BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan berbagai tindakan agar kegiatan bisnisnya tetap bertahan. Mereka diharuskan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaannya. Dalam perekonomian modern, manajemen dan pemilik perusahaan dipisahkan untuk kepentingan pengendalian. Pemisahan ini menimbulkan pentingnya transparansi dalam penggunaan dana pada perusahaan serta keseimbangan yang tetap antara kepentingan-kepentingan yang ada seperti antara pemegang saham dan manajemen. Namun, seiring dengan keadaan ekonomi Indonesia yang belum stabil, memaksa perusahaan untuk mencari pembiayaan eksternal guna membiayai kegiatan-kegiatan perusahaan. Peraturan-peraturan dibuat untuk membuat arahan dalam pengelolaan dana pengendalian perusahaan yang akan menjadikan perusahaan lebih dipercaya dan dapat diandalkan. Dalam hal ini pemerintah memiliki peranan yang penting. Untuk itu, pemerintah memberlakukan peraturan-peraturan yang memadai. Namun manajemen perusahaan tetap memegang peranan yang paling penting dalam keberlangsungan sebuah usaha. 1
2 Didasari oleh hal tersebut, manajemen memegang tanggung jawab utama untuk melaksanakan corporate governance yang baik didalam perusahaan. Namun kesadaran perusahaan-perusahaan publik di Indonesia akan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat terlihat dari hasil survey yang dilakukan oleh Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG) yang bekerja sama dengan majalah SWA mengenai pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) pada akhir tahun 2006 terhadap perusahaan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia hanya mendapat respon kurang dari 10% dari total 332 responden. Hanya 31 perusahaan yang mengikuti survey tersebut. Sebagai perbandingan, survey serupa yang dilakukan di negara-negara maju diikuti lebih dari 70% responden. Hal ini menjadi cerminan masih rendahnya kesadaran perusahaan-perusahaan publik di Indonesia dalam hal Good Corporate Governance. Rendahnya kesadaran akan hal Good Corporate Governance tersebut menjadi akar dari berbagai masalah dalam hal corporate governance, dan yang paling mengkhawatirkan adalah masalah korupsi. Menurut data yang dikeluarkan oleh lembaga transparency international tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke 143 dalam negara dengan tingkat korupsi tertinggi dibandingkan dengan 179 negara lain. Untuk Asia Pasifik sendiri, Indonesia menduduki peringkat ke 20 dari 25 negara yang diteliti. Fakta lain yang penulis dapatkan akibat dari kurang baiknya pelaksanaan Good Corporate Governance adalah kasus korupsi yang terjadi pada salah satu Perusahaan
3 Daerah di kota Bandung, yaitu Perusahaan Derah Air Minum (PDAM) kota Bandung. Kasus korupsi tersebut telah merugikan negara senilai lebih dari 3,34 miliar (rakyat merdeka, 27 November 2006). Kasus tersebut dapat menjadi cerminan masih kurangnya pelaksanaan Good Corporate Governance di Indonesia. Hasil survey memberikan gambaran bahwa sudah saatnya organisasi dan perusahaan-perusahaan di Indonesia didorong untuk segera memperbaiki kualitas penerapan Good Corporate Governance karena masalah governance merupakan hal yang sangat penting dalam bidang Corporate. Dengan kurangnya penerapan Good Corporate Governance maka akan sangat sulit dalam mewujudkan clean government. Praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme dalam instansi-instansi pemerintahan semakin menjalar. Selain dalam instansi pemerintahan, dengan tidak diterapkannya Good Corporate Governance maka praktek korupsi, kolusi dan nepotisme pun banyak terjadi dalam perusahaan-perusahaan privat. Menurut data yang dikeluarkan oleh lembaga transparency international tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke 143 dalam negara dengan tingkat korupsi tertinggi dibandingkan dengan 179 negara lain. Untuk Asia Pasifik sendiri, Indonesia menduduki peringkat ke 20 dari 25 negara yang diteliti. Di Indonesia, badan usaha yang dimiliki oleh pemerintah terbagi kedalam dua badan usaha yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Secara umum, BUMD atau perusahaan daerah adalah organisasi bisnis yang berorientasi untuk pasar lokal. Hal ini berkaitan dengan filosofi bahwa perusahaan daerah
4 merupakan entitas bisnis yang berada pada kendali pemerintah daerah dan menunjang kegiatan pemerintah di daerah. Karena fungsinya sebagai public service inilah kemudian sebagian besar diperuntukkan untuk pasar lokal. Secara umum kinerja perusahaan daerah masih dirasakan kurang baik. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah masih terdapatnya inefisiensi, rendahnya kualitas SDM, kurang mencukupinya modal, kelemahan manajemen dan masih adanya kelemahan-kelemahan dalam birokrasi. Menurut hasil pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), potensi korupsi pada kantor layanan publik di beberapa daerah di Indonesia masih tergolong tinggi. Daerah yang termasuk kategori terendah dalam skor layanan publik yaitu Kota Tangerang, Kota Malang, Kota Pontianak, Kota Tanjung Pinang, Kota Palangkaraya, Kota Manado, Kab. Sumenep, Kab. Sambas, Kab. Kotabaru, dan Kab. Kutai Kartanegara. Data terakhir menyebutkan bahwa Kota Bandung masih termasuk daerah-daerah yang memiliki skor integritas terendah. Di dalam data yang dipaparkan oleh Direktur Penelitian dan Pengembangan KPK, Kota Bandung berada di dalam kelompok yang memiliki skor integritas terendah dalam semua layanan publiknya. (Pikiran Rakyat, 26 Maret 2009). Sedangkan Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebutkan kecenderungan peningkatan kasus korupsi yang dilakukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). 28 dari 140 kasus korupsi yang ditangani aparat penegak hukum melibatkan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah. Modusnya
5 biasanya berupa pelepasan aset perusahaan dengan cara mark down. Kecenderungan peningkatan korupsi itu didapatkan dengan membandingkan persentase korupsi yang terjadi di BUMN/BUMD dengan keseluruhan kasus korupsi. Kasus korupsi yang terjadi sebelum 2006, BUMN/BUMD menyumbang 13,4 persen. Sedangkan dari total korupsi yang muncul semester lalu mencapai 46,4 persen. Analisa kecenderungan korupsi ini menggunakan informasi dari berita di media massa dan laporan masyarakat yang masuk ke ICW periode Januari-Juni 2006. Total kerugian negara mencapai Rp 10,97 triliun. (Tempo Interaktif, 19 Juli 2006) Perubahan menuju clean governance membutuhkan perhatian yang lebih dari berbagai elemen, baik dari pihak pemerintah maupun dari pihak perusahaan itu sendiri. Perhatian lebih harus diberikan pada peningkatan fungsi pemeriksaan intern didalam corporate governance. Hal ini sejalan dengan pengertian audit internal menurut Institute of internal auditor (IIA) board of director bahwa audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independent dan objektif yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance. Pemeriksaan intern yang baik dalam corporate governance dapat memperbaiki proses dan pengendalian manajemen sehingga membantu manajemen untuk
6 memaksimalkan kinerja ekonomi perusahaan untuk keuntungan manajemen dan para stakeholder. Tanpa pemeriksaan intern yang baik, dewan direksi dan atau pimpinan unit tidak memiliki sumber informasi intern yang bebas mengenai kinerja organisasi. Organisasi juga tidak akan mampu menghadapi kebutuhan-kebutuhan perusahaan yang semakin dinamis. Hal inilah yang akan menyebabkan penerapan corporate governance dalam suatu organisasi tidak dapat berkembang dengan baik. Mengutip dari pernyataan Suripto Samid (2003) dalam makalahnya yang berjudul Peran Internal Audit Sebagai Alat Manajemen Untuk Mengurangi Risiko, disebutkan bahwa internal auditing membantu organisasi mencapai tujuan dengan jalan pendekatan terarah dan sistematis dalam menilai dan mengevaluasi keefektifan manajemen resiko melalui pengendalian dan proses tata kelola yang baik (control and governance processes). Hal ini berarti internal audit mendukung pengendalian dan proses tata kelola perusahaan yang baik dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Perkembangan saat ini menempatkan internal audit pada posisi yang lebih penting dari sebelumnya dimana ada pergeseran peran internal audit dari suatu fungsi yang bertugas memberikan penilaian dan pengawasan menjadi suatu fungsi yang dapat memberikan masukan-masukan operasional dan strategis. Penelitian tentang pengaruh dari pelaksanaan internal audit terhadap perwujudan Good Corporate Governance pernah dilakukan oleh Cut Imama Muttaqin (2006) dengan judul Pengaruh faktor-faktor audit internal terhadap pelaksanaan Good Corporate
7 Governance (Survei pada BUMN yang berkantor pusat di Kota Jakarta) dengan hasil pembahasan yang dilakukan menyimpulkan bahwa pelaksanaan audit internal pada BUMN yang berkantor pusat di Kota Jakarta sudah memadai dan pelaksanaan GCG pada BUMN yang berkantor pusat di Kota Jakarta juga telah terlaksana dengan baik. Sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan ternyata terdapat pengaruh yang kuat antara audit internal terhadap peningkatan Good Corporate Governance. Sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan, perbedaannya terletak pada objek yang diteliti. Objek pada penelitian ini adalah perusahaan daerah milik Pemerintah Kota Bandung. Sehubungan dengan pentingnya pelaksanaan internal audit dalam perannya untuk mewujudkan corporate governance seperti yang telah diuraikan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dimana diharapkan dari penelitian ini dapat diperoleh informasi mengenai sejauh mana pengaruh pelaksanaan internal audit terhadap perwujudan Good Corporate Governance. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis merumuskannya dengan judul Pengaruh Pelaksanaan Internal Audit Terhadap Perwujudan Good Corporate Governance (Survey Pada Perusahaan Daerah Milik Daerah di Kota Bandung) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang sebagaimana penulis paparkan di atas maka masalah yang akan timbul dan akan menjadi bahan penelitian adalah :
8 1. Bagaimanakah pelaksanaan internal audit pada Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kota Bandung. 2. Bagaimanakah perwujudan dari Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kota Bandung. 3. Seberapa besar pengaruh dari pelaksanaan internal audit terhadap perwujudan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari, menganalisa, dan menyimpulkan tentang pengaruh dari pelaksanaan internal audit terhadap perwujudan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kota Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimanakah pelaksanaan internal audit pada Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kota Bandung.
9 2. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimanakah perwujudan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh dari pelaksanaan internal audit terhadap perwujudan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kota Bandung 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah penulis paparkan di atas, maka penelitian ini diharapkan akan bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat yang diharapkan dapat tercapai setelah melaksanakan penelitian ini antara lain : 1.4.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan sebagai salah satu sumber informasi atau pengetahuan dalam hal pengaruh dari pelaksanaan internal audit terhadap perwujudan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kota Bandung dan sekaligus juga sebagai sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu audit. 1.4.2 Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kota Bandung sebagai informasi mengenai seberapa besar
10 pengaruh dari pelaksanaan internal audit terhadap perwujudan Good Corporate Governance dan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga diharapkan perusahaan dapat mewujudkan Good Corporate Governance.