BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN MALARIA Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan kepada manusia oleh nyamuk Anopheles dengan gejala demam secara periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai gejala lain 4).. Penyakit Malaria disebabkan oleh parasit malaria ( plasmodium ) bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan melalui nyamuk malaria (anopheles ) betina.penyakit malaria oleh masyarakat di Kabupaten Jepara sering dikenal dengan sebutan panastis, katisen yang berarti panas dingin dan kedinginan / menggigil 4) Agent penyebab malaria adalah protozoa dari genus plasmodium, familia plasmodidae, Orde Coccodiidae yang ditularkan kepada host manusia oleh perantara nyamuk Anopheles. Di Indonesia dikenal 4 macam spesies parasit malaria,yaitu : Plasmodium falcifarum menyebabkan malaria tropika,plasmodium vivak, Plasmodium ovale menyebabkan malaria tertiana dan Plasmodium malariae menyebabkan malaria tertiana. Seseorang bisa ditulari lebih dari 1 jenis plasmodium dan yang paling banyak 2 jenis parasit, yaitu campuran antara Plasmodium falcifarum dengan Plasmodium vivax, atau Plasmodium malariae. Untuk kelangsungan hidup parasit malaria memerlukan 2 macam siklus kehidupan, yaitu siklus hidup dalam tubuh manusia (Aseksual) dan tubuh nyamuk (Seksual ). Manusia adalah hospes intermediate parasit malaria, dan nyamuk Anopheles adalah hospes definitive 5). Di Indonesia telah ditemukan 80 spesies Anopheles, yang terbukti menjadi vektor sebanyak 18 spesies. Vektor malaria berbeda antara daerah satu dengan daerah yang lainya, tergantung letak geografis, iklim dan tempat perindukan. Umumnya di Jawa dan Bali adalah Anopheles sundaicus dan Anopheles aconitus. Tempat perkembangbiakan Anopheles aconitus adalah di sawah bertingkat-tingkat dengan air jernih yang mengalir perlahan lahan dan petak sawah yang satu ke lainya, dan di saluran irigasi serta sungai kecil yang terdapat di sekitar persawahan, Anopheles
aconitus telah terbukti sebagai vektor malaria di Jepara ( 1980 ) di Wonosobo ( 1982 ), Banjarnegara (1978 ) dan Purworejo ( 1954 ). 4) B. VEKTOR MALARIA Spesies nyamuk vektor malaria berbeda-beda dari setiap daerah. Perbedaan ini dipengaruhi faktor-faktor penyebaran, geografi, iklim dan jenis tempat perindukan. Peran vektor dalam menularkan penyakit dipengaruhi umur nyamuk, kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametocyte, frekwensi menggigit manusia, kepadatan vektor, pemilihan hospes, siklus gonotrofik. Siklus gonotrofik adalah waktu yang diperlukan oleh nyamuk dari menghisap darah sampai bertelur kemudian menghisap lagi. 5) 1. Spesies Anopheles Ada beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria di Indonesia antara lain: 6) a. Anopheles sundaicus Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Bali. Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh-tumbuhan enteromorpha, chetomorpha dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8 %. Di Sumatra jentik ditemukan pada air tawar seperti di Mandailing dengan ketinggian 210 m dari permukaan air laut dan Danau Toba pada ketinggian 1000 m. b. Anopheles aconitus Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan, kecuali Maluku dan Irian. Biasanya dapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki gunung pada ketinggian 400 1000 m dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini merupakan vektor pada daerah-daerah tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali. c. Anopheles barbirostris
Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidak begitu cepat, ada tumbuh-tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti pada sawah dan parit. d. Anopheles kochi Spesies ini tersebar diseluruh Indonesia, kecuali Irian. Jentik biasanya ditemukan pada tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki kerbau, kubangan dan sawah yang siap ditanami. e. Anopheles maculatus Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali di Maluku dan Irian. Spesies ini terdapat didaerah pegunungan sampai ketinggian 1600 m diatas permukaan air laut. Jentik ditemukan pada air yang jernih dan banyak kena sinar matahari. f. Anopheles subpictus Spesies ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan menjadi dua spesies yaitu : 1) Anopheles subpictus subpictus Jentik ditemukan di dataran rendah, kadang-kadang ditemukan dalam air payau dengan kadar garam tinggi. 2) Anopheles subpictus malayensis Spesies ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Jentik ditemukan pada air tawar, pada kolam yang penuh dengan rumput pada selokan dan parit. g. Anopheles balabacensis Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balik Papan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak binatang, pada kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti. 2. Tata hidup dan Perilaku Nyamuk Anopheles aconitus
a. Klasifikasi Nyamuk Urutan Penggolongan klasifikasi nyamuk An. Aconitus seperti binatang lainnya adalah sebagai berikut : 5) Phylum : Arthropoda Classis : Hexapoda / Insecta Sub Classis : Pterigota Ordo : Diptera Familia : Culicidae Sub Famili : Anophellinae Genus : Anopheles Spesies: An. Aconitus Donitc. b. Bionomi 7) 1) Tempat Berkembang Biak (Breeding Place) Tempat-tempat yang airnya menggenang, sawah, irigasi yang bagian tepinya banyak ditumbuhi rumput dan tidak begitu deras airnya. 2) Tempat Mencari Makan (Feeding Place) Hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Nyamuk Anopheles aconitus lebih suka berada di luar rumah dan menggigigit diwaktu senja sampai dengan dini hari (eksofagik) serta mempunyai jarak terbang sejauh 1,6 km sampai dengan 2 km. Nyamuk ini lebih bersifat suka menggigit binatang (zoofilik) daripada sifat suka menggigit manusia (antrophofilik) 3) Tempat Beristirahat (Resting Place) Nyamuk Anopheles aconitus suka berada di alam atau luar rumah (eksofilik) yaitu tempat-tempat lembab, terlindung sinar matahari, gelap. 4) Umur Nyamuk Umur nyamuk dewasa bisa mencapai 3-5 minggu c. Siklus Hidup Mengalami metamorfosis sempurna, dengan tahap-tahap : Telur Larva Pupa Dewasa. 7) 1) Di dalam air
Telur : warna putih lalu berubah gelap, bentuk oval, sepasang pengapung, menetas 2-3 hari. Jentik : panjang 1,5 mm, melewati 4 instar, posisi sejajar permukaan air, jadi pupa 7-8 hari. Pupa : Tidak makan, bentuk koma, lama 1-2 hari 2) Di luar air Dewasa : kawin, betina mencari darah C. LINGKUNGAN YANG BERPENGARUH TERHADAP PENULARAN MALARIA 1. Lingkungan Fisik : a. Kondisi rumah b. Ketinggian tempat ( geografis ) c. Tempat peristirahatan nyamuk d. Tempat perindukan nyamuk e. Iklim f. Suhu g. Kelembaban udara h. Curah hujan 2. Lingkungan biologis ( flora dan fauna ) a. Tanaman hias b. Tanaman pekarangan c. Ternak d. Predator 3. Lingkungan sosial budaya a. Kebiasaan penduduk keluar rumah pada malam hari b. Kebiasaan penduduk tidak menggunakan kelambu pada saat tidur malam hari D. PEMBERANTASAN VEKTOR MALARIA Pemberantasan vektor malaria ditujukan untuk memutus rantai penularan. Sasaran yang dituju adalah Agen, Host dan Environment. Beberapa cara pemberantasan vektor : 8) 1. Menghindari / mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Anopheles.
a. Dengan memasang kawat kasa pada setiap lubang-lubang pada dinding rumah b. Menggunakan kelambu sewaktu tidur c. Memasang obat nyamuk d. Menggunakan zat penolak (repellent ) 2. Membunuh nyamuk dewasa yang dilakukan dengan menggunakan insektisida ( kimiawi ),fisik dan biologis. 3. Cara genetik dengan melakukan sterelisasi pada nyamuk jantan 4. Kegiatan anti larva. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membunuh larva nyamuk Anopheles a. Cara kimiawi, dengan menggunakan larvasida (yaitu zat kimia yang dapat membunuh larva nyamuk ). Termasuk dalam kelompok ini adalah solar / minyak tanah, parisgreen, temephos, altosid atau development inhibitor dan lain-lain. Dapat juga digunakan herbisida yaitu zat kimia yangh mematikan tumbuh-tumbuhan air yang digunakan sebagai tempat berlindung larva nyamuk. b. Cara biologi Beberapa cara biologi yang dapat digunakan,yaitu : 1). Penggunaan ikan pemangsa larva nyamuk ( larvivorous fish ) seperti gambusia, guppy, panchak 2). Parasit, misalnya nematode Romanomernis iyugari dan Romanomernis culicivorax 3). Patogen, misalnya bakteri Bacillus thuringiensis H-14, jamur seperti Entomophora, Beauveria, protozoa seperti Nosema algarea, dan Vavcaia culicis 5. Menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan, yang termasuk kegiatan ini adalah : a. Penimbunan tempat-tempat yang dapat menimbulkan genangan air b. Pengeringan berkala dari suatu sistem irigasi c. Pengaturan dan perbaikan aliran air
d. Pembersihan tanaman air dan semak belukar e. Pengaturan kadar garam, misalnya pada pembuatan tambak ikan atau udang E. PERAN KANDANG TERNAK Sehubungan dengan sifat dari pada nyamuk Anopheles aconitus yaitu lebih zoofilik dari pada antropofilik, yang artinya lebih suka menghisap darah binatang dari pada darah manusia, maka peran kandang ternak Sapi atau kerbau apabila keberadaannya di dalam rumah akan sangat menunjang terjadinya vektor nyamuk tersebut berada dalam rumah dan bisa saja akan menghisap manusia penghuni rumah tersebut. 5) Apabila keberadaan kandang ternak tersebut di luar rumah, secara logika akan dapat mengurangi kepadatan vektor Anopheles aconitus di dalam rumah, karena vektor nyamuk tersebut terkonsentrasi pada kandang di luar rumah yang di dalam kandang tersebut berada hewan piaraan Sapi atau kerbau. F. PENGUKURAN KEPADATAN VEKTOR Parameter yang dipakai untuk mengukur kepadatan vektor Malaria ( nyamuk Anopheles ) dalam Survei Entemologi adalah : 9) 1. Man Biting Rate ( MBR ) = Jumlah nyamuk yang menggigit per-orang per jam. Jumlah nyamuk yang tertangkap umpan orang MBR = ----------------------------------------------------------- Jumlah penangkap X waktu penangkapan ( jam ) 2. Man Hour Density ( MHD) = Jumlah nyamuk hinggap yang tertangkap per orang per jam Jumlah nyamuk hinggap yang tertangkap MHD = ----------------------------------------------------- Jumlah penangkap X waktu penangkapan 3. Kepadatan nyamuk hinggap per rumah: Jumlah nyamuk hinggap yang tertangkap di dalam rumah --------------------------------------------------------------------- Jumlah rumah tempat penangkapan tersebut
4. Sporosit Rate Jumlah nyamuk yang mengandung Sporosit ----------------------------------------------------- Jumlah nyamuk yang diperiksa kelenjar ludahnya 5. Natural Infection Rate Jumlah nyamuk yang mengandung ookista ---------------------------------------------------- Jumlah nyamuk yang diperiksa lambungnya 6. Parity Rate Jumlah nyamuk parous ---------------------------- Jumlah nyamuk yang diperiksa ovariumnya G. KERANGKA TEORI Dari beberapa penjelasan yang telah dibahas dalam tinjauan pustaka diatas, maka dapat dibuatkan sebuah kerangka teori,sebagai berikut :
LINGKUNGAN FISIK a. Kondisi rumah e. Iklim b. Ketinggian tempat f. Suhu c. Tempat peristirahatan g. Kelembaban Udara d. Tempat perindukan ( Jarak ) h. Curah Hujan Bionomik Vektor a. Kebiasaan berkembang biak b. Kebiasaan Menusuk / menggigit c. Kebiasaan Istirahat Pemberantasan Vektor Malaria a. Hindari Kontak nyamuk b. Pengelolaan Lingk. c. Larvaciding d. Pemakaian obat nyamuk Lingk.Biologik a. Tanaman Hias b. Tanaman Pekarangan c. Ternak d. Predator Kepadatan Nyamuk Anopheles Jumlah Kasus Malaria H. Kerangka Konsep Variabel Bebas Keberadaan Hewan Ternak pada malam hari a. Tak ada ternak b. Terpisah c. Di dalam rumah / menyatu Variabel Terikat Kepadatan Nyamuk Anopheles aconitus dalam rumah
Variabel Pengganggu a. Temperatur Lingkungan b. Kelembaban c. Curah Hujan d. Kecepatan Angin e. Ketinggian Tempat f. Kasa BAB pada III ventilasi g. Pemakaian obat nyamuk h. Kemampuan menangkap nyamuk I. Hipotesa Ada perbedaan kepadatan nyamuk Anopheles aconitus dalam rumah berdasarkan keberadaan hewan ternak Sapi atau kerbau pada malam hari di Desa Buaran, Mayong, Jepara.