I. PENDAHULUAN. Hampir 75 % tumbuhan mangrove hidup diantara 35ºLU-35ºLS (McGill, 1958

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mangrove adalah kawasan hutan yang terdapat di daerah pasang surut. Hampir 75 % tumbuhan mangrove hidup diantara 35ºLU-35ºLS (McGill, 1958 dalam Supriharyono, 2007). Menurut PP No 73 tahun 2012 tentang strategi nasional pengelolaan ekosistem mangrove, ekosistem mangrove adalah kesatuan antara komunitas vegetasi mangrove yang berasosiasi dengan fauna dan mikro organisme sehingga dapat tumbuh dan berkembang pada daerah sepanjang pantai terutama di daerah pasang surut, laguna, muara sungai yang terlindung dengan substrat lumpur atau lumpur berpasir membentuk keseimbangan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Indonesia merupakan negara kelautan terbesar yang memiliki hamparan hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove di dunia mencapai luas sekitar ha yang tersebar di Asia ha, Afrika ha, dan Amerika ha (FAO 1994). Di Indonesia tercatat 3,75 juta ha hutan mangrove (PHPA-AWB, 1987 dalam Supriharyono, 2007), untuk itu luasnya hutan mangrove ini harus bisa dimanfaatkan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat pesisir pada khususnya dan negara pada umumnya. Merujuk pada The World s Mangroves (FAO 2007), walaupun dari segi luas kawasan, mangrove Indonesia merupakan yang terluas di dunia, yakni sebesar 3,75 juta ha, namun kondisinya semakin menurun baik dari segi kualitas dan kuantitas dari tahun ke tahun. Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, atau sekitar 27% dari luas 1

2 mangrove di dunia. Kekhasan ekosistem mangrove Indonesia yaitu memiliki keragaman jenis yang tinggi bahkan tertinggi di dunia. Sebaran mangrove di Indonesia terutama di wilayah pesisir Sumatera, Kalimantan dan Papua. Saat ini, tercatat sekitar 48 persen hutan mangrove Indonesia dalam keadaan rusak sedang dan 23% lainnya rusak berat. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia, baik berupa konversi kawasan mangrove menjadi sarana pemanfaatan lain seperti pemukiman, industri, rekreasi dan lain sebagainya. Pusat Data dan Informasi KIARA (2013) mencatat adanya 3 faktor utama penyebab kerusakan mangrove di Indonesia. Pertama, konversi untuk ekspansi industri (pertambakan-perkebunan), konversi lahan menjadi pemukiman dan pencemaran lingkungan. Sehingga untuk mempercepat proses perbaikan lingkungan pesisir khususnya kawasan mangrove maka perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi kawasan mangrove. Rehabilitasi mangrove adalah kegiatan yang bermaksud untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas, dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga (UU No 41 Tahun 1999). Dalam pengelolaan kawasan mangrove di Indonesia sudah dilakukan rehabilitasi di kawasan-kawasan tertentu baik yang didanai oleh pemerintah, masyarakat setempat maupun lembaga swadaya masyarakat (Pakpahan, 1993, dalam Poedjirahajoe, 2006). Terkhusus di Desa Mojo Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang rehabilitasi telah dimulai sejak tahun Hampir setiap tahun dilakukan kegiatan rehabilitasi sesuai kondisi lahan dan kemampuan pengelola dalam hal ini 2

3 kelompok tani OISCA (Organization for Industrial Spiritual & Cultural Advancemen). Menurut Marsono dan Sastrosumarto (1993) secara umum faktor ekologis kawasan menjadi faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan keberhasilan rehabilitasi mangrove. Setelah 13 tahun berjalan rehabilitasi di Desa Mijo, Kabupaten Pemalang tentu terjadi perubahan karakteristik habitat mangrove di kawasan tersebut sebagai dampak dari rehabilitasi baik pada vegetasi, fisiklingkungan maupun biota perairan. Penelitian ini dirancang untuk menganalisis perubahan karakteristik habitat mangrove hasil rehabilitasi. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran perubahan kondisi ekosistem sebagai dampak kegiatan rehabilitasi di Desa Mojo Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang. Pada akhirnya penelitian ini akan dipergunakan sebagai masukan dalam perancangan kegiatan rehabilitasi mangrove di Indonesia yang lebih baik dan aplikatif, sehingga tujuan rehabilitasi mangrove untuk mendukung sistem penyangga kehidupan dapat tercapai. 1.2 Permasalahan Selama beberapa abad terakhir saat ini masyarakat dan pemerintah Indonesia telah paham betapa pentingnya peran hutan mangrove bagi ekosistem, baik untuk ekonomi dan ekologi. Peran tersebut seperti penyedia kayu bakar, arang, tanin, pewarna, makanan dan minuman, obat-obatan, tiang dan kayu sebagai bahan bangunan, penangkapan ikan, penahan abrasi dan Tsunami. Akan tetapi, laju pengrusakan kawasan mangrove juga tidak bisa dihentikan karena tingginya tekanan jumlah penduduk (Departemen Kehutanan, 2008). Rehabilitasi 3

4 kawasan mangrove saat ini dianggap paling tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Kegiatan ini tentu harus direncanakan dengan matang. Selain menanam pohon sebaiknya dilakukan tahap evaluasi sebagai upaya peningkatan kualitas rehabilitasi. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dalam berbagai aspek, salah satu aspek untuk mengukur keberhasilan rehabilitasi adalah dengan melakukan evaluasi ekosistem. Evaluasi dalam penelitian ini menitik beratkan pada dinamika karakteristik habitat mangrove. Untuk mengetahui dinamika karakteristik habitat maka harus dikumpulkan data kondisi habitat mulai dari tahun tanam yang paling tua sampai yang paling muda. Dinamika akan tampak apabila data karakteristik habitat tiap tahun tanam digambarkan dalam sebuah view secara bersama-sama. view tersebut akan mampu memberikan gambaran perubahan ekosistem dari waktu ke waktu. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan: Dinamika karakteristik habitat mangrove seperti apa yang terjadi di lokasi rehabilitasi mangrove di pantai Pemalang Jawa Tengah. 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dinamika karakteristik habitat mangrove hasil rehabilitasi tahun tanam 2000, 2001, 2002, 2003, 2006, 2010 dan 2013 yang meliputi kondisi vegetasi, plankton, nekton dan faktorlingkungan (DO, salinitas, ph, suhu dan ketebalan lumpur) di Desa Mojo Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang. 4

5 1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan kepada pengelola mangrove Desa Mojo Kec. Ulujami, Kab. Pemalang terkait hasil dari penelitian ini sehingga apabila dilakukan kegiatan tambahan guna memperbaiki ekosistem maupun memaksimalkan ekosistem mangrove kawasan tersebut 2. Memberikan data ilmiah terkait ekosistem mangrove hasil rehabilitasi di Desa Mojo Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang kepada almamater, sehingga berguna bagi penelitian-penelitian selanjutnya 3. Memberikan informasi bagi pengelola kawasan mangrove terkait perubahan ekosistem mangrove sebagai akibat dari rehabilitasi mangrove sehingga akan mampu menjadi acuan bagi kegiatan rehabilitasi mangrove dilokasi lain. 4. Memberi gambaran tentang rehabilitasi mangrove di Pemalang yang memperlihatkan terjadinya dinamika faktor-faktor habitatnya. 5

6 1.5 Alur Pikir Penelitian Dinamika Karakteristik Habitat Mangrove Hasil Rehabilitasi Perkembangan Kondisi Ekosistem Mangrove Hasil Rehabilitasi Pengukuran pada tahun tanam 2000, 2001, 2002, 2003, 2006, 2010 dan 2013 Vegetasi Mangrove Kerapatan (Ind/Ha) Indeks Diversitas Indeks Dominansi Fisik Lingkungan Salinitas ( 0 / 00 ) DO (ppm) ph Suhu ( 0 c) Ketebalan Lumpur (Cm) Plankton Kepadatan (Ind/ml) Indeks Dominansi Indeks Diversitas Nekton Kehadiran (ind) Indeks Dominansi Indeks Diversitas Data Kondisi Tahun Tanam 2000, 2001, 2002, 2003, 2006, 2010 dan 2013 (Vegetasi, Plankton, Nekton dan Faktor Lingkungan) Analisis Data Pembahasan Berupa Analisis Penyebab Perubahan Kondisi Habitat mangrove Kesimpulan Gambar 1: Skema Alur Pikir Penelitian 6