BEBERAPA HAMBATAN YANG DIHADAPI HAKIM DALAM PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA KORUPSI DI PENGADILAN NEGERI JAMBI Oleh : Islah.SH.MH 1 Abstract Judges are required to be fair in deciding a case that they handle this certainly is not easy while the judge meet some obstacles in the process dropped the verdict against the defendant, prior to the defendant's criminal corruption case, there are who think this happened because of political factors, material factors and other things. Of course this gives a bad image of judges and court institutions, so as not to arise to know what the negative impact of these barriers. Key Note : criminal corruption A. Pendahuluan Dalam memeriksa, memutus dan menyelesaikan berbagai perkara pidana termasuk perkara pidana korupsi di sidang Pengadilan Negeri Jambi, sebelum putusan diambil dan dijatuhkan hakim pengadilan kepada terdakwa, hakim dapat mengambil suatu putusannya di dasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan hakim yang logis, arif, bijaksana dan adil, di antaranya adalah mempertimbangkan fakta yang terungkap di persidangan, yang berisi tentang data pribadi terdakwa, keadaan lingkungan dan keadaan lingkungan keluarga terdakwa yang bersangkutan, putusan yang dijatuhkan dapat dijadikan dasar kuat untuk mengembalikan dan mengantarkan terdakwa untuk menapak masa depan yang lebih baik, efektivitas putusan yang dijatuhkan dan putusan harus bersifat objektif dan adil. Selain pertimbangan yang didasarkan di atas, pertimbangan hakim lainnya dalam menjatuhkan suatu putusan terhadap perkara pidana korupsi, menurut Nanda Agung Dewantara didasarkan kepada Ketentuan perundang-undangan yang berlaku, berdasarkan bukti-bukti dan fakta yang terungkap dalam persidangan, dan memperhatikan pada segala hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa 2. Pertimbangan hakim lainnya dalam menjatuhkan putusan terhadap perkara pidana korupsi di disang pengadilan, adalah didasarkan kepada di samping berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, didasarkan kepada 1 Islah.SH.MH adalah Dosen Tetap PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi. 2 Nanda Agung Dewantara, Masalah Kebebasan Hakim Dalam Menangani Suatu Perkara Pidana, Aksara Persada : Jakarta, 2007, Halaman 3. 82
bukti-bukti dan fakta yang terungkap di persidangan. Bukti dan fakta yang yuridis relevant. Penemuan fakta-fakta itu erat hubungan dan kaitannya dengan pengetahuan hakim tentang hukumnya. Pengetahuan entang hukum itu mutlak untuk dapat menemukan hukumnya yang diperlukan untuk menjatuhkan putusan. Penemuan hukum itu merupakan kewajiban hakim pengadilan sebagai aparat penegak hukum dan keadilan yang wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Sedangkan pertimbangan hakim lainnya dalam menjatuhkan ptusan adalah dengan memeprhatikan segala hal-hal yang cukup memberatkan dan meringankan terdakwa. Hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa baik yang terletak di dalam maupn di luar ketentuan perundang-undangan, misalnya hal-hal yang memberatkan karena tindak pidana yang dijatuhkan termasuk tindak pidana berat yang diancam pidana 5 (lima) tahun ke atas, pernah melakukan tindak pidana dan lainnya, dan hal-hal yang meringankan karena terdakwa berlaku sopan selama dalam persidangan, terdakwa belum pernah melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman, usia yang relatif masih muda dan lain sebagainya. Setelah hakim mempertimbangkan segala yang ditemukan di dalam persidangan, akhirnya hakim mengambil suatu putusan menurut Nanda Agung Dewantara : Sebelum hakim mengambil suatu putusan, hakim mengadakan musyawarah setelah pemeriksaan perkara selesai, hakim akan mempertimbangkan apakah unsur-unsur didakwa tadi terbukti atau tidak, jika tidak terdakwa dibebaskan dan sebaliknya jika terbukti unsur yang didakwakan hakim menjatuhkan putusan pidana pokok dan pidana tambahan, sesuai dengan kualifikasi jenis pidana dan pasal yang telah dilanggar 3. Dengan selesainya pemeriksaan acara biasa terhadap terdakwa yang melakukan tindak pidana termasuk perkara pidana korupsi, hakim mengadakan musyawarah terakhir untuk mengambil suatu keputusan. Apakah menghukum terdakwa karena bersalah terbukti melakukan tindak pidana korupsi dimaksud ataukah membebaskan terdakwa dari segala tuduhan itu karena salah satu atau lebih unsur yang didakwakan itu tidak terbukti kebenarannya dalam sidang pengadilan. Putusan yang diambil dan dijatuhkan hakim pengadilan tersebut, harus dilakukan dan diucapkan dalam sidang oleh hakim pengadilan secara terbuka dihadapan umum, yang dibacakan secara jelas dan lengkap putusannya. Sebelum hakim mengambil suatu putusan yang bersifat objektif dan seadiladilnya, berbagai hambatan sering ditemui dalam proses pemeriksanan perkara pidana korupsi di persidangan Pengadilan Negeri Jambi, hambatan dimaksud tertundanya proses peneriksaan perkara pidana yang disidangkan karena terdakwanya tidak bisa dihadirkan pada saat persidangan karena alasan sakit, 3 Ibid, Halaman 5. 83
sulitnya menghadirkan saksi-saksi yang diperlukan dalam proses pemeriksaan persidangan maupun hambatan lainnya. Dari berbagai permasalahannya di atas, penulis merasa tertarik untuk mengangkat masalah ini dengan menuangkan ke dalam bentuk penulisan karya ilmiah dengan judul Beberapa Hambatan Yang Dihadapi Hakim Dalam Proses Pemeriksaan Perkara Pidana Korupsi Di Pengadilan Negeri Jambi. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah proses pemeriksaan perkara pidana korupsi terhadap terdakwa di Pengadilan Negeri Jambi? 2. Apakah hambatan yang dihadapi hakim dalam proses pemeriksaan perkara pidana korupsi terhadap terdakwa di Pengadilan Negeri Jambi? 3. Bagaimana upaya mengatasi hambatan yang dihadapi hakim dalam proses pemeriksaan perkara pidana korupsi terhadap terdakwa di Pengadilan Negeri Jambi? C. Proses Pemeriksaan Perkara Pidana Korupsi Pengadilan Negeri Jambi merupakan bagian dari lingkungan peradilan umum, merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman yang ditugaskan untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa ataupun perkara dalam lapangan hukum perdata dan dalam lapangan hukum pidana. Sengketa ataupun perkara antara individu (orang perseorangan) dengan individu (orang perseorangan) lain ataupun individu orang perseorangan) dengan badan hukum dalam lapangan hukum keperdataan maupun dalam lapangan hukum kepidanaan, anatra individu (orang per seorangan), badan hukum dan masyarakat tertentu dari tindakan/perbuatan seseorang atau lebih yang merugikan dan melanggar kepentingan masyarakat. Dengan demikian tujuan pengadilan itu diadakan berdasarkan hasil penelitian penulis di lapangan dengan wawancara dengan Haryono : Dalam rangka memberikan pengayoman dan perlindungan kepada rakyat pencari keadilan yang merasa dirinya dirugikan akibat suatu tindakan/perbuatan tertentu seseorang atau lebih 4. Dari tujuan utama pengadilan di atas, tergambarlah secara jelas peran dan tugas hakim dalam memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara pidana dalam rangka memberikan pengayoman dan perlindungan kepada masyarakat pencari keadilan hakim adalah orang yang fungsinya memeriksa dan memberikan putusan dengan menjatuhkan hukuman dalam suatu perkara 5. Untuk melihat sejauhmana peranan hakim dalam menyelesaikan perkara pidana yang dilimpahkan dan diajukan padanya, khususnya di wilayah hukum 4 Haryono, Wawancara, Hakim Pengadilan Negeri Jambi, 10 Desember 2010. 5 Wahyu Afandi, Berbagai Masalah Hukum di Indonesia, Alumni : Bandung, 2002, Halaman 4. 84
Pengadilan Negeri Jambi tidak terpisah dan terlepaskan dari kegiatan proses penyelesaian dan pemeriksaan perkara pidana di suatu sidang pengadilan. Artinya apabila jaksa selaku penuntut umum yang diberi wewenang oleh KUHP, berpendapat bahwa hasil penyelidikan telah lengkap dan dapat dilakukan penuntutan maka penuntut umum melimpahkan perkara pidana itu disertai surat dakwaan pada Pengadilan Negeri setempat dengan permintaan agar segera mengadili perkara pidana tersebut. Atas pelimpahan berkas perkara pidana korupsi yang dilimpahkan dan dijatuhkan oleh penuntut umum, ternyata setelah diperiksa dan diteliti secara cermat menunjukkan perkara pidana tersebut merupakan batas wewenangnya untuk diperiksa dan diputuskan, tindakan selanjutnya menurut Nelson Sitanggang adalah Ketua Pengadilan Negeri setempat menunjuk hakim yang akan menyidangkan perkara itu dan hakim yang ditunjuk akan menetapkan hari sidang sambil memerintah penuntut umum untuk mengambil terdakwa dan saksi-saksi agar dapat hadir pada waktu yang ditentukan 6. Sebelum sidang dimulai, hakim meneliti jenis perkara pidana tersebut, apakah termasuk di alam pemeriksaan perkara biasa (Pasal 137 ayat 1 KUHAP), acara pemeriksaan singkat (Pasal 203 KUHAP) ataupun termasuk dalam acara pemeriksaan cepat (Pasal 204 KUHAP), setelah diketahui bahwa pemeriksaan perkara pidana yang tergolong ke dalam pemeriksaan biasa, maka hakim ketua membuka sidang dengan menyatakan sidang terbuka untuk umum, terkecuali perkara kesusilaan yang sidangnya dinyatakan tertutup. Setelah sidang dibuka, hakim ketua sidang memerintahkan supaya terdakwa dipanggil masuk dan ia berada dalam tahanan, ia dihadapkan dalam keadaan bebas. Pada permulaan sidang, hakim menanyakan identitas terdakwa dan mengingat supaya memperhatikan segala sesuatu yang di dengar dan di lihat dalam sidang. Selanjutnya hakim mempersilahkan penuntut umum membacakan surat dakwaan, seterusnya hakim menanyakan kepada terdakwa apakah ia sudah mengerti. Jika sudah mengerti, diperintahkan supaya saksi-saksi dipanggil ke dalam sidang seorang demi seorang untuk didengar keterangan, saksi wajib mengangkat sumpah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing bahwa ia memberikan keterangan yang sebenar-benarnya. Setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, berikutnya penuntut umum mengajukan tuntutan pidana seterusnya terdakwa atau penasehat hukumnya mengajukan pembelaan. Sebelum hakim mengambil putusannya, dari segala rangkaian pentahapan-pentahapan proses penyelesaian dan pemeriksaan perkara pidana termasuk perkara pidana korupsi di sidang pengadilan yang cukup penting dan esesential di antaranya adalah dalam menjatuhkan putusan terhadap terdakwa, putusan yang dijatuhkan hendaknya dilakukan hakim secara rasional, arif, bijaksana dan adil. 6 Nelson Sitanggang, Wawancara, Hakim Pengadilan Negeri Jambi, 10 Desember 2010. 85
Hal ini berarti putusan yang diambil dan dijatuhkan hakim terhadap terdakwa yang melakukan tindak pidana korupsi tentu didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan hakim dimaksud, menurut M. Yusuf berisikan yaitu ; 1. Mempertimbangkan fakta yang berisi tentang data pribadi tedakwa, keadaan lingkungan dan kedaan lingkungan keluarga terdakwa yang bersangkutan; 2. Putusan yang dijatuhkan dapat dijadikan dasar kuat untuk mengembalikan dan mengantarkan terdakwa untuk menapak masa depan yang lebih baik; 3. Efektifitas putusan yang dijatuhkan, dan 4. Putusan harus bersifat objektif dan adil 7. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, tergambarlah secara jelas bahwa dalam memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara pidana di sidang Pengadilan Negeri Jambi sebelum putusan diambil dan dijatuhkan hakim pengadilan kepada terdakwa, hakim dalam mengambil suatu putusannya didasarkan kepada perrtimbangan-pertimbangan hakim yang logis, arif, bijaksan dan adil. Diantaranya adalah mempertimbangkan fakta yang terungkap di persidangan yang berisi tentang data pribadi terdakwa, keadaan lingkungan dan keadaan lingkungan keluarga terdakwa yang bersangkutan, putusan yang dijatuhkan dapat dijadikan dasar kuat untuk mengembalikan dan mengantarkan terdakwa untuk menapak masa depan yang lebih baik. Efektfitas putusan yang dijatuhkan dan putusan harus bersifat objektif dan adil. Selain pertimbangan yang didasarkan di atas, pertimbanagn hakim lainnya dalam menjatuhkan suatu putusan erhadap perkara pidana korupsi, menurut Haryono didasarkan kepada Ketentuan perundang-undangan yang berlaku, berdasarkan bukti dan fakta yang terungkap dalam persidangan dan memeprhatikan pula segala hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa 8. Pertimbangan hakim lainnya dalam menjatuhkan puusan terhadap perkara pidana korupsi di sidang pengadilan, adalah didasarkan kepada di samping berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, didasarkan kepada bukti-bukti dan fakta yang terungkap di persidangan. Bukti dan fakta yang yuridis relevant, penemuan fakta-fakta itu erat hubungan dan kaitannya dengan pengetahuan hakim tentang hukumnya. Pengetahuan tentang hukum itu mutlak untuk dapat menemukan hukumnya diperlukan untuk menjatuhkan putusan. Penemuan hukum itu merupakan kewajiban hakim pengadilan sebagai aparat penegak hukum dan keadilan yang wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Sedangkan pertimbangan hakim lainnya dalam menjatuhkan putusan adalah dengan memperhatikan segala hal-hal yang cukup memberatkan dan meringankan terdakwa. Hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa baik yang 7 M.Yusuf, Wawancara, Hakim Pengadilan Negeri Jambi, 10 Desember 2010. 8 Haryono, Wawancara, Hakim Pengadilan Negeri Jambi, 10 Desember 2010. 86
terletak di dalam maupun diluar ketentuan perundang-undangan, misalnya hal-hal yang memberatkan karena tindak pidana yang dijatuhkan termasuk tindak pidana berat yang diancam pidana 5 (lima) tahun ke atas, pernah melakukan tindak pidana dan lainnya dan hal-hal yang meringankan karena terdakwa berlaku sopan selama dalam persidangan, terdakwa belum pernah melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman, usia yang masih relatif muda dan lain sebagainya. Setelah hakim mempertimbangkan segala yang ditemukan di dalam persidangan, akhirnya hakim mengambil suatu putusan, menurut Nelson Sitanggang : Sebelum hakim mengambil suatu putusan, hakim mengadakan musyawarah terakhir untuk mengambil suatu keputusan. Apakah menghukum terdakwa karena bersalah terbukti melakukan tindak pidana dimaksud ataukah membebaskan terdakwa dari segala tuduhan itu, karena salah satu atau lebih unsur yang didakwakan itu tidak terbukti kebenarannya dalam sidang pengadilan 9. Dalam menjatuhkan putusan, ada beberapa jenis putusan yang dapat diambil dan dijatuhkan hakim, yaitu : a. putusan yang mengandung pembebasan terdakwa; b. putusan yang mengandung pelepasan terdakwa dari segala tuntutan hukum, dan; c. putusan yang mengandung suatu penghukuman terdakwa 10. Putusan yang diambil dan dijatuhkan hakim pengadilan tersebut, menurut M. Yusuf : Harus dilakukan dan diucapkan dalam sidang oleh hakim pengadilan secara terbuka dihadapan umum, yang dibacakan secara jelas dan lengkap putusannya 11. Putusan yang dijatuhkan hakim Pengadilan Negeri Jambi, ada yang bersifat menghukum terdakwa untuk menjalani pidana di lembaga pemasyarakatan, ada juga putusan yang dijatuhkan dalam bentuk putusan pidana bersyarat dan ada juga putusan yang membebaskan terdakwa dari segala tuntutan pidana. Untuk lebih jelasnya, putusan yang diambil dan dijatuhkan hakim Pengadilan Negeri Jambi selama 5 (lima) tahun terakhir, mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2009, tergambar seperti tertera pada tabel berikut ini; 9 Nelson Sitanggang, Wawancara, Hakim Pengadilan Negeri Jambi, 10 Desember 2010. 10 Martiman Prodjohamidjojo, Sistematik Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Ghalia Indonesia : Jakarta, 2006, Halaman 130. 11 M.Yusuf, Wawancara, Hakim Pengadilan Negeri Jambi, 10 Desember 2010. 87
Tabel 1 : Keadaan Perkara Pidana Korupsi yang Diperiksa dan Diputus Oleh Hakim Pengadilan Negeri Jambi Selama Tahun 2005 s/d 2009. No. Tahun Jumlah Perkara Pidana yang Diputus Hakim 1 2005 3 Perkara 2 2006 9 Perkara 3 2007 7 Perkara 4 2008 8 Perkara 5 2009 11 Perkara Jumlah 38 Perkara Sumber Data : Pengadilan Negeri Jambi Berdasarkan data yang tertera pada tabel di atas, terlihat secara jelas keadaan perkara pidana korupsi yang berhasil diselesaikan, diperiksa dan diputus oleh hakim Pengadilan Negeri Jambi selama 5 (lima) tahun terakhir, dari tahun 2005 hingga tahun 2009 sebanyak 38 perkara pidana korupsi, yang setiap tahunnya apabila ditelaah keadaan perkara pidana yang diperiksa dan diputus cukup bervariasi. Dari sejumlah 38 perkara pidana korupsi yang diselesaikan, diperiksa dan diputus oleh hakim Pengadilan Negeri Jambi selama tahun 2009, putusan yang diambil dan dijatuhkan terhadap terdakwa oleh hakim pengadilan cukup bervariasi, seperti terlihat jenis putusan yang dijatuhkan hakim pengadilan dalam bentuk tabel berikut ini : Tabel 2: Jenis Putusan yang Diambil dan Dijatuhkan Hakim Pengadilan Negeri Jambi Selama Tahun 2009. No. Jenis Putusan Jumlah Persentase 1 Menghukum terdakwa dengan pidana penjara 8 Perkara 72,72 2 Menghukum terdakwa dengan pidana bersyarat - Perkara - 3 Membebaskan terdakwa dari tuntutan pidana 3 Perkara 27,28 Jumlah 11 Perkara 100,00 Sumber Data : Pengadilan Negeri Jambi Apabila ditelaah dai data yang tertera pada tabel di atas, tergambar secara jelas bahwa selama tahun 2009 dari sebanyak 11 perkara podana yang diperiksa dan 88
diputus oleh hakim Pengadilan Negeri Jambi, putusan yang diambil dan dijatuhkan hakim pengadilan cukup bervariasi, sebanyak 8 (72,72) berupa putusan yang bersiat menghukum terdakwa dengan pidana penjara selama 4 tahun, 3 tahun dan seterusnya dan sebanyak 3 (27,28) perkara pidana yang diputus hakim pengadilan dalam bentuk membebaskan terdakwa dari segala tuntutan pidana, karena berdasarkan hasil pemeriksaan di sidang pengadilan tidak ditemukan bukti yang kuat dan secara sah serta meyakinkan terdakwa terbukti melakukan suatu tindak pidana korupsi. D. Beberapa Hambatan yang Dihadapi Hakim Dalam Proses Pemeriksaan Perkara Pidana Korupsi Proses penyelesaian dalam pemeriksaan perkara pidana yang dilimpahkan dan diajukan penuntut umum pada Pengadilan Negeri, pada dasarnya proses pemeriksaan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang digariskan dalam KUHAP, dimana ditentukan jadwal sidang dan penetapan hakim ketua sidang. Hakim ketua sidang membuka sidang dengan menyatakan sidang dibuka dan hakim memerintahkan terdakwa, alat bukti dan barang bukti serta saksi-saksi yang diperlukan agar disiapkan untuk dihadirkan dalam sidang, termasuk jaksa selaku penuntut umum dan pengacara (advokat) yang mendampingi terdakwa, apabila diinginkan terdakwa sesuai dengan kemampuan ekonominya, terkecuali ancaman pidana lebih dari 5 tahun, pengacara (advokat) disiapkan oleh negara. Dalam proses pemeriksaan perkara pidana korupsi yang disidangkan tidak selamanya berjalan lancar sesuai dengan target yang sudah ditetapkan, terkadang ditemui beberapa hambatan yang dihadapi hakim. Hambatan yang ditemui dalam menjatuhkan putusan pidana penjara terhadap terdakwa tindak pidana korupsi, menurut Haryono adalah : 1. Terkadang waktu sidang sudah ditetapkan dan hakim ketua sidang sudah disiapkan, tetapi terdakwa tidak bisa dihadirkan karena dalam kedaan sakit yang memerlukan perawatan dan pengobatan, sehingga sidang terpaksa ditunda sampai pada batas waktu sembuhnya terdakwa dari sakitnya, dan 2. Selain itu, adakalanya sidang sedang berlangsung saksi-saksi yang diperlukan untuk dihadapkan pada hari sidang yang ditentukan, tidak bisa hadir lantaran tidak ada di tempat sedang pergi ke luar daerah, karena berbagai keperluan 12. Apabila ditelaah dari pendapat di atas, dalam proses pemeriksaan perkara pidana korupsi di sidang Pengadilan Negeri Jambi, ada keinginan hakim untuk menyelesaikan perkara pidana korupsi secara cepat dan tepat sesuai dengan yang digariskan dalam KUHAP, akan tetapi berbagai hambatan yang ditemui dalam prakteknya terkadang yang tidak memungkinkan perkara pidana korupsi itu digelar dan diselesaikan secara cepat dan tepat, hambatan tersebut diantaranya, waktu sidang sudah ditetapkan dan hakim ketua sidang sudah disiapkan, tetapi 12 Haryono, Wawancara, Hakim Pengadilan Negeri Jambi, 10 Desember 2010. 89
terdakwa tidak bisa dihadirkan karena dalam keadaan sakit, hal ini dibuktikan dengan surat keterangan rujukan diberikan oleh dokter yang memeriksanya yang menyatakan bahwa terdakwa memerlukan perawatan dan pengobatan, sehingga sidang terpaksa ditunda sampai pada batas waktu sembuhnya terdakwa dari sakitnya. Hambatan lainnya yang dihadapi hakim dalam proses penyelesaian perkara pidana di Pengadilan Negeri Jambi, ketika sidang berlangsung saksi-saksi yang diperlukan untuk dihadapkan pada hari sidang yang ditentukan, tidak bisa hadir lantaran tidak ada di tempat sedang pergi ke luar daerah dengan berbagai dalih dan alasan, ada yang karena urusan dinas, urusan keluarga dan lainnya. E. Upaya Mengatasi Beberapa Hambatan yang Dihadapi Hakim Dalam Proses Pemeriksaan Perkara Pidana Korupsi Upaya mengatasi hambatan yang ditemui hakim dalam proses penyelesaian perkara pidana korupsi di Pengadilan Negeri Jambi, menurut Nelson Sitanggang adalah : 1. Terhadap terdakwa yang sewaktu hendak diperiksa di sidang yang mendadak sakit ketidaksiapan untuk mengikuti sidang, hakim selalu bertindak arif dan bijaksana dengan meneliti surat keterangan dokter yang memeriksanya, dan apabila ada keraguan bagi hakim keadaan sakit terdakwa memmang benar sakit atau direkayasa, maka hakim akan mencari dokter lain untuk memeriksa terdakwa tersebut, sehingga dapat diketahui keadaan yang sebenarnya dari terdakwa tersebut. 2. Terhadap saksi-saksi yang dipanggil pada hari sidang yang sudah ditetapkan, sering mangkir dan tidak hadir, maka saksi-saksi tersebut harus dipanggil secraa patut sebanyak 3 (tiga) kali berturut -turut, apabila tidak bisa dan tidak mau hadir akan dipanggil paksa dengan meminta bantuan aparat yang berwenang dan idak juga bersedia hadir akan dapat dikenakan ancaman pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan 13. Apabila ditelaah dari pendapat di atas, terlihat secara jelas langkah antisipasi dalam upaya mengatasi hambatan yang dihadapi hakim dalam menyelesaikan perkara pidana korupsi di Pengadilan Negeri Jambi, upaya yang perlu dilakukan terhadap terdakwa yang sewaktu hendak diperiksa di sidang mendadak sakit sehingga tidak dapat mengikuti sidang, hakim bertindak secara arif dan bijaksana meneliti surat keterangan dokter yang memeriksanya, dan apabila ada keraguan bagi hakim mengenai keadaan sakit terdakwa, maka hakim dapat mencari dokter lain untuk memeriksa terdakwa, sehingga dapat diketahui keadaan yang sebenarnya dari terdakwa tersebut. Terhadap saksi-saksi yang dipanggil pada hari sidang yang sudah ditetapkan, sering mangkir dan tidak hadir, maka saksi-saksi tersebut harus dipanggil secara patut sebanyak 3 (tiga) kali berturut -turut, apabila tidak bisa dan 13 Nelsoon Sitanggang, Wawancara, Hakim Pengadilan Negeri Jambi, 10 Desember 2010. 90
tidak mau hadir akan dipanggil paksa dengan meminta bantuan aparat yang berwenang dan tidak juga bersedia hadir akan dapat dikenakan ancaman pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. F. Penutup 1. Proses pemeriksaan perkara pidana korupsi terhadap terdakwa di Pengadilan Negeri Jambi dilaksanakan dengan mengikuti ketentuan yang telah diatur, dimulai dari tahap awal hakim ketua membuka sidang dengan menyatakan sidang terbuka untuk umum. Setelah sidang dibuka, hakim ketua sidang memerintahkan terdakwa dipanggil masuk, permulaan awal sidang hakim menanyakan identitas terdakwa dan mengingatkan agar memperhatikan segala sesuatu yang didengar dan dilihat dalam sidang. Selanjutnya hakim mempersilahkan penuntut umum membacakan surat dakwaan, seterusnya hakim menanyakan kepada terdakwa apakah ia sudah mengerti, jika sudah mengerti diperintahkan saksi-saksi dipanggil ke dalam sidang seorang demi seorang untuk didengar keterangannya, dilanjutkan dengan pembelaan terdakwa. Setelah semua proses pemeriksaan selesai, hakim mengambil putusan dengan menjatuhkan putusan. 2. Hambatan yang dihadapi hakim dalam proses pemeriksaan perkara pidana korupsi terhadap terdakwa di Pengadilan Negeri Jambi, dalam pelaksanaan sidang terdakwa tidak siap mengikuti sidang dikarenakan sakit, kemudian sulitnya untuk menghadirkan saksi-saksi yang diperlukan sehingga sidang tertunda. 3. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi hakim dalam proses pemeriksaan perkara pidana korupsi terhadap terdakwa di Pengadilan Negeri Jambi, bagi terdakwa yang tidak siap mengikuti sidang dilakukan cross check atau penunjukan dokter untuk memeriksa kesehatan terdakwa, serta bagi saksi yang tidak hadir dalam sidang dipanggil sesuai prosedur jika tidak mau digunakan upaya paksa meminta bantuan aparat keamanan. G. Daftar Pustaka Martiman Prodjohamidjojo. 2006. Sistematik Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Ghalia Indonesia : Jakarta. Nanda Agung Dewantara. 2005. Masalah Kebebasan Hakim Dalam Menangani Suatu Perkara Pidana. Aksara Persada Indonesia, Jakarta. Wahyu Afandi. 2002. Berbagai Masalah Hukum di Indonesia. Alumni, Bandung. 91