BAB II TINJAUAN PUSTAKA. standar proses, mendefenisikan daya saing adalah kemampuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daya saing daerah menurut definisi yang dibuat UK-DTI adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterapkan pada level nasional adalah produktivitas yang didefinisikannya

Michael Porter (1990, dalam PPSK-BI dan LP3E FE UNPAD 2008) input yang dicapai oleh perusahaan. Akan tetapi, baik Bank Dunia, Porter, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terpisah, tetapi kedua lembaga tersebut menggunakan variabel yang hampir sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep daya saing global menurut Michael Porter (1990) menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Daya Saing Dalam Teori Perdagangan Internasional. perusahaan, sektor, maupun ekonomi (negara), sudah seumur perdagangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pencapaian sebuah tujuan yang lebih baik oleh suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS DAYA SAING EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI. Evita Khairani Nasution Paidi Hidayat, S.E., M.Si, ABSTRAK

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

By Nina Triolita, SE, MM. Pengantar Bisnis Pertemuan Ke 7

CHAPTER 3: ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

Bambang P.S Brodjonegoro FEUI & KPPOD

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING INVESTASI DI KOTA PEMATANG SIANTAR OLEH AHMAD PAPIN HERDIAN

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Semarang, 14 Mei 2008 ISBN :

ANALSIS DAYA SAING EKONOMI KOTA MEDAN. Paidi Hidayat Dosen Departemen Ekonomi Pembangunan FE USU ABSTRACT

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

PERAN INVESTASI DALAM PEMBANGUNAN ACEH. Badan perencanaan pembangunan daerah bappeda aceh

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan keuangan, maka usaha jasa perbankan selain mengedepankan

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

ANALISIS DETERMINAN DAYA SAING EKONOMI DI KABUPATEN LABUHANBATU UTARA. Ella Yuwina Siregar Inggrita Gusti Sari NST, SE., M.

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. PEST dan Analisis 5 Kekuatan Porter, diperoleh hasil mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa. Semakin tinggi kemampuan mengelola biaya (cost), maka akan semakin baik. diklasifikasikan dan dialokasikan dengan tepat.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan, perusahaan asuransi, jasa pariwisata ataupun lembaga keuangan.

Variabel, Masalah dan Kebijakan Ekonomi

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan ekonomi di antaranya adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disamping dua tujuan lainnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

ANALISIS DAYA SAING EKONOMI KOTA TEBING TINGGI. Diviya Bardi Paidi Hidayat, SE, M.Si ABSTRACT

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Aspek ekonomi dan sosial

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu studi yang masih menimbulkan kontroversi hingga saat ini,

ANALISIS DAYA SAING EKONOMI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA. Muhammad Sefti Arif Lubis Paidi Hidayat, S.E., M.Si. ABSTRACT

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

BAB 5 INDIKASI KEKUATAN, KELEMANAHAN, ANCAMAN, DAN PELUANG

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daya Saing Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses, mendefenisikan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebihbermakna. Kemampuan yang dimaksud adalah (1) kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, (2) kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti, (4) kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan. Daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar daerah menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional. Oleh karena itu dalam konteks kabupaten/kota sebagai sebuah organisasi, daya saing diartikan sebagai kemampuan kabupaten/kota untuk mengembangkan kemampuan ekonomi sosial wilayahnya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayahnya. Persoalan penciptaan daya saing di Indonesia khususnya di Kabupaten Asahan bukanlah persoalan mudah. Berbagai hambatan yang dihadapi bukanlah permasalahan di tataran satu sektor saja, akan tetapi bersifat sangat multi dimensi. Dalam tataran penciptaan stabilitas makro, hambatan muncul dari adanya permasalahan seperti inflasi, suku bunga tinggi, nilai rupiah yang tidak stabil, serta pengeluaran pemerintah yang defisit. Investasi mulai membaik namun masih 6

rendah dan pertumbuhan ekspor lebih rendah dari impor. Kemampuan penguasaan iptek yang masih lemah juga tidak mendukung daya saing perekonomian. 2.1.1 Teori Daya Saing Menurut Porter (1995) dapat di defenisikan sebagai kemampuan usaha suatu perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang di hadapi. Daya saing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan dan sangat bergantung pada tingkat sumber daya relatif yang dimilikinya atau biasa kita sebut keunggulan kompetitif. Selanjutnya, Porter menjelaskan pentingnya daya saing karena tiga hal berikut : (1) mendorong produktivitas dan meningkatkan kemampuan mandiri, (2) dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam konteks regional ekonomi maupun kuantitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat, (3) kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih menciptakan efisiensi. 2.1.2 Cara Menetukan Daya Saing Berbagai cara dapat dilakukan untuk menentukan daya saing, antara lain : 1. Harga yang murah Harga murah artinya tidak sekedar murah, namun tetap mempertahankan kualitas. Kualitas sama tapi harga yang lebih murah tentu saja lebih menguntungkan kosumen. Akan lebih baik lagi bila harga murah tetapi mampu memberikan kualitas yang lebih baik dibandingkan pesaing. Umumnya perusahaan yang menawarkan produk yang lebih murah adalah perusahaan yang umumnya dapat melakukan efisinsi. Dalam istilah Michael Potter perusahaan mempunyai keunggulan dari segi biaya (cost leadership). 7

Dengan efisiensi ini, perusahaan memperoleh margin yang sama atau lebih besar meskipun menetapkan harga yang murah karena biaya yang lebih kecil. 2. Diferensiasi Melakukan diferensiasi berarti bahwa menawarkan atau melakukan hal yang berbeda dibandingkan dengan pesaing. Sesuatu yang di tawarkan berbeda, akan memberikan perhatian bagi konsumen. Berbeda, maksudnya bukan hanya sekedar berbeda, misalnya berbeda hanya dalam kemasan, tetapi perbedaan tersebut haruslah unik, atau bisa memberikan nilai tambah yang tidak bisa diberikan produk pesaing. 3. Pelayanan Pelayanan juga dapat dijadikan suatu keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Perusahaan yang dapat memberikan service excellence dapat memuaskan pelanggan dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Perusahaan-perusahaan bersaing terutama dalam memanjakan pelanggannya, yaitu dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya. 2.2 Konsep Daya Saing Daerah Daya saing daerah menjadi salah satu isu utama dalam pembangunan daerah. Konsep daya saing umumnya dikaitkan dengan kemampuan suatu perusahaan, kota, daerah, wilayah atau negara dalam mempertahankan atau meningkatkan keunggulan kompetitif secara berkelanjutan (Porter, 2000). Menurut Departemen perdagangan dan industri Inggris (UK-DTI & Regional Competitieveness Indicators & Center For Urban And Regional Students, 1998) 8

mendefenisikan daya saing daerah sebagai kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan domestik maupun internasional. Center For Urban and Regional Studies (CURDS) mendefenisikan daya saing daerah sebagai kemampuan sektor bisnis atau perusahaan dalam suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata untuk penduduknya. Persaingan yang semakin tajam menuntut pemerintah daerah untuk menyiapkan daerahnya sedemikian rupa sehingga mampu menarik investasi, orang dan industri.keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap investasi tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan investasi (Kuncoro dan Anggi, 2005).Selain itu, kemampuan daerah untuk menentukan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai alat ukur daya saing perekonomian daerah relatif terhadap daerah lainnya juga penting terkait dengan pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur fisik sebagai upaya untuk meningkatkan daya tariknya dan memenangkan daya saing global (KPPOD, 2003). Sedangkan Huggins (2003) dalam publikasi UKCompetitiveness Index mendefenisikan daya saing daerah sebagai kemampuan perekonomian untuk menarik dan mempertahankan perusahaan-perusahaan dengan kondisi yang stabil atau dengan pangsa pasar yang meningkatkan dalam aktivitasnya, dengan tetap mempertahankan atau meningkatkan standar kehidupan bagi semua yang terlibat didalamnya. Selanjutnya Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI (PPSK 9

BI) menggunakan defenisi daya saing daerah dalam penelitiannya sebagai kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional. 2.3 Indikator Utama Daya Saing Ekonomi Daerah Penentuan indikator utama daya saing ekonomi daerah merupakan bagian terpenting dalam analisis daya saing ekonomi daerah. Pemahaman indikator utama daya saing ekonomi daerah yang terbatas dan tidak secara komprehensif menjadikan tidak adanya keseragaman pemahaman yang benar olehstakeholders ditingkat pemerintahan daerah dan pada gilirannya akan dapat menyebabkan adanya perbedaan analisis dan kesimpulan terhadap tingkat daya saing yang dimiliki oleh suatu daerah. Keunggulan daya saing suatu daerah ditentukan oleh 4 faktor pokok dan 2 faktor penunjang (Porter, 1990).Empat faktor pokok yang dimaksud adalah faktor produksi (factor condition), kondisi permintaan pasar (demand condition), industri-industri terkait dan industri-industri pendukung (relatied and supporting industries) serta strategi perusahaan, sturktur dan persaingan (firm strategy, stucture and rivalary).sedangkan faktor penunjangnya adalah peluang (chance) dan peranan pemerintah (role of government). Penelitian yang dilakukan PPSK BI dan UNPAD (2008) menggunakan 9 indikator utama penentu daya saing ekonomi daerah, yang meliputi : 1. Perekonomian Daerah 10

Perekonomian daerah merupakan ukuran knerja secara umum dari perekonomian makro (daerah) yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulsi kapital, tingkat konsumsi, kinerja sektoral perekonomian, serta biaya hidup. Indikator kinerja ekonomi makro mempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Nilai tambah merefleksikan produktivitas perekonomian setidaknya dalam jangka pendek. 2. Akumulasi modal mutlak di perlukan untuk meningkatkan daya saing dalam jangka panjang. 3. Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerja ekonomi di masa lalu. 4. Kompetisi yang di dorong mekanisme pasar akan meningkatkan kinerja ekonomi suatu daerah. Semakin ketat kompetisi pada suatu perekonomian daerah, maka akan semakin kompetitif perusahaan yang akan bersaing secara internasional maupun domestik. 2. Keterbukaan Keterbukaan merupakan ukuran seberapa jauh perekonomian suatu daerah berhubungan dengan daerah lain yang tercermin dari perdagangan daerah tersebut dengan daerah lain dalam cakupan nasional maupun internasional. Indikator ini menentukan daya saing melalui prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Keberhasilan suatu daerah dalam perdagangan internasional merefleksikan daya saing perekonomian daerah tersebut. 2. Keterbukaan suatu daerah baik dalam perdagangan domestik maupun internasional meningkatkan kinerja perekonomiannya. 11

3. Investasi internasional mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien ke seluruh penjuru dunia. 4. Daya saing yang di dorong oleh ekspor terkait dengan orientasi pertumbuhan perekonomian daerah. 5. Mempertahankan standar hidup yang tinggi mengharuskan integrasi dengan ekonomi internasional. 3. Sistem Keuangan Indikator sistem keuangan merefleksikan kemampuan sistem finanasial perbankan dan non perbankan di daerah untuk memfasilitasi aktivitas perekonomian yang memberikan nilai tambah. Sistem keungan suatu daerah akan mempengaruhi alokasi faktor produksi yang terjadi di perekonomiandaerah tersebut. Indikator sistem keuangan ini mempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Sistem keuangan yang baik mutlak diperlukan dalam memfasilitasi aktivitas perekonomian daerah. 2. Sektor keuangan yang efisien dan terintegrasi secara internasional mendukung daya saing daerah. 4. Infrastruktur dan Sumber Daya Alam Infrastruktur dalam hal ini merupakan indikator seberapa besar sumber daya seperti modal fisik, geografis, dan sumber daya alam dapat mendukung aktivitas perekonomian daerah yang bernilai tambah. Indikator ini mendukung daya saing daerah melalui prinip-prinsip sebagai berikut : 12

1. Modal fisik berupa infrastruktur baik ketersediaan maupun kualitasnya mendukung aktivitas ekonomi daerah. 2. Modal alamiah baik berupa kondisi geografis maupun kekayaan alam yang terkandung di dalamnya juga mendorong aktivitas perekonomian daerah. 5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Ilmu pengetahuan dan teknologi mengukur kemampuan daerah dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapannya dalam aktivitas ekonomi yang meningkatkan nilai tambah. Indikator ini mempengaruhi daya saing daerah melalui beberapa prinsip di bawah ini : 1. Keunggulan kompetitif dapat dibangun melalui aplikasi teknologi yang sudah ada secara efisien dan inovatif. 2. Investasi pada penelitian dasar dan aktivitas yang inovatif yang menciptakan pengetahuan baru sangat krusial bagi daerah ketika melalui tahapan pembangunan ekonomi yang lebih maju. 3. Investasi jangka panjang berupa R & D akan meningkatkan daya saing sektor bisnis. 6. Sumber Daya Manusia Indikator sumber daya manusia dalam hal ini ditunjukan untuk mengukur ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia. Faktor sumber daya manusia ini mempengaruhi daya saing daerah berdasarkan prinsip-prinsip berikut : 1. Angkatan kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan daya saing suatu daerah. 13

2. Pelatihan dan pendidikan adalah cara yang paling baik dalam meningkatkan tenaga kerja yang berkualitas. 3. Sikap dan nilai yang dianut oleh tenaga kerja juga menentukan daya saing suatu daerah. 4. Kualitas hidup masyarakat suatu daerah menentukan daya saing daerah tersebut begitu juga sebaliknya. 7. Kelembagaan Kelembagaan merupakan indikator yang mengukur seberapa jauh iklim sosial, politik, hukum dan aspek keamanan mampu mempengaruhi secara positif aktivitas perekonomian di daerah. Pengaruh faktor kelembagaan terhadap daya saing daerah didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut : 1. Stabilitas sosial dan politik melalui sistem demokrasi yang berfungsi dengan baik merupakan iklim yang kondusif dalam mendorong aktivitas ekonomi daerah yang berdaya saing. 2. Peningkatan daya saing ekonomi suatu daerah tidak akan tercapai tanpa adanya sistem hukum yang baik serta penegakan hukum yang independen. 3. Aktivitas perekonomin suatu daerah tidak akan dapat berjalan secara optimal tanpa didukung oleh situasi keamanan yang kondusif. 8. Governance dan Kebijakan Pemerintah IndikatorGovernance dan kebijakan pemerintah dimaksudkan sebagai ukuran dari kualitas administrasi pemerintah daerah, khususnya dalam rangka menyediakan infrastruktur fisik dan peraturan-peraturan daerah. Secara umum 14

pengaruh faktor Governance dan Kebijakan Pemerintah bagi daya saing daerah dapat didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut ini : 1. Dengan tujuan menciptakan iklim persaingan yang sehat intervensi pemerintah dalam perekonomian sebaliknya diminimalkan. 2. Pemerintah daerah berperan dalam menciptakan kondisi sosial yang terprediksi serta berperan pula dalam meminimalkan. 3. Efektivitas administrasi pemerintahan daerah dalam menyediakan infrastruktur dan aturan-aturan berpengaruh terhadap daya saing ekonomi suatu daerah. 4. Efektivitas pemerintah daerah dalam melakukan koordinasi dan menyediakan informasi tertentu pada sektor swasta dan mendukung daya saing ekonomi kabupaten Asahan. 5. Flektbilitas pemerintah daerah dalam menyesuaikan kebijakan ekonomi merupakan faktor yang kondusif dalam mendukung dalam mendukung peningkatan daya saing daerah. 9. Manajemen dan Ekonomi Mikro Dalam indikator manajemen dan ekonomi mikro pengukuran yang dilakukan dengan pertanyaan seberapa jauh perusahaan di daerah dikelola dengan inovatif, menguntungkan dan bertanggung-jawab. Prinsip-prinsip yang relevan terhadap daya saing daerah di antaranya adalah : 1. Rasio harga/kualitas yang kompetitif dari suatu produk mencerminkan kemampuan managerial perusahaan perusahaan yang berada di suatu daerah. 15

2. Orientasi jangka panjang manajemen perusahaan akan meningkatkan daya saing daerah dimana perusahaan tersebut berada. 3. Efisiensi dalam aktivitas perekonomian ditambah dengan kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan adalah keharusan bagi perusahaan yang kompetitif. 4. Kewirausahaan sangat krusial bagi aktivitas ekonomi pasa masa-masa awal. 5. Dalam usaha yang sudah mapan, manajemen perusahaan memerlukan keahlian dalam mengintegrasikan serta membedakan kegiatan-kegiatan usaha. Sementara itu, hasil penelitian KPPOD (2005) yang meneliti daya tarik investasi kabupaten/kota di Indonesia dengan menggunakan variabel kelembagaan, sosial politik, ekonomi daerah, tenaga kerja, produktivitas, dan variabel infrastruktur fisik. 2.4 Penelitian Terdahulu KKPOD (2005) dengan judul penelitiannya Analisis daya tarik investasi 214 kabupaten/kota di Indonesia dalam penelitian ini KPPOD menyatakan bahwa beberapa kabupaten/kota di Indonesia hanya mengedepankan upaya-upaya meningkatkan PAD dan relative mengabaikan aspek-aspek yang mampu menarik investasi. Mudrajat Kuncoro (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Daya Tarik Investasi dan Pungli di DIY berdasarkan hasil penelitian ini bahwa menurut presepsi pelaku usaha di DIY, faktor kelembagaan memiliki bobot terbesar dalam menentukan daya tarik investasi/kegiatan usaha di DIY. Lalu di ikuti oleh faktor Infrastruktur Fisik, dan Sosial Politik. 16

Ira irawati, dkk (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pengukuran Tingkat Daya Saing Daerah berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel Infrastruktur dan Sumber Daya Alam serta Variabel Sumber Daya Manusia di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara daya saing terbaik berdasarkan perekonomian daerah,infrastruktur,sumber daya alam dan sumber daya manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara turut mendukung kabupaten/kota tersebut menjadi peringkat terbaik secara umum. Paidi Hidayat (2012) dengan penelitiannya yang berjudul Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Medan.Dengan menggunakan metode AHP dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam meningkatkan daya saing adalah faktor infrastruktur dengan nilai bobot (0,252), diikuti faktor perekonomian daerah dan selanjutnya faktor sistem keuangan yang masingmasing bobot nilainya (0,243) dan (0,219).Skala prioritas untuk faktor infrastruktur adalah ketersediaan infrastruktur dan kualitasnya,seperti kualitas pelabuhan laut dan udara serta kualitas jalan.selain itu, skala prioritas perekonomian daerah adalah tingkat daya beli masyarakat.sementara, untuk skala prioritas sistem keuangan adalah kinerja lembaga keuangan. 2.5 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan indikator penentu daya saing ekonomi di Kabupaten Asahan (Gambar 1). Dimana variabel-variabel yang menjadi indikator utama dalam penelitian ini berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai daya saing yang di lakukan oleh KPPOD (2005), Mudrajat Kuncoro (2005), Ira Irawati (2008), dan Paidi Hidayat (2012). 17

Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Daerah KELEMBAGAA N Regulation & Government services SOSIAL POLITIK Socio-Political Factors EKONOMI DAERAH Regional Economic Dynamism TENAGA KERJA & PRODUKTIVITAS Labor& productivity INFRASTRUKTUR FISIK Physical Infrastructure Kepastian Hukum Legal Certainty Sosial Politik Socio Political Potensi Ekonomi Economic Potential Biaya Tenaga Kerja Labor Cost Ketersediaan Infrastruktur Fisik Availability of Physical Infrastructure Keuangan Daerah Keamanan security Struktur Ekonomi Economic Structure Ketersediaan Tenaga Kerja Availability of Manpower Aparatur Quality Of Civil Service Budaya Cultural Produktivitas Tenaga Kerja Productivity of Labor Kualitas Infrastruktur Fisik Quality of Physical Infrastructure Perda / IndikatorPerda Region Policy / Regulation Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 18