BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

Akuntansi Biaya. Analisis Perilaku Biaya (Cost Behaviour Analysis) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis sektor ekonomi yang berkelanjutan dan keadaan politik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai

BAB II KERANGKA TEORI

ANALISA BREAK EVENT POINT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA BIAYA PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

Analisis Perilaku Biaya

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Analysis Cost Volume Profit: Alat Perencanaan Manajerial Source: Hansen & Mowen (2007) Chapter 11. Present By: Ayub W.S. Pradana 30 Maret 2016

[Type the document title]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya. penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU BIAYA AKTIVITAS

BAB II BAHAN RUJUKAN

02FEB. Akuntansi Biaya. Cost Behavior Analysis, Classifying Cost, Separating Fixed and Variable Cost. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. pengelola perusahaan berperan dalam mengelola sumbe daya yang tersedia.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

Akuntansi Biaya. Cost Behaviour Analysis. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian. Menurut Hasibuan ( 2007 ), dfinisi manajemen yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

ANALISIS BREAK EVENT POINT DALAM KEBIJAKAN PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA (Studi Pada PT Wonojati Wijoyo Kediri)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Melda Darika Dua Sri Mangesti Rahayu Zahroh Z.A Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal lainnya untuk

ANALISIS BREAK EVEN POINT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Biaya. Cost Behavior Analysis. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PELAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SEGMEN. Segmen adalah unit-unit usaha penghasil laba dalam organisasi atau

BAB 4 BREAK - EVEN POINT DALAM UNIT DAN DOLAR PENJUALAN

BAB II ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA. datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, tugas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN. mencapai tujuan organisasi. Menentukan tujuan perusahaan termasuk

ANALISIS BREAK EVEN POINT

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

ANALISA BREAK EVEN POINT

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN LABA. Tugas Kelompok

ANALISIS BREAK EVEN PADA PERUSAHAAN PABRIK MINUMAN UD. USAHA BARU MAKASSAR ZAINAL ABIDIN STIE YPUP MAKASSAR

DAFTAR ISI LEMBAR PENGASAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR

2.2.2 Penggolongan Biaya Menurut sifatnya, biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan. modal (money and capital markets atau macro finance), investasi

Pengertian, Tujuan dan Manfaat Anggaran Variabel

BAB II BAHAN RUJUKAN

Vol.10, No Februari 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

PERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA

ANALISA PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT PADA PT. ASAM JAWA MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan ABSTRAK

ABSTRAK. Kata kunci: Cost-volume-profit, break even point, laba. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kompetitor bisnis baru dalam bidang usaha membuat perusahaan melalui pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat

Andri Helmi M, SE., MM.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. seminimal mungkin maka perusahaan tersebut dapat bertahan dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan semakin ketatnya persaingan pada bidang bisnis di

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENJUALAN UNTUK MENCAPAI LABA YANG DIINGINKAN (STUDI PADA QUICK CHICKEN CABANG KOTA BLITAR)

ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai

Department of Business Adminstration Brawijaya University

BAB II LANDASAN TEORI

COST VOLUME PROFIT (CVP) SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT INDO TAMBANGRAYA MEGAH, Tbk DAN ENTITAS ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di setiap bidang usaha sangat tinggi dengan semakin

Analisa Perilaku Biaya

ANALISIS COST VOLUME PROFIT (CVP) SEBAGAI ALAT PERENCANAAN UNTUK MENCAPAI TARGET LABA PADA USAHA KONVEKSI RIRI COLLECTION

Bahan Kuliah. Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan VII. Analisis Break Even. Dosen : Suryanto, SE., M.Si

BREAK EVEN POINT. introduction

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Laba Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba optimal. Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal mungkin, dengan pengeluaran biaya sekecil mungkin. Untuk mencapai laba yang direncanakan, perusahaan perlu merencanakan berapa tingkat laba yang akan dicapai oleh penjualan produknya. Hal ini perlu dilakukan agar perusahaan bias mengambil keputusan mengenai perencanaan laba. Perencanaan laba merupakan bagian dari salah satu fungsi manajemen. Perencanaan laba ditujukan kepada sasaran akhir perusahaan dan bermanfaat sebagai pedoman untuk mempertahankan arah kegiatan yang pasti. Menurut Gordon (1996:3) mengemukakan bahwa perencanaan laba merupakan suatu proses mengembangkan tujuan perusahaan dan memilih kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu teknik perencanaan laba yang dipakai untuk merencanakan kegiatan perusahaan mencapai laba optimal dan mengahadapi perubahan yang mungkin terjadi atas harga jual satuan, jumlah total biaya tetap, biaya variabel satuan dan perubahan volume adalah Break Even Point (BEP). 12

13 2.1.1 Pengertian Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) adalah titik dimana keadaan perusahaan tidak mendapatkan laba dan tidak menderita kerugian atau titik dimana penghasilan perusahaan hanya dapat menutupi biaya tetap. Analisis Break Even Point adalah teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya, laba dan volume penjualan Cost Profit Volume analysis (C.P.V Analysis). Menurut Hansen dan Mowen (2005:274) menyatakan bahwa Break even point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Definisi yang dikemukakan oleh Carter (2009:572) mengatakan bahwa Break Even Point adalah titik dimana biaya dan pendapatan adalah sama, pada titik ini tidak ada rugi maupun laba. Kemudian menurut Rudianto (2009:572) menjelaskan bahwa Break even point adalah volume penjualan yang harus dicapai perusahaan agar perusahaan tidak mengalami kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba sama sekali. Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi. Dengan mengetahui titik impasnya (Break Even Point), manajemen suatu perusahaan dapat merencanakan tingkat penjualan yang diinginkan agar terhindar dari kerugian dan perusahaan dapat memperoleh laba optimal.

14 2.1.2 Asumsi-asumsi dalam Analisis Break Even Point (BEP) Analisis Break Even Point membutuhkan asumsi tertentu sebagai dasarnya. Ada beberapa asumsi dalam analisis Break Even Point menurut Horngrrn, Datar dan Foster (2008:70), asumsi-asumsi penting tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Perubahan tingkat pendapatan dan biaya disebabkan oleh perubahan jumlah unit produk (atau jasa) yang diproduksi dan dijual. Jumlah unit output merupakan satu-satunya pemicu pendapatan sekaligus pemicu biaya. Jika pemicu biaya merupakan faktor yang menimbulkan biaya, pemicu pendapatan (revenue driver) adalah sebuah variabel, seperti volume, yang menjadi penyebab timbulnya pendapatan. 2. Biaya total dapat dipisahkan kedalam komponen tetap yang tidak berubah mengikuti perubahan tingkat output dan komponen variabel yang berubah mengikuti tingkat output. Biaya variabel mencakup biaya variabel langsung dan biaya variabel tidak langsung produk. Demikian juga, biaya tetap mencakup biaya tetap langsung dan biaya tetap tidak langsung. 3. Ketika disajikan secara grafik, perilaku pendapatan total dan biaya total bersifat linear (yaitu dapat digambarkan sebagai garis lurus) ketika dihubungkan dengan tingkat output dalam rentang (dan periode waktu) yang relevan. 4. Harga jual, biaya variabel per unit, serta biaya biaya tetap total (dalam rentang dan periode waktu yang relevan) telah diketahui dan konstan.

15 5. Analisis mencakup satu produk atau mengasumsikan bahwa proporsi produk yang berbeda ketika perusahaan menjual beragam produk adalah tetap konstan ketika tingkat unit yang terjual total berubah. 6. Seluruh pendapatan dan biaya dapat ditambahkan, dikurangkan, dan dibandingkan tanpa menghitungkan nilai waktu dari uang. 2.1.3 Manfaat Break Even Point (BEP) Menurut Matz Usry (1997:330), terdapat banyak kegunaan dari analisis Break Even Point yang dapat dimanfaatkan oleh manajemen, diantaranya : 1. Membantu pengendalian anggaran (budgetary control). Membantu menunjukan perubahan apa, bila ada, yang diperlukan untuk menjadikan biaya sepadan dengan pendapatan. 2. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan. Berlaku sebagai sinyal peringatan untuk menggugah manajemen terhadap kesulitan potensial dalam program penjualan. Jika penjualan secara relatif tidak cukup tinggi dibandingkan dengan biayanya seperti semestinya, kenyataan ini akan diperlihatkan. Dengan demikian mungkin akan tersedia cukup waktu guna mengevaluasi kembali teknik penjualan, latihan staf penjualan dan alur produk yang dijual dalam kaitannya dengan langganan. 3. Menganalisis dampak perubahan volume. Memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan khusus seperti: (a) Berapa banyak volume penjualan saat kini yang dapat dilepas oleh perusahaan sebelum menderita rugi? (b) Berapa banyak kenaikan laba bila ada kenaikan volume?

16 4. Menganalisis harga jual dan dampak perubahan biaya. Menunjukan pengaruh yang mungkin terjadi atas laba akibat perubahan dalam harga jual dalam gabungan dengan perubahan lainnya. Sebagai contoh : (a) Perubahan apa yang dapat diharapkan dalam laba kalau ada perubahan harga, dengan asumsi semua faktor lainnya tetap konstan? (b) Jika harga barang dikurangi, kombinasi perubahan volume dan biaya apa yang paling praktis dan apa pengaruh bersih (net effect) kombinasi perubahan tersebut atas laba? (c) Demikian pula, jika harga-harga naik, kombinasi perubahan apa dan apa pengaruhnya atas laba yang layak untuk diharapkan? 5. Merundingkan upah. Membantu manajemen dengan (a) menunjukan dengan cepat kemungkinan pengaruh perubahan usulan gaji terhadap laba (dianggap tidak berubah dalam efisiensi pegawai) dan (b) memberikan bantuan dalam menentukan kemungkinan penghematan dan efesiensi yang dapat melindungi posisi laba perusahaan. 6. Menganalisis bauran produk. Memungkinkan dilakukannya pengujian kristis atas bauran produk. Analisis Break Even Point untuk setiap jalur produk merupakan bantuan yang berharga dalam menentukan produk mana yang harus ditingkatkan dan produk mana yang mungkin harus dihapus. 7. Menilai keputusan-keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan. Memberikan sarana guna menilai lebih dahulu pengeluaran modal yang diusulkan yang dapat mengubah struktur biaya dari perusahaan.

17 8. Menganalisis margin pengaman. Berlaku sebagai pedoman untuk margin pengaman dan bagaimana perubahan-perubahan bisa mempengaruhinya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penetapan analisis break even point dapat digunakan sebagai : 1. Dasar perencanaan laba 2. Mengendalikan biaya operasional 3. Dasar pertimbangan penentuan harga jual 4. Dasar pengambilan keputusan manajemen 5. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti 2.1.4 Tujuan Analisis Break Even Point Analisis Break Even Point banyak memberikan manfaat untuk perusahaan. Secara umum analisis break even point digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam perencanaan laba, penjualan dan produksi. Menurut Kasmir (2008:334) menyatakan bahwa kegunaan analisis break even point memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu : 1. Mendesain spesifikasi produk 2. Menentukan harga jual persatuan 3. Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian 4. Memaksimalkan jumlah produksi 5. Merencanakan laba yang diinginkan.

18 Analisis break even point memberikan perbandingan antara biaya dengan harga untuk berbagai design produk sebelum spesifikasi produk diterapkan. Hal ini disebabkan biaya sangat besar pengaruhnya terhadap harga. Dengan analisis break even point, kita dapat menguji terlebih dahulu kelayakan suatu produk. Penentuan harga jual per satuan sangat penting agar harga jual dapat diterima pelanggan. Jika penentuan harga jual yang tidak realistis, perusahaan tidak akan mampu menutupi semua atau sebagian biaya yang dikeluarkan. Demikian pula jika melebihi harga jual dari pesaing dan tidak diimbangi dengan kualitas dan pelayanan, perusahaan juga tidak akan mampu memaksimalkan penjualan. Dengan menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian, perusahaan mampu menentukan batas jumlah produksi dalam kondisi tidak rugi atau tidak laba dari kapasitas produksi yang dimilikinya. Dengan memaksimalkan jumlah produksi dengan analisis break even point, membantu manajemen agar jangan sampai ada kapasitas produksi menganggur dan perusahaan juga mampu menjaga agar kegiatan produksi tetap efisien. Dengan merencanakan laba yang diinginkan, besarnya laba dapat diukur dari batas minimal produk atau dari total rupiah yang diproduksi. Kemudian mampu merencanakan atau menentukan jumlah keuntungan setiap unit produksi yang dijual.

19 2.2 Pengertian Biaya Sebelum melakukan perhitungan break even point, harus dipahami dahulu pengertian dan penggolongan biaya menurut perilaku biaya. Menurut Mulyadi (2008:31) menjelaskan bahwa dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang mungkin terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan menurut Supriyono (2000:16) menjelaskan bahwa biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Dari kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan dalam rangka untuk memperoleh penghasilan. 2.2.1 Penggolongan Biaya Menurut Perilaku Biaya Sangatlah penting untuk memprediksi bagaimana perubahan aktivitas mempengaruhi biaya. Perilaku biaya berarti bagaimana biaya akan bereaksi atau merespons perubahan aktivitas produksi. Bila aktivitas produksi meningkat atau menurun, biaya tertentu mungkin akan ikut naik atau turun atau mungkin juga tetap. Untuk tujuan perencanaan, manajemen harus dapat mengantisipasi apakah yang akan terjadi jika biaya mengalami perubahan, manajemen harus tahu sejauh mana perubahannya. Berdasarkan perilaku biaya, biaya digolongkan menjadi 3 biaya, yaitu biaya variabel, biaya tetap dan biaya semivariabel. Dengan dipisahkannnya semua elemen biaya produksi ke dalam biaya variabel dan biaya tetap serta perhitungan batas kontribusi, manajemen akan dapat menyusun

20 perencanaan laba melalui persamaan break even atau hubungan biaya-volumelaba. 2.2.1.1 Biaya Variabel Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume produksi, apabila volume produksi bertambah maka jumlah total biaya variabel bertambah dan apabila volume produksi berkurang maka jumlah total biaya variabel berkurang. Sedangkan menurut Mulyadi (2005:15) menyatakan bahwa biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. Selain itu, menurut Jumingan (2006:186) menyatakan bahwa biaya Variabel (variable cost atau variable expense) adalah jenis-jenis biaya yang besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya volume produksi. Kemudian menurut Bastian dan Nurlela (2007:28) mengatakan bahwa biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah sebanding dengan aktivitas atau volume produksi dalam rentang relevan tetapi perunit bersifat tetap. Bahan langsung dan tenaga kerja langsung dapat digolongkan sebagai biaya variabel. Menurut Carter (2009:69) menyatakan bahwa : Biaya yang totalnya meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Biaya variabel termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak.

21 Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya variabel yaitu biaya yang naik turunnya bersama-sama dengan volume kegiatan secara proporsional. Bertambahnya kegiatan akan mengakibatkan perubahan biaya variabel secara proporsional, sedangkan biaya variabel per unit akan tetap meskipun volume kegiatan berubah. Hubungan antara suatu volume kegiatan dengan biaya variabel terkait biasanya dianggap linear, yaitu total biaya variabel diasumsikan meningkat dalam jumlah yang konstan untuk setiap satu unit peningkatan dalam kegiatan. Dalam gambar 2.1, tarif biaya variabel yang konstan biasanya merupakan pendekatan yang memadai terhadap hubungan antara biaya variabel dengan kegiatan terkait dalam rentang yang relevan. Biaya Rentang Relevan Volume Kegiatan 2.2.1.2 Biaya Tetap Gambar 2.1 Grafik Biaya Variabel (Sumber: Carter, 2009:70) Biaya Tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah walaupun volume produksi atau penjualan meningkat atau menurun. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa dan biaya tetap lainnya.

22 Menurut Hansen dan Mowen (2000:85) menyatakan bahwa biaya tetap adalah biaya yang tetap sama dalam jumlah seiring dengan kenaikan atau penurunan keluaran kegiatan. Sedangkan menurut Carter (2009:68) menyatakan bahwa biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak berubah ketika aktivitas bisnis meningkat atau menurun. Menurut Carter (2009:69) menjelaskan bahwa biaya tetap dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Beban Tetap Diskresioner (discretionary fixed cost) adalah pengeluaran yang bersifat tetap karena kebijakan manajemen. 2. Biaya Tetap Terikat (commited fixed cost) adalah pengeluaran yang membutuhkan serangkaian pembayaran selama jangka waktu yang panjang. Gambar 2.2 menunjukan perubahan dalam biaya tetap pada tingkat aktivitas dan rentang relevan yang berbeda. Gambar 2.2 Grafik Biaya Tetap (Sumber : Carter, 2009:69)

23 2.2.1.3 Biaya Semivariabel Biaya Semivariabel adalah biaya yang didalamnya mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. Untuk menghitung break even point, Biaya Semivariabel harus dipisahkan menjadi biaya variable atau biaya tetap. Menurut Carter menyatakan bahwa Biaya Semivariabel adalah biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Contohnya adalah biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara, beberapa perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa berkelompok, biaya pensiun, pajak penghasilan, biaya perjalanan dinas dan representasi. (Carter, 2009:70) Gambar 2.3 Grafik Biaya Semivariabel (Sumber : Carter, 2009) Terdapat tiga metode yang digunakan dalam memisahkan biaya semivariabel ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Ketiga metode tersebut menurut Carter (2009:68), yaitu metode high and low points, scattergraph dan least squares.

24 Metode High and Low Points (Metode Tinggi Rendah) Dengan metode High and Low Points (metode tinggi rendah), elemen tetap dan elemen variabel dari suatu biaya dihitung menggunakan dua titik. Titik data (periode) yang dipilih dari data historis merupakan periode dengan aktivitas tertinggi dan terendah. Periode-periode ini biasanya, meskipun tidak selalu, memiliki jumlah tertinggi dan terendah untuk biaya yang dianalisis. Jika titik dengan tingkat aktivitas tertinggi atau terendah tidak berada pada periode yang sama dengan titik yang memiliki jumlah biaya tertinggi atau terendah, maka tingkat aktivitas yang seharusnya dipilih karena aktivitas dianggap sebagai pemicu biaya. Periode tinggi dan periode rendah dipilih karena keduanya mewakili kondisi dari dua tingkat aktivitas yang paling berjauhan. Untuk mencari tarif biaya variabel dapat dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : b Y X = Tarif Biaya Variabel = Tarif = Volume aktifitas Dan untuk mencari biaya tetap dapat menggunakan rumus sebagai berikut: TC = FC + VC FC = TC b(x) Keterangan : TC = Total Biaya

25 FC VC = Biaya Tetap = Biaya Variabel Metode Scattergraph Dalam metode ini, biaya yang dianalisis disebut variabel dependen dan diplot di sepanjang garis vertical atau yang disebut dengan sumbu y, aktivitas terkait disebut sebagai variabel independen. Variabel independen misalnya biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, jam mesin, unit output, atau persentase kapasitas dan diplot disepanjang garis horizontal yang disebut sumbu x. Rumus yang digunakan dalam metode Scattergraph : 1. Rumus untuk menetapkan biaya tetap Rata rata Biaya Bulanan Elemen Tetap = Rata rata bulanan elemen variabel dari biaya 2. Rumus untuk menetapkan tarif biaya variabel Metode Least Squares (Metode Kuadrat Terkecil) Metode kuadrat terkecil kadang kala disebut analisis regresi, menentukan secara matematis garis yang paling sesuai, atau garis regresi linier, melalui sekelompok titik. Garis regresi meminimalkan jumlah kuadrat deviasi setiap titik aktual yang diplot dari titik diatas atau dibawahnya dalam garis linier. Ketepatan

26 matematis dari metode kuadrat terkecil memberikan tingkat objektivitas yang tinggi ke dalam analisis tersebut. (Carter, 2009:74) Menurut Carter (2009:86) menyatakan bahwa : Metode yang paling akurat adalah metode kuadrat terkecil (least Squares), tetapi keandalan dari estimasi biaya menggunakan metode kuadrat terkecil bergantung pada korelasi antara aktivitas dengan biaya yang sedang dianalisis. Kesalahan standar dari estimasi dapat dihitung berdasarkan estimasi kuadrat terkecil dan digunakan untuk mengembangkan interval keyakinan untuk pengendalian biaya. Meskipun pembahasan berpusat pada biaya dan aktivitas produksi, konsep dan teknik tersebut tetap dapat diterapkan ke aktivitas pemasaran dan administratif. berikut : Tarif biaya overhead b, dapat dihitung menggunakan rumus sebagai Biaya tetap dapat dihitung menggunakan rumus untuk garis lurus sebagai berikut : Y = a + bx Keterangan : Y a b x = Jumlah Biaya = Biaya Tetap = Tarif biaya variabel = volume aktifitas

27 2.3 Alokasi Biaya Bersama Perusahaan yang menghasilkan produk bersama biasanya ingin mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama tersebut terhadap seluruh penghasilan perusahaan, karena dengan demikian perusahaan dapat mengatahui dari beberapa macam produk bersama tersebut, jenis produk mana yang menguntungkan. Oleh karena itu, perlu biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama dengan menggunakan salah satu dari empat metode di bawah ini: 1. Metode Nilai Jual Relatif 2. Metode Satuan Fisik 3. Metode Rata-rata biaya per satuan 4. Metode Rata-rata terimbang Untuk mengalokasikan biaya bersama kepada masing-masing produk di atas dapat menggunakan salah satu metode, yaitu metode nilai jual relatif. Menurut Mulyadi (2009:336) menjelaskan bahwa metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama kepada produk bersama. Dasar pikiran metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut. Menurut Mulyadi (2009:336) rumus alokasi biaya metode nilai jual relatif adalah sebagai berikut : Nilai Jual Relatif = Harga Jual per Unit Pendapatan Penjualan X 100% Alokasi Biaya Bersama = Nilai Jual Relatif x Biaya Bersama

28 2.4 Perhitungan Break Even Point (BEP) Untuk dapat menghitung break even point, biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Setelah itu baru dapat menghitung break even point dengan menggunakan rumus dan dapat dibuat suatu analisis. Menurut Munawir (2004:186) rumus perhitungan break even point adalah sebagai berikut : 2.4.1 Perhitungan Break Even Point dengan Pendekatan Persamaan Matematis Pendekatan persamaan matematis menggunakan data data dari laporan laba rugi yang disusun dengan format kontribusi. Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba a. Break Even Point (BEP) dalam rupiah b. Break Even Point (BEP) dalam unit BEP (Kg) = Total Biaya Tetap (MK A x Prop A )+(MK B x Prop B )+(MK C x Prop C ) Marjin Kontribusi (Contribution Margin/CM) Menurut Rayburn dalam bukunya Akuntansi Biaya menyatakan : Marjin kontribusi (contribution margin/cm) adalah hasil penjualan dikurangi semua beban variabel untuk produksi, pemasaran dan administrasi. Marjin kontribusi merupakan hasil penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan menghasilkan laba, yang dapat dinyatakan

29 dalam total, dalam jumlah per unit, atau sebagai persentase. (Rayburn, 1996:3) Contribution Margin atau Laba Kontribusi per unit memberikan informasi kemampuan suatu produk dalam memanfaatkan sumber daya yang langka untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap dan menghasilkan laba (Kelebihan pendapatan penjualan di atas biaya variabel). (Gordon, 1996:3) Menurut Munawir (2004:186) rumus Break Even Point dengan menggunakan metode marjin kontribusi adalah sebagai berikut : Marjin Kontribusi (CM) = P - VC Break Even Point dalam unit yang terjual : Break Even Point dalam rupiah yang terjual : Atau Rasio CM = 1 - Keterangan : FC VC P S CM = Biaya Tetap Total = Total Biaya Variabel = Harga Jual per unit = Volume Penjualan = Contribution Margin / Marjin Kontribusi

30 2.4.2 Perhitungan Break Even Point dengan Pendekatan Grafik Perencanaan laba perusahaan yang dihitung dengan rumus break even agar lebih mudah dipahami dapat disajikan dalam bentuk grafik break even. Dalam grafik break even akan tampak perbandingan besarnya penghasilan, biaya dan laba rugi perusahaan. Pada gambar 2.4 akan nampak jelas garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel serta garis penghasilan penjualan. Besarnya volume penjualan atas produksi dalam unit nampak pada sumbu horizontal (sumbu x) dan besarnya biaya dan penghasilan akan nampak pada sumbu vertikal (sumbu y). Pada gambar tersebut titik impas terletak pada persilangan antara garis penjualan dengan garis biaya tetap. Cara membuat grafik garis impas dapat dilakukan dengan dua cara: 1. Garis biaya tetap digambarkan horizontal sejajar dengan sumbu x 2. Garis biaya tetap digambarkan sejajar dengan garis biaya variable Grafik break even dapat pula digambarkan secara lebih terinci sesuai dengan urutan penutupan biaya pada tingkatan penjualan yang dicapai, oleh karena itu biaya dirinci ke dalam biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel dapat diperinci menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi variabel. Sedangkan biaya tetap diperinci menjadi biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi tetap dan biaya bunga tetap.

31 (Sumber : Rayburn,1996:6) Gambar 2.4 Grafik Break Even Point Keterangan : TR TC FC VC = Total Revenue = Total Cost = Fixed Cost = Variabel Cost 2.5 Tingkat Keamanan atau Margin Of Safety (MOS) Apabila hasil penjualan pada tingkat break even point dihubungkan dengan penjualan yang direncanakan atau pada tingkat penjualan tertentu, maka diperoleh informasi tentang berapa jauh volume penjualan boleh turun, sehingga perusahaan tidak menderita kerugian. Hubungan atau selisih penjualan yang direncanakan pada tingkat break even point merupakan tingkat keamanan atau

32 Margin Of Safety bagi perusahaan dalam melakukan penurunan penjualan. (Munawir, 1992) Semakin tinggi Margin of safety berarti semakin jauh dari kerugian yang mungkin diderita perusahaan. Margin of safety memberikan informasi pada manajemen mengenai berapa basarnya perubahan volume penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Menurut Rayburn (1996:7) menyatakan bahwa Marjin Pengaman (Margin Of Safety) adalah kelebihan penjualan aktual atau yang dianggarkan terhadap volume penjualan impas. Kelebihan ini menjadi penyangga untuk menghindarkan kerugian seandainya penjualan menurun. Menurut Munawir (2004:199) besarnya margin of safety dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Marjin Pengaman Penjualan = Total Penjualan Penjualan Break Even Atau Keterangan : Total Penjualan, yaitu jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam periode tertentu.

33 Penjualan Break Even, yaitu jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi ini perusahaan tidak mengalamai untung maupun rugi. Penjualan per Budget, yaitu penjualan yang dilakukan perusahaan. Penjualan per Break Even, yaitu penjualan Break Even Point. 2.6 Degree of Operating Leverage (DOL) Menurut Hansen dan Mowen (2004:568) menyatakan bahwa Tingkat Operating Leverage (Degree of Operating Leverage) adalah suatu ukuran sensitivitas perubahan laba terhadap perubahan dalam volume penjualan. Sedangkan menurut Krismiaji (2002:220) menyatakan bahwa Operating Laverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva tetap untuk memperoleh perubahan persentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan berubah, baik perubahannya berupa kenaikan maupun penurunan. Dapat disimpulkan bahwa Degree of Operating Leverage adalah ukuran yang menggambarkan dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Semakin besar operating leverage semakin besar pula pengaruh perubahan tingkat penjualan terhadap laba, maka rasio biaya tetap dan biaya variabel mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat laba dan resiko operasi. Menurut Krismiaji (2002:220) Degree of Operating Leverage dapat dihitung dengan rumus : Dan

34 Persentase perubahan laba = DOL x persentase perubahan penjualan 2.7 Perubahan-perubahan yang mempengaruhi Break Even Point (BEP) Analisis hubungan volume biaya laba dipakai oleh manajemen untuk menghadapi berbagai kemungkinan perubahan kondisi yang dapat mempengaruhi perubahan laba perusahaan. Menurut Supriyono (2000:361-368) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan laba adalah sebagai berikut : 2.7.1 Perubahan Harga Jual Per Unit Perubahan harga jual per unit akan berakibat mempengaruhi hubungan biaya volume laba atau rasio volume laba. Perubahan rasio volume laba mempunyai dua akibat yaitu : 1. Titik break even berubah 2. Jumlah laba berubah Perubahan harga jual per unit dapat berarti bahwa harga jual per unit naik atau harga jual per unit turun, dengan akibat sebagai berikut : a. Kenaikan harga jual 1) Rasio volume laba naik 2) Penutupan biaya tetap lebih cepat 3) Daerah laba, diatas titik break even, lebih besar atau luas 4) Daerah rugi, di bawah titik break even, lebih kecil atau sempit b. Penurunan harga jual 1) Rasio volume laba turun

35 2) Penutupan biaya tetap lebih lambat 3) Daerah laba, diatas titik break even, lebih kecil atau sempit 4) Daerah rugi, di bawah titik break even, lebih besar atau luas Perubahan Harga Jual Per Unit (Naik) (Sumber : Rayburn, 1996) Gambar 2.5 Grafik Break Even Point Setelah Perubahan Harga Jual Satuan 2.7.2 Perubahan Jumlah Total Biaya Tetap Perubahan jumlah total biaya tetap, baik kenaikan maupun penurunan, tidak merubah rasio volume laba tetapi merubah titik break even. Meskipun volume laba tidak berubah dan slope garis laba tidak berubah, tetapi adanya penurunan total biaya tetap akan berakibat garis laba bergeser ke atas (ke kiri) dan titik break even juga turun, sebaliknya apabila total biaya tetap naik maka akan berakibat garis laba bergeser ke bawah (ke kanan) dan titik break even juga naik. Perubahan total biaya tetap berakibat sebagai berikut :

36 1. Kenaikan jumlah total biaya tetap a. Garis laba bergeser ke kanan b. Titik break even lebih tinggi c. Daerah laba lebih sempit, daerah rugi lebih luas 2. Penurunan jumlah total biaya tetap a. Garis laba bergeser ke kiri b. Titik break even lebih rendah c. Daerah laba lebih luas, daerah rugi lebih sempit Perubahan Biaya Tetap (Turun) (Sumber : Rayburn, 1996) Gambar 2.6 Grafik Break Even Point Setelah Perubahan Biaya Tetap

37 2.7.3 Perubahan Biaya Variabel Perubahan biaya variabel satuan mengalami kenaikan atau penurunan akan merubah rasio volume laba. Adanya perubahan rasio volume laba mempunyai dua akibat, yaitu : 1. Titik break even berubah 2. Jumlah laba berubah Akibat perubahan biaya variable satuan adalah sebagai berikut : 1. Penurunan biaya variabel satuan, berakibat sama dengan kenaikan harga jual satuan, yaitu : a. Rasio volume laba naik b. Penutupan biaya tetap lebih cepat c. Daerah laba, diatas titik break even, lebih luas atau besar d. Daerah rugi, dibawah titik break even, lebih sempit atau kecil 2. Kenaikan biaya variabel satuan, berakibat sama dengan penurunan harga jual satuan, yaitu : a. Rasio volume laba turun b. Penutupan biaya tetap lebih lambat c. Daerah laba, diatas titik break even, lebih sempit atau kecil d. Daerah rugi, dibawah titik break even, lebih luas atau besar

38 Perubahan Biaya Variabel (Turun) (Sumber : Rayburn, 1996) Gambar 2.7 Grafik Break Even Point Setelah Perubahan Biaya Variabel 2.7.4 Perubahan Harga Jual Satuan, Volume Penjualan, Biaya Variabel Satuan dan Biaya Tetap Dalam menyusun perencanaan perusahaan, mungkin manajemen akan menghadapi faktor-faktor yang mempengaruhi laba perusahaan secara menyeluruh. Misalnya : 1. a. Penurunan harga jual satuan b. Kenaikan volume penjualan c. Kenaikan biaya variabel satuan d. Kenaikan jumlah total biaya tetap 2. a. Kenaikan harga jual satuan b. Penurunan volume penjualan c. Penurunan biaya variabel satuan

39 d. Penurunan jumlah total biaya tetap (Sumber : Rayburn, 1996) Gambar 2.8 Grafik Perubahan Harga Jual Satuan, Volume Penjualan, Biaya Variabel Satuan dan Biaya Tetap 2.8 Peranan Perhitungan Break Even Point untuk Perencanaan Laba Manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengambil keputusan terbaik dari berbagai alternatif untuk dapat menghasilkan laba yang optimal. Dalam hal ini peranan perhitungan dan analisis break even point dalam penentuan laba sangat diperlukan. Dengan analisis break even point manajemen memperoleh kemudahan dalam menganalisa faktor faktor yang berhubungan dengan perencanaan laba seperti volume produksi yang dijual, harga jual dan biaya serta memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan. Perusahaan dapat mengetahui jumlah volume penjualan dan pendapatan penjualan yang harus dilakukan agar mendapatkan

40 laba sesuai yang ditargetkan, sehingga dapat diketahui bahwa analisis break even point dapat digunakan untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh target laba yang diharapkan. Berikut adalah rumus untuk perhitungan laba yang ditargetkan menurut Supriyono (2000:335) : dan Keterangan : BEP (unit) BEP (Rp) I FC VC P S = Break Even Point atas dasar unit = Break Even Point atas dasar rupiah = Laba yang direncanakan atau dianggarkan = Biaya Tetap Total = Total Biaya Variabel = Harga Jual per unit = Volume Penjualan