BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk menuju daerah perkotaan semakin meningkat secara pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa kebanyakan, kota bagaikan memiliki kekuatan bagi masyarakat desa sehingga terjadi perpindahan penduduk dari desa ke kota. Akan tetapi kota tidak seperti yang diharapkan masyarakat desa dengan mencoba bersaing disektor formal yang tidak bisa sepenuhnya ditampung dikarenakan kemampuan dan latar belakang pendidikan tertentu yang bersifat formal, sehingga tenaga kerja yang tidak tertampung dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya memilih sektor informal. Salah satu usaha sektor informal yang menjadi fenomena adalah pedagang kaki lima (PKL) yang dalam perkembangannya dihadapkan persoalan yang dilematis, disatu sisi keberadaannya dapat menciptakan lapangan kerja, sedangkan dilain pihak keberadaan PKL yang tidak diperhitungkan dalam perencanaan tata ruang menimbulkan masalah tersendiri dalam pemanfaatan tata ruang kota misalnya masalah estetika kota, kebersihan, kemacetan, keamanan wilayah. Kota sebagai pusat konsentrasi permukiman dan kegiatan manusia lainnya berkembang sangat cepat. Kota-kota besar dihadapkan pada permasalahan penurunan kualitas lingkungan yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana dan prasarana yang menjadi kebutuhan masyarakat perkotaan. Sektor informal dalam hal ini PKL
tidak hanya mendatangkan masalah menurunnya kualitas lingkungan perkotaan namun disatu sisi terdapat nilai positif dimana PKL dianggap sebagai sabuk penyelamat yang menampung potensi sejumlah tenaga kerja yang tidak tertampung di sektor formal (Sunyoto, 2006: 50). Lapangan Merdeka Kota Binjai pada awalnya berfungsi sebagai ruang publik tempat berinteraksi masyarakat dan berolahraga, tempat rekreasi skala lokal, untuk kegiatan seremonial pemerintah kota dan sebagai ruang terbuka hijau perkotaan Binjai. Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk serta makin bertambahnya alih fungsi pemanfaatan ruang terbangun mengakibatkan penurunan kuantitas ruang terbuka hijau. Lokasi strategis Lapangan Merdeka sebagai pusat Kota Binjai menawarkan lokasi prima sebagai ruang publik yang potensial. Karenanya kawasan lapangan merdeka Kota Binjai menjadi pusat keramaian sepanjang sore hingga malam dimanfaatkan warga Kota Binjai berekreasi. Kegiatan masyarakat demikian mengundang keberadaan pedagang kaki lima (PKL) tumbuh dan terus berkembang sebagai pelengkap kegiatan masyarakat. Tak kurang separuh keliling tepian Lapangan Merdeka dipenuhi lebih 50 (lima puluh) pedagang kaki lima dalam berbagai versi dagangan. 28 (dua puluh delapan) pedagang secara permanen membangun lapak di kawasan tersebut sedangkan sisanya merupakan pedagang asongan dan pedagang gelaran (menggelar dagangan di lantai atau rerumputan). Kehadiran dan eksistensi pedagang PKL tersebut menimbulkan berbagai masalah pemanfaatan ruang kota yang bertentangan dengan kebijakan tata ruang Kota Binjai tentang penataan ruang bagi peruntukan zona komersial kota.
Dalam proses perancangan tata ruang kota fenomena pedagang kaki lima sebagai suatu kegiatan dagang informal tidak dipertimbangkan dalam suatu penetapan zonasi khusus mengingat sifatnya yang sporadic, sehingga secara normatif dikelompokkan dalam zonasi peruntukan komersial. Dilain hal kondisi PKL yang merusak wajah kota, menimbulkan masalah keruangan, berimplikasi memberikan masalah bagi sistem sanitasi dan kebersihan kota. Namun kehadiran PKL ini tidak dapat dipungkiri, hampir disemua kota di Indonesia dengan penanganan yang spesifik dilakukan oleh masing-masing pemeritah kota/daerah. Walaupun eksisting keberadaan PKL Lapangan Merdeka Binjai cenderung menimbulkan masalah perkotaan namun sebagai pelaku pemanfaatan tata ruang maka para pedagang ini tentunya juga mempunyai potensi yang dapat diketengahkan dalam menunjang pembangunan kota. Para pedagang PKL mempunyai cara yang spesifik dalam mengisi dan menyikapi tantangan berdagang di ruang kota dengan berpartisipasi mengisi ruang kota menurut kemampuan dan pengetahuan mereka yang sederhana namun tepat guna dalam wujud tatanan lapak, warung, aturan cara berdagang, cara berperilaku bersih lingkungan dan sebagainya. Untuk menempatkan perilaku partisipasi pasif masyarakat dalam pembangunan diperlukan pengenalan dan penguatan potensi partisipasi pasif PKL dimana dapat dimanfaatkan misalnya sebagai bagian dari unsur pembentuk citra ruang kota baik yang dibangkitkan dari kemampuan masyarakat secara mandiri. Dengan tujuan untuk meningkatkan peran PKL dalam dinamika pembangunan Kota Binjai maka dengan melihat fenomena tersebut diatas kiranya diperlukan adanya suatu kajian penataan dalam memanfaatkan ruang kota (Lapangan Merdeka
Binjai) sehingga PKL tidak ternafikan, bahkan dapat berdampingan dan berperan serta dalam mewujudkan Lapangan Merdekan Binjai sebagai elemen citra kota. 1.2 Masalah Penelitian Mencermati latar belakang fenomena PKL yang menempati fasilitas umum ruang terbuka Lapangan Merdeka Binjai maka masalah penelitian yang menjadi fokus kajian ini adalah sebagai berikut: 1. Penataan pedagang kaki lima di sekitar kawasan Lapangan Merdeka Binjai, tidak tertatanya PKL di Lapangan Merdeka Binjai memberikan pengaruh terhadap keberadaan lokasi tersebut sebagai salah satu elemen citra kota. Jika dilihat melalui teori Hamid Shirvani, lapangan Merdeka Binjai adalah salah satu elemen pembentuk kota yaitu ruang terbuka hijau, korelasi selanjutnya adalah tujuan kajian ini mewujudkan bahwa setiap perancangan kota harus memperhatikan elemen-elemen perancangan yang ada, sehingga nantinya kota tersebut akan mempunyai karakteristik yang jelas apakah mempertahankan dan atau untuk memperlihatkan lebih jauh sebagai citra suatu kota. 2. Pedagang kaki lima memberikan ketidaknyamanan bagi pengguna lainnya, kegiatan jual beli (berniaga) dilokasi ini berawal dari tingginya intensitas kegiatan-kegiatan skala kota yang dilakukan dilokasi ini. Ketidaknyamanan akan dirasakan oleh kegiatan lainnya seperti pengguna jalan (kendaraan bermotor), pejalan kaki, dan atau pengguna lapangan lainnya dalam konteks keanekaragaman pemanfaatan ruang yang ada. Berkumpulnya
beraneka ragam penjual barang dan jasa menyebabkan lebih banyak pilihan bagi konsumen, akibatnya tarikan pasar akan semakin luas, kedepannya penelitian ini akan membawa kawasan lapangan Merdeka Kota Binjai sebagai icon kota lebih menarik dari ketersedian jasa dan barang yang disediakan oleh pedagang kaki lima (PKL). 1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian Menilik latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi permasalahan dan potensi penataaan pedagang kaki lima di sekitar kawasan Lapangan Merdeka Kota Binjai; 2. Menyusun panduan kawasan sebagai arahan penataan ruang dan bentuk kegiatan PKL disekitar Kawasan Lapangan Merdeka Kota Binjai. Adapun sasaran penelitian ini adalah terekomendasinya suatu arahan penataan kawasan yang secara fisik berdampingan dengan kegiatan informal (PKL) agar tercapai suatu kondisi pemanfaatan ruang yang harmonis dan tidak merugikan antar kepentingan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain adalah: 1. Hasil kajian ini dapat merupakan masukan bagi perencanaan kota Binjai dalam menyikapi fenomena PKL yang menempati kawasan lapangan Merdeka Binjai; 2. Hasil kajian ini merupakan bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan
pembangunan kota Binjai dalam hal penataan PKL dalam berkontribusi terhadap pemanfaatkan ruang kota; 3. Hasil kajian ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan manajemen pembangunan kota dengan fokus pada pemanfaatan ruang publik yang dapat diketengahkan sebagai unsur pembentuk citra kota. 1.5 Kerangka Konseptual Kawasan Lapangan Merdeka Kota Binjai yang pada awalnya dibuat sebagai alun-alun yang merupakan tempat berinteraksi bagi masyarakatnya secara sosial, ekonomi, maupun budaya dalam perkembangannya, keberadaan kawasan Lapangan Merdeka Kota Binjai telah menjadi pusat kegiatan. Kegiatan masyarakat di kawasan Lapangan Merdeka Kota Binjai menimbulkan peluang usaha di sekitar Lapangan Merdeka yang menciptakan tumbuhnya PKL. Ditinjau dari efektifitas pemanfaatan ruang kota, keberadaan PKL tersebut menuai kritik negatif dalam hal peruntukan, estetika bangunan, kesesuaian fungsi, penyebab kekumuhan dan sebagainya. Walaupun disatu sisi pemerintah Kota Binjai belum mempunyai kebijakan khusus yang mengatur keberadaan dan pertumbuhan para pedagang kaki lima tersebut namun PKL sebagai salah satu stake holder kota perlu memperoleh porsi yang sepadan dan layak diperhitungkan dalam skema pembangunan kota yaitu berupa pengakomodasian partisipasi pasif dan aktif pembangunan para PKL tersebut. Sebagaimana diketahui partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat berupa partisipasi aktif dimana kesertaannya direncanakan (act by design) dalam pembangunan disamping itu juga dapat berupa partisipasi pasif
dimana kesertaannya berupa tindakan positif (by positive act) dalam mengisi pembangunan. Dengan mempertimbangkan hal tersebut karenanya diperlukan upaya pengungkapan hal positif (local wisdom) perilaku PKL dalam penggunaan ruang kota baik berupa persepsi, preferensi maupun tindakan fisik dimana hasil ungkapan tersebut dapat menjadi guide lines bagi perancangan urban design kota Binjai Selanjutnya berdasarkan kerangka konseptual tersebut dilakukan langkahlangkah penelitian yang dimulai dari penetapan research question, pengambilan data, analisis dan penarikan kesimpulan serta adanya rekomendasi penelitian sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 1.1. 1.6 Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam penyusunan penelitian ini, akan disajkan dalam beberapa bab sehingga memudahkan dalam penyusunan, bab pembahasan sebagaimana berikut. Bab I Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, kerangka konseptual dan sistematika pembahasan. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan pemahaman fenomena aktivitas pedagang kaki lima, beserta konsep dan fungsi ruang terbuka hijau perkotaan. Kemudian pendapat para ahli mengenai karakteristik pedagang kaki lima. Kesemuanya akan menjadi landasan teorisasi dalam penelitian yang akan dilakukan.
PERSEPSI PELAKU KEGIATAN DI SEKITAR LAPANGAN MERDEKA BINJAI (Barang dan Jasa Informal) 1. Penjual/pedagang; 2. Pengunjung KARAKTERISTIK POLA RUANG TERBUKA LAPANGAN MERDEKA BINJAI 1. Peran dan Fungsi Lokasi; 2. Tata Guna Lahan; 3. Sarana dan Prasarana. PENATAAN PEDAGANGAN KAKI LIMA MEMANFAATKAN RUANG TERBUKA KOTA (Studi: Lapangan Merdeka Binjai) 1. Ekspresi Bentukan Persepsi Pedagang dan Pegunjung; 2. Potensi Keikutsertaan Pedagang dalam Pemanfaatan Ruang Terbuka Kota; 3. Penguatan elemen citra kota Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
FENOMENA PKL di Lapangan Merdeka Binjai Teori dan Kebijakan Identifikasi Kawasan Lapangan Merdeka Kota Binjai Kompilasi Data Identifikasi Pelaku Karakteristik dan Aktivitas PKL METODOLOGI ANALISA DATA Identifikasi Pemanfaatan (Potensi dan Permasalahan) Analisis Karakteristik Analisis Managemen Pembanguan Analisis Legalitas dan Probabilitas PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN LAPANGAN MERDEKA BINJAI (Arahan Pelaksanaan Penataan Pedagang Kaki Lima) Gambar 1.2 Kerangka Pikir Kajian
Bab III Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan lingkup dan kawasan penelitian, pemaparan jenis penelitian, populasi/sampel, metoda pengumpulan data, metoda analisa data yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Bab IV Tinjauan PKL Di Kawasan Lapangan Merdeka Binjai Bab ini menjelaskan tentang tinjauan fisik Lapangan Merdeka Binjai, tinjauan kegiatan dan perilaku PKL di Lapangan Merdeka Binjai dan tinjauan potensi perilaku spatial PKL di kawasan Lapangan Merdeka Binjai. Bab V Penataan Pedagang Kaki Lima Dengan Memanfaatkan Ruang Terbuka Kota Pada bab ini akan disampaikan kajian dan analisa potensi perilaku spatial PKL sebagai unsur pembentukan penataan PKL berbasis partisipasi masyarakat. Bab VI Kesimpulan Dan Rekomendasi Pada bab ini akan disampaikan kesimpulan dari tujuan penyusunan kajian ini, dimana selanjutnya disertai dengan rekomendasi penyusun atas tahapan atau langkah yang baik dilakukan bagi pihak-pihak terkait.