BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Larvisida Efikasi adalah kemampuan suatu larvisida untuk memenuhi pernyataan sebagaimana yang tercantum pada label yang diusulkan. Hal ini dapat dinyatakan dalam bentuk seberapa jauh terjadi pengurangan populasi, atau seberapa jauh perkembangan populasi larva yang masih hidup setelah perlakuan, atau dalam bentuk perlindungan terhadap hasil, kuantitas dan kualitas 6. B. Insect Growth Regulator (IGR) Insect Growth Regulator (IGR) merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam kegiatan larviciding. IGR adalah sejenis bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan jentik sejak dari instar I sampai IV dan dapat mengganggu hormon pertumbuhan jentik agar tidak berhasil menjadi kepompong atau nyamuk dewasa. Akan tetapi IGR tidak langsung bereaksi meracuni nyamuk. Kematian nyamuk disebabkan karena ketidakmampuan nyamuk untuk melakukan metamorfosis. Telur gagal untuk menetas, larva gagal menjadi pupa dan Pupa tidak berhasil menjadi nyamuk dewasa. Penggunaan IGR biasanya akan benar-benar dipertimbangkan dalam pelaksanaan pengendalian biologis 3,7. Beberapa senyawa kimia Insect Growth Regulator (IGR) sintetik telah diuji untuk menanggulangi nyamuk vektor stadium pra-dewasa baik di tingkat laboratorium maupun tingkat operasional. Metrophene dan diflubenzuron adalah 2 IGR sintetik yang telah diuji dan telah direkomendasikan untuk digunakan dalam program pemberantasan nyamuk vektor 5. C. SUMILARV Salah satu larvisida alternatif yang dapat digunakan untuk mengendalikan larva nyamuk adalah Sumilarv, yang berbahan aktif Pyriproxyfen dari golongan

2 pengatur pertumbuhan serangga sebagai IGR dalam formulasi granule. Keuntungan dari penggunaan Sumilarv berbahan aktif Pyriproxyfen sebagai IGR adalah memiliki efikasi tinggi pada dosis rendah, efikasi tahan lama, memiliki tingkat racun yang rendah pada mamalia yaitu LD 50 > 5000 oral, LD 50 > 2000 dermal dan LD 50 > 1000 inhalation, efek kecil pada lingkungan, memiliki selektifitas yang tinggi terhadap organisme sasaran serta cocok digunakan untuk mengendalikan larva di tempat yang terdapat organisme pengendali biologis 5. Pyriproxyfen yang dikenal dengan nama dagang Sumilarv merupakan IGR sintetik terbaru yang diperkenalkan untuk digunakan dalam menanggulangi nyamuk vektor stadium pra-dewasa. Seperti metrophene dan diflubenzuron, pyriproxyfen selain bekerjanya menghambat perkembangan nyamuk stadium pra-dewasa menjadi dewasa menjadi stadium dewasa, juga sangat selektif dan tidak berbahaya bagi organisme lain (LD 50 tikus oral > 5000 mg/kg, dermal > 2000 mg/kg dan inhalation > 1000 mg/kg). Pyriproxyfen yang ada di air mudah menembus kulit larva nyamuk dan masuk ke dalam haemolymph. Terdapatnya pyriproxyfen didalam haemolymph menyebabkan corpus allatum tidak menghasilkan juvenile hormon, akibatnya larva tidak dapat berkembang menjadi nyamuk 4,5. Larvisida ini telah diuji di kepulauan Solomon. Hasil pengujian menunjukkan bahwa aplikasi Sumilarv dosis 0,1 ppm dapat menghambat lebih dari 50 % munculnya An. farauti, sedang dosis 0,1 ppm pada tempat perindukan nyamuk Anopheles sp. dapat menghambat munculnya nyamuk Anopheles sp. lebih dari 70 % selama lebih dari 3 bulan. Berdasarkan hal tersebut dilakukan uji coba larvisida Sumilarv 4. D. Pengertian Malaria Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali. Sampai sekarang dikenal 4 jenis plasmodium, yaitu 8,9 : a. Plasmodium falciparum sebagai penyebab penyakit Malaria Tropika b. Plasmodium vivaks penyebab penyakit Malaria Tertiana

3 c. Plasmodium malariae sebagai penyebab penyakit Malaria Quartana d. Plasmodium ovale yang menyebabkan penyakit Malaria yang hampir serupa dengan Malaria Tertiana Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai 2 hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual didalam hospes vertebrata dikenal sebagai skizogoni dan siklus seksual yang membentuk sporozoit disebut sebagai sporogoni 1. Skizogoni Sporozoit infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles, dimasukkan kedalam aliran darah hospes vertebrata (manusia) melalui tusukan nyamuk, dalam waktu 30 menit memasuki sel parenkim hati, memulai stadium eksoeritrositik dari daur hidupnya. Di dalam sel hati parasit tumbuh skizon. 2. Sporogoni Sporogoni terjadi didalam nyamuk. Gametosit yang masuk bersama darah, tidak dicernakan bersama sel-sel darah lain. Pada mikrogametosit jantan titik kromatin membagi diri menjadi 6-8 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Di pinggir beberapa filamen dibentuk seperti cambuk dan mempunyai gerakan aktif, yaitu yang menjadi 6-8 mikrogamet berinti tunggal, didesak keluar akhirnya lepas dari sel induk. Proses ini disebut sebagai aksflagelasi. Sementara makrogametosit betina menjadi matang sebagai makrogamet terdiri atas sebuah badan dari sitoplasma yang berbentuk bulat dengan sekelompok kromatin ditengah. Pembuahan (fertilisasi) terjadi karena masuknya satu mikrogamet kedalam makrogamet untuk membentuk Zigot 9. E. Vektor Penular Malaria Spesies nyamuk vektor malaria berbeda-beda dari setiap daerah. Perbedaan ini dipengaruhi faktor-faktor penyebaran, geografi, iklim dan jenis tempat perindukan. Peran vektor dalam menularkan penyakit dipengaruhi umur nyamuk, kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametocyte, frekuensi menggigit manusia, kepadatan vektor, pemilihan hospes, siklus gonotrofik. Siklus gonotrofik adalah waktu yang diperlukan oleh nyamuk dari menghisap darah sampai bertelur kemudian menghisap lagi 2. Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda bagi setiap spesies. Pada

4 suhu 26,7 0 C masa inkubasi ekstrinsik adalah hari untuk P. Falciparum dan 8-11 hari untuk P.vivax, hari untuk P. Malariae dan P. Ovale Suhu Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum berkisar antara 20 dan 30 0 C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik sporogoni dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. 2. Kelembaban Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60 % merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria. 3. Hujan Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis vektor dan jenis tempat dan perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles. 4. Ketinggian Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian diatas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Di pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian paling tinggi masih memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m diatas permukaan laut (di Bolivia). 5. Angin Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. 6. Sinar matahari

5 Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbedabeda An. sundaicus lebih suka tempat yang teduh. An. Barbirostris dapat hidup baik ditempat yang teduh maupun yang terang 7. Arus air An. barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis / mengalir lambat, sedangkan An. minimus menyukai aliran air yang deras dan An. letifer menyukai air tergenang. 8. Kadar garam An. sundaikus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12 sampai dengan 18 % dan tidak berkembang pada kadar garam 40 % keatas. Namun di Sumatera Utara ditemukan pula perindukan An. sundaikus dalam air tawar 2. Penularan malaria secara ilmiah berlangsung melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Hanya spesies nyamuk Anopheles tertentu yang mampu menularkan penyakit malaria dan spesies tersebut disebut sebagai vektor. Dari lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria 2. Penyebaran geografik vektor malaria di Indonesia adalah sebagai berikut 2 : 1. An. aitkenii : ditemukan di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. 2. An. umbrosus : terdapat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. 3. An. beazai : Pulau jawa, Sumatera, kalimantan dan Sulawesi. 4. An. letifer : terdapat di pulau Sumatera dan Kalimantan 5. An. roperi : Sumatera dan Kalimantan 6. An. barbirostris : terdapat di Irian Jaya, Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi 7. An. vanus : ditemukan di pulau Kalimantan dan Sulawesi. 8. An. bancrofti : terdapat di Irian Jaya. 9. An. sinensis : di pulau Sumatera 10. An. nigerrimus : Ditemukan di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi

6 11. An. kochi : Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi 12. An. tesselatus : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi 13. An. leucosphyrus : terdapat di Sumatera dan Kalimantan 14. An. balabacensis : terdapat di Jawa dan Kalimantan 15. An. punctulatus : saat ini hanya terdapat di Irian jaya 16. An. farauti : ditemukan di Irian jaya. 17. An. koliensis : Irian Jaya 18. An. aconitus : terdapat di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi 19. An. minimus :ditemukan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi 20. An. flavirostris : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi 21. An. sundaicus : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi 22. An subpictus : Irian Jaya, Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi 23. An. annularis : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi 24. An. maculatus : jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Efektifitas vektor untuk menularkan malaria ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut 2 : 1. Kedekatan vektor dekat pemukiman manusia 2. Kesukaan menghisap darah manusia atau antropofilia 3. Frekuensi menghisap darah (tergantung suhu) 4. Lamanya sporogoni (berkembangnya parasit dalam nyamuk sehingga menjadi infektif) 5. Lama hidup nyamuk harus cukup untuk sporogoni dan kemudian menginfeksi jumlah yang berbeda-beda menurut spesies Anopheles dapat diduga sebagai vektor malaria apabila memenuhi persyaratan tertentu, diantaranya yang terpenting adalah 2 : 1. Kontaknya dengan manusia cukup besar. 2. Merupakan spesies yang selalu dominan. 3. Anggota populasi yang pada umumnya berumur cukup panjang, sehingga memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan plasmodium hingga menjadi sporozoit. 4. Di tempat lain terbukti sebagai vektor.

7 F. Nyamuk Anopheles Aconitus Parasit malaria ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Salah satu jenis nyamuk Anopheles yang gemar hidup di sawah adalah Anopheles aconitus. Nyamuk tersebut hidup di perairan yang mendapat lindungan bayangan daun-daunan atau rumput. Mula-mula jentik nyamuk tidak dapat hidup karena padinya masih kecil, kemudian setelah padi tumbuh kira-kira setengah dari tinggi semestinya, daun padi itu telah cukup memberi bayangan untuk dijadikan perlindungan oleh jentik-jentik nyamuk tersebut, mulai saat itulah nyamuk-nyamuk berkembang. Perlindungan yang diberikan oleh daun padi makin lama makin banyak, karena padi makin menjadi besar. Puncak pertumbuhan nyamuk adalah pada waktu panen. Usaha pemberantasan wabah malaria hanya dapat dilakukan dengan mengeringkan sawah-sawah itu dalam waktu yang agak lama dan dilakukan serentak pada semua petak-petak sawah dalam kompleks sawah yang luas. Rumput dipinggirpinggir saluran pengairan, walaupun hanya sedikit sudah cukup untuk memberi keteduhan bagi jentik-jentik. Semua rumput dan tumbuhan lain harus dilenyapkan agar air dapat deras mengalir dan jentik-jentik dapat dimusnahkan. Pengaliran air yang baik dalam selokan-selokan yang rata dan bersih biasanya dapat menghindarkan pertumbuhan nyamuk 5,7. Setelah padi diketam kemudian biasanya oleh petani jerami-jeraminya dirobohkan atau dibabat, petak-petak sawah itu diairi sehingga semua yang ada di sawah digenangi air. Biasanya dalam sawah tadi sudah banyak jentik An. Aconitus. Apabila pembabatan jerami tidak bersih, maka sawah tersebut dapat memberi kesempatan yang baik sekali pada jentik-jentik untuk berkembang. Salah satu jalan untuk menghindari pertumbuhan jentik-jentik An. aconitus, yaitu sebelumnya petak sawah digenangi air, jerami-jerami yang ada di sekitar dibabat sampai bersih. Babatan jerami dapat ditimbun pada suatu tempat di sawah 11 Di Indonesia nyamuk An. aconitus terdapat hampir diseluruh kepulauan, kecuali Maluku dan Irian. Biasanya dapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki gunung pada ketinggian m dengan persawahan

8 bertingkat. Nyamuk ini merupakan vektor pada daerah tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali 11. G. Tata Hidup dan Perilaku Nyamuk Anopheles aconitus 1. Klasifikasi Nyamuk Urutan Penggolongan klasifikasi nyamuk An. Aconitus seperti binatang lainnya adalah sebagai berikut 12 : Phylum : Arthropoda Klas : Hexapoda Ordo : Diptera Family : Culicidae Sub Famili : Anophelinae Genus : Anopheles Spesies : An. Aconitus 2. Bionomik a. Tempat Berkembang Biak (Breeding Place) Tempat-tempat yang airnya menggenang, sawah, irigasi yang bagian tepinya banyak ditumbuhi rumput dan tidak begitu deras airnya. b. Tempat Mencari Makan (Feeding Place) Hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Nyamuk Anopheles aconitus lebih suka berada di luar rumah dan menggigigit diwaktu senja sampai dengan dini hari (eksofagik) serta mempunyai jarak terbang sejauh 1,6 km sampai dengan 2 km. Nyamuk ini lebih bersifat suka menggigit binatang (zoofilik) daripada sifat suka menggigit manusia (antrophofilik). Pada saat mencari mangsa nyamuk betina yang lapar darah terbang melawan arah angin menelusuri jejak bau hospes. Sensila pada palp dan antena berfungsi untuk mengetahui lokasi hospes, membantu memonitor kecepatan, ketinggian dan arah terbang. serta rincian lokasi mangsa. Karena kebanyakan Anopheles aktif pada malam hari, maka tampaknya faktor mata hanya merupakan pembantu. c. Tempat Beristirahat (Resting Place)

9 Nyamuk Anopheles aconitus suka berada di alam atau luar rumah (eksofilik) yaitu tempat-tempat lembab, terlindung sinar matahari, gelap. d. Umur Nyamuk Panjang umur nyamuk sesudah terinfeksi harus cukup agar parasit dapat menyelesaikan siklus hidupnya sehingga nyamuk menjadi infektif. Plasmodium vivax e. Siklus Hidup Nyamuk jantan dan betina menghisap nektar dan cairan yang lain yang diperlukan untuk pertumbuhan dan sumber tenaganya. Nyamuk Anopheles betina selain menghisap nektar juga menghisap darah mamalia, burung, katak dan sebagainya, tergantung pilihan spesies. Pada saat menghisap darah, pisau proboscis ditusukkan sampai mencapai ke pembuluh kapiler pada korban kulit korban. Rasa gatal akibat gigitan nyamuk merupakan reaksi kulit terhadap air liur dari nyamuk. Jumlah darah yang dihisap dapat lebih dari dua kali rata-rata berat badan pada saat perut kosong. Setelah cukup menghisap darah, nyamuk betina menggunakannya sebagai nutrisi untuk menghasilkan telur atau lebih sekaligus. Nyamuk Anopheles memiliki siklus penghisapan darah dan bertelur yang paling teratur dibandingkan nyamuk yang lain. Aktifitas menggigit dan menghisap darah secara berulang inilah yang menyebabkan Anopheles dapat menjadi vektor malaria dan penyakit lainnya baik terhadap manusia maupun hewan dan penyakit-penyakit zoonosis, karena berpindahnya patogen tertentu dari hewan ke manusia.selesainya siklus hidup bervariasi tergantung dengan suhu dan spesies nyamuk. Di daerah tropis dengan suhu rata rata 27 0 C, waktu terpendek yang dimulai dari peletakan telur sampai menjadi nyamuk adalah hari di laboratorium, dan dapat menjadi 9 hari di alam. Stadium telur membutuhkan 1-2 hari. Pada nyamuk betina waktu antara keluar dari pupa sampai menghisap darah yang pertama adalah 1-2 hari, perkawinan terjadi pada hari-hari tersebut dan biasanya sebelum menghisap darah. Siklus gonotrofik pertama mungkin membutuhkan 2-4 hari, tergantung

10 berapa kali dibutuhkan penghisapan darah guna mematangkan telur telur yang pertama Tanda pertama akan menetasnya telur adalah gerakan pharynx yang menelan cairan amnion, kemudian kulit telur bagian dorsal retak karena dorongan tanduk larva dan udara masuk sistem trakhea, kepala dan thorak mengembang serta kutikula melebar. Selanjutnya larva akan tumbuh dan berkembang melalui 4 stadium. Perpindahan stadium diikuti dengan pelepasan kutikula dan tubuh larva bertamnbah besar sebelum kutikulaberikutnya mengeras. Proses pergantian kutikula ini (moulting process) diatur secara hormonal dan diketahui terdapat 3 jenis hormon, yaitu : 1. Hormon Aktivasi dihasilkan oleh sel-sel neurosekretor pada otak yang mengatur reaktivasi tubuh setiap kali sesudah pergantian kutikula. 2. Hormon Moulting (pergantian kutikula) dihasilkan oleh kelenjar prothorax yang mengatur proses pergantian kutikula dan juga pertuimbiuhan dan morphogenesis. 3. Hormon Juvenile dihasilkan oleh corpora allata yang mengatur pertumbuhan larva, fungsi folikel pada nyamuk dewasa dan beberapa fungsi dan struktur organ lainnya. Setelah menetas, larva tumbuh dan berkembang melalui 4 tahap dengan melepaskan kulitnya diantara tahap prkembangannya tersebut. Bentuk larva pada masing-masing tahap disebut instar. Instar pertama amat kecil kemudian tumbuh dan berkembang serta mencapai maksimum pada instar tahap 4. Larva instar IV hidup lebih lama dibandingkan stadium I, II dan III karena disini terjadi pertumbuhan beberapa calon organ untuk nyamuk dewasa serta persiapan tumbuhnya pupa. Pada saat pergantian, larva mengambil posisi sejajar permukaan air, kutikula membuka pada batas tengah dorsal dan pupa keluar melalui retakan tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan larva sebagian besar nyamuk tropis memerlukan waktu sekitar 1 minggu. Larva Anopheles bernafas melalui

11 siphon yang tidak berkembang baik, sedang pupa melalui trompet. Cara makan larva adalah filter feeding yang menggunakan sikat maxilla dan palatum untuk menangkap partikel makanan dan membawanya ke mulut. Makanan larva adalah mikroorganisme dan partikel-partikel kecil, sedang pupa tidak makan. Selain diatur hormon, pertumbuhan larva dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, periode gelap terang dan persediaan makanan dan tingkat kepadatan. Pupa terdiri atas cephalothorax tanpa segmen dan abdomen yang memiliki banyak segmen. Pada cephalothorax terdapat terompet sebagai alat bernafas, bakal mata, mulut, kaki dan sayap. Abdomen meliputi 8 segmen dan sepasang kayuh pada ujungnya yang berguna untuk berenang. Tubuh pupa memiliki distribusi rambut peraba berpasangan yang disebut setae. Masing-masing rambut mempunyai pangkal yang berhubungan dengan serabut saraf. Jumlah pasangan rambut ini tetap dan posisinya juga tetap, sehingga dapat diberi nama dan nomor yang bermanfaat untuk identifikasi. Deskripsi tentang jumlah, posisi, lokasi, bentuk dan bercabang atau tidaknya rambut pada pupa atau larva disebut chaetotaxy. Stadium pupa berlangsung sekitar 2 hari kemudian trakhea yang menuju terompet akan retak, udara terhisap masuk dan perut nyamuk membesar, mendesak kutikula pupa sampai terbelah pada daerah cephalothorax. Nyamuk muda muncul dan udara dari perut mengisi sayap dan kakinya. Dalam waktu beberapa menit nyamuk sudah dapat terbang untuk jarak dekat guna mencari perlindungan, sambil menunggu kutikula mengeras dalam waktu sekitar setengah jam 12. H. Pengendalian Vektor Dewasa ini banyak sekali metode pengendalian vektor dan binatang pengganggu yang telah dikenal dan dimanfaatkan manusia. Dari berbagai metode yang telah dikenal dapat dikelompokkan sebagai berikut 3,13 : 1. Pengendalian Cara Kimia ( Chemical Control )

12 Pengendalian dengan cara kimia ini disebut juga pengendalian dengan menggunakan pestisida. Pestisida adalah zat kimia yang dapat membunuh vektor dan binatang pengganggu. Disamping pengendalian langsung kepada vektor, pengendalian secara kimiawi juga bisa dilakukan terhadap tanaman yang menunjang kehidupan vektor dan binatang pengganggu dengan menggunakan herbisida. Penggunaan pestisida untuk mengendalikan vektor dan binatang pengganggu memang sangat efektif tapi dapat menimbulkan masalah yang serius karena merugikan manusia dan lingkungannya. 2. Pengendalian Cara Biologi ( Biological Control ) Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alaminya ( predator ) atau dengan menggunakan protozoa, jamur, dan beberapa jenis bakteri serta jenis - jenis nematoda. 3. Pengendalian Cara Fisika-Mekanik Pengendalian dengan fisika-mekanika ini menitik beratkan usahanya pada penggunaan dan memanfaatkan faktor-faktor iklim kelembaban suhu dan caracara mekanis. 4. Pengendalian dengan cara pengelolaan lingkungan (Environmental management ). Dalam pengendalian dengan cara pengelolaan lingkungan dikenal dua cara yaitu: a. Perubahan lingkungan (Environmental Modivication) Meliputi kegiatan setiap pengubahan fisik yang permanen terhadap tanah, air dan tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi tempat perindukkan nyamuk tanpa menyebabkan pengaruh yang tidak baik terhadap kualitas lingkungan hidup manusia. Kegiatan ini antara lain dapat berupa penimbunan (filling), pengeringan (draining), perataan permukaan tanah dan pembuatan bangunan, sehingga vektor dan binatang pengganggu tidak mungkin hidup, sehingga vektor dan binatang pengganggu tidak mungkin hidup. b. Manipulasi Lingkungan ( Environment Manipulation) Sehingga tidak memungkinkan vektor dan binatang pengganggu berkembang dengan baik. Kegiatan ini misalnya dengan merubah kadar garam

13 (solinity), pembersihan tanaman air atau lumut dan penanaman pohon bakau pada pantai tempat perindukan nyamuk sehingga tempat itu tidak mendapatkan sinar matahari 3,13. I. Pengendalian Jentik Malaria Usaha pengendalian terhadap jentik vektor malaria dapat dilakukan dengan: 1. Source Reduction Source Reduction adalah suatu upaya untuk mengalirkan air pada perindukan nyamuk atau breeding places ke laut. Di Indonesia upaya Source Reduction dapat berhasil menurunkan populasi nyamuk dan menurunkan angka malairia, namun konstruksi Source Reduction harus dipelihara agar aliran air dapat lancer dan kadang-kadang dapat rusak karena terserang ombak yang keras. 2. Biological Control Biological Control adalah upaya untuk menebarkan ikan pemakan jentik di breeding places yang potensial. Pemanfaatan ikan sangat cocok apabila populasi jentik Anopheles di suatu tempat sudah rendah, karena dapat menekan populasi sampai sangat rendah, kalau ditebarkan pada suatu tempat yang masih tinggi populasinya hasil kurang dapat nyata karena dibutuhkan jumlah ikan yang sangat besar. Di Indonesia pemanfaatan ikan ini sudah lama dilakukan tetapi evaluasi terhadap perkembangan ikan setelah ditebarkan di breeding places belum banyak dikembangkan. 3. Larviciding Larviciding adalah upaya untuk mengurangi populasi jentik disuatu breeding places. Berbagai bahan yang digunakan antara lain dengan menggunakan minyak solar, insektisida, Insect Growth Regulator dan menggunakan bakteri Baccilus Thuringiensis. Penggunaaan insektisida (larvisida) paling banyak digunakan karena ternyata dapat menekan populasi jentik dalam waktu yang singkat 3.

14 J. Kerangka Teori Dari beberapa penjelasan yang telah dipaparkan dalam tinjauan pustaka diatas maka dapat dibuatkan sebuah kerangka teori. Adapun bentuk kerangka teori tersebut adalah sebagai berikut. Musim Faktor lingkungan 1. Suhu 2. Periode gelap terang 3. Persediaan Makanan 4. Tingkat kepadatan Pertumbuhan larva Anopheles aconitus IGR Larvisida Pyriproxyfen Predator Pengendalian Jentik Malaria : 1. Source Reduction 2. Biological Control 3. Larvaciding Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan larva Anopheles aconitus Sumber: Modifikasi Depkes RI (1993), Kuat Prabowo (1992), Ruben Dharmawan (1993)

15 K. Kerangka Konsep Variabel Bebas Larvisida berbahan aktif Pyriproxyfen sebagai IGR Variabel Terikat Kematian larva Anopheles aconitus Variabel terkendali - Temperatur air - ph air - Cahaya - Volume air L. Hipotesa Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat diajukan hipotesa bahwa ada perbedaan jumlah kematian rata-rata larva nyamuk Anopheles Aconitus pada berbagai macam dosis IGR berbahan aktif Pyriproxyfen.

16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN MALARIA Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan kepada manusia oleh nyamuk Anopheles dengan gejala demam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Anopheles 1. Klasifikasi Nyamuk Anopheles Urutan penggolongan klasifikasi nyamuk Anopheles seperti binatang lainnya adalah sebagai berikut [8] : Phylum : Arthropoda Classis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang penyebarannya di dunia sangat luas. Di Indonesia, penyakit malaria ditemukan tersebar luas di seluruh pulau dengan derajat dan berat infeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I., 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini banyak ditemukan dengan derajat dan infeksi yang bervariasi. Malaria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria 1. Penyakit Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan ditularkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut: 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anopheles sp. a. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1. Kota Pangkalpinang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kota Pangkalpinang merupakan daerah otonomi yang letaknya di bagian timur Pulau Bangka. Secara astronomi, daerah ini berada pada garis 106 4 sampai dengan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor Nyamuk Anopheles merupakan satu genus dari famili Culicidae, ordo Diptera, kelas Insecta. Jentik Anopheles ditandai dengan rambut berbentuk kipas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas di dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan derajat dan berat infeksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Malaria 1.1 Pengertian Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu p. falciparum, p. ovale, p. malariae dan p. vivax yang di tularkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini menjadi masalah bagi kesehatan di Indonesia karena dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi, balita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk adalah Serangga yang termasuk dalam Phylum Arthropoda, yaitu hewan yang tubuhnya bersegmen-segmen, mempunyai rangka luar dan anggota garak yang berbuku-buku.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut: 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Anopheles sp. 1. Klasifikasi Nyamuk Anopheles sp. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Sub famili Genus : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Malaria 1. Malaria Malaria adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium, meskipun awal mulanya tidak diketahui secara pasti. Para ilmuan menduga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik BAB I Pendahuluan A. latar belakang Di indonesia yang memiliki iklim tropis memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik dan dapat berfungsi sebagai vektor penyebar penyakitpenyakit seperti malaria,

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Distribusi Spesies Nyamuk Anopheles 1. Spesies Nyamuk Anopheles a. Morfologi Klasifikasi nyamuk Anopheles adalah sebagai berikut : Pylum : Arthopoda Klas : Hexapoda Ordo : Diptera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (2013) penyakit infeksi oleh parasit yang terdapat di daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi menjadi 109 genus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah tropis merupakan tempat mudah dalam pencemaran berbagai penyakit, karena iklim tropis ini sangat membantu dalam perkembangan berbagai macam sumber penyakit.

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit (Protozoa)

BAB II KAJIAN TEORI. Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit (Protozoa) BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Malaria 2.1.1. Definisi Penyakit Malaria Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit (Protozoa) dari genus Plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Sebagai Vektor Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang. Antar

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian Hayati Di beberapa perkebunan kelapa sawit masalah UPDKS khususnya ulat kantong M. plana diatasi dengan menggunakan bahan kimia sintetik yang mampu menurunkan populasi hama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Malaria 2.1.1. Pengertian Malaria Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. malaria berasal dari bahasa Itali Mal = kotor, sedangkan Aria = udara udara yang kotor.

II. TINJAUAN PUSTAKA. malaria berasal dari bahasa Itali Mal = kotor, sedangkan Aria = udara udara yang kotor. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Malaria Malaria adalah suatu istilah yang diperkenalkan oleh Dr. Francisco Torti pada abad ke 17, malaria berasal dari bahasa Itali Mal = kotor, sedangkan Aria = udara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang No. 41/1999 dan Undang-Undang No. 19/2004

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang No. 41/1999 dan Undang-Undang No. 19/2004 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Hutan Mangrove Berdasarkan Undang-Undang No. 41/1999 dan Undang-Undang No. 19/2004 yang mengatur tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan

Lebih terperinci

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Morfologi Telur Anopheles Culex Aedes Berbentuk perahu dengan pelampung di kedua sisinya Lonjong seperti peluru senapan Lonjong seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Anopheles 1. Morfologi dan Klasifikasi Nyamuk Anopheles a. Morfologi nyamuk Anopheles sp. Morfologi nyamuk menurut Horsfall (1995) : Gambar 1. Struktur morfologi nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013) II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family

Lebih terperinci

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id Parasitologi Kesehatan Masyarakat KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit Mapping KBM 8 2 Tujuan Pembelajaran Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa mampu menggunakan pemahaman tentang parasit

Lebih terperinci

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk dan sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA kaki) 6) Arthropoda dibagi menjadi 4 klas, dari klas klas tersebut terdapat klas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Nyamuk Arthropoda adalah binatang invertebrata; bersel banyak; bersegmen segmen;

Lebih terperinci

UJI EFIKASI LARVISIDA BERBAHAN AKTIF PYRIPROXYFEN SEBAGAI INSECT GROWTH REGULATOR (IGR) TERHADAP LARVA Anopheles aconitus DI LABORATORIUM

UJI EFIKASI LARVISIDA BERBAHAN AKTIF PYRIPROXYFEN SEBAGAI INSECT GROWTH REGULATOR (IGR) TERHADAP LARVA Anopheles aconitus DI LABORATORIUM UJI EFIKASI LARVISIDA BERBAHAN AKTIF PYRIPROXYFEN SEBAGAI INSECT GROWTH REGULATOR (IGR) TERHADAP LARVA Anopheles aconitus DI LABORATORIUM Siti Alfiah, Astri Maharani I.P & Damar Tri Boewono Balai Besar

Lebih terperinci

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah? Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah? Upik Kesumawati Hadi *) Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk 1. Nyamuk sebagai vektor Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae dan Anophelinae.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes sp 1. Klasifikasi Nyamuk Aedes sp Nyamuk Aedes sp secara umum mempunyai klasifikasi (Womack, 1993), sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Genus Upagenus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin Pengamatan perilaku kawin nyamuk diamati dari tiga kandang, kandang pertama berisi seekor nyamuk betina Aedes aegypti dengan seekor nyamuk jantan Aedes aegypti, kandang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sirih (Piper bettle L.) 1. Klasifikasi Sirih (Piper bettle L.) Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah sebagai berikut : Regnum Divisio Sub Divisio

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Nyamuk Dalam daur kehidupan nyamuk mengalami proses metamorfosis sempurna, yaitu perubahan bentuk tubuh yang melewati tahap telur, larva, pupa, dan imago atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia dikelompokan menjadi serangga yang menguntungkan atau merugikan. Serangga yang dianggap merugikan misalnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan adanya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk seperti malaria

Lebih terperinci

4. SEBARAN DAERAH RENTAN PENYAKIT DBD MENURUT KEADAAN IKLIM MAUPUN NON IKLIM

4. SEBARAN DAERAH RENTAN PENYAKIT DBD MENURUT KEADAAN IKLIM MAUPUN NON IKLIM 4. SEBARAN DAERAH RENTAN PENYAKIT DBD MENURUT KEADAAN IKLIM MAUPUN NON IKLIM 4.1. PENDAHULUAN 4.1.1. Latar Belakang DBD termasuk salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus sebagai patogen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi DBD adalah demam virus akut yang disebabkan oleh nyamuk Aedes, tidak menular langsung dari orang ke orang dan gejala berkisar

Lebih terperinci

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi Pokok Bahasan : Malaria Sub Pokok : Pencegahan Malaria Sasaran : Ibu/Bapak Kampung Yakonde Penyuluh : Mahasiswa PKL Politeknik Kesehatan Jayapura Waktu : 18.30 WPT Selesai Hari/tanggal : Senin, 23 Mei

Lebih terperinci

Global Warming. Kelompok 10

Global Warming. Kelompok 10 Global Warming Kelompok 10 Apa itu Global Warming Global warming adalah fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (green house effect) yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat BAB II TINJAUAN PUSAKA A. Mahoni (Swietenia mahagoni jacg) Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau di tanam di tepi jalan sebagai pohon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 2.1 Aedes aegypti Mengetahui sifat dan perilaku dari faktor utama penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), yakni Aedes aegypti,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Aedes aegypti Nyamuk Ae. aegypti termasuk dalam ordo Diptera, famili Culicidae, dan masuk ke dalam subordo Nematocera. Menurut Sembel (2009) Ae. aegypti dan Ae. albopictus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Kabupaten Intan Jaya, adalah kabupaten yang baru berdiri pada tahun 2009, dan merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten sebelumnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hama Symphilid Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, berwarna putih dan pergerakannya cepat. Dalam siklus hidupnya, symphylid bertelur dan telurnya

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK)

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK) Ririh Y., Gambaran Faktor Lingkungan Daerah Endemis Malaria GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK) Environmental Factor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aedes sp Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Super Class Class Sub Class Ordo Sub Ordo Family Sub

Lebih terperinci

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM.

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM. TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM Nur Rahma 1, Syahribulan 2, Isra Wahid 3 1,2 Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin 3 Jurusan Parasitologi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan psikologis yang mengolah bermacam-macam input sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan psikologis yang mengolah bermacam-macam input sebagai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persepsi Pengertian persepsi adalah akal manusia yang sadar meliputi proses fisik, fisiologis dan psikologis yang mengolah bermacam-macam input sebagai penggambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau invertebrata lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh P. malariae, P.vivax, P.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh P. malariae, P.vivax, P. 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Epidemiologi Malaria Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh P. malariae, P.vivax, P.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor Ekologi Larva Vektor Malaria Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan. Faktor abiotik antara lain curah hujan, suhu, kelembaban,

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA OLEH Ronilda Tambunan, SST AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN BAB l PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering muncul pada musim hujan ini antara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan 6 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan Pantai Batu Kalang terletak di pinggir pantai selatan Sumatera Barat tepatnya di Kabupaten Pesisir Selatan. Daerah Sumatera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada tahun 2014, sampai pertengahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di negara kita, khususnya di kota-kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makhluk hidup bertahan hidup secara berkegantungan, termasuk nyamuk yang hidupnya mencari makan berupa darah manusia, dan membawa bibit penyakit melalui nyamuk (vektor).

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LARVA DAN NYAMUK AEDES, ANOPHELES, DAN CULEX

IDENTIFIKASI LARVA DAN NYAMUK AEDES, ANOPHELES, DAN CULEX LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR IDENTIFIKASI LARVA DAN NYAMUK AEDES, ANOPHELES, DAN CULEX Oleh : KENDRA WARDHANI (0820025012) VINDA ELISANDI ESKARINDINI (0820025024) NI KADEK ASTITI MULIANTARI (0820025025)

Lebih terperinci

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa, PLEASE READ!!!! Sumber: http://bhell.multiply.com/reviews/item/13 Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang mengandung virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP. Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP. Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO) 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP A. Kajian Pustaka 1. Definisi Malaria Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO) adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue, gejalanya adalah demam tinggi, disertai sakit kepala, mual, muntah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. Ciri yang khas dari species ini adalah bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya dan memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk 16 Identifikasi Nyamuk HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Ongole (Bos indicus) Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Sumba ongole dan

Lebih terperinci

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD 8 II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD 3.1 Penyebaran Virus DBD DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Penyebaran virus demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk. Nyamuk Aedes

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE 2.1 Sejarah Demam Berdarah Dengue Penyakit demam berdarah dengue pertama kali di temukan di Filiphina pada tahun 1953 dan menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia

Lebih terperinci