BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki wilayah perairan lebih luas dibanding daratan. Secara fisik luas daratan di Indonesia ± 1,9 juta km 2 dengan luas perairan ± 3,1 juta km 2. Luasnya wilayah perairan Indonesia menyebabkan semakin panjang pula pesisir pantai. Keberadaan wilayah pesisir berdampak pada banyaknya masyarakat yang menggantungkan hidupnya di laut maupun yang berhubungan dengannya. Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai kumpulan masyarakat terorganisir yang tinggal di wilayah pesisir pantai dan melakukan kegiatan usaha penunjang kelautan dan perikanan. Perspektif mata pencaharian masyarakat pesisir tersusun dari beragam kelompok, seperti pedagang ikan, petambak, pemilik toko, pemilik kapal serta nelayan. Keberadaan nelayan yang tinggal di pesisir menimbulkan masalah baru, yaitu munculnya permukiman kumuh dan tidak tertata. Kecenderungan tersebut disebabkan karena nelayan ingin tinggal di daerah pesisir yang dekat dengan laut agar mudah mengawasi perahu serta mendistribusikan dan mengolah hasil tangkapannnya. Perkembangan Kabupaten Jember yang semakin pesat khususnya di bidang perumahan membuat kelompok masyarakat nelayan yang tinggal di pesisir pantai semakin terpinggirkan. Harga tanah dan bangunan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menjadikan masyarakat nelayan sulit menjangkaunya. Tidak ada 1
2 tempat yang lebih baik untuk dijadikan tempat bernaung, pilihan terakhir bagi komunitas nelayan adalah tinggal berhimpitan di pesisir. Permukiman tersebut semakin lama semakin berkembang dan mengarah ke permukiman kumuh. Permukiman kumuh adalah suatu keadaan yang dapat dilihat dengan mata telanjang yang memberikan kesan mengenai sikap dan perilaku hidup yang berada lebih rendah bila dibandingkan dengan standar kehidupan normal pada umumnya. Permukiman kumuh lebih lanjut dipandang sebagai sesuatu hal yang negatif, yang berkaitan dengan berbagai permasalahan sosial, seperti kesehatan, kriminalitas dan lain sebagainya. Pemerintah Kabupaten Jember telah mencoba serangkaian program untuk mengatasi persoalan sosial terkait dengan perkembangan permukiman kumuh tersebut. Salah satunya melalui program relokasi permukiman nelayan. Kawasan permukiman relokasi dipusatkan di wilayah Desa Puger Kulon Kecamatan Puger. Wilayah tersebut sebelumnya memiliki kontur yang tidak rata, dengan status kepemilikan tanah negara. Pemkab Jember melalui pemerintah desa memilih daerah tersebut dengan pertimbangan mengingat wilayah tersebut merupakan kawasan belum terbangun yang lebih luas dibanding wilayah lain. Perumahan relokasi yang terdapat di Kabupaten Jember merupakan perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Program relokasi perumahan tersebut mulai digulirkan sejak tahun 2008 yang bermula dari keperihatinan kelompok nelayan atas padatnya daerah hunian kampung nelayan.
3 Kehidupan masyarakat yang layak dapat dimulai dari tersedianya tempat tinggal bagi kelompok masyarakat marjinal. Masyarakat nelayan seharusnya sudah mulai menata dan mengembangkan kehidupan semenjak menghuni rumah relokasi. Namun berbagai persoalan seringkali muncul terkait relokasi perumahan. Masyarakat nelayan harus meninggalkan tempat tinggal awal serta kenyamanan yang telah dimiliki sebelumnya. Selain itu, jarak tempat kerja yaitu lokasi pelelangan ikan serta perbedaan ketersediaan fasilitas penunjang kehidupan turut berubah. Lokasi relokasi permukiman yang minim fasilitas juga kerap dituding sebagai penyebab enggannya nelayan untuk pindah ke lokasi yang baru. Gambar 1. Lokasi Relokasi Permukiman Nelayan Sumber : Citra Google Earth, 2014 Menurut World Bank (2009), relokasi tidak dapat hanya dilihat hanya dari perspektif makro pembangunan. Implikasi yang sering terjadi adalah ketidakberlanjutan relokasi, yaitu ditandai dengan munculnya persoalan-persoalan
4 baru baik bagi individu yang direlokasi, komunitas maupun lingkungan. Perubahan struktural dalam skala mikro seringkali tidak banyak diperhatikan. Padahal hal ini sangat berpengaruh terhadap tujuan awal relokasi. Penelitian ini berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat menghadapi relokasi sebagai salah satu bentuk kebijakan penataan permukiman kumuh nelayan. Hal yang menarik dari penelitian ini adalah pelaksanaan relokasi permukiman kumuh nelayan yang dilakukan melalui program Konsolidasi Tanah yang dilakukan di atas tanah negara. Program pemerintah yang bertujuan meningkatkan derajat serta taraf hidup masyarakat nelayan seharusnya didukung oleh semua pihak, termasuk masyarakat. Namun sejumlah penyimpangan ditemui di lokasi penelitian. Berawal dari permasalahan tersebut maka penelitian ini mengambil fokus pada pembahasan mengenai penyebab tidak dihuninya perumahan hasil relokasi oleh masyarakat nelayan, sehingga diharapkan akan mengungkap puas tidaknya masyarakat terhadap pelaksanaan program relokasi tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Wilayah pesisir di Indonesia hampir selalu menghadirkan fenomena yang menarik. Fenomena yang banyak ditemui adalah berkumpulnya komunitas masyarakat pesisir pada suatu wilayah sehingga memunculkan kawasan kumuh. Hal ini dikarenakan masyarakat pesisir cenderung memilih lokasi bermukim pada lokasi yang memiliki water front namun tidak terkena pasang surut air laut, dengan kecenderungan mengabaikan kaidah-kaidah kebersihan dan kesehatan lingkungan.
5 Program relokasi sebagai alternatif pemecahan masalah diharapkan dapat menata permukiman kumuh nelayan. Namun tidak semua nelayan bersedia pindah ke lokasi baru. Berhasil atau tidaknya program relokasi sangat dipengaruhi oleh keterlibatan masyarakat, baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaannya. Tanpa adanya peran serta masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan relokasi permukiman maka akan menimbulkan berbagai persoalan, seperti misalnya keterlambatan waktu pelaksanaan maupun dampak negatif lainnya. Peluang munculnya berbagai kekurangan akan semakin besar manakala dalam kegiatan relokasi tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Fenomena yang terjadi di lokasi penelitian adalah keengganan warga menempati rumah hunian relokasi. Berbagai alasan diduga menjadi penyebab mengapa hingga saat ini hanya beberapa warga saja yang pindah ke rumah relokasi. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan studi agar dapat menjawab pertanyaan penelitian mengenai penerimaan masyarakat terhadap program relokasi permukiman kumuh serta harapan terhadap perumahan baru hasil relokasi tersebut. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui penerimaan masyarakat terhadap program relokasi permukiman kumuh yang dilaksanakan di Desa Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Tujuan umum tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi tujuan khusus, yaitu menggali penerimaan masyarakat pesisir terhadap program relokasi permukiman kumuh dan mengetahui harapan masyarakat terhadap program relokasi tersebut.
6 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat akademis, diharapkan akan mengungkap penerimaan masyarakat terhadap relokasi permukiman kumuh, sehingga diharapkan akan menjawab pertanyaan mengenai keefektifan penataan kota dengan memberikan aset berupa tanah dan bangunan. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam pelaksanaan relokasi permukiman agar melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. 3. Manfaat praktis bagi masyarakat dalam partisipasi pelaksanaan relokasi dan memahami arti penting konsep relokasi kawasan permukiman kumuh. 4. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan relokasi permukiman. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian dengan topik relokasi banyak dilakukan, begitu juga dengan permukiman nelayan. Namun topik relokasi permukiman nelayan dengan lokus, fokus dan modus yang sama berdasarkan sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian tabel berikut terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa penelitian yang dilakukan tidak mempunyai kesamaan dengan penelitian sebelumnya, selain lokus, fokus dan modus penelitian yang berbeda. Namun demikian penelitian yang dilakukan ini
7 tidak dapat dilepaskan dan mungkin saja mengacu pada sumber-sumber dan literatur yang hampir sama. Akhirnya dengan berbagai metode dan cara, maka penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat melengkapi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Beberapa perbedaan mendasar dari penelitian yang dilakukan dengan beberapa penelitian terdahulu dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Relokasi permukiman kumuh nelayan merupakan usulan dari kelompok nelayan yang didukung sepenuhnya oleh pemerintah daerah setempat. 2. Karakteristik lokus penelitian yang akan dilaksanakan merupakan daerah belum terbangun yang potensial untuk dijadikan kawasan permukiman. 3. Struktur masyarakat yang cenderung homogen, mengingat subyek relokasi permukiman hampir seluruhnya berprofesi sebagai nelayan. 4. Daerah penelitian memiliki ciri khusus yaitu kedekatan dengan pesisir pantai.
8 Lutfi, Muhammad 2001 Azmansyah, Raja 2004 8 Tabel 1. Kaitan Topik Penelitian yang Dilakukan Dengan Beberapa Penelitian Terdahulu Nama Judul Metode Tujuan Hasil Minggo, Mauritius 2005 Effendie, Firman H 2008 Haryanto, Ragil 2012 Jurnal Mulyadi 2014 Rendahnya Tingkat Hunian Program Relokasi Penduduk Tepian Mahakam Kota Samarinda Konsepsi Mayarakat Masyarakat Terhadap Relokasi Permukiman Sebagai Kebijakan Penataan Permukiman Strategi Adaptasi Masyarakat Nelayan Terhadap Lingkungan Permukimannya Persepsi Penghuni Terhadap Permukiman Relokasi di Kota Meulaboh Pilihan Masyarakat Nelayan Desa Kurau: Relokasi atau Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Melalui Konsolidasi Tanah Motif Spekulasi Menjual Rumah Relokasi dan Penyediaan Aset Permukiman Kota:Persepsi Penghuni Rumah Relokasi Mojosongo Solo Tahun 2013 Deskriptif dengan analisis statistik Melihat faktor-faktor penyebab penduduk tidak menempati permukiman dengan parameter amatan yaitu fisik, sosial dan ekonomi Deskriptif induktif Mengetahui pemahaman masyarakat terhadap kebijakan relokasi serta strateginya terhadap permukiman Deduktif-kualitatif (cross tab) Kualitatif Analisis deskriptif (cros tab) Mix method Mendeskripsikan strategi adaptasi masyarakat Wuning terhadap kondisi lingkungan permukimannya Mengetahui persepsi penghuni terhadap permukiman relokasi di Kota Meulaboh Mengetahui preferensi masyarakat terhadap penataan kawasan permukiman nelayan Mengetahui perubahan sosial ekonomi serta persepsi terhadap rumah relokasi dan pengaruhnya terhadap keputusan memindahtangankan rumah relokasi Relokasi tidak berhasil karena tidak didasarkan pada aspirasi penduduk serta tidak sesuai standar Adanya empat konsepsi masyarakat tentang relokai permukiman Adaptasi dengan merubah perilaku, merubah fisik dan menghindari lingkungan Masyarakat penghuni tidak puas terhadap permukiman relokasi Masyarakat mau bekerja sama untuk membangun lingkungan tempat tinggal melalui relokasi Relokasi tidak cukup berhasil mengangkat kehidupan penerima manfaat