BAB VI PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti. 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN IDUL FITRI: HISAB, RU YAH LOKAL, DAN RU YAH GLOBAL

MENYATUKAN SISTEM PENANGGALAN ISLAM. Syamsul Anwar

JURUSAN SIYASAH JINAYAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengikatkan perbuatannya dengan hukum syara, sebagai konsekuensi

Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah

Kata kunci : Matlak, Fikih dan Astronomi.

PENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA'

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POSISI DAN KEWENANGAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) DALAM MEMBERIKAN

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Kelemahan Rukyat Menurut Muhammadiyah PERMASALAHAN RUKYAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERADABAN TANPA KALENDER UNIFIKATIF: INIKAH PILIHAN KITA? Syamsul Anwar

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. nampaknya semua orang sepakat terhadap hasil hisab, namun penentuan awal

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H

Perayaan Nisfu Sya ban

Rukyat Legault, Ijtimak Sebelum Gurub, dan Penyatuan Kalender Islam

LEBARAN KAPAN PAK?? Oleh : Mutoha Arkanuddin Koord. Rukyatul Hilal Indonesia (RHI)

Metode Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal Rukyat or Hisab; Local or Global? (Lanjutan)

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 2 Tahun 2004 Tentang PENETAPAN AWAL RAMADHAN, SYAWAL, DAN DZULHIJJAH

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI)

BAB III RESPONS ULAMA NU DAN MUHAMMADIYAH KUDUS TERHADAP UPAYA UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA PERSPEKTIF ASTRONOMI

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

PERUMUSAN GARIS TANGGAL KAMARIAH INTERNASIONAL BERDASARKAN KONJUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Badan legislatif adalah lembaga yang legislate atau membuat undangundang.

Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

TINJAUAN UMUM TENTANG HADIS-HADIS HISAB-RUKYAT DAN TRADISI ISLAM PEMBAHARU DI TIMUR TENGAH DAN INDONESIA... 55

Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari

Wawancara Merdeka.com: Metode hisab dan Rukyat Bisa Disatukan karena Ilmu Astronomi Bisa Tentukan Awal Bulan Sesuai Dalil Rukyat

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran

HUKUM ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA

PENJELASAN TENTANG HASIL HISAB BULAN RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1436 H (2015 M)

Hisab dan rukyat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklop...

BAB I PENDAHULUAN. terbenam terlebih dahulu dibandingkan Bulan. 2. ibadah. Pada awalnya penetapan awal bulan Kamariah ditentukan

Bayar Fidyah FIDYAH DIBAYAR SEKALIGUS DAN FIDYAH DENGAN UANG

PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA. Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung)

PENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA' (Kritik terhadap Teori Wujudul Hilal dan Mathla' Wilayatul Hukmi) 1

IMPLEMENTASI MATLAK WILAYATUL ḤUKMI

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI

BAYAN DEWAN SYARI AH PUSAT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TENTANG 8 ETIKA KAMPANYE DALAM ISLAM NOMOR : 23/B/K/DSP-PKS/1429

Fiqh Ulil Amri: Perspektif Muhammadiyah 1

Oleh: Hafidz Abdurrahman

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

Kapan Idul Adha 1436 H?

Modul Pelatihan HISAB - RUKYAT AWAL BULAN HIJRIYAH

IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

BAB IV RESPONS ULAMA NU DAN MUHAMMADIYAH KUDUS TERHADAP UPAYA UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA PERSPEKTIF FIKIH

BAB IV ANALISIS MATERI SIARAN

Penentuan Awal Bulan Qamariyah & Prediksi Hisab Ramadhan - Syawal 1431 H

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 40 Tahun 2011 Tentang BADAL THAWAF IFADHAH (PELAKSANAAN THAWAF IFADHAH OLEH ORANG LAIN)

BAB IV PRAKTIK JUAL BELI LUTUNG JAWA DI DESA TRIGONCO KECAMATAN ASEMBAGUS KABUPATEN SITUBONDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu para ahli hukum Islam menentukan lembaga-lembaga mana yang. berwenang melakukannya, prosedur dan mekanismenya.

Pengantar Memahami Astronomi Rukyat

BAB XIII SALAT JAMAK DAN QASAR

Idul Fitri 2007, Akankah Kita Berbeda Lagi?

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pendapat mengenai penetapan awal bulan Qamariyah kerap

Peran Pemerintah Minimal Saja

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI TENTANG UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DAN PROSPEKNYA MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA

Hisab dan Rukyat Setara: Astronomi Menguak Isyarat Lengkap dalam Al-Quran tentang Penentuan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah

BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJU<DUL HILAL

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

AKTUALISASI MATLAK WILAYATUL ḤUKMI DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH (PERSPEKTIF NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH)

BAB III KONSEP UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI

SEKALI LAGI MENGAPA MENGGUNAKAN HISAB. Syamsul Anwar (Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

PEMEMTUAN AWAL BULAM QOMARIYAM : PERMASALAMATi DAM UPAYA MEMQATASIMYA Oleh : If. Sofwan Jannah

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI


BAB I PENDAHULUAN. tertentu kepada orang tertentu menurut syarat-syarat yang ditentukan 1. Ramadhan yang disebut juga dengan istilah zakat fitrah 2.

KONSEP DAN KRITERIA HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MUHAMMADIYAH

{mosimage}oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Kilas Balik Penetapan Awal Puasa Dan Hari Raya Di Indonesia. Moh Iqbal Tawakal

BAB I PENDAHULUAN. banyak manfaatnya dalam kehidupan praktis. Berbagai aspek kehidupan dan

JABAT TANGAN ANTARA PRIA DAN WANITA

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 13 Tahun 2011 Tentang HUKUM ZAKAT ATAS HARTA HARAM

Memperbaiki Kesalahan dalam Bulan Ramadhan

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Hilal merupakan salah satu bentuk dari perubahan gejala alam yang. menjadi petunjuk bagi manusia dalam menentukan waktu ibadah yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sumber hukum Islam yaitu Al-Qur an dan As-Sunah. Sumber. hukum Islam ini adalah dasar sebagai pedoman untuk melakukan

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

Buku ini diawali dengan puisi "Bulan, Apa Betul itu, Kau Sulit Dilihat" katya Tauflq Ismail, yang dapat menambah semangat dalam membaca buku ini.

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an merupakan pedoman dan petunjuk dalam kehidupan manusia,

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti menyimpulkan bahwa : 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan terlihatnya hilal atau batas geografis keberlakuan hasil rukyat dalam menentukan awal dan akhir bulan-bulan hijriah. Para ulama berbeda pendapat tentang matlak. Imam Sya>fi i> berpegang pada perbedaan matlak dan berpendapat bahwa hilal yang dilihat di suatu wilayah (negara), hukumnya berlaku bagi daerah tersebut dan daerah terdekat yang berada dalam satu matlak dan tidak berlaku bagi wilayah (negara) yang jauh (berbeda matlak), sedangkan jumhur ulama (Imam H{anafi>, Imam Ma>liki dan Imam H{anbali>) berpegang pada kesatuan matlak dan berpendapat bahwa ru yatul hilal berlaku bagi semua wilayah baik dekat maupun jauh. Jika hilal terlihat di suatu daerah tertentu, maka seluruh daerah wajib berpuasa dengan mengikuti hasil rukyat daerah tersebut. Berdasarkan analisis penulis, bahwa keberlakuan hasil rukyat adalah bersifat regional, sesuai dengan perintah Rasulullah saw dalam memulai dan mengakhiri puasa dengan rukyat sebagaimana riwayat Hadis Ibnu Umar, Abu> Hurairah dan Kuraib. Adapun Hadis riwayat Ibnu Umar, Abu> Hurairah dan Kuraib tersebut adalah sahih.

2. Matlak menurut astronomi adalah wilayah penampakan hilal yakni wilayah yang dibatasi oleh garis tanggal yang dibuat berdasarkan kriteria visibilitas hilal. Wilayah yang berada di sebelah barat garis tanggal merupakan wilayah yang lebih dahulu melihat hilal, dibandingkan dengan wilayah yang berada di sebelah timurnya. Garis tanggal ini merupakan garis tanggal kamariah yang memisahkan matlak barat dan timur. Perbedaan matlak menurut astronomi merupakan sesuatu yang secara aksiomatik sudah disepakati. Fakta astronomi menunjukkan bahwa keberadaan visibilitas hilal di muka bumi adalah terbatas, yang berarti bahwa pada saat rukyatul hilal pertama, tidak seluruh di muka bumi melakukan rukyat pada hari yang sama. Hal ini membawa konsekuensi hilal dapat dirukyat di suatu daerah, akan tetapi tidak dapat dirukyat di daerah yang lain. Perbedaan matlak secara astronomis, digambarkan dengan garis visibilitas hilal yang merupakan garis tanggal kamariah. Matlak regional menyisakan problem yaitu: a. Tidak adanya batasan matlak secara kuantitatif. b. Kalau kriteria matlak ditetapkan berdasarkan jarak 24 farsakh maka daerah-daerah yang berada dalam satu wilayah geografis (misalnya satu propinsi), akan tetapi jaraknya lebih dari 24 farsakh maka berpotensi berbeda dalam mengawali dan mengakhiri Ramadan. c. Secara astronomi, daerah yang berada dalam satu garis bujur memiliki waktu yang relatif sama, yang berarti mempunyai peluang dalam mengawali dan mengakhiri puasa secara bersama-sama, akan tetapi

karena perbedaan matlak maka daerah tersebut tidak serentak dalam mengawali dan mengakhiri puasa. Rukyat global tidak sesuai dengan fakta ilmiah astronomis, yang tidak memungkinkan seluruh umat Islam melaksanakan ibadah mengikuti jadwal waktu Saudi Arabiyah atau wilayah lain yang mempunyai perbedaan waktu yang ekstrim, karena adanya garis visibilitas hilal. Dengan demikian, penetapan puasa Ramadan, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha hanya mungkin akan terjadi pada hari yang sama untuk daerah yang berada pada satu wilayah pada peta garis tanggal kamariah. 3. Dalam perspektif interkoneksi, perbedaan memulai dan mengakhiri puasa (berdasarkan rukyat) sebagaimana yang diinformasikan dalam Hadis Kuraib adalah sejalan dengan logika perjalanan waktu yang secara astronomis, waktu di bumi berjalan dari timur ke barat seiring dengan pergerakan siang dan malam. Studi fikih dan astronomi menegaskan bahwa rukyat berlaku secara regional yang berimplikasi pada pemberlakuan matlak yang pada awalnya (dalam wacana fikih) merupakan batas geografis yang membatasi jangkauan keberlakuan rukyat yang dilakukan secara bil fi li, dapat pula diwujudkan dalam bentuk garis tanggal yang memisahkan antara wilayah-wilayah dimana hilal berhasil teramati dengan wilayah-wilayah yang dimana hilal tidak berhasil teramati, menggunakan garis tanggal (secara astronomi) yang hitung dengan hisab imkan>ur rukyat (rukyat yang dihitung dengan mempertimbangkan kriteria visibilitas hilal).

B. Rekomendasi Dalam penetapan awal bulan hijriah, fenomena persamaan dalam mengawali dan mengakhiri Ramadan bukan berarti telah terjadi kesepakatan, akan tetapi karena disebabkan oleh posisi bulan dan matahari yang memungkinkan pendapat kedua kelompok tersebut menghasilkan kesimpulan yang sama. Dalam sistem penanggalan, dikenal kalender masehi (syamsiyah) dan kalender hijriah. Akibat perbedaan batas garis tanggal international date line (IDL) dengan international lunar date line (ILDL), berita tentang keberhasilan rukyat yang akan diinformasikan ke seluruh wilayah yang memiliki zona waktu yang berbeda, mungkin akan dapat diterima secara serentak (real time), akan tetapi hal yang juga sangat mungkin terjadi adalah berita tentang keberhasilan rukyat (yang diterima pada saat yang sama secara serentak tersebut) terjadi pada sore hari disuatu wilayah, sementara diwilayah yang lain sudah larut malam dan bahkan masih pagi atau siang. Kalau seandainya hal ini tidak diperhatikan, maka bisa saja terjadi, terdapat daerah yang penduduknya hanya melakukan ibadah puasa hanya 28 hari (dengan sebab harus serentak mengikuti rukyat daerah lain). Dengan demikian, jika hasil rukyat diberlakukan secara global, maka hanya bisa diikuti secara berturut-turut oleh daerah yang posisinya berada di sebelah kiri ILDL, sedangkan wilayah yang berada di sebelah kanan ILDL tidak bisa mengikuti karena belum masuk tanggal karena masih sore atau siang bahkan ada yang masih pagi dan baru masuk tanggal satu setelah masuk waktu magrib.

Sehingga mengakibatkan ketentuan hari untuk tanggal 1 bulan hijriah akan berbeda walaupun tetap serentak. Tulisan ini ingin mengajak kedua pihak untuk berkomitmen untuk melakukan verifikasi dalil (naqli dan aqli) yang menjadi landasan pemikiran mereka yang lebih meyakinkan. Menurut penulis, tawaran matlak fi> wila>yatu al-h{ukmi merupakan jalan tengah dan langkah kompromi, karena matlak tidak ada batasan secara kuantitatif, maka matlak fi> wila>yatu al-h{ukmi dipandang realistis mengingat batasan wilayah hukum masing-masing negara dan ulil amri sebagai pemersatu umat. Konsep fi> wila>yatu al-h{ukmi bermakna jika dalam praktik masih terjadi perbedaan maka sebagai langkah untuk mewujudkan kesatuan adalah dengan mengikuti keputusan Pemerintah. Dalam konteks Negara Indonesia adalah keputusan melalui sidang isbat Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama RI. Hal ini menuntut jiwa besar masing-masing ormas Islam agar tidak mengedepankan ego masing-masing dengan memegang prinsip organisasi sehingga menghasilkan keputusan yang berbeda dengan Pemerintah. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat an- Nisa> (4) ayat 59 yang berbunyi :

( 4 & ó x«îû Λä ôãt uζs? βî*sù óοä3ζïβ Í ö F{$# Í<'ρé&uρtΑθß 9$# (#θãè ÏÛr&uρ!$#(#θãè ÏÛr& (#þθãψtβ#u t Ï%!$# $pκš r' tƒ ξƒíρù's? ß ômr&uρ öyz y7ï9 sœ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu ø9$#uρ «!$Î/ tβθãζïβ σè? Λä Ψä. βî) ÉΑθß 9$#uρ «!$# n<î) çνρ Šãsù Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (al- Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.