STUDI SANITASI LINGKUNGAN NELAYAN TRADISIONAL DI KENAGARIAN PUNGGASAN UTARA KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh Mella Junita*, Slamet Rianto, M.Pd **, Rozana Eka Putri, S.Pd., M.Si ** *)Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat **) Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sanitasi lingkungan nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti dilihat dari: 1) kondisi lingkungan sosial, 2) kondisi jamban, 3) kondisi pengelolaan sampah, 4) kondisi perumahan atau tempat tinggal. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga nelayan tradisional yang ada di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti yang berjumlah 214 KK. Sampel responden ditentukan dengan menggunakan teknik proporsional random sampling dengan proporsi 50% sehingga sampel responden berjumlah 108 KK. Hasil penelitian ditemukan bahwa: 1) Lingkungan sosial nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo sari Baganti termasuk kategori cukup baik dengan persentase 73,14%, 2) Jamban di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kategori tidak baik dengan persentase 46,5%, 3) Pengelolaan sampah di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kategori kurang baik dengan persentase 58,59%, 4) Perumahan atau tempat tinggal di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kategori kurang baik dengan persentase 58,59%. Kata Kunci : Sanitasi Lingkungan, Kondisi Lingkungan Sosial, Kondisi jamban, Pengelolaan Sampah, Perumahan atau Tempat Tinggal. 1
ENVIRONMENTAL SANITATION STUDY OF TRADITIONAL FISHERMEN DI KENAGARIAN PUNGGASAN UTARA KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh Mella Junita*, Slamet Rianto, M.Pd **, Rozana Eka Putri, S.Pd., M.Si ** *)Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat **) Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This study aims to determine the environmental sanitation of traditional fishermen in North Punggasan kenagarian Linggo Sari subdistrict Baganti views of : 1 ) the social environment, 2 ) the condition of latrines, 3 ) waste management, 4 ) the condition of housing or shelter. This research is descriptive. The population of this study are all traditional fishing family head 's in North Punggasan kenagarian Linggo Sari subdistrict Baganti totaling 214 households. The sample of respondents was determined using proportional random sampling technique with a proportion of 50 % that the sample of respondents numbered 108 families. The results of the study found that : 1) the social environment of traditional fishermen in North Punggasan kenagarian districts Linggo Baganti cider category quite well with the percentage of 73.14 %, 2) Toilet in North Punggasan kenagarian Linggo Sari subdistrict Baganti category is not well with the percentage of 46.5 %, 3) Waste management in North Punggasan kenagarian Linggo Sari subdistrict Baganti including unfavorable category with a percentage of 58.59 %, 4) Housing or shelter in North Punggasan kenagarian Linggo Sari subdistrict Baganti including unfavorable category with a percentage of 58.59 %. Keywords: Environmental Sanitation, Social Environmental Condition, Condition latrine, Waste Management, Housing or Shelter. 2
PENDAHULUAN Menurut Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan kehidupan, dan kesejahteraan manjusia dan mahluk hidup lainnya. Setiap mahluk hidup tergantung pada lingkungan, begitu pula kehidupan keluarga sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, antara lain lingkungan yang bersifat fisik. Rendahnya tingkat kebersihan lingkungan keluarga banyak ditemukan pada keluarga miskin. Tuntunan dalam komonitas penghuni wilayah-wilayah khusus, seperti pemukiman kumuh, perumahan nelayan, daerah aliran sungai. Permasalahan rendahnya tingkat kebersihan keluarga merupakan permasalahan yang selalu dihadapi masyarakat yang berpenghasilan rendah yaitu keluarga yang memiliki mata pencarian sebagai nelayan. Juwono (1998) mengatakan nelayan adalah orang yang bekerja dalam sumber daya hewani air sebagai sumber kehidupan. Nelayan dapat digolongkan menurut beberapa kategori berdasarkan lokasi kerja nelayan dibedakan menjadi nelayan pedalaman dan nelayan laut. Nelayan pedalaman adalah nelayan yang bekerja di perairan pedalaman seperti sungai, danau, dan rawa-rawa. Nelayan laut adalah nelayan yang bekerja diperairan laut. Penduduk yang bermata pencarian nelayan pada umumnya bermukim dan mempunyai rumah yang berbatasan dengan laut. Permasalahan yang mendasar pada masyarakat nelayan tradisional adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia seperti ini mengakibatkan masyarakat nelayan belum sepenuhnya mampu mengelola lingkungan secara baik dan benar. Sesuai dengan terselenggaranya Negara dari kerusakan dan sanitasi lingkungan. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang belum memenuhi kriteria lingkungan sehat dan pola hidup sehat seperti pekarangan rumah yang dekat dengan tempat ternak hewan, jamban disembarangan tempat dan selain itu banyak yang membuang sampah di sembarangan tempat. Timbulnya berbagai macam penyakit disebabkan oleh buang air besar disembarangan tempat, sampah yang menumpuk, dan saluran air mandi yang tergenang. Oleh sebab itu masyarakat sangat berperan dalam menjaga kebersihan lingkungan. Adanya pengetahuan yang dimiliki seseorang menentukan prilaku yang menjaga kebersihan lingkungan. Pengetahuan tentang penting lingkungan bersih dapat menciptakan pola hidup sehat. Pengetahuan lingkungan bisa menimbulkan kesadaran nelayan terhadap lingkungan. Visi Rencana Strategis yang ingin dicapai Depkes adalah Masyarakat yang Mandiri dan Berkeadilan. Visi ini dituangkan menjadi 4 misi yaitu: 1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani, 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan, 3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan, 4. Menciptakan tata kelola keperintahan yang baik. Visi dan Misi ini akan diwujudkan melalui 6 Rencana Strategi Tahun 2010-2014, yaitu: 1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti,: dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif 3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan social kesehatan nasional 4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu 5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan 3
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab. Di Kenagarian Punggasan Utara masih banyak terlihat kurangnya partisipasi dan kerja sama masyarakat dalam mengelola lingkungan, hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang melakukan buang air besar disepanjang pinggir pantai, sampah yang berserakan, rumah yang dekat dengan kandang ternak, serta air limbah rumah tangga dan limbah kamar mandi yang langsung ke tanah. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Studi Sanitasi Lingkungan Nelayan Tradisional di Kenagarian Punggasan Utara Kecamatan Linggo Sari Baganti. METODOLOGI PENELITIAN Sesuai dengan pembatasan masalah, perumusan masalah, dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan pada bab diatas, maka penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif, karena penelitian ini tertuju pada pengungkapan masalah yang terjadi pada masa sekarang sebagaimana adanya, penelitian ini akan mendeskripsikan kajian sanitasi lingkungan nelayan dalam mengelola tempat tinggal. Sesuai dengan pembatasan masalah, perumusan masalah, dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan pada bab diatas, maka penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif, karena penelitian ini tertuju pada pengungkapan masalah yang terjadi pada masa sekarang sebagaimana adanya, penelitian ini akan mendeskripsikan kajian sanitasi lingkungan nelayan dalam mengelola tempat tinggal. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik Proporsional Random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dengan proporsi 50%. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto(1998) bahwa penelitian yang jumlah populasinya kurang dari seratus maka seluruh sampel di ambil, dan bila jumlah sampel lebih dari seratus maka jumlah sampel diambil 10-15% atau 25-30% atau lebih. Data Menggunakan skala Buttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang dinyatakan. Jawaban dapat dibuat tertinggi satu dan terendah nol (Sugiyono, 2010:96). HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan geografis daerah secara umum merupakan gambaran gejala kondisi keruangan suatu daerah, serta aspek kehidupan dapat dibagi atas dua yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Kecamatan Linggo Sari Baganti secara geografis terletak pada 100 0 49 23 BT - 101 0 04 23 BT dan 1 0 38 14 LS - 1 0 58 14 LS. Adapun batas-batas Kecamatan Linggo Sari Baganti yaitu: a. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Ranah Pesisir b. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Pancung Soal c. Sebelah Timur berbatasan dengan Bukit Barisan kabupaten Solok d. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia PEMBAHASAN Berdasarakan hasil penelitian, diperoleh gambaran sebagai berikut: Pertama: kondisi lingkungan sosial nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kriteria cukup baik dengan persentase 73,14%. Hal ini dapat dilihat dari kesukaan masyarakat dalam melakukan gotong royong 53% (tidak baik), hubungan antar masyarakat 77,25% (cukup baik), contoh hubungan dalam masyarakat 75,5% (cukup baik), komunikasi dalam masyarakat 78% (cukup baik), cara penyelesaian perselisihan yang baik 87,5% (baik), hubungan antara masyarakat tempat penelitian dengan masyarakat tetangga 56,25% (kurang baik), dan pengaruh adat istiadat dalam rumah tangga 84,5% (baik). Hal ini sesuai dengan pendapat Ismail (2011) lingkungan sosial dalah hubungan interaksi antara masyarakat dengan lingkungan. Jika nilai sosial tentang lingkungan berubah atau terjadi pergeseran, maka sikap masyarakat terhadap lingkungan juga berubah atau bergeser. Itulah sebabnya masyarakat dan nilai sosial selalu terlihat dinamis, terlepas dari baik dan buruknya lingkungan social. 4
Kedua: kondisi jamban nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kriteria tidak baik dengan persentase 46,5%. Hal ini dapat dilihat dari tempat BAB masyarakat 60,75% (kurang baik), jenis kamar mandi dan jamban 46,75% (tidak baik), jumlah kamar mandi 39,25% (tidak baik), tempat pembuangan limbah rumah tangga 38% (tidak baik), kebersihan jamban 29,5% (tidak baik), bangunan jamban umum yang ada 53,25% (tidak baik), pandangan masyarakat terhadap rumah yang tidak ada jamban 25,75% (tidak baik), tempat mandi 69,25% (cukup baik), jarak jamban sumur 37,75% (tidak baik), dan tipe jamban masyarakat 64,75% (cukup baik). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) Jamban merupakan tempat pembuangan kotoran manusia. Yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh manusia, dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Kotoran manusia disini adalah tinja dan air seni. Tinja bisa menyebabkan penyebaran penyakit, beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain: tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing. Pembuangan kotoran manusia yang memenuhi syarat kesehatan menurut Sukarni (1994:98) adalah sebagai berikut: 1. Tidak boleh mengotori rumah pemukiman. 2. Tidak mengotori air pemukiman. 3. Tidak mengotori air tanah. 4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur dan berkembang biak. 5. Kakus harus terlindung dari orang banyak. 6. Jarak kakus dan sumur tidak kurang dari 10 meter. Ketiga: kondisi pengelolaan sampah nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kriteria kurang baik dengan persentase 58,59%. Hal ini dapat dilihat dari cara masyarakat dalam mengelolah sampah 72,5% (cukup baik), jumlah tempat sampah 37,75% (tidak baik), jumlah TPS yang ada dikampung 25% (tidak baik), pendapat masyarakat dalam pengolahan sampah yang baik 90% (sangat baik), keinginan masyarakat dalam mengelolah sampah demi meningkatkan kebersihan 83,75% (baik), cara pengolahan sampah yang umum dilakukan 51,75% (tidak baik), memanfaatkan sampah organik sebagai pupuk 56,75% (kurang baik), dan pemisahan antara sampah organik dan anorganik 51,25% (tidak baik). Hal ini sesuai dengan pendapat Suyono (2000) Sampah adalah sebagai suatu benda atau hal-hal yang dipandang tidak berguna, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bau yang sampai mengganggu kelangsungan hidup. Menurut Manik (2007) jenis sampah berdasarkan zat pembentuknya, dibedakan sebagai sampah organik dan sampah anorganik. Dalam pengelolaan sampah yang umum dilakukan menurut yaitu: 1. Pembakaran Pengelolaan sampah dengan sistem pembakaran adalah dengan pembuangan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), kemudian dibakar. Pembakaran sampah harus dilakukan ditempat tertutup dengan mesin dan peralatan yang khusus dirancang untuk pembakaran sampah. 2. Penumpukan (Dumping) Sistem dumping ialah pembuangan sampah dengan penumpukan di atas tanah terbuka. Dengan cara ini, TPA memerlukan tanah yang luas dan sampah ditumpukan begitu saja, tanpa ada perlakuan. Cara ini dapat berpengaruh buruk pada masyarakat berupa sumber penyakit, dan tempat binatang bersarang. 3. Penimbunan Berlapis Pengelolaan sampah dengan cara penimbunan berlapis adalah pembuangan sampah di TPA yang diikuti dengan sampah dengan tanah. Cara ini memberikan dampak positif, antara lain sampah tidak berserakan, tidak menimbulkan bau, serta meninggikan tempat yang rendah. 5
4. Pengomposan Pengelolaan sampah dengan cara pengomposan merupakan pemanfaatan sampah organik menjadi bahan kompos. Untuk tujuan pengomposan, sampah harus dipilah-pilah sehingga sampah organik dan anorganik terpisah. Dalam pengelolaan sampah menurut Entjang (1993) ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1) Pengumpulan, 2) Penyimpanan, 3) Pembuangan. Keempat: kondisi perumahan atau tempat tinggal nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kriteria cukup baik dengan persentase 70,04%. Hal ini dapat dilihat dari jenis rumah yang dimiliki masyarakat 68,5% (cukup baik), jenis lantai rumah 68,5% (cukup baik), jenis atap rumah 67,25% (cukup baik), jenis ventilasi rumah 82% (baik), besar rumah 49,75% (tidak baik), jumlah kamar yang dimiliki 57,75% (kurang baik), status rumah yang dimiliki 91% (sangat baik), keadaan rumah yang dimiliki 74% (cukup baik), keadaan ruang tamu 50,75% (tidak baik), tempat belajar dirumah anak-anak 63,5% (kurang baik), keluar dan masuknya cahaya matahari 77% (cukup baik), dan jenis penerangan yang dimiliki masyarakat 90,5% (sangat baik). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga lambang sosial. Rumah merupakan satu struktur fisikal yang memberi ruang dan perlindungan kepada keluarga, rumah yang menyediakan perserikatan kepada anggota keluarga untuk tinggal bersama sebagai satu unik. Di rumah anggota keluarga menjalankan kegiatan mereka seperti berinteraksi satu sama lain, mendapat kasih sayang, memelihara anakanak, dan menerima tamu. Syarat-syarat pendirian rumah yang sederhana yang harus diperhatikan oleh anggota keluarga: 1) Halaman rumah ditanami tamaman yang menarik 2) Ruang tamu dilengkapi dengan perlengkapan sederhana 3) Ruang makan dilengkapi dengan peralatan makan 4) Ruang tidur dilengakapi dengan tempat tidur 5) Memiliki ruang belajar untuk anakanak belajar 6) Ruang dapur dilengkapi oleh alatalat dapur yang sederhana 7) Meniliki kamar mandi dan kamar kecil. BPS Sumatera Barat (2004) tentang survei sosial ekonomi nasional bahwa secara umum kualitas rumah tinggal ditentukan oleh jenis bahan bangunan yang digunakan secara nyata menjaminkan tingkat kesejahteraan penghuninya. Fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga mencerminkan tingkat kesejahteraan. Keadaan dan kualitas serta fasilitas lingkungan memberikan sumbangan dalam kenyamanan hidup sehari-hari bagi masyarakat. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kondisi lingkungan sosial nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kriteria cukup baik dengan tingkat pencapaian jawaban responden (TCR) adalah 73,14% artinya kondisi lingkungan sosial nelayan tradisional dilihat dari kerja sama, interaksi serta pergaulan dalam bermasyarakat cukup baik. 2. Kondisi jamban nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kriteria tidak baik dengan tingkat pencapaian jawaban responden (TCR) adalah 46,5% artinya kondisi jamban nelayan tradisional dilihat dari tempat pembuangan kotoran manusia, sarana pembangunan, dan pemeliharaan jamban tidak baik. 3. Kondisi pengelolaan sampah nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kriteria kurang baik dengan tingkat pencapaian jawaban responden (TCR) adalah 58,59% artinya kondisi pengelolaan sampah nelayan tradisional dilihat dari 6
sarana pengelolaan, pemeliharaan, dan pengolahan sampah kurang baik. 4. Kondisi perumahan atau tempat tinggal nelayan tradisional di kenagarian Punggasan Utara kecamatan Linggo Sari Baganti termasuk kriteria cukup baik dengan tingkat pencapaian jawaban responden (TCR) adalah 70,04% artinya kondisi perumahan atau tempat tinggal nelayan tradisional dilihat dari sarana pembangunan, pemeliharaan, dan pemanfaatan perumahan atau tempat tinggal cukup baik. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan di atas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan untuk lebih meningkatkan kondisi lingkungan sosial kearah yang lebih baik, agar lebih memperhatikan lingkungan sosial dan meningkatkan kerja sama antar masyarakat dengan membentuk organisasi dalam masyarakat. 2. Bagi pemerintah kecamatan Linggo Sari Baganti sebaiknya mengadakan perlombaan antar kampung agar masyarakat terpacu untuk menjaga kebersihan dan pemerintah juga harus lebih memperhatikan kehidupan nelayan tradisional terutama tentang perekonomian dan kesehatan masyarakat supaya kondisi kehidupan dan perumahan atau tempat tinggal nelayan tradisional lebih memadai dan lebih baik. 3. Bagi nelayan tradisional untuk ikut serta dalam menjaga kebersihan, ketertiban, dan kenyamanan lingkungan dan mematuhi aturan dari pemerintah tidak hanya mengandalkan pemerintah supaya tercipta lingkungan yang bersih, tertib dan nyaman sebagaimana yang diharapkan bersama. 4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini bisa dijadikan bahan rujukan dan pedoman yang bermanfaat dan menambah wawasan pembaca hendaknya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Daldjoeni. 2001. http://www.sanitasi Lingkungan.co.id. diakses 16 Juli 2013. Entjang. 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT Citra Aditia Bakti Hayati Sri,dkk. 2007. Geografi SMP Kelas VII. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. http://mohismail.blogspot.com/2011/10/apak ah-lingkungan-sosial-itu.htm http://azisthediver.blogspot.com/2009/11/nel ayan-tradisional-secara-umumdisebut.html Juwono,Semedi Pujo. 1998. Ketika Nelayan Harus Sandar Dayung. Jakarta: Kophalindo Kusnadi. 2002. Nelayan Strategi Adaptasi dan jaringan Sosial. Humaniora Utama Press. Bandung. Kusnadi. 2002. Masyarakat Nelayan Indonesia. Jakarta: Aneka Cipta. Manik. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Limbah Rumah Tangga. Jakarta: Rineka Cipta.. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat: ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta Rahmadanis. 2007. Prilaku Keluarga Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Pantai Di Seluruh Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah. Padang UNP. Ruslan. 2009. Pengertian Sampah. Darihttp://www.ipaunipersal.co.cc. Diakses pada 16 juli 2013 7
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sudjana. 1996. Metoda Statistik. Bandung : Tarsito Bandung Sunu. 2000. Melindungi Lingkungan. Jakarta: Grasindo. Suyono. 2008. Pengertian Sampah. dari http://kebersihan lingkungan.com.- Diakses pada 16 Juli 2013. 8