BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis dan pembahasan pada bab bab sebelumnya penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan dalam beberapa hal sebagai berikut : 1. Penentuan kondisi suatu ruas jalan nasional minimal berdasarkan kondisi fungsional dan kondisi struktural jalan, yang melalui penelitian ini berdasarkan nilai kerataan permukaan jalan (IRI) dan nilai lendutan. Penentuan kondisi berdasarkan 2 nilai tersebut menghasilkan penanganan yang tepat sasaran dalam mengembalikan kondisi jalan untuk mencapai umur layanan rencana. 2. Penentuan kondisi jalan yang umumnya dilakukan oleh pihak penyelenggara proyek pemeliharaan jalan yang berdasarkan nilai kerataan permukaan jalan (IRI) akan menghasilkan program penanganan yang kurang tepat sasaran, di mana dampak yang akan terjadi pada ruas jalan tersebut adalah jalan tidak mampu melayani dengan baik sebelum mencapai umur layanan rencana atau dapat dikatakan anggaran penanganan pada ruas tersebut menjadi lebih boros apabila dilakukan repetisi penanganan sebelum mencapai umur layanan rencana. Hal ini dapat dijelaskan melalui poin poin kesimpulan di bawah, yang menjelaskan kategori kondisi permukaan jalan dengan nilai IRI baik belum tentu mencerminkan kondisi yang sama pada lapisan lapisan perkerasan di bawahnya, demikian pula sebaliknya. 3. Hasil analisis nilai kerataan permukaan jalan (IRI) menunjukkan bahwa ruas jalan nasional Asam Asam Kintab nomor 007 yang terdiri dari 100 segmen (1 segmen = 200 m) memiliki kondisi baik 77,00% dan membutuhkan penanganan pemeliharaan rutin kondisi (PRK), kondisi sedang 16,00% dan membutuhkan penanganan rehabilitasi minor, kondisi rusak ringan 6% dan membutuhkan penanganan pemeliharaan berkala, serta kondisi rusak berat 1,00% dan membutuhkan penanganan rekonstruksi. 151
152 4. Hasil analisis nilai lendutan perkerasan melalui metode deflection bowl menunjukkan bahwa ruas jalan nasional Asam Asam Kintab nomor 007 memiliki kondisi baik 14,00% dan membutuhkan penanganan PRK, kondisi sedang 0,00% dan tidak membutuhkan penanganan rehabilitasi minor, kondisi rusak ringan 53,00% dan membutuhkan penanganan rehabilitasi mayor, serta kondisi rusak berat 33,00% dan membutuhkan penanganan rekonstruksi. Terdapat missing data pada 5 (lima) segmen sehingga kondisi lapisan perkerasan pada segmen tersebut diasumsikan sama dengan kondisi permukaan jalan. 5. Hasil analisis nilai modulus elastisitas perkerasan dengan software ELMOD versi 6 menunjukkan bahwa ruas jalan nasional Asam Asam Kintab nomor 007 memiliki kondisi baik 18,00% dan membutuhkan penanganan PRK, kondisi sedang 40,00% dan membutuhkan penanganan rehabilitasi minor, kondisi rusak ringan 5,00% dan membutuhkan penanganan rehabilitasi mayor, serta kondisi rusak berat 37,00% dan membutuhkan penanganan rekonstruksi. Terdapat missing data pada 7 (tujuh) segmen sehingga kondisi lapisan perkerasan pada segmen tersebut diasumsikan sama dengan kondisi permukaan jalan. 6. Hasil analisis kombinasi nilai IRI dengan nilai lendutan perkerasan metode deflection bowl menunjukkan bahwa ruas jalan nasional Asam Asam Kintab nomor 007 memiliki kondisi baik 12,00% dan membutuhkan penanganan PRK, kondisi sedang 2,00% dan membutuhkan penanganan rehabilitasi minor, kondisi rusak ringan 52,00% dan membutuhkan penanganan rehabilitasi mayor, serta kondisi rusak berat 34,00% dan membutuhkan penanganan rekonstruksi. 7. Hasil analisis kombinasi nilai IRI dengan nilai modulus elastisitas perkerasan dengan software ELMOD versi 6 menunjukkan bahwa ruas jalan nasional Asam Asam Kintab nomor 007 memiliki kondisi baik 13,00% dan membutuhkan penanganan PRK, kondisi sedang 38,00% dan membutuhkan penanganan rehabilitasi minor, kondisi rusak ringan 11,00% dan
153 membutuhkan penanganan rehabilitasi mayor, serta kondisi rusak berat 38,00% dan membutuhkan penanganan rekonstruksi. 8. Berdasarkan hasil analisis ketiga parameter di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara hasil analisis tiap metode. Penelitian ini menggunakan dan merekomendasi metode kombinasi nilai IRI dengan nilai lendutan metode deflection bowl, karena dipandang lebih akurat digunakan untuk menentukan program penanganan pemeliharaan jalan karena mewakili kondisi fungsional dan struktural perkerasan. Sehingga kondisi dan jenis penanganan pada ruas jalan nasional Asam Asam Kintab nomor link 007 disimpulkan memiliki kondisi baik 12,00% dan membutuhkan penanganan pemeliharaan rutin kondisi, kondisi sedang 2,00% dan membutuhkan penanganan rehabilitasi minor, kondisi rusak ringan 52,00% dan membutuhkan penanganan rehabilitasi mayor, serta kondisi rusak berat 34,00% dan membutuhkan penanganan rekonstruksi. Sedangkan metode kombinasi nilai IRI dengan nilai modulus elastisitas software ELMOD versi 6 kurang tepat digunakan, hal ini disebabkan nilai modulus elastisitas perkerasan hasil analisis software ELMOD versi 6 sangat bergantung terhadap data ketebalan tiap lapisan dan data material yang digunakan tiap segmen. Apabila data ketebalan tiap lapisan dan data material yang digunakan pada tiap lapisan tidak diketahui dengan benar, maka nilai modulus elastisitas hasil dari perhitungan balik/backcalculation tidak akan akurat dan tidak representatif terhadap kondisi sebenarnya. Data yang digunakan hanya berdasarkan data hasil tes pit pada 3 titik lokasi untuk ruas jalan sepanjang 20 km. 9. Hasil analisis biaya penanganan pemeliharaan jalan berdasarkan analisis kombinasi nilai IRI dengan nilai lendutan perkerasan metode deflection bowl menunjukkan bahwa ruas jalan nasional Asam Asam Kintab nomor 007 membutuhkan dana untuk penanganan pekerjaan pemeliharaan rutin kondisi pada kondisi baik sebesar Rp. 498.388.800,- sepanjang 2,40 km (12 segmen), penanganan pekerjaan rehabilitasi minor pada kondisi sedang sebesar Rp. 789.206.400,- sepanjang 0,40 km (2 segmen), penanganan pekerjaan
154 rehabilitasi mayor pada kondisi rusak ringan sebesar Rp. 45.342.429.600,- sepanjang 10,40 km (52 segmen), dan penanganan pekerjaan rekonstruksi pada kondisi rusak berat sebesar Rp. 43.232.795.200,- sepanjang 6,80 km (34 segmen). Total keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk ruas tersebut sebesar Rp. 89.862.820.000,-. 10. Hasil analisis biaya penanganan pemeliharaan jalan yang terdapat pada program pendanaan proyek pemeliharaan jalan menunjukkan bahwa ruas jalan nasional Asam Asam Kintab nomor 007 membutuhkan dana untuk penanganan pekerjaan pemeliharaan rutin kondisi pada kondisi baik sebesar Rp. 3.197.994.800,- sepanjang 15,40 km (77 segmen), penanganan pekerjaan rehabilitasi minor pada kondisi sedang sebesar Rp. 6.313.651.200,- sepanjang 3,20 km (16 segmen), penanganan pekerjaan rehabilitasi mayor pada kondisi rusak ringan sebesar Rp. 5.231.818.800,- sepanjang 1,20 km (6 segmen), dan penanganan pekerjaan rekonstruksi pada kondisi rusak berat sebesar Rp. 1.271.552.800,- sepanjang 0,20 km (1 segmen). Total keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk ruas tersebut sebesar Rp. 16.015.017.600,-. 11. Berdasarkan poin 9 dan 10 analisis biaya penanganan ruas jalan nasional Asam Asam Kintab nomor 007 di atas, secara keseluruhan segmentasi diketahui terdapat rupiah penanganan yang tidak efektif sebesar Rp. 73.847.802.400,-. Sehingga penentuan kondisi jalan pada program penanganan ruas jalan tersebut disimpulkan membutuhkan tambahan dana sebesar Rp. 73.847.802.400,- dari alokasi awal program pendanaan proyek sebesar Rp. 16.015.017.600,- agar jalan mampu melayani dengan maksimal sampai mencapai umur rencana. 6.2. Saran Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bina Marga 2015-2019 menargetkan preservasi jalan nasional sepanjang 47.017 km, pembangunan jalan nasional sepanjang 2.650 km, dan peningkatan kapasitas jalan nasional sepanjang 3.073 km, hal ini berarti alokasi pendanaan jalan nasional 2 (dua) tahun ke depan hampir 90% digunakan untuk preservasi jalan. Oleh karena itu saran saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini sebagai berikut :
155 1. Diharapkan perlu adanya perbaikan pada metode yang digunakan dalam penentuan kondisi dan rekomendasi penanganan suatu ruas jalan nasional, sehingga dapat menghindari repetisi penanganan pada ruas/lokasi jalan yang sama selama umur rencana. Saran yang dapat diberikan dalam penentuan kondisi dan rekomendasi penanganan suatu jalan nasional yaitu dengan metode kombinasi nilai IRI dan nilai lendutan perkerasan. 2. Diharapkan setiap Balai Pelaksanaan Jalan Nasional di Indonesia memiliki setidaknya 1 (satu) unit alat FWD untuk dapat mengukur kondisi struktural jalan nasional di wilayah kerjanya masing masing. 3. Hasil uji kerataan permukaan dengan alat roughometer yang menghasilkan nilai IRI sebaiknya dikompilasi dengan survei visual antara lain survei kondisi jalan (SKJ) yang akan menghasilkan akurasi lebih tinggi dalam penentuan kondisi fungsional jalan. Demikian halnya dalam penentuan kondisi struktural jalan, nilai lendutan hasil survei alat FWD yang ada perlu dihitung luasannya. 4. Dalam hal peneliti kesulitan mendapatkan data tebal lapisan lapisan existing perkerasan per segmentasi jalan, diharapkan ada suatu bank data yang memuat propertis struktur lapisan lapisan perkerasan jalan nasional yang dapat diakses dengan mudah melalui internet, sehingga pada penelitian lanjutan menghasilkan analisis yang lebih tepat. 5. Diharapkan ada penelitian lanjutan mengenai kajian kinerja jalan berdasarkan kondisi fungsional (nilai IRI + SKJ) dan kondisi struktural (nilai lendutan) pada paket pekerjaan jalan long segment yang sedang berlangsung dengan memproyeksikan sampai tahun ke akhir masa layanan rencana jalan tersebut.