BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB II KAJIAN TEORI. Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit (Protozoa)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Proses Penularan Penyakit

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH. Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A.

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SUKA MAKMUR KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012

GAMBARAN PENYAKlT DAN VEKTOR MALARIA DI INDONESIA HISWANI. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Survei Entomologi Dalam Penanggulangan Wabah Malaria

II. TINJAUAN PUSTAKA. malaria berasal dari bahasa Itali Mal = kotor, sedangkan Aria = udara udara yang kotor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

SKRIPSI. Oleh : NIKEN KUSUMA DEWI K

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA. OLEH Nurhafni, SKM. M.Kes

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA Jl Selamanik No. 16 A Banjarnegara Telp(fax) e_mail :

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI KASUS MALARIA

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Unnes Journal of Public Health

Rataan Kepadatan A. punctulatus yang tertangkap dengan umpan orang di dalam dan di luar rumah di Desa Dulanpokpok, periode Mei-Agustus 2009

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB II LANDASAN TEORI

Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013

Fauna Anopheles di Desa Buayan dan Ayah di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu. dan binatang pengganggu lainnya yaitu pemantauan vektor penyakit dan

Anti Nyamuk Bakar dan Kampanye Rumah Bebas Nyamuk

C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles

Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. SURVEI ENTOMOLOGI MALARIA dan DBD

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Amelia Febriana Rohi Riwu Ririn Arminsih Wulandari Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas Universitas Indonesia ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BEBERAPA ASPEK PERILAKU AN. MACULATUS THEOBALD DI PITURUH KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

KUESIONER. Hari/Tanggal : Waktu : Pukul... s/d... No. Responden : 1. Nama (inisial) : 2. Umur :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN MALARIA Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan kepada manusia oleh nyamuk Anopheles dengan gejala demam secara periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai gejala lain 4).. Penyakit Malaria disebabkan oleh parasit malaria ( plasmodium ) bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan melalui nyamuk malaria (anopheles ) betina.penyakit malaria oleh masyarakat di Kabupaten Jepara sering dikenal dengan sebutan panastis, katisen yang berarti panas dingin dan kedinginan / menggigil 4) Agent penyebab malaria adalah protozoa dari genus plasmodium, familia plasmodidae, Orde Coccodiidae yang ditularkan kepada host manusia oleh perantara nyamuk Anopheles. Di Indonesia dikenal 4 macam spesies parasit malaria,yaitu : Plasmodium falcifarum menyebabkan malaria tropika,plasmodium vivak, Plasmodium ovale menyebabkan malaria tertiana dan Plasmodium malariae menyebabkan malaria tertiana. Seseorang bisa ditulari lebih dari 1 jenis plasmodium dan yang paling banyak 2 jenis parasit, yaitu campuran antara Plasmodium falcifarum dengan Plasmodium vivax, atau Plasmodium malariae. Untuk kelangsungan hidup parasit malaria memerlukan 2 macam siklus kehidupan, yaitu siklus hidup dalam tubuh manusia (Aseksual) dan tubuh nyamuk (Seksual ). Manusia adalah hospes intermediate parasit malaria, dan nyamuk Anopheles adalah hospes definitive 5). Di Indonesia telah ditemukan 80 spesies Anopheles, yang terbukti menjadi vektor sebanyak 18 spesies. Vektor malaria berbeda antara daerah satu dengan daerah yang lainya, tergantung letak geografis, iklim dan tempat perindukan. Umumnya di Jawa dan Bali adalah Anopheles sundaicus dan Anopheles aconitus. Tempat perkembangbiakan Anopheles aconitus adalah di sawah bertingkat-tingkat dengan air jernih yang mengalir perlahan lahan dan petak sawah yang satu ke lainya, dan di saluran irigasi serta sungai kecil yang terdapat di sekitar persawahan, Anopheles

aconitus telah terbukti sebagai vektor malaria di Jepara ( 1980 ) di Wonosobo ( 1982 ), Banjarnegara (1978 ) dan Purworejo ( 1954 ). 4) B. VEKTOR MALARIA Spesies nyamuk vektor malaria berbeda-beda dari setiap daerah. Perbedaan ini dipengaruhi faktor-faktor penyebaran, geografi, iklim dan jenis tempat perindukan. Peran vektor dalam menularkan penyakit dipengaruhi umur nyamuk, kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametocyte, frekwensi menggigit manusia, kepadatan vektor, pemilihan hospes, siklus gonotrofik. Siklus gonotrofik adalah waktu yang diperlukan oleh nyamuk dari menghisap darah sampai bertelur kemudian menghisap lagi. 5) 1. Spesies Anopheles Ada beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria di Indonesia antara lain: 6) a. Anopheles sundaicus Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Bali. Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh-tumbuhan enteromorpha, chetomorpha dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8 %. Di Sumatra jentik ditemukan pada air tawar seperti di Mandailing dengan ketinggian 210 m dari permukaan air laut dan Danau Toba pada ketinggian 1000 m. b. Anopheles aconitus Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan, kecuali Maluku dan Irian. Biasanya dapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki gunung pada ketinggian 400 1000 m dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini merupakan vektor pada daerah-daerah tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali. c. Anopheles barbirostris

Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidak begitu cepat, ada tumbuh-tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti pada sawah dan parit. d. Anopheles kochi Spesies ini tersebar diseluruh Indonesia, kecuali Irian. Jentik biasanya ditemukan pada tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki kerbau, kubangan dan sawah yang siap ditanami. e. Anopheles maculatus Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali di Maluku dan Irian. Spesies ini terdapat didaerah pegunungan sampai ketinggian 1600 m diatas permukaan air laut. Jentik ditemukan pada air yang jernih dan banyak kena sinar matahari. f. Anopheles subpictus Spesies ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan menjadi dua spesies yaitu : 1) Anopheles subpictus subpictus Jentik ditemukan di dataran rendah, kadang-kadang ditemukan dalam air payau dengan kadar garam tinggi. 2) Anopheles subpictus malayensis Spesies ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Jentik ditemukan pada air tawar, pada kolam yang penuh dengan rumput pada selokan dan parit. g. Anopheles balabacensis Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balik Papan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak binatang, pada kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti. 2. Tata hidup dan Perilaku Nyamuk Anopheles aconitus

a. Klasifikasi Nyamuk Urutan Penggolongan klasifikasi nyamuk An. Aconitus seperti binatang lainnya adalah sebagai berikut : 5) Phylum : Arthropoda Classis : Hexapoda / Insecta Sub Classis : Pterigota Ordo : Diptera Familia : Culicidae Sub Famili : Anophellinae Genus : Anopheles Spesies: An. Aconitus Donitc. b. Bionomi 7) 1) Tempat Berkembang Biak (Breeding Place) Tempat-tempat yang airnya menggenang, sawah, irigasi yang bagian tepinya banyak ditumbuhi rumput dan tidak begitu deras airnya. 2) Tempat Mencari Makan (Feeding Place) Hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Nyamuk Anopheles aconitus lebih suka berada di luar rumah dan menggigigit diwaktu senja sampai dengan dini hari (eksofagik) serta mempunyai jarak terbang sejauh 1,6 km sampai dengan 2 km. Nyamuk ini lebih bersifat suka menggigit binatang (zoofilik) daripada sifat suka menggigit manusia (antrophofilik) 3) Tempat Beristirahat (Resting Place) Nyamuk Anopheles aconitus suka berada di alam atau luar rumah (eksofilik) yaitu tempat-tempat lembab, terlindung sinar matahari, gelap. 4) Umur Nyamuk Umur nyamuk dewasa bisa mencapai 3-5 minggu c. Siklus Hidup Mengalami metamorfosis sempurna, dengan tahap-tahap : Telur Larva Pupa Dewasa. 7) 1) Di dalam air

Telur : warna putih lalu berubah gelap, bentuk oval, sepasang pengapung, menetas 2-3 hari. Jentik : panjang 1,5 mm, melewati 4 instar, posisi sejajar permukaan air, jadi pupa 7-8 hari. Pupa : Tidak makan, bentuk koma, lama 1-2 hari 2) Di luar air Dewasa : kawin, betina mencari darah C. LINGKUNGAN YANG BERPENGARUH TERHADAP PENULARAN MALARIA 1. Lingkungan Fisik : a. Kondisi rumah b. Ketinggian tempat ( geografis ) c. Tempat peristirahatan nyamuk d. Tempat perindukan nyamuk e. Iklim f. Suhu g. Kelembaban udara h. Curah hujan 2. Lingkungan biologis ( flora dan fauna ) a. Tanaman hias b. Tanaman pekarangan c. Ternak d. Predator 3. Lingkungan sosial budaya a. Kebiasaan penduduk keluar rumah pada malam hari b. Kebiasaan penduduk tidak menggunakan kelambu pada saat tidur malam hari D. PEMBERANTASAN VEKTOR MALARIA Pemberantasan vektor malaria ditujukan untuk memutus rantai penularan. Sasaran yang dituju adalah Agen, Host dan Environment. Beberapa cara pemberantasan vektor : 8) 1. Menghindari / mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Anopheles.

a. Dengan memasang kawat kasa pada setiap lubang-lubang pada dinding rumah b. Menggunakan kelambu sewaktu tidur c. Memasang obat nyamuk d. Menggunakan zat penolak (repellent ) 2. Membunuh nyamuk dewasa yang dilakukan dengan menggunakan insektisida ( kimiawi ),fisik dan biologis. 3. Cara genetik dengan melakukan sterelisasi pada nyamuk jantan 4. Kegiatan anti larva. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membunuh larva nyamuk Anopheles a. Cara kimiawi, dengan menggunakan larvasida (yaitu zat kimia yang dapat membunuh larva nyamuk ). Termasuk dalam kelompok ini adalah solar / minyak tanah, parisgreen, temephos, altosid atau development inhibitor dan lain-lain. Dapat juga digunakan herbisida yaitu zat kimia yangh mematikan tumbuh-tumbuhan air yang digunakan sebagai tempat berlindung larva nyamuk. b. Cara biologi Beberapa cara biologi yang dapat digunakan,yaitu : 1). Penggunaan ikan pemangsa larva nyamuk ( larvivorous fish ) seperti gambusia, guppy, panchak 2). Parasit, misalnya nematode Romanomernis iyugari dan Romanomernis culicivorax 3). Patogen, misalnya bakteri Bacillus thuringiensis H-14, jamur seperti Entomophora, Beauveria, protozoa seperti Nosema algarea, dan Vavcaia culicis 5. Menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan, yang termasuk kegiatan ini adalah : a. Penimbunan tempat-tempat yang dapat menimbulkan genangan air b. Pengeringan berkala dari suatu sistem irigasi c. Pengaturan dan perbaikan aliran air

d. Pembersihan tanaman air dan semak belukar e. Pengaturan kadar garam, misalnya pada pembuatan tambak ikan atau udang E. PERAN KANDANG TERNAK Sehubungan dengan sifat dari pada nyamuk Anopheles aconitus yaitu lebih zoofilik dari pada antropofilik, yang artinya lebih suka menghisap darah binatang dari pada darah manusia, maka peran kandang ternak Sapi atau kerbau apabila keberadaannya di dalam rumah akan sangat menunjang terjadinya vektor nyamuk tersebut berada dalam rumah dan bisa saja akan menghisap manusia penghuni rumah tersebut. 5) Apabila keberadaan kandang ternak tersebut di luar rumah, secara logika akan dapat mengurangi kepadatan vektor Anopheles aconitus di dalam rumah, karena vektor nyamuk tersebut terkonsentrasi pada kandang di luar rumah yang di dalam kandang tersebut berada hewan piaraan Sapi atau kerbau. F. PENGUKURAN KEPADATAN VEKTOR Parameter yang dipakai untuk mengukur kepadatan vektor Malaria ( nyamuk Anopheles ) dalam Survei Entemologi adalah : 9) 1. Man Biting Rate ( MBR ) = Jumlah nyamuk yang menggigit per-orang per jam. Jumlah nyamuk yang tertangkap umpan orang MBR = ----------------------------------------------------------- Jumlah penangkap X waktu penangkapan ( jam ) 2. Man Hour Density ( MHD) = Jumlah nyamuk hinggap yang tertangkap per orang per jam Jumlah nyamuk hinggap yang tertangkap MHD = ----------------------------------------------------- Jumlah penangkap X waktu penangkapan 3. Kepadatan nyamuk hinggap per rumah: Jumlah nyamuk hinggap yang tertangkap di dalam rumah --------------------------------------------------------------------- Jumlah rumah tempat penangkapan tersebut

4. Sporosit Rate Jumlah nyamuk yang mengandung Sporosit ----------------------------------------------------- Jumlah nyamuk yang diperiksa kelenjar ludahnya 5. Natural Infection Rate Jumlah nyamuk yang mengandung ookista ---------------------------------------------------- Jumlah nyamuk yang diperiksa lambungnya 6. Parity Rate Jumlah nyamuk parous ---------------------------- Jumlah nyamuk yang diperiksa ovariumnya G. KERANGKA TEORI Dari beberapa penjelasan yang telah dibahas dalam tinjauan pustaka diatas, maka dapat dibuatkan sebuah kerangka teori,sebagai berikut :

LINGKUNGAN FISIK a. Kondisi rumah e. Iklim b. Ketinggian tempat f. Suhu c. Tempat peristirahatan g. Kelembaban Udara d. Tempat perindukan ( Jarak ) h. Curah Hujan Bionomik Vektor a. Kebiasaan berkembang biak b. Kebiasaan Menusuk / menggigit c. Kebiasaan Istirahat Pemberantasan Vektor Malaria a. Hindari Kontak nyamuk b. Pengelolaan Lingk. c. Larvaciding d. Pemakaian obat nyamuk Lingk.Biologik a. Tanaman Hias b. Tanaman Pekarangan c. Ternak d. Predator Kepadatan Nyamuk Anopheles Jumlah Kasus Malaria H. Kerangka Konsep Variabel Bebas Keberadaan Hewan Ternak pada malam hari a. Tak ada ternak b. Terpisah c. Di dalam rumah / menyatu Variabel Terikat Kepadatan Nyamuk Anopheles aconitus dalam rumah

Variabel Pengganggu a. Temperatur Lingkungan b. Kelembaban c. Curah Hujan d. Kecepatan Angin e. Ketinggian Tempat f. Kasa BAB pada III ventilasi g. Pemakaian obat nyamuk h. Kemampuan menangkap nyamuk I. Hipotesa Ada perbedaan kepadatan nyamuk Anopheles aconitus dalam rumah berdasarkan keberadaan hewan ternak Sapi atau kerbau pada malam hari di Desa Buaran, Mayong, Jepara.