BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Asahan secara geografis terletak pada 2 0 56 46,2 LU dan 99 0 51 51,4 BT. Sungai Asahan merupakan salah satu sungai terbesar di Sumatera Utara, Indonesia. Sungai ini mengalir dari mulut Danau Toba, melintasi Kota Tanjung Balai dan berakhir di Teluk Nibung, Selat Malaka. Daerah ini dibatasi oleh kontur ketinggian yang mengelilingi danau dan melintasi desa Porsea di mana sungai Asahan sepanjang 150 km mengalirkan air keluar dari Danau Toba (Loebis, 1999). Daerah sungai asahan pada saat ini merupakan daerah yang mengalami penurunan keseimbangan ekosistem yang ditandai terjadinya penurunan tangkapan udang dan ikan bagi nelayan di daerah ini. Hal ini disebabkan karena kawasan Sungai Asahan telah mengalami perkembangan pemanfaatannya oleh berbagai aktifitas manusia, seperti areal pemukiman, pelabuhan yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Penyebaran udang di Indonesia hampir meliputi seluruh perairan Indonesia, mulai dari perairan barat Indonesia hingga ke perairan sebelah timur, terutama daerah pesisir pantai dan intertidal. Naamin et al., (1981), menyatakan bahwa ditemukan 81 jenis udang Penaeid di seluruh perairan Indonesia, 46 jenis diantaranya sering tertangkap nelayan Indonesia. Ada 9 jenis udang yang bernilai niaga tinggi, yaitu Penaeus merguiensis, Metapeneus, P. indicus, P. chinensis P.monodon, P. semisulcatus, P. latisulcatus, Metapeneus monoceros, M. ensis dan M. elegans. 1
2 Hasil produksi perikanan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama jenis udang-udangan (Crustacea). Udang merupakan salah satu produk unggulan perikanan Indonesia yang termasuk dalam sektor non migas. Permintaan pasar terhadap udang sangat tinggi, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini dikarenakan banyaknya keistimewaan yang dimiliki oleh udang dibandingkan dengan produk perikanan lainnya, misalnya ukurannya yang besar dan cita rasa yang enak. Udang merupakan komoditi perikanan yang penting di Indonesia, memiliki gizi yang tinggi dan cita rasa yang lezat. Udang banyak diminati masyarakat baik dari dalam maupun luar negeri. Pada beberapa tahun belakangan ini udang semakin ramai diperdagangkan sebagai komoditi eksport karena harganya yang sangat tinggi. Keanekaragaman udang dalam suatu perairan menunjukkan bagaimana kondisi perairan tersebut, apakah mendukung atau tidaknya bagi kelangsungan hidup suatu populasi jenis udang tersebut. Menurut Supriharyono (2000), sifat fisik-kimia yang khas menunjukkan kondisi lingkungan yang bervariasi sehingga menyebabkan organisme yang hidup di perairan tersebut memiliki kekhasan pula. Naamin et al., (1981), menyatakan bahwa Penaeid paling banyak ditemukan disepanjang pantai substrat dasar perairan yang berlumpur dan berpasir serta didukung oleh keberadaan hutan mangrove, terutama di daerah yang masih dipengaruhi oleh muara sungai sampai kedalaman 30 40 meter. Dari tahun ke tahun kualitas ekosistem di daerah mangrove menurun karena banyak pohon mangrove ditebang untuk dijadikan tambak udang dan pemukiman sehingga mengurangi fungsi ekologis dan ekonomis (Dahuri et al., 2004). Pada
3 ekosistem yang rusak, beberapa hewan laut asli di tempat itu berkurang bahkan punah seperti udang, ikan dan kepiting. Penyebab kerusakan lain adalah abrasi pantai. Penggunaan bahan kimia oleh masyarakat untuk keperluan pertanian, pertambakan dan peternakan juga menghasilkan limbah yang dibuang keperairan. Kegiatan transportasi perairan yang menggunakan mesin-mesin yang menghasilkan ceceran minyak baik sengaja maupun tidak sengaja dapat mengakibatkan penurunan kualitas air laut secara fisik, kimia dan biologis (Connel dan Miller, 1995). Pencemaran juga dapat berasal dari limbah yang di buang oleh berbagai kegiatan pembangunan, seperti tambak dan pemukiman (Dahuri et al., 2004). Akumulasi dari berbagai efek negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas masyarakat ini secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi keberadaan biota laut di perairan tersebut termasuk udang. Di daerah Sungai Asahan, udang merupakan pilihan utama penduduk nelayan untuk ditangkap dan diperdagangkan. Hal ini tentu mempengaruhi keberadaan udang di daerah tersebut. Sejauh ini belum diketahui keanekaragaman udang di perairan Sungai Asahan, untuk itu perlu dilakukan penelitian Keanekaragaman dan Distribusi Udang Dikaitkan dengan Faktor Fisik dan Kimia Air di Muara Sungai Asahan. 1.2 Permasalahan Berbagai aktivitas yang berlangsung di sepanjang Muara Sungai Asahan mengakibatkan perubahan faktor fisik dan kimia air yang berdampak pada
4 keanekaragaman dan distribusi udang. Sejauh ini belum diketahui keanekaragaman dan distribusi udang di Muara Sungai Asahan dan hubungan keanekaragaman dan distribusi udang dengan faktor fisik dan kimia air. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Mengetahui keanekaragaman dan distribusi udang di Muara Sungai Asahan. b. Mengetahui hubungan faktor fisik dan kimia air terhadap keanekaragaman dan distribusi udang di Muara Sungai Asahan. 1.4 Hipotesis Adapun hipotesis dari penelitian adalah: a. Terdapat perbedaan keanekaragaman udang di Muara Sungai Asahan. b. Terdapat perbedaan distribusi udang di Muara Sungai Asahan. c. Terdapat hubungan faktor fisik dan kimia air dengan keanekaragaman udang di Muara Sungai Asahan. d. Terdapat hubungan faktor fisik dan kimia air dengan distribusi udang di Muara Sungai Asahan.
5 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian adalah: a. Memberikan informasi tentang keanekaragaman dan distribusi udang di Muara Sungai Asahan. b. Memberikan informasi yang berguna bagi instansi terkait dan masyarakat sekitar tentang kondisi air di Muara Sungai Asahan.