Wawancara Merdeka.com: Metode hisab dan Rukyat Bisa Disatukan karena Ilmu Astronomi Bisa Tentukan Awal Bulan Sesuai Dalil Rukyat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Wawancara Merdeka.com: Metode hisab dan Rukyat Bisa Disatukan karena Ilmu Astronomi Bisa Tentukan Awal Bulan Sesuai Dalil Rukyat"

Transkripsi

1 1 of 11 10/10/12 08:26 ******************** Dokumentasi T. Djamaluddin ******************** =========================================== Berbagi ilmu untuk pencerahan dan inspirasi Wawancara Merdeka.com: Metode hisab dan Rukyat Bisa Disatukan karena Ilmu Astronomi Bisa Tentukan Awal Bulan Sesuai Dalil Rukyat Posted on 30 Juli 2012 by tdjamaluddin i 2 Votes

2 2 of 11 10/10/12 08:26 /2012/07/wawancara-t-djamal-merdeka-com.jpg) ( Pengantar: Pada 25 Juli 2012 wartawan Merdeka.com mewawancarai saya dan laporannya di publikasikan pada serial 3 laporan: ( ( ( Berikut ini wawancara lengkapnya setelah saya edit beberpa bagian yang salah tulis, tanpa mengubah substansi hasil wawancara. Metode hisab dan rukyat bisa disatukan Reporter : Islahudin Sejak sidang isbat pertama kali dilaksanakan pada 1962, penentuan hari besar Islam di Indonesia selalu saja meninggalkan perbedaan, meski kadang kebetulan juga sama. Ini terutama dalam penetapan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Meski sudah berlangsung setengah abad, perdebatan cara menentukan awal tiga hari besar Islam itu masih berlanjut. Diskusi itu berkutat seputar mana lebih sahih, melalui metode hisab atau rukyat. Padahal, perkembangan ilmu astronomi kian pesat. Tidak salah berbeda pendapat, termasuk soal penentuan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Namun, jika situasi itu berlangsung terus meski ada upaya menyatukan, ini terlihat seperti ada yang memang sengaja

3 3 of 11 10/10/12 08:26 membuat perbedaan itu. Siapa dirugikan bila perbedaan itu sulit diselesaikan? Zaman sudah modern, demikian juga perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk bidang astronomi, kian mutakhir. Sudah saatnya ilmuwan diberikan peran menentukan tiga haris besar Islam, yakni awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Apalagi, perdebatan para ahli hukum Islam tak kunjung mereda soal metode digunakan. Bila dalil-dali sudah tidak mampu memecah kebuntuan. keterlibatan ilmuwan harus dipertimbangkan. Sejauh mana mereka bisa menemukan solusi? Berikut penuturan Thomas Djamaluddin, Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) saat ditemui Islahuddin dari merdeka.com, Rabu (25/7) siang, di kantornya, Jalan Pemuda Persil nomor 1, Rawamangun, Jakarta Timur. Bagaimana komentar Anda soal perbedaan penentuan tiga hari besar Islam masih terus terjadi di Indonesia? Masalah penentuan awal Ramadan dan mengakhirinya dalam penentuan Hari Raya Idul Fitri dan terkait penentuan Hari Raya Idul Adha, sering perbedaan terjadi dianggap karena perbedaan hisab (perhitungan) dan rukyat (penglihatan). Itu selama ratusan tahun berdebat masalah dalil saja. Tetapi saat ini perkembangan astronomi lebih maju dan akurat, dua-duanya dianggap setara, sama pentingnya, bisa saling mengisi. Rukyat diperlukan dan itu menjadi dasar atau formulasi dalam perhitungan astronomi. Hisab dalam astronomi diperlukan supaya rukyatnya bisa lebih akurat, karena saat ini kemungkinan salah dalam rukyat sangat terbuka sekali. Pada hakikatnya hilal sangat redup sekali. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana cahaya hilal bisa mengalahkan cahaya syafak atau cahaya senja. Dalam beberapa kasus, kesalahan disebabkan salah mengidentifikasi. Saat mengidentifikasi seolah-olah ada cahaya, tapi kemungkinan itu hanya cahaya dari bintang kejora, planet Venus, atau mungkin cahaya planet Merkurius, atau mungkin bintang-bintang terang lainnya. Bisa juga objek-objek latar depan dari awan, mungkin awan tipis, mungkin juga cahaya lampu nelayan, atau objek-objek lain. Bisa saja orang mengira itu hilal karena memang cahayanya sangat redup. Jadi saat ini, rukyat dan hisab bisa disetarakan, bisa saling mengisi, melengkapi. Perbedaan seperti itu sudah bisa diselesaikan. Masalah dalil bukan lagi perdebatan, silakan orang mempercayai dalil-dalil rukyat melaksanakan rukyat mereka. Demikian juga orang mempercayai hisab, menggunakan dalil-dalinya untuk memperkuat hisabnya. Tetapi kalau kedua pihak menggunakan kriteria sama, maka insya Allah hasilnya akan sama. Artinya, kalangan yang biasa merukyat itu tidak semata-mata mendasarkan pada rukyat murni, karena bisa saja kemungkinan gangguan sangat banyak dan untuk salah dan keliru bisa saja terjadi. Jadi rukyat tetap dipandu dengan hisab akurat dan mengikuti kriteria-kriteria yang memungkinkan untuk dirukyat. Kriteria itu sebenarnya disusun dari data-data rukyat jangka panjang, kemudian dikompilasikan untuk dijadikan kriteria menentukan apakah suatu hilal itu bisa diamati atau tidak. Nah, hisab juga tidak boleh hisab murni. Tidak boleh lepas dari kaidah-kaidah rukyat karena pada dasarnya dalil-dalinya mendasarkan pada dalil-dalil rukyat. Memang secara astronomi, kondisi segarisnya bulan dan matahari sudah dianggap bulan baru. Dalam ilmu falak disebut ijtimak. Tetapi secara syar i, itu tidak bisa dijadikan dasar awal bulan. Secara syar i, Rasulullah mengajarkan dengan perintah rukyat, ada batas waktu tertentu untuk terjadinya rukyat, yakni saat magrib. Dalam Islam awal hari itu dimulai saat magrib. Saat itulah orang melakukan rukyat dan dalam budaya Arab dan Indonesia, penamaan hari dimulai saat magrib. Jadi istilah malam Jumat, malam Sabtu, itu sebenarnya dari konsep awal hari dimulai dari magrib. Yang dulu memperdebatkan hisab dan rukyat tidak relevan lagi, sudah seharusnya mengarah pada pemahaman sama bahwa hisab dan rukyat bisa setara. Tapi dalam kenyataannya, hisab maupun rukyat itu belum ada kesepakatan. Masing-masing mempunyai interpretasi sendiri berdasarkan pemahaman masingmasing. Di Indonesia kondisi masyarakatnya diwarnai adanya ormas-ormas Islam. Pemahaman terkait

4 4 of 11 10/10/12 08:26 pemaknaan hisab rukyat dan kriteria-kriteria itu kemudian memberi warna pada ormas-ormas itu. Ormas-ormas ini berbeda dari segi metodenya dan berbeda dari segi kriteria. Perbedaan metode, rukyat dan hisab, saat ini sebenarnya bisa dipersatukan kalau kedua pihak mau menggunakan hisab dengan kriteria visibilitas hilal atau kemungkinan bisa dirukyat dan itu sudah dijajaki dan difasilitasi Kementerian Agama untuk mencapai kesepakatan itu. Pertama kali pada 1998, ormas-ormas Islam membuat kesepakatan menerima imkan rukyat atau visibilitas hilal yang mensyaratkan tiga hal. Pertama, ketinggian minimum dua derajat. Kedua, jarak bulan dan matahari tiga derajat. Ketiga, atau umur bulan minimal delapan jam. Pada waktu itu hampir semua ormas Islam mengikuti kesepakatan itu. Semua sepakat dengan kriteria itu kecuali Muhammadiyah. Muhammadiyah menganggap itu tidak ilmiah, tetapi justru yang dipegang Muhammadiyah itu lebih tidak ilmiah lagi. Mereka menggunakan wujudul hilal. Dalam astronomi wujudul hilal itu lemah. Kesepakatan berikutnya dilakukan pada 25 September Dalam pertemuan itu menegaskan lagi kriteria lama karena kriteria baru yang ditawarkan secara astronomi belum disepakati. Muhammadiyah tetap menggunakan wujudul hilal. Kalau menggunakan kriteria astronomi pasti kemungkinan perbedaan akan lebih sering terjadi karena kriteria astronomi itu lebih tinggi dibandingkan kriteria yang selama ini disepakati. Pemerintah terus mengupayakan untuk menyatukan semua pendapat umat yang diwakili ormas-ormas. Walau sebagian besar umat itu tidak terikat oleh ormas, tapi pemerintah tetap melaksanakan sidang penetapan atau isbat. Sidang isbat dimulai sejak 1962 yang kemudian saat ini didukung dengan undangundang peradilan agama. Di dalamnya ditetapkan, hakim agama itu mengisbatkan kesaksian dan itu kemudian menjadi bahan bagi Menteri Agama menetapkan secara nasional. Fungsi Menteri Agama sebagai wakil pemerintah adalah untuk mempersatukan semua metode, semua kriteria, kemudian tentu saja, ketika terjadi perbedaan, mengambil keputusan terbaik di antara pendapatpendapat yang berkembang di ormas-ormas itu. Tidak mungkin pemerintah melepaskan dan menyerahkan perbedaan itu pada masyarakat dan membiarkan masyarakat kebingungan. Jadi pemerintah dengan masukan-masukan dari para pakar, wakil ormas, kemudian memutuskan dalam sidang isbat itu. Suatu saat nanti ketika kriteria hisab dan rukyat ini bisa disepakati, maka keputusan antara rukyat dan hisab insya Allah akan sama. Pada saat itulah, kalau kriteria disepakati, sidang isbat itu tidak diperlukan lagi. Pemerintah sekadar menetapkan dengan membandingkan data hisab dan rukyat pada 29 Sya ban atau 29 Ramadan. Kemudian dalam forum terbatas, bisa saja Menteri Agama bersama Badan Hisab dan rukyat, tidak harus besar dan terbuka, Menteri Agama bisa langsung memutuskan. Hal itu sebenarnya dilakukan oleh Malaysia, Brunei Darussalam, Arab Saudi, dan negara-negara lain. Di sana tidak ada ormas-ormas seperti itu. Perbedaan hanya sebatas individu, meski individu itu tidak gampang sebenarnya. Tapi secara hukum negara, otoritas pemerintah memutuskan. Kalau di Arab Saudi Majelis Al-Qodho al A la atau Mahkamah Tinggi yang memutuskan. Di Malayasia ada suatu dewan di bawah kerajaan yang menetapkan itu, di Brunei juga ada semacam otoritas negara yang memutuskan. Di Indonesia ada Menteri Agama untuk memutuskan, tapi karena ada ormas-ormas kemudian mereka diundang untuk musyawarah kemudian memutuskan bersama-sama. Keputusan tetap pada Menteri Agama, tetapi Menteri Agama dengan menerima masukan dari ormas-ormas dan dari pakar-pakar. Apakah perbedaan mazhab digunakan oleh Ormas banyak mempengaruhi? Tentu, mazhab itu berpengaruh dalam pemilihan metode dan itu lebih banyak ke perdebatan fiqihnya. Perdebatan fiqihnya sekarang dianggap tuntas, tidak perlu diperdebatkan lagi karena perdebatan fiqih tidak bisa dipersatukan. Yang berpendapat harus rukyat, tidak mungkin diajak untuk hisab. Demikian sebaliknya. Yang sekarang bisa dilakukan, silakan masing-masing menggunakan metode sesuai mazhab fiqih dianutnya. Tetapi sedapat mungkin kriterianya disamakan karena pada dasarnya hisab dan rukyat bisa dipersatukan menggunakan kriteria sama, kriteria visibiltas hilal. Artinya, rukyat tidak bisa murni rukyat, tetap dipandu hisab, praktik rukyat tetap dilakukan. Sementara hisab juga bisa tetap dilakukan dengan metode-metode hisab, tapi kemudian jangan meninggalkan rukyat karena perintah dasar itu adalah dari rukyat. Keduanya

5 5 of 11 10/10/12 08:26 bisa dilakukan. Selama ini menjadi pokok perbedaan paling besar adalah perbedaan wujudul hilal dan kriteria imkanur rukyat dan ini harus disatukan, ini menyangkut ormas-ormas besar. Walau bukan mewakili mayoritas umat Islam, tapi gaungnya di masyarakat sangat besar sekali. Jadi ketika ada perbedaan antar ormas-ormas besar tentu akan memberikan dampak kebingungan di masyarakat. Peran pemerintah mencari keputusan terbaik di antara sekian banyak perbedaan. Memang ada juga perbedaan sifatnya kecil. Seperti kelompok tarekat menggunakan hisab urfi, hisab lama yang diperkenalkan oleh khalifah Umar bin Khattab. Ketika itu digunakan, maka menimbulkan perbedaan dengan hisab yang sekarang berkembang apalagi dengan rukyat. Atau ada yang menggunakan metode dengan tanda pasang air laut atau tanda-tanda lain. Perbedaan itu terjadi karena informasi-informasi pembaruan dalam hisab rukyat tidak sampai kepada mereka. Jadi mereka hanya mendasarkan pada ketaatan pada guru, secara turun temurun yang diamalkan terus. Sebenarnya kelompok-kelompok kecil itu tidak berpengaruh signifikan karena mereka melaksanakan itu untuk kalangan internal, tidak diumumkan atau tidak dipublikasikan melalui media. Ketentuan itu hanya berlaku dalam kelompok mereka, jumlahnya puluhan orang dalam satu wilayah atau jika itu antar wilayah jumlahnya tidak begitu banyak. Berbeda kalau perbedaan itu terjadi antar ormas-ormas besar karena itu akan berdampak nasional. Anggota mereka tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Perbedaan hisab dan rukyat bisa disatukan dengan kriteria sama. Muhammadiyah ingin beda sendiri Jika terus berbeda, kenapa tidak membuat kalender Islam resmi versi pemerintah? Ada tiga syarat mendapatkan kalender mapan dan itu berlaku untuk semua jenis kalender, baik kalender Islam, Hindu, Budha, Cina, bahkan untuk Masehi. Pertama, harus ada otoritas menentukan. Tanpa otoritas, tidak ada yang menjaga sistem kalender tersebut. Kedua harus ada kriterianya. Kriteria itu mengatur bagimana sistem kalender itu dijalankan. Ketiga, harus ada batas wilayahnya. Bumi kita bulat, tidak mungkin seluruhnya dijadikan satu wilayah waktu, tetap saja ada batasnya. Kita sudah sepakat keberlakuan kalender Islam di Indonesia sebagai satu wilayah. Pemerintah Indonesia memiliki otoritas tunggal melalui Menteri Agama yang secara de facto menentukan hari libur. Tinggal satu langkah lagi pada kreterianya. Kriteria itu sebenarnya sejak 1998 selalu diupayakan. Kementerian Agama selalu memfasilitasi ada penyamaan kriteria itu. Tapi yang menjadi masalah, Muhammadiyah selalu ingin berbeda. Apa Muhammadiyah memiliki dalil lebih kuat? Sebenarnya tidak juga. Dari segi dalil hisab, bukan hanya Muhammadiyah yang pakai. Pesatuan Islam (Persis) juga pakai dalil-dalil hisab seperti itu. Jadi mereka bilang tidak harus menunggu rukyat, dengan hisab mereka bisa menentukan. Yang berbeda adalah ketika menginterpretasikan hasil hisab itu. Menginterpretasikan hasil hisab itu tidak lagi berdasarkan dalil, itu sepenuhnya otoritasnya ilmu falak, otoritasnya astronomi. Itu dari segi interpretasi karena dari segi hasilnya sama. Hisab dilakukan oleh NU, Muhammadiyah, Persis, dan lainnya hasil hitungannya relatif sama. Kalau bersandarkan hisab astronomi modern, hilal awal Ramadan kemarin tingginya kurang dari dua derajat. Itu semua ormas sepakat, kecuali kelompok-kelompok tertentu yang masih menggunakan hisab lama yang menganggapnya lebih dari dua derajat. Tapi secara umum, secara astronomi modern, sudah positif untuk

6 6 of 11 10/10/12 08:26 wilayah Indonesia, tapi kurang dari dua derajat. Yang berbeda cara menyimpulkannya. Muhammadiyah menyimpulkan, asal itu sudah di atas ufuk sudah positif pertanda awal bulan. Maka dalam kasus awal Ramadan kemarin, saat magrib pada 19 Juli, ketinggian bulan sudah positif tapi kurang dari dua derajat. Terlalu rendah, tidak mungkin ada rukyat. Tapi Muhammadiyah dengan kriteria wujudul hilal itu menyatakan sudah masuk, maka tanggal 20 sudah satu Ramadan atau sejak magrib malam Jumat itu dianggap sebagai 1 Ramadan dan mereka mulai tarawih. Tapi ormas-ormas lain menggunakan imkan rukyat atau visibilitas hilal. Jadi hisab memperhitungkan mungkin atau tidak hilal dirukyat. Karena tinggi bulan sangat rendah kurang dari dua derajat, tidak mungkin untuk dirukyat. Hal itu dibuktikan dengan hasil rukyat, tidak ada kesaksian sahih. Kemudian mereka memutuskan sabtu, 21 Juli, sebagai awal Ramadan. Jadi upaya pembuatan kalender Islam dan penyatuan hari besar Islam di Indonesia tinggal selangkah lagi. Tinggal menyatukan kriteria saja. Hal itu sejak lama sudah mulai dilakukan pengkajian-pengkajian. Termasuk juga kesepakatan pada 2007 antara NU dan Muhammadiyah, mengarah pada bagaimana menyatukan kriteria itu. Memang pertemuan 2007 itu belum tuntas. Ada tiga pertemuan pokok yang direncanakan, tapi baru dua yang dilaksanakan. Pertama pada Oktober 2007 di kantor PBNU Jakarta, pertemuan kedua pada Desember 2007 di PP Muhammadiyah, Yogyakarta. Tinggal satu langkah lagi untuk menyatukan kriteria seperti apa akan disepakati. Pada pertemuan awal saat itu, Pak Din Syamsuddin dan Pak Hasyim Muzani waktu itu mengupakan menyamakan persepsi. Tinggal satu pertemuan lagi untuk menyamakan persepsi. Persepsi seperti apa terkait kreteria itu dan itu belum terlaksana hingga akhirnya berlarut-larut, perbedaan pun terus terjadi. NU bersama ormas-ormas lain menggunakan kriteria imkanur rukyat atau visibilitas hilal, sedangkan Muhammadiayh menggunakan wujudul hilal. Apakah ada dampak jika terus berbeda dalam penentuan hari-hari besar Islam? Jelas ada dampaknya karena perbedaan dalam penentuan awal Ramadan dan mengakhirinya itu bukan hanya masalah khilafiyah dalam beribadah. Memang menurut teman-teman di Muhammadiyah, Ini urusan ibadah, pemerintah jangan mengurusi. Kalau ibadahnya semacam khilafiyah terkait qunut, masalah ibadah yang sifatnya individu, itu tidak harus dicampuri pemerintah. Tapi dalam hal Ramadan dan mengakhirinya, di dalamnya ada muatan-muatan sosial. Dampak sosialnya besar sekali ketika terjadi perbedaan. Bagi umat Islam perbedaan itu juga berdampak juga pada syiar. Persepsi umat lain terhadap persatuan umat akan terlihat di sana, bahwa umat Islam adalah umat tidak bisa bersatu karena masalah awal Ramadan saja berbeda, mengakhirinya bisa saja berbeda. Masalah dampak sosial dan syiar tampak dominan. Pemerintah harus ikut campur di situ memberikan panduan kepada masyarakat mayoritas yang tidak mengikut ormas-ormas itu. Ketika terjadi perbedaan, pemerintah harus mengambil satu keputusan. Menentukan pilihan, mana seharunya yang diambil oleh mayoritas umat yang tidak mengikuti ormas-ormas itu. Berapa tahun lagi Muslim di Indonesia bisa bersatu menjalankan ritual-ritual agamanya? Sebenarnya tinggal mau bersatu atau tidak. Saat ini perdebatannya bukan lagi masalah dalilnya, bukan lagi perdebatan aspek ilmiah. Tapi apakah kita mau bersatu atau tidak. Intinya di sana, kalau kita mau bersatu, Persis (Persatuan Islam) saja yang menggunakan hisab, bisa bersatu dengan NU dan ormas lainnya. Hasilnya sama, karena kriteria digunakan juga sama, tapi Muhammadiyah ini ingin beda sendiri. Tapi kalau lihat perkembangan sekarang, mereka mau mendialogkan hal itu. Ilmu astronomi bisa tentukan awal bulan sesuai dalil

7 7 of 11 10/10/12 08:26 rukyat Dalam penentuan hari besar Islam sampai mana otoritas ahli fiqih dan ahli astronomi? Perdebatan tentang mana yang kuat antara hisab dan rukyat, sampai sekarang tidak bisa dipersatukan. Itu otoritas ahli fiqih atau fuqaha. Tapi ketika sudah mengerucut antara hisab dan rukyat tidak harus dipertentangkan, bisa menggunakan hisab, tapi dengan kriteria imkan rukyat atau visibilitas hilal. Nah di dalamnya otoritas ilmuwan itu masuk. Untuk menentukan visibilitas hilal itu bukan lagi otoritas fuqaha karena terkait seberapa atau apa saja syarat-syarat hilal itu teramati. Apa syarat-syarat penentuan awal bulan. Itu syarat-syarat astronomis, harus didasarkan pada penelitian-penelitian ilmiah, seperti ilmu hisab juga. Jadi otoritas fuqaha, ahli hukum Islam, sudah berhenti pada perdebatan hisab dan rukyat, yang tidak akan pernah selesai. Sekarang hisab dan rukyat punya potensi bisa dipersatukan dengan hisab didasarkan pada kemungkinan dirukyat. Yang berperan disitu lebih banyak pada otoritas ilmuwannya. Ilmu astronomi mampu menentukan awal bulan sesuai dalil-dalil rukyat. Itu sudah masuk otoritas sains di dalamnya. Hal itu belum dipahami bersama, tapi sebagian ormas sudah. Katakanlah Persatuan Islam (Persis). Persis mendasarkan dalil-dalil bolehnya hisab. Itu dalil fiqihnya. Tapi kemudian hisab itu harus dilakukan dengan menggunakan kriteria visibilitas hilal, maka Persis menanyakan pada astronom. Persis mengundang saya untuk menjelaskan seperti apa dalam astronomi. Kemudian saya jelaskan, bedasarkan data-data internasional diusulkan beda tinggi matahari dan bulan bulan minimal 4 derajat, jarak bulan dan matahari minimal 6,4 derajat, itu menjadi pra-syarat hilal bisa teramati. Data itu kemudian dibahas di Dewan Hisbah yang membicarakan hukum, apakah tawaran astronom ini bisa diterapkan. Ternyata itu diterima. Dalam internal Persis, ada Dewan Hisab Rukyat yang menyerap informasi dari astronomi. Kemudian ditafsirkan dalam formulasi yang bisa dipahami secara hukum dan disampaikan kepada Dewan Hisbah. Persis menggunakan kriteria imkanur rukyat astronomis. Otoritas saintis masuk ketika memberikan pertimbangan. Sampai mana batasan hilal bisa dirukyat. Sedangkan metode mana diambil itulah kewenangan fuqoha. Kalau penanggalan Hijriah sering menimbulkan perdebatan, kenapa tidak mengikuti kalender Masehi saja? Kalender Masehi juga sama pernah mengalami perbedaan dan kalender Masehi sudah berevolusi lebih dari dua ribu tahun. Sebenarnya sama saja dengan kalender Hijriah, tetap memiliki perbedaan. Kalender Masehi pernah mengalami perbedaan sangat tajam karena kriterianya berbeda. Sampai 1752 Inggris masih menggunakan kriteria Julius, sedangkan di Roma menggunakan Gregorius berdasarkan astronomi. Pada waktu itu perbedaan Natal 12 hari. Di Ingrris sudah Natal pada 25 Desember, tapi di hari yang sama di Roma masih 13 Desember. Tapi kemudian mereka bisa menyepakati kriteria Gregorius untuk mengatasi perbedaan itu. Inggris kemudian berbesar hati meninggalkan kriteria lama, mengikuti kriteria Gregorius. Perubahan kreteria itu menimbulkan gejolak di Inggris. Untuk melompat 12 hari itu bukan hal mudah. Mereka harus menghilangkan 11 hari dalam sistem kalendernya. Tapi itu kemudian bisa diselesaikan. Masalah garis tanggal juga mengalami proses lama, sampai 1825 garis tanggal internasional baru disepakati. Dalam implementasinya, Rusia masih menggunakan kriteria Julius sampai kira-kira 1920-an. Kalau kalender Masehi itu sudah dianggap mapan karena tiga syarat sudah terpenuhi. Otoritas sudah ada, batas wilayah, dan kriteria sudah disepakati. Kalender Hijriah pun bisa, tidak harus mengikut kalender Masehi. Kalender Masehi pun dulu mengalami banyak masalah, tapi bisa diselesaikan bertahap.

8 8 of 11 10/10/12 08:26 Sistem kalender itu didasarkan pada sistem nilai yang mendasari. Untuk kegiatan-kegiatan bersifat ritual, penetuan hari itu sangat diperlukan dan paling cocok adalah kalender bulan. Dengan lunar kalender, pergantian hari bisa diikuti secara jelas dan penentuan harinya bisa lebih pasti. Misal sekarang 25 Juli, tidak ada tanda-tanda di alam yang bisa membedakan antara 25 Juli dengan 26 Juli, atau dengan 24 Juli sebelumnya. Tapi kalender bulan bisa. Hindu menggunakan Hari Raya Nyepi berdasarkan bulan mati karena sebelum hari masih terlihat bulan sabit pada waktu pagi. Sesudah itu terlihat bulan sabit saat magrib. Jadi bulan mati itu sebagai penentu. Budha,untuk Hari Raya Waisak menggunakan purnama untuk penentu. Sedangkan kalender Cina, itu sama menggunakan bulan mati, hanya Cina itu digabung dengan matahari sehingga tahun baru Cina atau Imlek sekitar Januari atau Februari karena gabungan dengan solar calendar atau kalendar matahari. Umat Kristiani juga menggunakan kalender bulan untuk penentuan hari yang sifatnya ritual. Hari Raya Paskah adalah hari minggu pertama sesudah 21 Maret selepas bulan purnama. Jadi Hari Paskah itu akan berganti tanggalnya tiap tahun dalam Kalender Masehi karena menyesuaikan bulan purnama. Berbeda dengan Natal. Itu bukan terkait ritual, lebih banyak ke arah seremonial dan Natal itu bukan diambil dari tradisi Kritiani, itu diambil dari tradisi pagan Eropa, kelahiran Dewa Matahari. Untuk hal-hal tertentu, Kristiani menggunakan bulan juga. Artinya, standar penanggalan Islam, Hindu, Budha, memggunakan kalender bulan karena ritual-ritual bersifat hari lebih mudah ditentukan dengan bulan. Ada perbedaan di alam antara tanggal satu, tengah bulan, atau akhir bulan. Jadi tidak mungkin akan pindah ke kalender matahari karena semua agama menggunakan kalender bulan terkait hari ritual keagamaan. Bagaimana dengan penyatuan kalender Islam sedunia? Terkait kalender global, ini menjadi cita-cita bersama. Tetapi kalender itu bukan sekadar konsep, lebih penting adalah implementasinya. Implementasi mau tidak mau menyangkut kesepakatan dari otoritasotoritas negara. Di tiap negara ada yang menentukan sistem kalender mereka. Saat membuat kalender untuk diberlakukan secara global, maka dua hal utama harus dilakukan. Pertama, rumusan konsep. Dalam hal ini, banyak konsep ditawarkan. Kedua, ini paling sulit, menyepakati konsep mana akan diambil. Konsep itu ada yang murni mendasarkan pada astronomi. Kalau murni pada astronomi itu bisa saja. Suatu wilayah yang sama garis bujurnya berbeda tanggal hijriahnya karena memang ketampakan hilal, termasuk visibiltas hilal secara hisab memang bisa berbeda. Garis tanggalnya berbeda dengan garis tanggal matahari. Indonesia bisa saja berbeda dengan Malaysia kalau garis tanggalnya memisahkan Indonesia dengan Malaysia. Itu kalau murni Astronomi. Tapi dalam implementasinya, tentu garis tanggal astronomi bisa saja dibelok-belokkan, mengikuti kesepakatan. Di regional Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura sudah memiliki kesepakatan untuk menggunakan kriteria yang sama. Walau dalam implementasinya sering berbeda meski memiliki kriteria sama, yakni itu, tinggi bulan minimal dua derajat, jarak matahari dan bulan tiga derajat, dan umur bulan delapan jam. Seperti perbedaan dalam penentuan Idul Fitri 1432 lalu. Indonesia mendasarkan jika kriteria dua derajat itu tidak terpenuhi, maka yang lain tidak terpenuhi. Brunei Darussalam menggunakan kriteria dalam kalendernya, tetapi meraka tetap harus melakukan rukyat dalam keputusan awal dan akhir Ramadan. Malaysia menggunakan kriteria 2-3-8, tapi mendasarkan bisa pada salah satu itu. Misalnya pada penentuan Sayawl tahun lalu, pada waktu itu Malaysia menganggap umur bulan sudah di atas delapan jam. Maka dianggap sudah masuk, sehingga awal Syawlnya mendahului Indonesia. Jadi kriteria sama, dalam implementasinya bisa saja berbeda. Kalau kita menerapkan untuk kalender berlaku global, kesepakatan harus diangkat ke tingkat global. Forum-forum semacam Organisasi Konferensi islam (OKI), bisa dijadikan perantara. Tapi pada prinsipnya kalau itu disepakati bisa saja.

9 9 of 11 10/10/12 08:26 Filed under: 2. Hisab-Rukyat «Sidang Isbat: Upaya Pemerintah Memberi Kepastian di Tengah Keragaman Unifikasi Kalender Islam Nasional, Regional, dan Global Mudah, Asal Mau Bersepakat» 6 Tanggapan gusngger, on 1 Agustus 2012 at 06:05 said: Salam Pak Djamaluddin, Artikel yang sangat bagus sekali. Saya setuju dengan ide Anda. Saya setuju Muhammadiyah harus berbesar hati untuk mempertimbangkan pendekatan alternatif selain wujudul hilal. Untuk mendukung pertimbangan itu saya mengusulkan imkanur rukyah istilahnya dikembalikan menjadi hisab imakur rukyah. Istilah terakhir ini tampaknya akan lebih mudah diterima oleh pendukung hisab karena mencatumkan istilah hisab secara eksplisit. Saya juga mengusulkan logika kemungkinan imkanur rukyat agar lebih terbuka. Negasi dari mungkin dapat dilihat adalah: A. tidak mungkin dapat dilihat B. mungkin tidak dapat dilihat Saya mengusulkan yang B. Jadi, jika memperhatikan tinggi hilal asumsikan yang lain sudah memenuhi 1. Tinggi hilal lebih dari limit maka hilal mungkin dapat dilihat dengan rukyah (keyakinan di atas 99%?) 2. Tinggi hilal kurang dari limit maka hilal mungkin tidak dapat dilihat dengan rukyah. (Tapi masih positif). 3. Tinggi hilal kurang dari nol maka hilal tidak mungkin dapat dilihat. Terima kasih agus Nggermanto doni, on 1 Agustus 2012 at 07:13 said: Kalu pemahaman soal melihat hilal diterjemahkan begini gimana: ada hadist yang supaya kita belajar berkuda, gulat dam memanah, nah kudanya ganti mobil atau pesawat. memanahnya ganti menembak dg senapan atau yg lebih canggih (unttuk tentara). kalau melihat hilal dihitung secara astronomi saja karena sekarang ilmunya sudah sangat cukup apa masih kurang? kalau saya koq mikirnya ya sudah jaman modern dan sudah ada ilmunya, kita kan diminta untuk membaca atau belajar juga tho?

10 10 of 11 10/10/12 08: mirzaislamblog, on 1 Agustus 2012 at 14:11 said: 1. jika ketinggian hilal > 6* maka gunakan Imkanur Rukyat 2. jika ketinggian hilal < 6* maka gunakan Wujudul Hilal pertimbangan: 1. menggunakan Imkanur Rukyat a. Berpuasalah kamu karena melihat dia [hilal] dan berbukalah kamu karena melihat dia [hilal]. b. dengan derajat 6* lebih mendekati kreteria astronomi untuk bisa melihat hilal dengan jelas tanpa keraguan sehingga tidak menimbulkan polemik 2. menggunakan Wujudul Hilal a. Jika kamu melihat dia (hilal) maka berpuasalah kamu, dan jika kamu melihat dia (hilal) maka berbukalah, jika pandangan kamu terhalang mendung maka perkirakanlah. b. kreteria WH memastikan terlihatnya hilal muncul di 180* bujur barat meskipun belum terlihat di tempat lain sehingga lebih cocok dipakai untuk rukyat global atau kalender internasional tapi tetap tidak bisa digunakan untuk membuat kalender karena masih harus menggunakan ru'yat,,, namun untuk sementara ini bisa dipakai from: mas Sterie Budi Pramono, on 14 Agustus 2012 at 08:18 said: Silahkan disimak. dedys, on 16 Agustus 2012 at 02:01 said: Anehnya dari sisi orang tambak hitungan bulan lebih cocok mengacu ke wujudul hilal coba bpk ikuti tanda2 alam, karena orang tambak tradisional selalu memasukkan air selalu mendasarkan pada penglihatan bulan. Sekalian carilah hadits nabi yg berbunyi : ketika nabi ditanya untuk penentuan awal puasa kenapa tidak menggunakan perhitungan, nabi menjawab : umatku belum mampu, nah sekarang ini kan jamannya sudah maju mestinya P Jamal yg harus berbesar hati untuk tidak kukuh pada rukyat, Arab Saudi saja awal puasa tgl 20/07/2012 di Indonesia yg jaraknya hanya 4 jam puasanya tgl 21/07/2012 cobalah kita mulai berpikir global, jangan hanya berpikir lokal saja. Dengan kondisi diatas saya selalu ikut sistem perhitungan wujudul hilal karena almanak hitungan bulan yg ada di kalender kita itu ternyata benar adanya, bagaimana pendapat anda? SJAIFUL BAHRI, on 26 Agustus 2012 at 07:25 Dedys : Coba Lihat

11 11 of 11 10/10/12 08:26 Blog pada WordPress.com. Tema: Digg 3 Column oleh WP Designer. Ikuti Follow ******************** Dokumentasi T. Djamaluddin ******************** ======================================================== Berbagi ilmu untuk pencerahan dan inspirasi Powered by WordPress.com

IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) T. Djamaluddin Peneliti Utama Astronomi dan Astrofisika, LAPAN Bandung Alhamdulillah,

Lebih terperinci

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Diseminasi Hisab Rukyat di BPPR- LAPAN Pameungpeuk 30 Juli 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penentuan waktu merupakan hal yang sangat penting artinya dalam kehidupan manusia. Suatu peradaban dikatakan maju apabila peradaban tersebut memiliki penanggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu astronomi di Indonesia sudah terasa manfaatnya. Objek kajian yang diamatinya pun semakin berkembang, tidak hanya terbatas pada Matahari,

Lebih terperinci

Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global

Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global T. Djamaluddin Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama RI http://tdjamaluddin.wordpress.com/

Lebih terperinci

Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) T. Djamaluddin LAPAN Bandung t_djamal@bdg.lapan.go.id, t_djamal@hotmail.com http://t-djamaluddin.spaces.live.com/

Lebih terperinci

PERBEDAAN IDUL FITRI: HISAB, RU YAH LOKAL, DAN RU YAH GLOBAL

PERBEDAAN IDUL FITRI: HISAB, RU YAH LOKAL, DAN RU YAH GLOBAL 1 Anda berada di: Home > Puasa > Perbedaan Idul Fitri: Hisab, Ru yah Lokal, dan Ru yah Global http://www.cantiknya-ilmu.co.cc/2010/07/perbedaan-idul-fitri-hisab-ruyahlokal.html 10-12-2010 20.45 PERBEDAAN

Lebih terperinci

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Diseminasi Hisab Rukyat di BPPR- LAPAN Pameungpeuk 30 Juli 2011

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA'

PENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA' PENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA' (Kritik terhadap Teori Wujudul Hilal dan Mathla' Wilayatul Hukmi) T. Djamaluddin Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN-Bandung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam 82 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit Mawaaqit merupakan salah satu contoh

Lebih terperinci

Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H

Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H Kalendar Taqwim Standard merupakan rujukan resmi pemerintah Republik Indonesia dan sekaligus kalendar rujukan bagi umat Islam Indonesia. Walaupun dalam kalendar tersebut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL

IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL Revisi Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hisab Rukyah Kontemporer Dosen Pengampu : Dr. Rupi i, M. Ag Oleh: RIZA AFRIAN MUSTAQIM N I M : 1 6

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti. 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti. 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti menyimpulkan bahwa : 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan terlihatnya hilal atau

Lebih terperinci

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI)

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI) Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI) NAMA : AYUB SIREGAR INSTANSI : DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PANGKAT/GOL : PENATA MUDA TK.I / III.B Contoh Artikel/Makalah

Lebih terperinci

Hisab dan Rukyat Setara: Astronomi Menguak Isyarat Lengkap dalam Al-Quran tentang Penentuan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah

Hisab dan Rukyat Setara: Astronomi Menguak Isyarat Lengkap dalam Al-Quran tentang Penentuan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah I Hisab dan Rukyat Setara: Astronomi Menguak Isyarat Lengkap dalam Al-Quran tentang Penentuan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah Diskusi soal penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Polemik yang terjadi di Indonesia seputar masalah penetuan awal puasa dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

MENYATUKAN SISTEM PENANGGALAN ISLAM. Syamsul Anwar

MENYATUKAN SISTEM PENANGGALAN ISLAM. Syamsul Anwar MENYATUKAN SISTEM PENANGGALAN ISLAM Syamsul Anwar Tentu merupakan suatu keprihatinan bahwa umat Islam sampai saat ini belum dapat menyatukan sistem penanggalannya sehingga selebrasi momenmomen keagamaan

Lebih terperinci

Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari

Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta siknanazmi@yahoo.com/susiknanazhari69@gmail.com +6285868606911/www.museumastronomi.com 1 Peristiwa Syawal 1428 Idul

Lebih terperinci

LEBARAN KAPAN PAK?? Oleh : Mutoha Arkanuddin Koord. Rukyatul Hilal Indonesia (RHI)

LEBARAN KAPAN PAK?? Oleh : Mutoha Arkanuddin Koord. Rukyatul Hilal Indonesia (RHI) LEBARAN KAPAN PAK?? Pertanyaan ini menjadi semakin ngetrend menjelang akhir Ramadhan ini. Hampir setiap hari saya dihujani pertanyaan seperti itu yang menurut saya jawabannya cukup mudah (1 Syawwal) tapi

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA' (Kritik terhadap Teori Wujudul Hilal dan Mathla' Wilayatul Hukmi) 1

PENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA' (Kritik terhadap Teori Wujudul Hilal dan Mathla' Wilayatul Hukmi) 1 PENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA' (Kritik terhadap Teori Wujudul Hilal dan Mathla' Wilayatul Hukmi) 1 T. Djamaluddin 2 1. Pendahuluan Perbedaan pendapat tentang hisab

Lebih terperinci

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH 1. Analisis Komparasi Metode Penentuan Awal Ramadan, Syawal

Lebih terperinci

Kata Mereka Menyatukan Zona Waktu Menguntungkan:... Posted on 9 Juni 2012 by tdjamaluddin About these ads (http://en.wordpress.com/about-these-ads/)

Kata Mereka Menyatukan Zona Waktu Menguntungkan:... Posted on 9 Juni 2012 by tdjamaluddin About these ads (http://en.wordpress.com/about-these-ads/) 1 of 10 10/10/12 08:27 ******************** Dokumentasi T. Djamaluddin ******************** =========================================== Berbagi ilmu untuk pencerahan dan inspirasi Kata Mereka Menyatukan

Lebih terperinci

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah Puasa merupakan rukun islam yang ke-tiga, di dalam islam puasa berarti menahan diri dari

Lebih terperinci

Penentuan Awal Bulan Qamariyah & Prediksi Hisab Ramadhan - Syawal 1431 H

Penentuan Awal Bulan Qamariyah & Prediksi Hisab Ramadhan - Syawal 1431 H Prolog Setiap menjelang Ramadhan & Syawal biasanya umat Islam disibukkan dengan persoalan hisab & rukyat berkaitan penentuan awal bulan yang telah lama menjadi perbincangan di negri ini. Perbedaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya perbedaan kriteria dalam menentukan awal bulan Hijriyah ditengarai menjadi penyebab umat Islam Indonesia dalam beberapa kesempatan tidak serentak dalam

Lebih terperinci

Kriteria Imkan Rukyat Kesepakatan Perlu Diubah Disesuaikan dengan Kriteria Astronomis. Posted on 24 Mei 2012 by tdjamaluddin.

Kriteria Imkan Rukyat Kesepakatan Perlu Diubah Disesuaikan dengan Kriteria Astronomis. Posted on 24 Mei 2012 by tdjamaluddin. 1 of 8 10/10/12 08:28 ******************** Dokumentasi T. Djamaluddin ******************** =========================================== Berbagi ilmu untuk pencerahan dan inspirasi Kriteria Imkan Rukyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unifikasi kalender hijriah merupakan sebuah upaya menyatukan kalender baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan kamariah. Kalender

Lebih terperinci

KAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN)

KAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN) KAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN) Oleh: Indri Yanti 1 dan Rinto Anugraha NQZ 2 1 Fakultas Teknik, Universitas Wiralodra,

Lebih terperinci

Arah Qiblat Masjid Nabawi dan Masjid Kobe. Posted on 10 Desember 2010 by tdjamaluddin About these ads (http://en.wordpress.com/about-these-ads/)

Arah Qiblat Masjid Nabawi dan Masjid Kobe. Posted on 10 Desember 2010 by tdjamaluddin About these ads (http://en.wordpress.com/about-these-ads/) 1 of 6 10/10/12 08:02 ******************** Dokumentasi T. Djamaluddin ******************** =========================================== Berbagi ilmu untuk pencerahan dan inspirasi Arah Qiblat Masjid Nabawi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI TENTANG UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DAN PROSPEKNYA MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI TENTANG UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DAN PROSPEKNYA MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI TENTANG UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DAN PROSPEKNYA MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA A. Analisis Pemikiran Susiknan Azhari tentang Unifikasi Kalender

Lebih terperinci

PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA. Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung)

PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA. Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung) PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung) Persoalan penentuan awal bulan qamariyah, khususnya bulan Ramadhan,

Lebih terperinci

ASTRONOMI MEMBERI SOLUSI PENYATUAN UMMAT

ASTRONOMI MEMBERI SOLUSI PENYATUAN UMMAT ASTRONOMI MEMBERI SOLUSI PENYATUAN UMMAT Prof. Dr. Thomas Djamaluddin Profesor Riset Astronomi Astrofisika Deputi Sains, Pengkajian,dan Informasi Kedirgantaraan LAPAN LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

Lebih terperinci

Peran Pemerintah Minimal Saja

Peran Pemerintah Minimal Saja Peran Pemerintah Minimal Saja (Penentuan Hari Raya) Lingkaran Survei Indonesia Agustus 2013 1 Soal Agama, Publik Ingin Peran Pemerintah Minimal (Kasus Penentuan Hari Raya) Perdebatan antar ormas Islam

Lebih terperinci

Rukyat Legault, Ijtimak Sebelum Gurub, dan Penyatuan Kalender Islam

Rukyat Legault, Ijtimak Sebelum Gurub, dan Penyatuan Kalender Islam Rukyat Legault, Ijtimak Sebelum Gurub, dan Penyatuan Kalender Islam Sabtu, 03-05-2014 Yogyakarta- Berhasilnya rukyat yang dilakukan Ilmuan Perancis Thierry Legault dengan menangkap hilal pada sudut elongasi

Lebih terperinci

HISAB RUKYAT DALAM ASTRONOMI MODERN. T. Djamaluddin 1

HISAB RUKYAT DALAM ASTRONOMI MODERN. T. Djamaluddin 1 HISAB RUKYAT DALAM ASTRONOMI MODERN T. Djamaluddin 1 Pendahuluan Hisab (perhitungan astronomi) dan rukyat (pengamatan) secara umum adalah bagian tak terpisahkan dari astronomi modern. Hisab yang formulasinya

Lebih terperinci

Hisab dan rukyat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklop...

Hisab dan rukyat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklop... 1 of 6 10/10/12 08:16 Hisab dan rukyat Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJU<DUL HILAL

BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJU<DUL HILAL BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJUdul Hilal dan Imka>n Rukyah Perbedaan dalam hisab rukyah serta implikasinya telah banyak menyita pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imam al-sindi memberikan catatan bahwa dengan hadis yang menerangkan haramnya puasa sebelum melihat hilal dan tidak ada kewajiban puasa sebelum hadirnya hilal.

Lebih terperinci

Sistem Penanggalan Hijriyah/Islam

Sistem Penanggalan Hijriyah/Islam Sistem Penanggalan Hijriyah/Islam Dr. Muhamad Irfan Hakim AS3006, Pekan Ke-5, 27 Maret 2014 Pendahuluan Kalender Hijriyah (dan kalender Revolusi Perancis) adalah contoh kalender yang resmi dideklarasikan

Lebih terperinci

Kaedah imaging untuk cerapan Hilal berasaskan Charge Couple Device (CCD) Hj Julaihi Hj Lamat,

Kaedah imaging untuk cerapan Hilal berasaskan Charge Couple Device (CCD) Hj Julaihi Hj Lamat, Kaedah imaging untuk cerapan Hilal berasaskan Charge Couple Device (CCD) Hj Julaihi Hj Lamat, Brunei Institution of Geomatics (B.I.G), Brunei Darussalam Email: julaihi.lamat@gmail.com Kita maklum, penentuan

Lebih terperinci

Kapan Idul Adha 1436 H?

Kapan Idul Adha 1436 H? Kapan Idul Adha 1436 H? Hari Raya Idul Adha 1436 H diprediksi akan kembali berbeda setelah Ramadhan 1436 H dan Syawwal 1436 H bisa serempak dirayakan ummat Islam di Indonesia. Penyebabnya karena posisi

Lebih terperinci

/16/dengan-menyamakan-kriteria-mereka-bisa-bersatu-kita-pun-semestinya-bisa/) ).

/16/dengan-menyamakan-kriteria-mereka-bisa-bersatu-kita-pun-semestinya-bisa/) ). 1 of 16 10/10/12 08:02 ******************** Dokumentasi T. Djamaluddin ******************** =========================================== Berbagi ilmu untuk pencerahan dan inspirasi Unifikasi Kalender Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pendapat mengenai penetapan awal bulan Qamariyah kerap

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pendapat mengenai penetapan awal bulan Qamariyah kerap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pendapat mengenai penetapan awal bulan Qamariyah kerap terjadi antar organisasi keagamaan. Persoalan ini merupakan persoalan yang sudah menjurus ke

Lebih terperinci

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari ah (S. Sy)

Lebih terperinci

Metode Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal Rukyat or Hisab; Local or Global? (Lanjutan)

Metode Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal Rukyat or Hisab; Local or Global? (Lanjutan) Metode Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal Rukyat or Hisab; Local or Global? (Lanjutan) Rukyat Hilal (melihat datangnya bulan baru) Kedatangan bulan Ramadhan senantiasa disambut hangat oleh kaum muslimin.

Lebih terperinci

PERADABAN TANPA KALENDER UNIFIKATIF: INIKAH PILIHAN KITA? Syamsul Anwar

PERADABAN TANPA KALENDER UNIFIKATIF: INIKAH PILIHAN KITA? Syamsul Anwar PERADABAN TANPA KALENDER UNIFIKATIF: INIKAH PILIHAN KITA? Syamsul Anwar Kalender adalah sarana penataan waktu dan penandaan hari dalam guliran masa yang tiada henti. Kehadiran kalender merefleksikan daya

Lebih terperinci

Oleh: Hafidz Abdurrahman

Oleh: Hafidz Abdurrahman Oleh: Hafidz Abdurrahman Negara Khilafah, meski dibangun berdasarkan akidah Islam, dan menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan, tetapi Negara Khilafah tetap memberikan toleransi dan kebebasan

Lebih terperinci

Kilas Balik Penetapan Awal Puasa Dan Hari Raya Di Indonesia. Moh Iqbal Tawakal

Kilas Balik Penetapan Awal Puasa Dan Hari Raya Di Indonesia. Moh Iqbal Tawakal Kilas Balik Penetapan Awal Puasa Dan Hari Raya Di Indonesia oh Iqbal Tawakal PG Pelaksana Lanjutan Balai Besar eteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Tangerang Pendahuluan Penentuan awal bulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI. A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi

BAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI. A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi BAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya bahwa yang

Lebih terperinci

Polemik Ramadhan Ketinggian Hilal Harus 2 derajat?

Polemik Ramadhan Ketinggian Hilal Harus 2 derajat? Polemik Ramadhan Ketinggian Hilal Harus 2 derajat? Oleh Ustadz Alfian Pada tulisan sebelumnya, telah diterangkan bahwa secara syar ie penentuan awal bulan hijriyah (Ramadhan dan Iedul fitr utamanya) dilakukan

Lebih terperinci

Kelemahan Rukyat Menurut Muhammadiyah PERMASALAHAN RUKYAT

Kelemahan Rukyat Menurut Muhammadiyah PERMASALAHAN RUKYAT Kelemahan Rukyat Menurut Muhammadiyah PERMASALAHAN RUKYAT Pertanyaan dari: Seorang mahasiswa S2 Ilmu Falak IAIN Walisanga, Semarang, tidak ada nama, disampaikan lewat pesan pendek (sms) (disidangkan pada

Lebih terperinci

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN Seperti yang kita ketahui, selain planet bumi, di alam semesta terdapat banyak lagi benda-benda lain di langit. Kenampakan objek-objek samawi lain di langit yang umumnya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI, DAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI, DAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI, DAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 461 TAHUN 2002 NOMOR KEP.216/MEN/2002 NOMOR 01/SKB/M.PAN/XI/2002

Lebih terperinci

Post

Post - 2 - Imam Nasser Mohammad Al-Yamani 29-09 - 1437 AH 04-07 - 2016 AD 11:32 am Urgent Bayan-Keterangan penting kepada semua Umat Muslim di dunia bagi penjelasan pernyataan sebelumnya dan penjelasan lebih

Lebih terperinci

Modul Pelatihan HISAB - RUKYAT AWAL BULAN HIJRIYAH

Modul Pelatihan HISAB - RUKYAT AWAL BULAN HIJRIYAH Modul Pelatihan HISAB - RUKYAT AWAL BULAN HIJRIYAH Oleh : MUTOHA ARKANUDDIN ============================================================ HISAB AWAL BULAN HIJRIYAH Oleh : Mutoha Arkannuddin *) Sistem Kalender

Lebih terperinci

KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,

KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA BANDA ACEH NOMOR: 421.3/A.1/8558.a TENTANG KALENDER PENDIDIKAN T.P. 2017/2018 BAGI SATUAN PENDIDIKAN DALAM KOTA BANDA ACEH KEPALA DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan,

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan, Syawal, ataupun Zulhijah, akhir-akhir ini sering meruncing perbedannya yang berakibat sering berbedanya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Latar Belakang Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat Rukyat Sejak sebelum

Lebih terperinci

KONSEP DAN KRITERIA HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MUHAMMADIYAH

KONSEP DAN KRITERIA HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MUHAMMADIYAH KONSEP DAN KRITERIA HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MUHAMMADIYAH Di antara konsep-konsep dan kriteria hisab yang sudah berkembang, Muhammadiyah menggunakan konsep dan kriteria Hisab Hakiki Wujudul-Hilal. Hisab

Lebih terperinci

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI Oleh: AHMAD BASORI I 000 090 004 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 2 PENGESAHAN

Lebih terperinci

Pengantar Memahami Astronomi Rukyat

Pengantar Memahami Astronomi Rukyat Pengantar Memahami Astronomi Rukyat Mencari Solusi Keseragaman Waktu-waktu Ibadah oleh Dr.-Ing. H. Fahmi Amhar Astronom, Peneliti Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Pengajar Pasca Sarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB III RESPONS ULAMA NU DAN MUHAMMADIYAH KUDUS TERHADAP UPAYA UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA PERSPEKTIF ASTRONOMI

BAB III RESPONS ULAMA NU DAN MUHAMMADIYAH KUDUS TERHADAP UPAYA UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA PERSPEKTIF ASTRONOMI BAB III RESPONS ULAMA NU DAN MUHAMMADIYAH KUDUS TERHADAP UPAYA UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA PERSPEKTIF ASTRONOMI A. Respons Ulama Kudus Terhadap Upaya Unifikasi Kalender Hijriah di Indonesia

Lebih terperinci

PENJELASAN TENTANG HASIL HISAB BULAN RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1436 H (2015 M)

PENJELASAN TENTANG HASIL HISAB BULAN RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1436 H (2015 M) PENJELSN TENTNG HSIL HIS ULN RMDN, SYWL, DN ZULHIJH 1436 H (2015 M) Data dan kesimpulan sebagaimana dimuat dalam Hasil Hisab Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang merupakan lampiran

Lebih terperinci

IMKAN AL-RUKYAT MABIMS SOLUSI PENYERAGAMAN KELENDER HIJRIYAH

IMKAN AL-RUKYAT MABIMS SOLUSI PENYERAGAMAN KELENDER HIJRIYAH IMKAN AL-RUKYAT MABIMS SOLUSI PENYERAGAMAN KELENDER HIJRIYAH Arino Bemi Sado Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram Email: ari_bemi@yahoo.co.id Abstract: There has been a dispute among Indonesian

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANTUL

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANTUL BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANTUL Kalender Pendidikan Tahun 2018/2019 Dikpora= 1 KATA PENGANTAR Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas

Lebih terperinci

Seputar Perbedaan Ilmu Hisab dan Penentuan Hari Raya

Seputar Perbedaan Ilmu Hisab dan Penentuan Hari Raya Seputar Perbedaan Ilmu Hisab dan Penentuan Hari Raya KH Abdul Salam Nawawi Ilmu hisab (astronomi) tentang posisi bulan yang berkembang di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu: 1.

Lebih terperinci

BAB II TEORI VISIBILITAS HILAL

BAB II TEORI VISIBILITAS HILAL BAB II TEORI VISIBILITAS HILAL A. Definisi Visibilitas Hilal Hisab Imkan Rukyah secara harfiah hisab imkan rukyah berarti perhitungan kemungkinan hilal terlihat. Dalam bahasa inggris biasa diistilahkan

Lebih terperinci

Idul Fitri 2007, Akankah Kita Berbeda Lagi?

Idul Fitri 2007, Akankah Kita Berbeda Lagi? Idul Fitri 2007, Akankah Kita Berbeda Lagi? Oleh: Rafdian Rasyid (*) Kita sudah berlebaran pada hari yang berbeda pada tahun 2006. Tahun ini, akankah itu terjadi lagi? Saya menduga Idul Fitri tahun 2007

Lebih terperinci

BAB III KONSEP UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI

BAB III KONSEP UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI BAB III KONSEP UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI A. Biografi Susiknan Azhari Susiknan Azhari lahir di Blimbing Lamongan pada tanggal 11 Juni 1968 M/15 Rabi ul Awal 1388 H. Ia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu para ahli hukum Islam menentukan lembaga-lembaga mana yang. berwenang melakukannya, prosedur dan mekanismenya.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu para ahli hukum Islam menentukan lembaga-lembaga mana yang. berwenang melakukannya, prosedur dan mekanismenya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penetapan awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah mendapat perhatian khusus dari masyarakat Islam, sejak masa Rasulullah SAW hingga kini, karena keterkaitannya dengan ibadah

Lebih terperinci

KALENDER PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

KALENDER PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 KALENDER PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013. YAYASAN PENDIDIKAN KESATRIAN 67 SMP KESATRIAN 2 SEMARANG Jalan Pamularsih 96 Semarang Telpon (0)7609063 SMP Kesatrian 2 Semarang Kalender Pendidikan 2012/2013

Lebih terperinci

KALENDER PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KALENDER PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 KALENDER PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014. YAYASAN PENDIDIKAN KESATRIAN 67 SMP KESATRIAN 2 SEMARANG Jalan Pamularsih 96 Semarang Telpon (0)7609063 SMP Kesatrian 2 Semarang Kalender Pendidikan 2013/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keislaman yang terlupakan, padahal ilmu ini telah dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. keislaman yang terlupakan, padahal ilmu ini telah dikembangkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu falak atau biasa disebut ilmu hisab merupakan salah satu ilmu keislaman yang terlupakan, padahal ilmu ini telah dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan muslim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbenam terlebih dahulu dibandingkan Bulan. 2. ibadah. Pada awalnya penetapan awal bulan Kamariah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. terbenam terlebih dahulu dibandingkan Bulan. 2. ibadah. Pada awalnya penetapan awal bulan Kamariah ditentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalender Islam atau disebut kalender Hijriah merupakan kalender yang perhitungannya didasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi. 1 Menurut Susiknan Azhari kalender

Lebih terperinci

MAKALAH ASTRONOMI KALENDER BULAN. Dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Dosen Pengampu: Arif Widiyatmoko, M.Pd.

MAKALAH ASTRONOMI KALENDER BULAN. Dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Dosen Pengampu: Arif Widiyatmoko, M.Pd. MAKALAH ASTRONOMI KALENDER BULAN Dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi Dosen Pengampu: Arif Widiyatmoko, M.Pd. Disusun oleh: Mugi Rahayu 4001411007 Anies Rahmayati 4001411033 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KALENDER PENDIDIKAN SMP KESATRIAN 2 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KALENDER PENDIDIKAN SMP KESATRIAN 2 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 KALENDER PENDIDIKAN SMP KESATRIAN 2 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 JULI 2011 (Jml Minggu = 3) 13 Minggu 3 10 17 24 31 1 -- 9 PPD, Pemb. Jam Mengjr, Peny. Jadwal Senin 4 11 18 25 2 11 -- 14 MOS Selasa

Lebih terperinci

KALENDER PENDIDIKAN SMP KESATRIAN 2 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

KALENDER PENDIDIKAN SMP KESATRIAN 2 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 KALENDER PENDIDIKAN SMP KESATRIAN 2 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 JULI 2010 (Jml Minggu = 3) 14 Minggu 4 11 18 25 Senin 5 12 19 26 2 1 -- 9 PPD, Pemb. Jam Mengjr, Peny. Jadwal Selasa 6 13 20 27 2

Lebih terperinci

KALENDER PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 YAYASAN PENDIDIKAN KESATRIAN 67 SMP KESATRIAN 2 SEMARANG

KALENDER PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 YAYASAN PENDIDIKAN KESATRIAN 67 SMP KESATRIAN 2 SEMARANG KALENDER PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016. YAYASAN PENDIDIKAN KESATRIAN 67 SMP KESATRIAN 2 SEMARANG Jalan Pamularsih 96 Semarang Telpon (024)7609063 SMP Kesatrian 2 Semarang Kalender Pendidikan 2015/2016

Lebih terperinci

ALGORITMA PENENTUAN HARI BERBASIS KPK

ALGORITMA PENENTUAN HARI BERBASIS KPK ALGORITMA PENENTUAN HARI BERBASIS KPK Oleh: Habib Asyrafy ABSTRAK Kita merasa perlu untuk menentukan hari jika diketahui tanggal bulan dan tahunnya. Lewat pola-pola yang telah diketahui sebelumnya kita

Lebih terperinci

BAB III PEMIKIRAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG KRITERIA TEMPAT RUKYAT YANG IDEAL. A. Sekilas Tentang Thomas Djamaluddin. 1. Biografi Thomas Djamaluddin

BAB III PEMIKIRAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG KRITERIA TEMPAT RUKYAT YANG IDEAL. A. Sekilas Tentang Thomas Djamaluddin. 1. Biografi Thomas Djamaluddin BAB III PEMIKIRAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG KRITERIA TEMPAT RUKYAT YANG IDEAL A. Sekilas Tentang Thomas Djamaluddin 1. Biografi Thomas Djamaluddin Djamaluddin lahir di Purwokerto, 23 Januari 1962 M. Ia

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Silaturahim Pers Nasional, Auditorium TVRI, Jakarta, tgl 27 Apr 2015 Senin, 27 April 2015

Sambutan Presiden RI pd Silaturahim Pers Nasional, Auditorium TVRI, Jakarta, tgl 27 Apr 2015 Senin, 27 April 2015 Sambutan Presiden RI pd Silaturahim Pers Nasional, Auditorium TVRI, Jakarta, tgl 27 Apr 2015 Senin, 27 April 2015 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SILATURAHIM PERS NASIONAL DI AUDITORIUM TVRI,

Lebih terperinci

Belajar toleransi di Jerman

Belajar toleransi di Jerman Belajar toleransi di Jerman Minggu, 15 Oktober 2017 13:31 WIB 556 Views Oleh Juwita Trisna Rahayu Sejumlah umat muslim tengah menunaikan ibadah sholat Dzuhur berjamaah di Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM. SURAT EDARAN Nomor : 850/909/ORG/XII/2017 TENTANG HARI LIBUR NASIONAL DAN CUTI BERSAMA TAHUN 2018

WALIKOTA MATARAM. SURAT EDARAN Nomor : 850/909/ORG/XII/2017 TENTANG HARI LIBUR NASIONAL DAN CUTI BERSAMA TAHUN 2018 SALINAN Mataram, 2 Desember 201 8 Rabi ul Akhir 139 H K e p a d a Yth. Kepala Perangkat Daerah Lingkup Pemerintah Kota Mataram di- Mataram SURAT EDARAN Nomor : 850/909/ORG/XII/201 TENTANG HARI LIBUR NASIONAL

Lebih terperinci

Topik ini menggarisbawahi akan pentingnya kekaffahan seseorang dalam ber-islam agar mampu melihat persoalan tidak secara parsial, utamanya dalam

Topik ini menggarisbawahi akan pentingnya kekaffahan seseorang dalam ber-islam agar mampu melihat persoalan tidak secara parsial, utamanya dalam Topik ini menggarisbawahi akan pentingnya kekaffahan seseorang dalam ber-islam agar mampu melihat persoalan tidak secara parsial, utamanya dalam memahami persoalan-persoalan di seputar penanggalan Hijriyah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nampaknya semua orang sepakat terhadap hasil hisab, namun penentuan awal

BAB 1 PENDAHULUAN. nampaknya semua orang sepakat terhadap hasil hisab, namun penentuan awal BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penentuan awal bulan Kamariah penting bagi umat Islam sebab selain untuk menentukan hari-hari besar, juga yang lebih penting adalah untuk menentukan awal dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI ACEH. NOMOR: 364 Tahun 2014 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI ACEH. NOMOR: 364 Tahun 2014 TENTANG KEMENTERIAN AGAMA RI KANTOR WILAYAH PROVINSI ACEH Jln. Tgk. Abu Lam U No. 9 Telp. (0651) 22442, 22510, 25103 Fax. (0651) 25103, 22510 Banda Aceh KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI

Lebih terperinci

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI DINAMIKA HUBUNGAN indonesia - MALAYSIA DI MABES

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM. SURAT EDARAN Nomor : 850 /469 /Org/VI/2017 TENTANG

WALIKOTA MATARAM. SURAT EDARAN Nomor : 850 /469 /Org/VI/2017 TENTANG SALINAN Mataram, 21 Ramadhan 143H 16 juni 201 K e p a d a Yth. Kepala SKPD Lingkup Pemerintah Kota Mataram di- Mataram SURAT EDARAN Nomor : 50 /469 /Org/VI/201 TENTANG PERUBAHAN SURAT EDARAN NOMOR 50/13/Org/I/201

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM. SURAT EDARAN Nomor : 850/13/Org/I/2017 TENTANG HARI LIBUR NASIONAL DAN CUTI BERSAMA TAHUN 2017

WALIKOTA MATARAM. SURAT EDARAN Nomor : 850/13/Org/I/2017 TENTANG HARI LIBUR NASIONAL DAN CUTI BERSAMA TAHUN 2017 SALINAN Mataram, 3 Januari 201 4 Rabi ul Akhir 143 H K e p a d a Yth. Kepala SKPD Lingkup Pemerintah Kota Mataram di- Mataram SURAT EDARAN TENTANG HARI LIBUR NASIONAL DAN CUTI BERSAMA TAHUN 201 Assalamu

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd acara Buka Bersama di Kediaman Ketua DPD RI, tgl.24 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 24 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd acara Buka Bersama di Kediaman Ketua DPD RI, tgl.24 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 24 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd acara Buka Bersama di Kediaman Ketua DPD RI, tgl.24 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 24 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA BUKA PUASA BERSAMA DI KEDIAMAN KETUA DPD RI

Lebih terperinci

Konferensi Pers Presiden RI Mengenai Penurunan Nilai Tukar Rupiah, Tgl. 21 Agt 2013, di Jakarta Rabu, 21 Agustus 2013

Konferensi Pers Presiden RI Mengenai Penurunan Nilai Tukar Rupiah, Tgl. 21 Agt 2013, di Jakarta Rabu, 21 Agustus 2013 Konferensi Pers Presiden RI Mengenai Penurunan Nilai Tukar Rupiah, Tgl. 21 Agt 2013, di Jakarta Rabu, 21 Agustus 2013 KONFERENSI PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI PENURUNAN NILAI TUKAR RUPIAH PADA

Lebih terperinci

- 1 - KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA NOMOR 44/SK/UNISNU/VII/2017 TENTANG

- 1 - KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA NOMOR 44/SK/UNISNU/VII/2017 TENTANG - 1 - KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA NOMOR 44/SK/UNISNU/VII/2017 TENTANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Penentuan Awal Bulan Qomariah

Penentuan Awal Bulan Qomariah Penentuan Awal Bulan Qomariah Oleh : Drs. Chairul Zen S., Al-Falaky BILA ditanyakan peran astronomi yang langsung dirasakan masyarakat umum, dengan mudah kita jawab : penentuan waktu dan arah. Umur astronomi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya; LAMPIRAN PERSETUJUAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTAR PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA

Lebih terperinci

KALENDER PENDIDIKAN TAHUN UNIVERSITAS TELKOM (Semester Genap 2015/ Semester Ganjil 2016/2017)

KALENDER PENDIDIKAN TAHUN UNIVERSITAS TELKOM (Semester Genap 2015/ Semester Ganjil 2016/2017) Lampiran - Keputusan Rektor Universitas Telkom Nomor KR. 439/AKD17/WR1/15 tentang Kalender Pendidikan Tahun 2016 - Universitas Telkom KALENDER PENDIDIKAN TAHUN 2016 - UNIVERSITAS TELKOM (Semester Genap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DARI PENGARUH ORMAS-ORMAS ISLAM SEPERTI NU 1, MUHAMADIYAH 2, PERSIS,

BAB I PENDAHULUAN. DARI PENGARUH ORMAS-ORMAS ISLAM SEPERTI NU 1, MUHAMADIYAH 2, PERSIS, BAB I PENDAHULUAN. DARI PENGARUH ORMAS-ORMAS ISLAM SEPERTI NU 1, MUHAMADIYAH 2, PERSIS, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penentuan awal bulan kamariah dalam skala nasional tidak terlepas dari

Lebih terperinci

Wujudul Hilal dalam Perspektif Astronomi Kasus: 1 Ramadan 1434-H

Wujudul Hilal dalam Perspektif Astronomi Kasus: 1 Ramadan 1434-H Wujudul Hilal dalam Perspektif Astronomi Kasus: 1 Ramadan 1434-H Prof. Madya Dr. Tono Saksono Faculty of Civil and Environmental Engineering, University Tun Hussein Onn Malaysia, Johor Email: tsaksono@uthm.edu.my

Lebih terperinci

Oleh: Hafidz Abdurrahman

Oleh: Hafidz Abdurrahman Oleh: Hafidz Abdurrahman Ramadhan adalah bulan suci, yang penuh berkah Amal shalih yang dilaksanakan di dalamnya pun dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT Tanggal 17 Ramadhan tahun pertama kenabian,

Lebih terperinci