UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SERAI WANGI (CYMBOPOGON

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN DAUN JERUK NIPIS

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

UJI PENGGUNAAN TEPUNG SERAI WANGI (Cymbopogon nardusl.) DALAM MENGENDALIKAN RAYAP (Coptotermes curvignatus) PADA SKALA LABORATORIUM

ABSTRAK UJI EKSTRAK BUAH CABAI RAWIT SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA ULAT TITIK TUMBUH PADA TANAMAN SAWI

EFEK MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN Spodoptera exigua PADA TANAMAN BAWANG MERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

BAB I PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue. hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit virus yang

BAB I PENDAHULUAN. nyawa makhluk hidup karena mempunyai beberapa kelebihan seperti hampir tidak

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kecepatan Kematian. nyata terhadap kecepatan kematian (lampiran 2a). Kecepatan kematian Larva

BAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak

Uji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian dpl.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

UJI BEBERAPA KONSENTRASI EKSTRAK BIJI PINANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Ipilo adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA ENTOMOPATOGEN PADA LARVA Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaeidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI. Oleh :

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas dan Kecepatan Kematian. Tingkat mortalitas walang sangit pada aplikasi kontak dengan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Salah satunya

UJI EFEKTIFITAS MINYAK SERAI WANGI (Andropogon nordus L.) TERHADAP KUTU DAUN (Aphis gossypii G.) (HOMOPTERA: APHIDIDAE)

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

POTENSI EKSTRAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L.) SEBAGAI ANTI Streptococcus mutans SUPRIANTO

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jarak cina (Jatropha multifida Linn) sebagai pestisida nabati pengendali hama

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian

BAB III METODE. kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan

PEMANFAATAN LIMBAH BATANG TEMBAKAU UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)

ABSTRAK. DURASI DAYA REPELEN BERBAGAI KADAR MINYAK SEREH (Cymbopogon nardus L.) DAN DEET TERHADAP Aedes sp. PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Efektivitas Ekstrak Daun Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.) Sebagai Anti Fungi Candida albicans

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pestisida nabati perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

FEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KEMBANG BULAN

UJI EFEKTIFITAS LARUTAN PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA ULAT KROP (Crocidolomia pavonana L.) PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleraceae)

J. Agrisains 10 (1) : 28-34, April 2009 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN

Pembuatan Pestisida Nabati

DAYA RACUN EKSTRAK AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignatus Holmgren)

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium

PENGARUH EKSTRAK DAUN MIMBA (Azedirachta indica) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN (Plutella xylostella) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L)

Efikasi Minyak Atsiri Sereh Dapur (Cymbopogon citratus L.) terhadap Hama Ulat Daun Kubis (plutella xylostella L.) di Laboratorium

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L) SEBAGAI PESTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN HAMA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L)

DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK

ISSN TOKSISITAS EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia L) DAN EKSTRAK SERAI (Cymbopogon nardus L) PADA LARVA NYAMUK Aedes aegypti

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

PENGENDALIAN HAMA Plutella xylostella TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) MENGGUNAKAN PERASAN DAUN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum) SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS EKSTRAK KULIT BUAH PARE (Momordica charantia) TEHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti

KAJIAN TOKSISITAS EKSTRAK DAUN MINT (Mentha arvensis L.) TERHADAP MORTALITAS ULAT KROP KUBIS (Crocidolomia pavonana F.)

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas. 2. Waktu: Bulan Desember Februari 2017.

BAB I PENDAHULUAN. petani melakukan pencampuran 2 6 macam pestisida dan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

DAN PEMBERIAN ARANG BATOK KELAPA SEBAGAI PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT LANAS

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal

PENGGUNAAN BEAUVERIA BASSIANA DAN BACILLUS THURINGIENSIS UNTUK MENGGENDALIKAN Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) DI LABORATORIUM

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

UJI EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) DI LABORATORIUM ABSTRACT

PATOGENISITAS Beauveria bassiana PADA Spodoptera litura Fabricius. (Lepidoptera : Noctuidae) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT SKRIPSI OLEH :

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

UJI EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI BINTARO (Cerbera manghas) TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN KEDELAI

Gambar 3. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh para petani sayuran dan umum dikonsumsi oleh masyarakat luas di

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di Green House Kebun. Biologi FMIPA UNY.

ABSTRAK EFEK LARVISIDA EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp.

PENGARUH APLIKASI INSEKTISIDA SERAI WANGI TERHADAP HAMA LALAT BUAH PADA TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum L)

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. atau percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4. A1 = Daun Tembelekan Konsentrasi 3%

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti

PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL + PADA PAKAN TERHADAP KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN SKRIPSI

III. BAIIAN DAN METODE

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

PENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN PUPUK HAYATI BIOTAMAX TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GARUT

EFEKTIVITAS EKSTRAK AKAR TUBA TERHADAP HAMA ULAT KROP CROCIDOLOMIA. PAVONANA PADA TANAMAN KUBIS DI KOTA TOMOHON

PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI KLUWEK (Pangium edule Reinw.) SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS KECOAK (Blatella germanica L.

UJI MOLUSKISIDA NABATI LENGKUAS PUTIH (Alpinia galanga (L.) Willd.) TERHADAP KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamarck)

Transkripsi:

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SERAI WANGI (CYMBOPOGON NARDUS L) TERHADAP MORTALITAS RAYAP Program Studi Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Bekasi Email : rahhutamiratih@gmail.com Abstrak Serai wangi dapat meningkatkan jumlah mortalitas rayap karena mengandung senyawa sitronellal, geraniol, asetat dan senyawa lain. Minyak atsiri serai wangi selain untuk pewangi sabun juga digunakan untuk desinfektan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun serai wangi sebagai pestisida hayati terhadap mortalitas rayap dan untuk mengetahui dosis terbaik ekstrak serai wangi dalam mengendalikan rayap. Prosedur percobaan terdiri dari pencarian rayap yang akan diuji, persiapan ekstrak daun serai wangi, pengaplikasian ekstrak ke rayap-rayap yang telah disiapkan dan pengamatan parameter berupa mortalitas rayap. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap satu faktor. Perlakuan yang diterapkan berupa dosis ekstrak daun serai wangi yaitu 10 gr/100 ml air (P1), 20 gr/100 ml air (P2), dan 30 gr/100 ml air (P3). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, dan setiap ulangan terdiri dari 15 ekor rayap sehingga terdapat 135 satuan percobaan. Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf 5%, apabila terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak daun serai wangi (Cymbopogon nardus L) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua dosis yang diujikan dari 1 jam setelah aplikasi sampai 3 jam setelah aplikasi yang dilihat dari parameter mortalitas rayap dan nilai rata-rata mortalitas rayap tertinggi dapat dilihat pada perlakuan 20 gr/l air dalam waktu 3 (JSA). Kata Kunci Minyak Atsiri, Tingkat Kematian, Termisida Nabati. Abstract The lemongrass can increase the number of termites mortality because it contains citronella, geraniol, asetat, and other compounds. Essential oil of lemongrass can be used for soap scents and disinfectant. The objectives of this research were to determine the effectiveness of lemongrass leaves extract as botanical termitisides on mortality of termites and to determine the best rate of lemongrass leaves extract for controlling termites. The research procedur consist of searching the termites to be tested, the preparation of the lemongrass leaves extract, the application of extract to termites, and observation of termite mortality parameter. The experiment was arranged in a completely randomized design with one factor. There are three rates of lemongrass leaves extract : 10 gr/100 ml water (P1), 20 gr/100 ml water (P2), and 30 gr/100 ml water (P3). Each treatments were three replications, and each replications consisted of 15 termites so the total unit of experiments were 135 termites. Data were analized with analysis of variance with α 5 %, If there is a significant treatment effect, the further analysis using Least Significance Different (LSD) test for each of treatments. The result showed that the treatments of lemongrass leaves extract did not significantly affect for all of treatments from 1 hour after application until 3 hour after application for termite mortality parameter and the highest average termite mortality rate can be seen in the 20 gr/l water in 3 hour after application. Keywords Citronella Oil, Mortality Rate, Botanical Termitisides. Jurnal Citra Widya Edukasi Vol IX No. 3 Desember 2017 ISSN. 2086-0412 Copyright 2017 275

Pendahuluan R ayap termasuk ke dalam ordo isoptera yang merupakan salah satu jenis hama potensial perusak tanaman terutama di areal perkebunan kelapa sawit, karet dan tanaman hutan industri seperti pinus, eukaliptus, dan lain-lain. Serangan rayap dapat menurunkan produksi bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman pokok. Rayap juga merusak kayu sebagai bagian dari konstruksi bangunan dan material berselulosa lainnya di dalam bangunan gedung (Subekti, et al. 2008). Serangan rayap pada tanaman terjadi di daerah perakaran dan batang yang menyebabkan translokasi air dan zat hara dari tanah ke tanaman menjadi terganggu dan akhirnya tanaman mati (Nandika, et al. 2003). Uji Efektivitas Ekstrak Daun Serai Wangi (Cymbopogon nardus L) terhadap Mortalitas Rayap Saat ini teknik untuk mengendalikan rayap masih terfokus pada pengendalian secara kimia. Penggunaan senyawa kimia yang berlebihan, selain dapat mencemari lingkungan, juga dikhawatirkan dapat mengakibatkan hama rayap menjadi resisten terhadap senyawa kimia tersebut, memicu ledakan hama dan ledakan hama sekunder serta terbunuhnya musuh alami. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara mengendalikan rayap secara biologi menggunakan ekstrak daun serai wangi. Serai wangi termasuk tumbuhan yang mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri serai wangi terdiri dari sitral, sitronelal, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, metilheptenon, dipentena, eugenol metil eter, kadinen, kadinol dan limonene. Bahan aktif yang mengandung zat beracun adalah geraniol dan sitronella (Wijayakusumah, 2000). Latumahina (2010) menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak serai wangi pada konsentrasi 5% cukup efektif untuk mengendalikan serangan rayap tanah (Mactotermes gilvus Hegen) dengan mortalitas 100% pada minggu kedua setelah perlakuan. Lebih lanjut Shahabuddin dan Anshary (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekstrak daun serai (EDS) memiliki potensi sebagai pestisida nabati terhadap ulat daun kubis. Konsentrasi ekstrak yang efektif adalah pada 8,5% karena dapat menyebabkan mortalitas sebesar 66,67% dan menghambat aktivitas makan larva ulat daun kubis sebesar 82,66% pada 10 jam setelah aplikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui efektivitas ekstrak daun serai wangi sebagai pestisida hayati terhadap mortalitas rayap; dan 2) mengetahui dosis terbaik ekstrak serai wangi dalam mengendalikan rayap. 276 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi

JCWE Vol IX No. 3 (275 280) Metodologi Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi, Bekasi pada tanggal 9 Juni 2017. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah toples plastik, blender, timbangan, petridish, gelas ukur, pengaduk, hand sprayer, pinset, ember dan saringan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah rayap, daun serai wangi, kayu lapuk dan air. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap satu faktor. Perlakuan yang diterapkan berupa dosis ekstrak daun serai wangi yaitu 10 gr/100 ml air (P1), 20 gr/100 ml air (P2), dan 30 gr/100 ml air (P3). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, dan setiap ulangan terdiri dari 15 ekor rayap sehingga terdapat 135 satuan percobaan. Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf 5%, apabila terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk masing-masing perlakuan. Prosedur percobaan terdiri dari pencarian rayap yang akan diuji, persiapan ekstrak daun serai wangi, pengaplikasian ekstrak ke rayaprayap yang telah disiapkan dan pengamatan parameter berupa mortalitas rayap. Rayap yang telah ditemukan pada kayu lapuk dikumpulkan sesuai jumlah yang dibutuhkan, lalu diletakkan di dalam toples plastik, pembuatan ekstrak daun serai wangi dilakukan dengan mengeringkan daun serai wangi di bawah sinar matahari sampai kering, daun serai wangi yang telah kering ditimbang sesuai perlakuan dan dihaluskan menggunakan blender ditambah 100 ml air, diendapkan selama 24 jam lalu disaring, air saringan dimasukkan ke dalam hand sprayer. Aplikasi ekstrak daun serai wangi terhadap rayap dilakukan dengan cara menyemprotkan rayap yang diletakkan di petridish sebanyak dua semprotan. Pengamatan dilakukan terhadap parameter mortalitas rayap dengan cara menghitung jumlah rayap yang mati setelah disemprot ekstrak daun serai wangi. Jumlah rayap yang mati dihitung setiap 1 jam setelah aplikasi, 2 jam setelah aplikasi, dan 3 jam setelah aplikasi. Kemudian dihitung persentase mortalitas rayap menggunakan persamaan sebagai berikut: Persentase Mortalitas = Rayap yang mati Rayap yang diaplikasikan 100% (1) Hasil dan Pembahasan Perlakuan ekstrak daun serai wangi (Cymbopogon nardus L) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua dosis yang diujikan dari 1 jam setelah aplikasi sampai 3 jam setelah aplikasi (Tabel 1). Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi 277

Tabel 1 Pengaruh Dosis Ekstrak Daun Serai Wangi terhadap Mortalitas Rayap Perlakuan Mortalitas Rayap (%) 1 JSA 2 JSA 3 JSA 10 gr/l air 8,89a 15,56a 15,56a 20 gr/l air 13,33a 13,33a 20,00a 30 gr/l air 11,11a 17,78a 17,78a Ket. : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan peubah yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf α 5%, JSA (Jam Setelah Aplikasi) Uji Efektivitas Ekstrak Daun Serai Wangi (Cymbopogon nardus L) terhadap Mortalitas Rayap Pada Tabel 1 menunjukkan rata-rata mortalitas rayap tertinggi terlihat pada perlakuan 20 gr/l air dalam waktu 3 Jam Setelah Aplikasi (JSA). Menurut Flona (2006), serai wangi (Cymbopogon nardus) menghasilkan minyak pati atau minyak atsiri yang dikenal sebagai Citronella Oil. Minyak citronella mengandung dua senyawa kimia penting yaitu Sitronelal dan Geraniol. Zat sitronella berfungsi sebagai antifedant yang dapat mengurangi nafsu makan rayap. Sejalan dengan itu, Hardi dan Kurniawan (2007) menyatakan bahwa ekstrak serai wangi tidak membunuh rayap secara cepat, tetapi berpengaruh mengurangi nafsu makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, hambatan menjadi serangga dewasa, sebagai pemandul, serta mudah diabsorbsi oleh tanaman. Daun serai wangi mengandung geraniol dan citronella yang pada konsentrasi tinggi memiliki keistimewaan sebagai anti feedant, sehingga rayap tidak bergairah memakan tanaman, sedangkan pada konsentrasi rendah bersifat sebagai racun perut yang bisa mengakibatkan rayap mati. Tarumingkeng (1971) menyatakan bahwa mekanisme kerja dari senyawa sitronelol dan geraniol yang terkandung pada serai wangi yaitu sebagai racun kontak dan racun syaraf, sebagai racun kontak masuk ke dalam tubuh rayap melalui lubang-lubang alami atau langsung masuk melalui mulut bersamaan dengan bahan makanan yang dimakan, kemudian senyawa ini akan masuk ke organ pencernaan dan diserap oleh dinding usus selanjutnya ditranslokasikan menuju ke pusat saraf. Saraf rayap yang terganggu akan mempengaruhi keseimbangan ion-ion yang ada dalam sel saraf sehingga menyebabkan kematian pada rayap. Kondisi rayap yang terkena semprotan ekstrak daun serai wangi terjadi penurunan tingkah laku. Pada awalnya rayap terlihat aktif lalu lemas dan pergerakannya menjadi lambat kemudian lama-kelamaan akan mati. Rayap yang masih bertahan hidup pada 3 JSA memperlihatkan kondisi fisik yang lemas. Jika dilihat dari presentasi rayap yang mati, masih tergolong rendah (8,89% 20%). Hal tersebut diduga karena kandungan racun yang terdapat pada ekstrak yang diujikan sampai pada dosis tertinggi belum mampu meracuni rayap sampai mati, rayap masih mampu bertahan hidup dengan kandungan racun sebesar dosis perlakuan atau pengamatan yang dilakukan masih tergolong cepat yaitu 3 JSA. Hasil penelitian Hutabarat et al. (2015) menunjukkan bahwa mortalitas rayap pada konsentrasi 200 gr serai wangi dapat menyebabkan mortalitas rayap sebesar 70,57 % pada 6 Hari Setelah Aplikasi (HSA). Selain itu Raina et al. (2007) melaporkan bahwa minyak dari ekstrak jeruk dapat membunuh rayap tanah coptotermes formosanus dalam waktu 5 hari dengan mortalitas sebesar 68%. 278 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi

JCWE Vol IX No. 3 (275 280) Penutup Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1) perlakuan ekstrak daun serai wangi (Cymbopogon nardus L) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua dosis yang diujikan dari 1 jam setelah aplikasi sampai 3 jam setelah aplikasi yang dilihat dari parameter mortalitas rayap; dan 2) nilai rata-rata mortalitas rayap tertinggi dapat dilihat pada perlakuan 20 gr/l air dalam waktu 3 Jam Setelah Aplikasi (JSA). Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan dosis yang lebih tinggi dan waktu pengamatan yang lebih lama. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ruhap Siagian, A.Md. yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan dan pengumpulan data di lapangan. Daftar Pustaka Flona, S. (2006). Herba dan Tanaman Hias, Penangkal Nyamuk dan Polusi Udara. Jakarta (ID): Samidra Utama. Hardi, T.T.W., & Kurniawan, R. (2007). Pengendalian rayap tanah pada tanaman kayu putih dengan ekstrak serai wangi. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Hutabarat, N,K., Syahrial, O., & Mukhtar, I.P. (2015). Uji efektivitas termitisida nabati terhadap mortalitas rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) di Laboratorium. J Online Agroekoteknologi, 3(1), 103-111. Latumahina, F. (2010). Efektivitas Insektisida Nabati Serai Wangi (Andropogon nardus L.) Terhadap Rayap Tanah (Mactotermes gilvus Hagen) pada Tegakan Tusam dalam Kawasan Hutan Lindung Gunung Nona Kota Ambon. http://latumahinaforester.blogspot.com/2010/05/efektivitas-insektisidanabati-serai.html. Diakses tanggal 17 Nopember 2017. Nandika, D.Y., Rismayandi, F.D. (2003). Rayap, Biologi dan Pengendalian. Surakarta (ID): Muhammadiah University Press. Raina, A., Bland, J., Dooolittle, M, Lax, A., Boopathy, R., & Folkins, M. (2007). Effect of orange oil extract on the formosan subterranean termite (Isoptera:Rhinotermitidae). J.Econ Entomol, 100(3), 880-855. Shahabuddin, & Anshary, A. (2010). Uji aktivitas insektisida ekstrak daun serai terhadap ulat daun kubis (Plutella xylostella L.) di laboratorium. J. Agroland, 17(3), 178-183. Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi 279

Subekti, N., Durayadi, D., Nandika, D., Surjokusumo, S., & Anwar, S. (2008). Sebaran dan Karakter Morfologi Rayap Tanah (Macrotermes gilvus Hagen ) di Habitat Hutan Alam. J Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, 1(1), 27-33. Tarumingkeng, R.C. (1971). Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu di Indonesia. Bogor (ID): Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Wijayakusuma, H.M.H. (2000). Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia: Rempah, Rimpang, dan Umbi. Jakarta (ID): Milenia Popular. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Serai Wangi (Cymbopogon nardus L) terhadap Mortalitas Rayap 280 Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi