewa. Objek jasa dapat berupa jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa pariwisata dan jasa lainnya selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. 2. Risiko akad lebih rendah bila dibandingkan dengan akad investasi semisal akad mudharabah dan musyarakah. Akad ijarah relatif mempunyai risiko usaha yang lebih kecil dikarenakan pendapatan sewa 8 Muhammad, Akuntansi Syariah : Teori dan Praktik Untuk Perbankan Syariah, Yogyakart : STIM YKPN, 2013, hlm. 322

26 yang diterima oleh bank syariah bersifat tetap dan teratur/rutin. 3. Manfaat dari transaksi al-ijarah untuk bank adalah keuntungan sewa dan kembalinya uang pokok. Adapun resiko yang mungkin terjadi dalam alijarah adalah sebagai berikut: 1. Default Yang dimaksud default disini adalah nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja. 2. Rusak Yang dimaksud rusak disini yaitu asset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya pemeliharaan bertambah, terutama bila disebutkan dalam kontrak bahwa pemeliharaan harus dilakukan oleh bank. 3. Berhenti Yang dimaksud adalah nasabah berhenti ditengah kontrak dan tidak mau membeli asset tersebut. Akibatnya, bank harus menghitung kembali keuntungan dan mengembalikan sebagian kepada nasabah. 9 269-271 9 Kautsar Riza Salman, Akuntansi Syariah, Jakarta : Akademia, 2012, hlm.

27 B. Pembiayaan 1) Pengertian Pembiayaan Dalam pasal 1 angka 25 Undang-undang Perbankan Syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa : 1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. 2. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik. 3. Transaksi jual beli dalam bentuk murabahah, salam dan ishtishna. 4. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh. 5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. 10 Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara lembaga keuangan syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai atau diberi fasilitas dana mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, bagi hasil atau tanpa imbalan. 11 10 Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012, hlm. 191 11 Ibid

28 2) Tujuan Pembiayaan Secara makro pembiayaan bertujuan untuk meningkatkan ekonomi umat, meningkatkan usaha, meningkatkan produktifitas, membuka lapangan kerja baru, dan terjadi distribusi pembiayaan. Sedangkan secara mikro pembiayaan diberikan dengan tujuan upaya memaksimalkan laba, meminimalkan resiko, penyalahgunaan sumber ekonomi, dan penyaluran kelebihan dana. 12 3) Fungsi Pembiayaan Pembiayaan memiliki fungsi sebagai berikut meningkatkan daya guna uang, meningkatkan daya guna barang, meningkatkan semangat usaha, menjaga stabilitas ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan nasional, dan alat hubungan ekonomi internasional. 13 4) Jenis-jenis Pembiayaan Secara garis besar, pembiayaan dibagi dua jenis, yaitu sebagai berikut: 1. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditunjukan untuk pembiayaan yang bersifat konsumtif, seperti pembiayaan untuk pembiayaan rumah, kendaraan 12 Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah Indonesia, Yogyakarta : Pustaka SM, cetakan 1, 2007, hlm. 95 13 Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, Manajemen Operasional Bank Syariah, Cirebon : STAIN Press, 2009, hlm. 68

29 bermotor, pembiayaan pendidikan, dan apapun yang sifatnya konsumtif. 2. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditunjukan untuk pembiayaan sektor produktif, seperti pembiayaan modal kerja, pembiayaan pembelian barang modal dan lainnya yang mempunyai tujuan memberdayakan sektor riil. Salah satu fungsi utama dari perbankan adalah menyalurkan dana yang telah dihimpunnya kepada masyarakat melalui pembiayaan kepada nasabah. 14 Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokan menurut beberapa aspek, diantaranya : 1) Pembiayaan menurut tujuan Pembiayaan menurut tujuan dibedakan menjadi: a) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha. b) Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif. 2) Pembiayaan menurut jangka waktu Pembiayaan menurut jangka waktu dibedakan menjadi : 14 Sutan Remy Syahdeini, Perbankan Syariah dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta : PT. Pustaka Utama Grafiti, 2002, hlm. 20

30 a) Pembiayaan jangka pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun. b) Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun. c) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun. Jenis pembiayaan pada lembaga keuangan syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu: 1. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi: a. Pembiayaan murabahah b. Pembiayaan musyarakah 2. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi: a. Pembiayaan murabahah b. Pembiayaan salam c. Pembiayaan istishna 3. Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi: a. Pembiayaan ijarah b. Pembiayaan ijarah muntahiyah bittamlik/wa iqtina

31 C. Multijasa 1) Pengertian Multijasa Multijasa terdiri dari dua kata,yaitu kata multi yang berarti banyak, bermacam-macam dan kata jasa berarti perbuatan yang berguna atau bernilai bagi orang lain, bermanfaat. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 44/DSN-MUI/VIII/2004, tentang pembiayaan multijasa, bahwa salah satu bentuk pelayanan jasa keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan multijasa, yaitu pembiayaan yang diberikan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa. 15 Pembiayaan multijasa adalah suatu kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan akad ijarah, dalam penyaluran jasa keuangannya antara lain: penyaluran pelayanan jasa kesehatan, pendidikan, pernikahan dan lainlain. 16 Dalam pemberian pembiayaan multijasa ini,bank syariah akan memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee (upah) 15 Abdul Rohman Ghazaly, Fiqih Muamalah, Jakarta : Kencana Premedia Group, cetakan 1, 2010, hlm.284 16 Artikel diakses dari www.niriah.com pada 5 Mei 2017 pukul 14.30

32 menurut kesepakatan di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan presentase. 17 Ijarah multi jasa biasanya digunakan untuk kepentingan-kepentingan jasa, karena mudharabah dan musyarakah tidak bisa. Fatwa DSN MUI tentang pembiayaan multi jasa merupakan upaya DSN MUI memberikan payung hukum terhadap wilayah-wilayah yang tidak mudah. Sedangkan untuk memperhitungkan ujrah/fee tidak ada batasnya, karena tidak ada ulama, ayat Al-Qur an, Hadis yang membatasinya. Sehingga perhitungan ujrah/fee tergantung kesepakatan dan kepatutannya. Hal tersebut merupakan cerminan kebijaksanaan Islam. Seperti kaidah al ashlu al muamal al ibahah. Menjadi penting adalah kesepakatan, saling rela, tidak ada gharar, dan tidak ada penipuan. Dimana besarnya ujrah/fee tidak boleh dikaitkan dengan besarnya tanggungan karena pekerjaannya hanya sekali. 2) Fitur dan Mekanisme Pembiayaan Multijasa Atas Dasar Akad Ijarah a. Bank bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi ijarah dengan nasabah. b. Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyedian obyek sewa yang dipesan nasabah. 17 Serambi Indonesia, Hukum Transaksi Pembiayaan Multi Jasa, artikel diakses pada tanggal 5 Mei 2017, dari www.serambinews.com

33 c. Pengembalian atas penyediaan dana bank dapat dilakukan baik dengan angsuran maupun sekaligus, dan pengembalian atas penyedian dana bank tidak dapat dilakukan dalam bentuk piutang maupun bentuk pembebasan utang. 18 18 Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012