RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004

dokumen-dokumen yang mirip
RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 060/PUU-II/2004

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XI/2013 Pengelolaan Sumber Daya Air Oleh Negara

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 008/PUU-III/2005 (Perbaikan I Tgl. 31 Maret 2005)

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 059/PUU-II/2004

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 004/PUU-I/2003

I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN, selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 111/PUU-XIII/2015 Kekuasaan Negara terhadap Ketenagalistrikan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 129/PUU-XIII/2015 Sistem Zona Dalam Pemasukan (Impor) Hewan Ternak

RINGKASAN PERBAIKAN Perkara Nomor 138/PUU-XII/2014 Hak Warga Negara Untuk Memilih Penyelenggara Jaminan Sosial

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XI/2013 Tentang Penetapan Batam, Bintan dan Karimun Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XI/2013 Tentang Bentuk Usaha, Kepengurusan serta Modal Penyertaan Koperasi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XI/2013 Pengelolaan Sumber Daya Air Oleh Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 94/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XVI/2018 Langkah Hukum yang Diambil DPR terhadap Pihak yang Merendahkan Kehormatan DPR

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 138/PUU-XII/2014 Hak Warga Negara Untuk Memilih Penyelenggara Jaminan Sosial

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

KUASA HUKUM Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., dan Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Oktober 2014.

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 017/PUU-IV/2006 Perbaikan Tanggal 12 September 2006

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 108/PUU-XII/2014 Kontrak Karya. I. PEMOHON PT. Pukuafu Indah, diwakili oleh Dr. Nunik Elizabeth Merukh, MBA.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 39/PUU-XII/2014 Hak Memilih

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 57/PUU-XV/2017

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 4 / PUU-X / 2012 Tentang Penggunaan Lambang Negara

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 066/PUU-II/2004

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi

KUASA HUKUM Tommy Albert M. Tobing, S.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 21 Maret 2013

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 123/PUU-XII/2014 Pengisian Pimpinan DPRD

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XV/2017 Perintah Penahanan yang Termuat dalam Amar Putusan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 64/PUU-XI/2013 Pajak Rokok

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XV/2017 Penetapan Tersangka oleh KPK Tidak Mengurangi Hak-hak Tersangka

I. PEMOHON Indonesian Human Rights Comitee for Social Justice (IHCS) yang diwakilkan oleh Gunawan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XV/2017 Kewenangan Menteri Keuangan Dalam Menentukan Persyaratan Sebagai Kuasa Wajib Pajak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA : 58/PUU-X/2012

Kuasa Hukum Dwi Istiawan, S.H., dan Muhammad Umar, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 29 Juli 2015

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU 30/2014).

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

Hukum Acara Pembubaran Partai Politik. Ngr Suwarnatha

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 17/PUU-XIV/2016 Kewenangan Daerah dan Penyediaan Tenaga Listrik

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XI/2013 Badan Hukum Koperasi, Modal Penyertaan, Kewenangan Pengawas Koperasi dan Dewan Koperasi Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XIII/2015 Perincian Nominal dalam Undang-Undang APBN 2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 18/PUU-XV/2017 Daluwarsa Hak Tagih Utang Atas Beban Negara

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 38/PUU-VIII/2010 Tentang Pengujian UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD Hak Recall

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 104/PUU-XIV/2016 Keterwakilan Anggota DPD Pada Provinsi Baru Yang Dibentuk Setelah Pemilu 2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 101/PUU-XV/2017 Peralihan Hak Milik atas Tanah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 66/PUU-XII/2014 Frasa Membuat Lambang untuk Perseorangan dan Menyerupai Lambang Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 49/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kesehatan Tafsiran zat adiktif

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 98/PUU-XV/2017 Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Aparatur Sipil Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XVI/2018 Dua Kali Masa Jabatan Bagi Presiden atau Wakil Presiden

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 109/PUU-XIV/2016 Jabatan Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 56/PUU-X/2012 Tentang Kedudukan Hakim Ad-Hoc Pengadilan Hubungan Industrial

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 15/PUU-XIII/2015

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 45/PUU-XIV/2016 Kewenangan Menteri Hukum dan HAM dalam Perselisihan Kepengurusan Partai Politik

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 47/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama)

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 30/PUU-XIV/2016

Transkripsi:

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004 I. PEMOHON Suta Widhya KUASA HUKUM JJ. Amstrong Sembiring, SH. II. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air: Prosedur persetujuan DPR RI terhadap undang-undang tentang Sumber Daya Air menjadi Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 1. Pasal 9 (1) Hak guna usaha air dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. (2) Pemegang hak guna usaha air dapat mengalirkan air di atas tanah orang lain berdasarkan persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. (3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa kesepakatan ganti rugi atau kompensasi. 2. Pasal 26 ayat (7) Pendayagunaan sumber daya air dilakukan dengan mengutamakan fungsi sosial untuk mewujudkan keadilan dengan memperhatikan prinsip pemanfaat air membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air dan melibatkan peran masyarakat. 3. Pasal 45 (1) Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan memperhatikan fungsi sosial dan kelestarian lingkungan hidup. (2) Pengusahaan sumber daya air permukaan yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat dilaksanakan oleh badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah di bidang pengelolaan sumber daya air atau kerjasama antara badan usaha milik Negara dengan badan usaha milik daerah.

(3) Pengusahaan sumber daya air selain dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh perseorangan, badan usaha, atau kerjasama antar badan usaha berdasarkan izin pengusahaan dari Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. 4. Pasal 46 (1) Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, mengatur dan menetapkan alokasi air pada sumber air untuk pengusahaan sumber daya air oleh badan usaha atau perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3). III. DASAR DAN ALASAN Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 bertentangan dengan: 1. Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undangundang. 2. Pasal 33 ayat (2) huruf a dan ayat (5) Undang-undang No. 4 Tahun 1999 Ayat (2) huruf a : DPR-RI mempunyai tugas dan wewenang: bersamasama dengan Presiden membentuk Undang-undang. Ayat (5) : Pelaksanaan sebagaimana yang dimaksud ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPR. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 bertentangan dengan UUD 1945: 1. Pasal 1 ayat (1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan 2. Pasal 27 ayat (3) Ayat (3) : (t)iap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 3. Pasal 33 ayat (2), (3), dan (4) (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. (3) Bumi dan air dan segala kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional

IV. ALASAN-ALASAN - DPR RI sebagai pembentuk UU wajib mematuhi ketentuan UUD 1945 1. Pasal 9 ayat (1) jo. Pasal 26 ayat (7) jo. Pasal 45 dan Pasal 46 Undangundang Nomor 7 Tahun 2004 bertentangan dengan jiwa dan semangat UUD 1945 yang anti penjajahan, yang mengutamakan kemakmuran rakyat, demokrasi ekonomi dan Hak Asasi Manusia (HAM). 2. Kemerdekaan Indonesia Pasal 45 ayat (3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 memberikan peluang bagi perseorangan dan badan hukum swasta asing untuk mengontrol sumber daya air yang menjadi hajat hidup orang banyak. 3. Kedaulatan Indonesia Pasal 45 ayat (3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 menjadikan Negara Indonesia tidak lagi berdaulat atas sebagian wilayah sungai; dan menjadikan sebagian wilayah sungai tidak dikuasai oleh Negara, serta; menjadikan Negara Indonesia tidak lagi menjadi Negara Kesatuan yang utuh. 4. Air dalam Kekuasaan Negara Pasal 45 ayat (3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 bertentangan dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 karena sumber daya air sebagai cabang produksi penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh Negara, bukan dikuasai oleh perseorangan dan/ atau badan hukum atau bahkan dikuasai oleh badan hukum asing. 5. Kemakmuran Rakyat dan Demokrasi Ekonomi Pasal-pasal dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 menunjukkan bahwa cabang produksi yang penting bagi Negara yang menguasai orang banyak dapat tidak dikuasai oleh Negara. Air sebagai asset Negara dan asset Nasional dapat dipergunakan bukan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat tetapi untuk sebesar-besar kemakmuran perorangan dan/atau badan hukum privat/ swasta bahkan perorangan dan/ atau badan hukum privat/ swasta asing.

Dalam Provisi : - Menyatakan Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tidak berlaku dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat selama pengujian Undang-undang ini terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. V. PETITUM 1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan pengujian Undang-undang oleh PEMOHON; 2. Menyatakan pembentukan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, dan menyatakan UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tidak mempunyai kekuatan hukum; 3. Menyatakan ketentuan dalam Pasal 9, Pasal 26 ayat (7), Pasal 45 dan pasal 46 Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat; 4. Memerintahkan amar putusan Majelis Hakim dari Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang mengabulkan permohonan pengujian Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air terhdap Undang-undang Dasar Republik Indoensia Tahun 1945 untuk dimuat dalam berita Negara dalam Jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh ) hari kerja sejak keputusan diucapkan.

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004 Perbaikan Tgl, 22 September 2004 I. PEMOHON Suta Widhya KUASA HUKUM JJ. Amstrong Sembiring, SH. II. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air: - Prosedur persetujuan DPR RI terhadap undang-undang tentang Sumber Daya Air menjadi Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 1. Pasal 9 (1) Hak guna usaha air dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. (2) Pemegang hak guna usaha air dapat mengalirkan air di atas tanah orang lain berdasarkan persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. (3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa kesepakatan ganti rugi atau kompensasi. 2. Pasal 26 ayat (7) Pendayagunaan sumber daya air dilakukan dengan mengutamakan fungsi sosial untuk mewujudkan keadilan dengan memperhatikan prinsip pemanfaat air membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air dan melibatkan peran masyarakat. 3. Pasal 45 ayat (3) Pengusahaan sumber daya air selain dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh perseorangan, badan usaha, atau kerjasama antar badan usaha berdasarkan izin pengusahaan dari Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

4. Pasal 46 (1) Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, mengatur dan menetapkan alokasi air pada sumber air untuk pengusahaan sumber daya air oleh badan usaha atau perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3). III. DASAR DAN ALASAN Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 bertentangan dengan: 1. Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undangundang. 2. Pasal 33 ayat (2) huruf a dan ayat (5) Undang-undang No. 4 Tahun 1999 Ayat (2) huruf a : DPR-RI mempunyai tugas dan wewenang: bersamasama dengan Presiden membentuk undang-undang. Ayat (5) : Pelaksanaan sebagaimana yang dimaksud ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPR. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 bertentangan dengan UUD 1945: 1. Pasal 1 ayat (1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan 2. Pasal 27 ayat (3) Ayat (3) : (t)iap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 3. Pasal 33 ayat (2), (3), dan (4) (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. (3) Bumi dan air dan segala kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional

IV. ALASAN-ALASAN DPR RI sebagai pembentuk UU wajib mematuhi ketentuan UUD 1945 1. Pasal 9 ayat (1) jo. Pasal 26 ayat (7) jo. Pasal 45 dan Pasal 46 Undangundang Nomor 7 Tahun 2004 bertentangan dengan jiwa dan semangat UUD 1945 yang anti penjajahan, yang mengutamakan kemakmuran rakyat, demokrasi ekonomi dan Hak Asasi Manusia (HAM). 2. Kemerdekaan Indonesia Pasal 45 ayat (3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 memberikan peluang bagi perseorangan dan badan hukum swasta asing untuk mengontrol sumber daya air yang menjadi hajat hidup orang banyak. 3. Kedaulatan Indonesia Pasal 45 ayat (3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 menjadikan Negara Indonesia tidak lagi berdaulat atas sebagian wilayah sungai; dan menjadikan sebagian wilayah sungai tidak dikuasai oleh Negara, serta; menjadikan Negara Indonesia tidak lagi menjadi Negara Kesatuan yang utuh. 4. Air dalam Kekuasaan Negara Pasal 45 ayat (3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 bertentangan dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 karena sumber daya air sebagai cabang produksi penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh Negara, bukan dikuasai oleh perseorangan dan/ atau badan hukum atau bahkan dikuasai oleh badan hukum asing. 5. Kemakmuran Rakyat dan Demokrasi Ekonomi Pasal-pasal dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 menunjukkan bahwa cabang produksi yang penting bagi Negara yang menguasai orang banyak dapat tidak dikuasai oleh Negara. Air sebagai asset Negara dan asset Nasional dapat dipergunakan bukan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat tetapi untuk sebesar-besar kemakmuran perorangan dan/atau badan hukum privat/ swasta bahkan perorangan dan/ atau badan hukum privat/ swasta asing.

Dalam Provisi : - Menyatakan Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tidak berlaku dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat selama pengujian Undang-undang ini terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. V. PETITUM 1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan pengujian Undang-undang oleh PEMOHON; 2. Menyatakan ketentuan dalam Pasal 9, Pasal 26 ayat (7), Pasal 45 dan pasal 46 Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat; 3. Memerintahkan amar putusan Majelis Hakim dari Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang mengabulkan permohonan pengujian Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air terhdap Undang-undang Dasar Republik Indoensia Tahun 1945 untuk dimuat dalam berita Negara dalam Jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh ) hari kerja sejak keputusan diucapkan.