BAB II STUDI PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STUDI PUSTAKA

BAB VI PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM

BAB II STUDI PUSTAKA II-1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

BAB III STUDI PUSTAKA

KAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH

2.1.2 American Association ofstate Highway and Transportation 7

BAB VI PERENCANAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini yang akan dibahas adalah gambaran perencanaan suatu

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

BAB VI PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP)

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

BAB X PENUTUP KESIMPULAN

DAFTAR SIMBOL / NOTASI

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelabuhan perikan merupakan salah satu pelabuhan yang banyak

Perancangan Dermaga Pelabuhan

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah.

Trestle : Jenis struktur : beton bertulang, dengan mtu beton K-300. Tiang pancang : tiang pancang baja Ø457,2 mm tebal 16 mm dengan panjang tiang

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

TATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA

Perhitungan Struktur Bab IV

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat

BAB IV METODOLOGI 4.1. TAHAP PERSIAPAN

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB VII PENUTUP. Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB V PERENCANAAN BANGUNAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi

BAB IV ANALISIS DATA

DESAIN STRUKTUR JETTY DI PELABUHAN PENAJAM PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

BAB V PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDRA (PPS)

2.2 DASAR-DASAR PERENCANAAN DERMAGA BARANG

Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR REKLAMASI PANTAI MARINA SEMARANG ( DESIGN OF THE RECLAMATION INFRASTRUCTURE OF THE MARINA BAY IN SEMARANG )

q Bobot rencana kapal (Gross Tonage) = ton Berdasarkan bobot rencana tersebut, dari tabel "Specifications of Vessels", diperoleh data sbb:

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR KONSULTASI MAGANG... iv. PERNYATAAN... v. PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR...

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya.

Beban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane.

3.2. SURVEY PENDAHULUAN

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

TURAP REKAYASA PONDASI II 2013/2014

BAB III METODOLOGI. 3.1 Tahap Persiapan

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH, SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN GLAGAH KAB. KULON PROGO YOGYAKARTA BAB III METODOLOGI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Diketahui data data lapangan sebagai berikut :

PERENCANAAN TIANG PANCANG UNTUK MOORING DOLPHIN PADA DERMAGA

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Soal :Stabilitas Benda Terapung

BAB I PENDAHULUAN. gelombang laut, maka harus dilengkapi dengan bangunan tanggul. diatas tadi dengan menggunakan pemilihan lapis lindung berupa

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB II STUDI PUSTAKA

ANALISIS STABILITAS STRUKTUR BREAKWATER MENGGUNAKAN BATU BRONJONG DI SERANG BANTEN ABSTRAK

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

BAB II STUDI PUSTAKA

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

III. LANDASAN TEORI. Gaya-gaya yang bekerja pada dermaga dapat dibedakan menjadi gaya lateral dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI USULAN ALTERNATIF

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN DERMAGA PELABUHAN NAMLEA PULAU BURU

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TASIK AGUNG KABUPATEN REMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

= tegangan horisontal akibat tanah dibelakang dinding = tegangan horisontal akibat tanah timbunan = tegangan horisontal akibat beban hidup = tegangan

DAFTAR ISI. i ii iii. ix xii xiv xvii xviii

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN JETTY CRUDE PALM OIL (CPO) PRECAST DI PERAIRAN TANJUNG PAKIS LAMONGAN, JAWA TIMUR JEFFWIRLAN STATOURENDA

STABILITAS STRUKTUR PELINDUNG PANTAI AKIBAT PEMANASAN GLOBAL

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

Transkripsi:

6 BAB II 2.1 Tinjauan Umum Pada bab ini dibahas mengenai gambaran perencanaan dan perhitungan yang akan dipakai pada perencanaan pelabuhan ikan di Kendal. Pada perencanaan tersebut digunakan beberapa metode dan perhitungan yang bersumber dari beberapa referensi yang terkait dengan jenis proyek ini dan didasarkan pada kondisi riil di lapangan. Untuk mendapatkan pelabuhan ikan yang benar-benar layak dan efisien maka semua yang mempengaruhi dalam perencanaan harus dipertimbangkan dengan baik dan terencana. 2.2 Pelabuhan Ikan Pelabuhan ikan adalah pelabuhan yang dibangun untuk memberikan fasilitas bagi kapal-kapal ikan untuk menunjang kegiatan dan aktifitasnya dalam menangkap ikan-ikan khususnya perikanan air laut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pelabuhan ikan yaitu : Tempat pelelangan ikan dan fasilitasnya. Tempat persediaan fasilitas air tawar dan bahan bakar untuk kapal motor. Tempat pelayanan/ reparasi kapal (slipway). Pabrik/ gudang es. Ukuran pelabuhan ikan disesuaikan dengan jumlah dan ukuran kapal yang keluar masuk pelabuhan. 2.3 Dasar-dasar Perencanaan Pelabuhan Ikan Dalam perencanaan pembangunan pelabuhan ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan kondisi lapangan yang ada, antara lain : Topografi dan Situasi

7 Angin. Pasang surut. Gelombang. Sedimentasi. Karakteristik kapal. Jumlah produksi ikan hasil tangkapan. Faktor-faktor tersebut harus sudah diperhitungkan dengan tepat untuk menghasilkan perencanaan pelabuhan yang benar-benar baik. 2.3.1 Angin Angin adalah sirkulasi udara yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi. Gerakan udara ini disebabkan oleh perubahan temperatur atmosfer. Data angin yang kita gunakan berupa data angin jam-jaman, yaitu berupa data arah dan kecepatan angin. Kemudian data ini di olah untuk mendapatkan persentase kejadian angin. Setelah itu di buat gambar windrose yang menggambarkan antara kecepatan angin dan persentase kejadian, dan untuk mengetahui arah angin dominan. 2.3.2 Pasang Surut Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap masa air laut di bumi. Data pasang surut yang digunakan berupa data pasang surut jam-jaman, dari data ini nantinya dibuat kurva pasang surut. Dari kurva pasang surut tersebut dapat ditentukan beberapa elevasi muka air, yaitu: Muka air tertinggi ( high water level, HWL) Muka air laut rata - rata (mean water level, MWL) Muka air terendah (low water level, LWL)

8 2.3.3 Gelombang Gelombang dapat terjadi karena angin, gaya tarik matahari dan bulan (pasang surut), gerakan kapal dan letusan gunung berapi atau gempa di laut (tsunami). Data gelombang berasal dari data arah dan kecepatan angin. Data gelombang ini tidak diperoleh secara langsung, tetapi dicari dengan cara perhitungan berdasarkan data angin dengan penentuan panjang fetch. Dari perhitungan ini didapatkan tinggi gelombang di laut dalam (Ho) dan periode gelombang (T) dengan bantuan grafik peramalan gelombang (Bambang Triatmodjo, hal. 102, 1996). Setelah itu akan dicari tinggi dan periode gelombang pecah yang akan digunakan untuk penentuan tinggi elevasi muka air rencana. 2.3.4 Karakteristik Kapal Daerah yang diperlukan untuk pelabuhan tergantung pada karakteristik kapal yang akan berlabuh. Kedalaman dan alur pelayaran direncanakan untuk kapal terbesar yang menggunakan pelabuhan. Kuantitas angkutan (trafik) yang diharapkan menggunakan pelabuhan juga menentukan apakah alur untuk satu atau dua jalur. d Lpp Loa B Gambar 2.1 Dimensi kapal Lpp = Panjang kapal antara kedua ujung design load water line Loa = Panjang kapal dari ujung depan sampai ujung belakang B = Lebar kapal D = Draft

9 2.3.5 Jumlah Produksi Ikan Hasil Tangkapan Data- data jumlah ikan pada tahun-tahun sebelumnya diperlukan untuk memprediksikan jumlah ikan pada tahun yang direncanakan, sehingga dapat diperkirakan jumlah kapal yang bersandar pada dermaga setiap harinya dan untuk menghitung luas lantai bangunan tempat pelelangan ikan (TPI) yang dibutuhkan untuk menampung produksi ikan yang ada. Perkiraan jumlah kapal yang bersandar pada dermaga ini digunakan untuk menentukan panjang dermaga yang harus disediakan, sehingga dapat melayani kebutuhan aktifitas kapal-kapal yang bersandar. 2.3.6. Kedalaman Alur Pelayaran Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan kedalaman alur ideal yaitu: H = d + s + c KAPAL d s ( Dinas Perikanan Jawa Tengah ) LWL H c Elevasi dasar Gambar 2.2 Kedalaman alur pelayaran H = Kedalaman alur pelayaran (meter) d = Draft kapal (meter) s = Gerak vertikal kapal karena gelombang (toleransi max. 0,5 m) c = Ruang kebebasan bersih, minimum 0,5 m untuk dasar laut berpasir dan 1,0 m untuk dasar karang.

10 2.3.7. Lebar Alur Pelayaran Belum ada persamaan yang baku untuk menghitung lebar alur tetapi dalam hal ini ditetapkan berdasarkan lebar kapal dan faktor-faktor yang ada. Digunakan alur untuk dua jalur, lebar alur adalah 7,6 kali lebar kapal. Lebar Keamanan 150% B Jalur Gerak 180% B Lebar Keamanan antara Kapal 180% B Jalur Gerak 180% B Lebar Keamanan 150% B Gambar 2.3 Lebar alur dua jalur 2.3.8. Dermaga Dermaga berfungsi sebagai tempat membongkar muatan/ ikan hasil tangkapan (unloading), mengisi perbekalan (loading service) dan berlabuh (berthing) untuk keperluan perbaikan kecil pada kapal. Pada perencanaan pelabuhan ikan di Kendal ini digunakan tipe dermaga berbentuk wharf dengan pondasi tiang pancang, untuk memudahkan transportasi ikan dari kapal ke lokasi TPI tidak terlalu jauh. KAPAL LAUT DERMAGA Gambar 2.4 Dermaga bentuk wharf

11 Panjang Dermaga Persamaan yang digunakan untuk menentukan panjang dermaga disesuaikan dengan fungsi pelabuhannya, dalam hal ini pelabuhan ikan sehingga digunakan rumus pendekatan panjang dermaga sebagai berikut : MxB + ( M 1) xb LD = W ( Dinas Perikanan Jawa Tengah ) LD = Panjang dermaga (meter ) M = Frekuensi pendaratan kapal / hari W = Waktu / periode penggunaan dermaga ( jam ) B = Lebar kapal ( meter ) B B B Kapal DERMAGA LD Gambar 2.5 Panjang dermaga Lebar Dermaga Lebar dermaga yang disediakan untuk bongkar muatan ikan disesuaikan dengan kebutuhan ruang yang tergantung pada aktifitas bongkar muatan atau persiapan kapal yang akan berlayar. Beban Rencana Beban horisontal (Lateral Loads) Beban horisontal yang bekerja pada dermaga terdiri dari gaya benturan kapal saat bersandar dan gaya tarik kapal saat melakukan

12 penambatan di dermaga. Untuk mencegah hancurnya dermaga karena pengaruh benturan kapal, maka gaya benturan kapal diperhitungkan berdasarkan bobot kapal dengan muatan penuh dan dengan memasang fender di sepanjang tepi dermaga. Beban vertikal (Vertical Loads) Beban vertikal terdiri dari total beban mati konstruksi dermaga dengan total beban hidup yang bekerja pada konstruksi dermaga tersebut. Konstruksi Dermaga Konstruksi dermaga yang direncanakan pada pelabuhan ikan Wonorejo menggunakan konstruksi beton bertulang. Perhitungan konstruksi dermaga meliputi perhitungan lantai dermaga dan perhitungan balok, yaitu balok tepi, balok memanjang dan balok melintang. Pembebanan yang terjadi pada plat lantai dan balok dermaga meliputi beban mati (death load) yang berupa beban sendiri, beban air hujan dan beban hidup (life load) yang berupa beban orang, beban gerobak, beban keranjang. Perencanaan beban tersebut berdasarkan peraturan pembebanan yang berlaku dan peraturan perencanaan beton bertulang menggunakan SKSNI T15 1991 03. 2.3.9. Pondasi Dermaga Dalam perencanaan pelabuhan ikan Wonorejo, pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang. Pada umumnya tiang pancang dipancang tegak lurus ke dalam tanah, tetapi apabila diperlukan untuk dapat menahan gaya-gaya horisontal maka tiang pancang akan dipancang miring. Agar dapat merencanakan pondasi tiang pancang yang benar, maka perlu mengetahui beban beban yang bekerja pada konstruksi di atas bangunan tersebut. Perhitungan daya dukung tiang pancang. 1. Tiang pancang tunggal A. qc JHL. k Q = + 3 5 ( Sardjono H.S, hal. 71, 1988 )

13 A = luas tiang pancang qc = nilai konus pada kedalaman JHL = total friction k = keliling tiang pancang 2. Kelompok tiang pancang ( ) ( ) θ n 1 m + m 1 n Efisiensi grup tiang pancang:eff = 1 90 m. n m = jumlah baris n = jumlah tiang dalam satu baris θ = arc tan (d/s) ( Sardjono H.S, hal. 67, 1988 ) d = diameter tiang s = jarak antartiang (as ke as) Daya dukung tiang pancang dalam kelompok tiang: Q = Eff x Q tiang netto Perhitungan daya dukung tiang pancang terhadap kekuatan bahan. P tiang = σ b x A tiang ( Sardjono H.S, hal. 42, 1988 ) Dimana: σ b = tegangan ijin beton A tiang = luas tiang pancang Perhitungan tekanan pada kelompok tiang (gaya vertikal) P beban = Pv n My X ± n y max Mx Y ± max 2 2 ( x ) n ( y ) x N = Banyaknya tiang pancang X max = Jarak terjauh ditinjau dari sumbu x Y max = Jarak terjauh ditinjau dari sumbu y ( Sardjono H.S, hal. 61,1988 )

14 Σ (x 2 ) = Jumlah kuadrat absis tiang pancang Σ (y 2 ) = Jumlah kuadrat ordinat tiang pancang Nx = Jumlah tiang pancang tiap baris pada arah x Ny = Jumlah tiang pancang tiap baris pada arah y Perhitungan daya dukung tiang pancang terhadap pemancxangan Dengan rumus pancang A. Hiley dengan tipe single acting drop hammer. Pu = Ef W H δ + 1 2 W + e Wp ( C + C + C ) W + Wp 1 Dimana: Ef = efisiensi alat pancang Wp = berat sendiri tiang pancang W = berat hammer e = koefisien pengganti beton H = tinggi jatuh hammer δ 2 3 = penurunan tiang akibat pukulan terakhir 2 ( JE Bowles, hal.322, 1993 ) C1 = tekanan izin sementara pada kepala tiang dan penutup C2 = simpangan tiang akibat tekanan izin sementara C3 = tekanan izin sementara Pu = batas maksimal beban (ton) Batas beban izin yang diterima tiang (Pa): Pa = 1/n x Pu Penulangan tiang pancang. Untuk perhitungan penulangan tiang pancang, diambil pada kondisi momen-momen yang terjadi adalah momen akibat pengangkatan satu titik dan pengangkatan dua titik.

15 1. Pengangkatan dua tittik a L - 2a a L M1 M1 M2 Gambar 2.6 Pengangkatan tiang pancang dua titik M 1 = M 2 ½ q a 2 = 1/8. q. ( L 2a ) 2 ½. q. a 2 4 a 2 + 4 a L L 2 = 0 a = 0,209 L 2. Pengangkatan satu titik L - a L a Mx M1 x Mx Gambar 2.7 Pengangkatan tiang pancang satu titik M 1 = M 2 ½. q. a 2 = ½. q. [( L 2 2aL ) 2 /2.(L - a)] 2 a 2 = [( L 2 2aL ) 2 /2.(L - a)] 2 M2

16 a = [( L 2 2aL ) 2 /2.(L - a)] 2 a² 4 al + L 2 = 0 a = 0,29 L 2.3.10 Pemecah Gelombang. Pemecah gelombang berfungsi untuk melindungi kolam pelabuhan, pantai, fasilitas pelabuhan dari gangguan gelombang yang dapat mempengaruhi keamanan dan kelancaran aktifitas di pelabuhan. Pemecah gelombang untuk pelabuhan ikan di Kendal direncanakan menggunakan tumpukan batu (rubble mounds breakwater) dengan tipe (shore connected breakwater), yaitu penahan gelombang yang dihubungkan dengan pantai. Berat batuan yang digunakan sebagai kontruksi pemecah gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : W= K D γrh ( Sr 1) 3 2 cot gθ W = Berat batuan pelindung (ton) Sr = Specific gravity = γr / γw. (Bambang Triatmodjo, hal.133, 1996) γr = Berat jenis batu (ton/m 3 ). γw = Berat jenis air laut (ton/m 3 ). H = Tinggi gelombang rencana (m). K D = Koefisien stabilitas (tergantung jenis lapis pelindung). θ = Lereng lapis pelindung. Rumus tersebut di atas hanya berlaku pada keadaan: Gerak gelombang tegak lurus breakwater. Tidak terlalu overtapping.

17 Semakin besar kedalaman, besar dan kekuatan gelombang semakin berkurang maka semakin bertambah kedalaman ukuran batu yang digunakan semakin kecil. Dalam menentukan elevasi puncak breakwater digunakan rumus : Elv = HWL + Ru + 0,5 ( Bambang Triatmodjo, hal. 143, 1996 ) HWL = Muka air tinggi. Ru = Run up ( tinggi rambat gelombang saat membentur breakwater) 0,5 = Tinggi kebebasan aman dari run up maksimal. Penentuan elevasi lebar puncak breakwater dihitung dengan rumus : W B = n K γ r 1/ 3 (Bambang Triatmodjo, hal.137, 1996) B = Lebar puncak. n = Jumlah butir batu (min = 3). K = Koefisien lapis pelindung. W = Berat butir pelindung. γr = berat jenis batu pelindung. Untuk menentukan tebal lapisan pelindung digunakan rumus : W t = n K γ r 1/ 3 (Bambang Triatmodj, hal.138,1996 ) t = Tebal lapis pelindung n = Jumlah butir batu (min = 3).

18 K W γr = Koefisien lapis pelindung. = Berat butir pelindung. = berat jenis batu pelindung. Jumlah butir batu tiap satu luasan dihitung : P γr N = A n K 1 100 W (Bambang Triatmodjo, hal.138, 1996) N = Jumlah butir batu untuk satu satuan luas permukaan A. A = Luas permukaan. P = Porositas dari lapisan pelindung (%). 2 / 3 2.3.11 Turap Turap direncanakan menggunakan beton bertulang (sheet pile beton). Beban ultimate (qu) pada sheet pile, yaitu: WU = 1,2 DL + 1,6 LL qu + 2.55 Pa 1 h 3 1,0 m DWL + 1.55 MAT Pa 2 2,475 m h 1 Pa 3 h 4 2,95 m Pw -0.075 γ 1, φ 1, C 1 Pa 4 γ 2, φ 2, C 2 1,475 m h 2 Pa 5-4.5 Pa 6 A Pa 7 Sheet pile B Pp Gambar 2.8 Diagram tekanan tanah pada turap

19 Koefisien tekanan tanah Koefisien tekanan tanah menurut Rankine : Ka 1 = tg 2 (45 0 - Ø/2) Ka 2 = tg 2 (45 0 - Ø/2) Kp 1 = tg 2 (45 0 + Ø/2) Tegangan tanah dan air laut σ a1 σ a2 σ a3 σ a4 σ a5 σ a6 σ a7 σ a7 σ p σ w = qu. Ka1 = γ 1. h3. Ka1 2. C1. Ka1 = (qu + γ 1. h3). Ka1 = γ 1sub. (h1-h3). Ka1 2. C1. Ka1 = [qu + γ 1. h3 + γ 1sub. (h1-h3)]. Ka2 = γ 2sub. h2. Ka2-2. C2. Ka2 = σ a5 + σ a6 = (Kp Ka2). γ 2. A = (Kp Ka2). γ 2. B + 2. C2. (Kp Ka2) = γ air laut. h4. Kw σ a = Tegangan tanah aktif σ p = Tegangan tanah pasif qu = Beban merata diatas tanah merata γ = Berat jenis tanah C = Kohesi tanah Kedalaman sheet pile Kedalaman sheet pile dicari dengan menghitung momen yang terjadi pada ujung sheet pile bagian bawah. Momen yang terjadi pada titik tersebut harus nol ( Σ M B = 0 ). Kedalaman sheet pile yang didapat ditambah faktor keamanan 10 %. Panjang sheet pile yang diperlukan dihitung dari elevasi lantai dermaga sampai kedalaman sheet pile setelah ditambah faktor keamanan

20 2.3.12 Fender Fender dibangun untuk meredam pengaruh benturan kapal dengan dermaga sehingga kerusakan kapal maupun dermaga dapat dihindarkan. Fender ini berfungsi untuk menyerap setengah gaya yang dihasilkan akibat benturan kapal ( ½ E ) dan sisanya ditahan oleh konstruksi dermaga. Besarnya energi yang terjadi akibat benturan dapat dipakai rumus sebagai berikut : 2 W. V E = Cm. Ce. Cs. Cc 2g (Bambang Triatmodjo, hal.170, 1996) E = energi kinetik yang timbul akibat benturan kapal ( ton meter ) M = berat kapal ( ton / m/det 2 ) V = kecepatan kapal saat merapat α = sudut penambatan kapal terhadap garis luar dermaga (10 0 ) g = gaya gravitasi bumi Cm = koefisien massa Ce = koefisien eksentrisitas Cs = koefisien kekerasan (diambil 1) Cc = koefisien bentuk dari tambatan (diambil 1) Koefisien massa tergantung dari gerakan air disekeliling kapal yang dihitung dengan persamaan : π. d Cm = 1+ 2Cb. B d = draft kapal (m) Cb = koefisien blok kapal B = lebar kapal (m) Sedangkan Cb didapat dari : Cb = W Lpp. B. d.γ o (Bambang Triatmodjo, hal.170,1996) (Bambang Triatmodjo, hal.171, 1996)

21 Lpp = panjang garis air γ o = berat jenis air = 1,025 kg/m 3 Sedangkan koefisien eksentrisitas adalah perbandingan antara energi sisa dengan energi kinetik kapal yang merapat dan dihitung dengan rumus sebagai berikut : 1 Ce = 2 1+ ( l / r) (Bambang Triatmodjo, hal.171, 1996) l = jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal sampai titik sandar kapal l = ¼ Loa r = jari-jari putaran di sekeliling pusat berat kapal pada permukaan air, untuk nilai r didapat dari grafik. 2.3.13 Boulder (Penambat Kapal) Fungsi boulder/ penambat adalah untuk menambatkan kapal agar tidak mengalami pergerakan yang dapat mengganggu baik pada aktivitas bongkar maupun lalu lintas kapal yang lainnya. Boulder yang digunakan pada dermaga ini direncanakan dari beton bertulang yang monolit dengan dermaga pelabuhan.