BAB III METODE PENELITIAN. sistem pengelolaan sampah di Pasar Dwikora kota Pematangsiantar.

dokumen-dokumen yang mirip
KUESIONER UNTUK PEDAGANG

ANALISA SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DAN PERILAKU PEDAGANG DI PASAR HORAS KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI PEDAGANG UNTUK MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BERSIH DI BASEMENT PASAR PETISAH KOTA MEDAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. KUESIONER UNTUK PEDAGANG PASAR HORAS KOTA PEMATANGSIANTAR. b. Tamat SMP c. Tamat SMA d. Perguruan Tinggi

Gambar 2.1 organik dan anorganik

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. (Chandra, 2007)

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan suatu populasi sangat ditentukan oleh kondisi tempat- tempat dimana

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON DALAM PENGOLAHAN SAMPAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan dan keindahan lingkungan haruslah diperhatikan oleh

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea)

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

STRATEGI PENGELOLAAN ASET SISTEM PERSAMPAHAN DI KOTA POSO

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

Mulai. Perumusan Masalah. Lengkap? Ya. Menentukan Tujuan Sistem. Identifikasi Output dan Evaluasi Aspek. Interpretasi Black Box Diagram.

TEKNIK PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA PIYUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT *) Oleh : Suhartini **) Abstrak

PRODUKSI SAMPAH DAN SISTEM PENGELOLAANNYA DI LINGKUNGAN IX KELURAHAN TEGAL SARI 1 KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

PERAN KELUARGA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. tercapai tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia tersebut yang tercantum didalam. UUD 1945 dan rencana pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN, DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTECH

PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA BLURU KIDUL RW 11 KECAMATAN SIDOARJO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN TAHUN 2006

BAB 1 : PENDAHULUAN. 2010), dengan laju pertumbuhan penduduk sebanyak 1,49%. Tingkat pertumbuhan

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 27 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI KOTA BANDUNG

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN KONSEP PERENCANAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) KALIORI SEBAGAI WISATA EDUKASI

BAB I PENDAHULUAN I- 1

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan jumlah penduduk di Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak di

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia maupun proses alam

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara, bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai sistem pengelolaan sampah di Pasar Dwikora kota Pematangsiantar. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena belum pernah dilakukan penelitian tentang sistem pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan yang bersih di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar, serta kondisi pasar masih buruk, seperti masih banyak sampah yang berserakan dan menimbulkan bau yang tidak sedap serta belum adanya sarana dan prasarana yang memadai dalam mengelola sampah. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2017, mulai dari pengambilan dan pengumpulan data serta mempelajari sistem pengelolaan sampahnya. 50

51 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh pedagang yang berjualan di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar yang berjumlah 2.099 orang. Pasar Dwikora memiliki 637 kios, 856 los, dan 7 balerong yang terdiri dari 606 lapak. 3.3.2. Sampel Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebagian dari populasi pedagang Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar. Teknik pengambilan sampel yang digunakan berdasarkan pada rumus Slovin(Notoatmodjo, 2002), sebagai patokan untuk menentukan ukuran sampel minimal yang harus diambil, yaitu: n Dimana: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (0,1) Sehingga : n n = 95,45 atau, n = 95 orang Sampel diambil dengan metode Stratified Random Sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel dimana populasi yang bersifat heterogen dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata) yang saling pisah tuntas dan dari setiap strata dapat diambil sampel secara acak. (Kasjono, 2009)

52 Menurut Sugiono (2000), karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata. Stratanya menurut kelompok pedagang. Dengan demikian masingmasing sampel untuk kelompok harus proporsional sesuai dengan populasi. Jadi jumlah sampelnya adalah sebagai berikut: Pedagang daging dan ikan = x 95 = 9.504 = 9 orang Pedagang sayur dan buah = x 95 = 28.513 = 29 orang Pedagang sembako = x 95 = 19.00 = 19 orang Pedagang pakaian baru dan bekas = x 95 = 9,504 = 9 orang Pedagang kosmetik = x 95 = 4.752 = 5 orang Pedagang alat rumah tangga = x 95 = 4,752 = 5 orang Pedagang emas = x 95 = 4,752 = 5 orang Pedagang jasa = x 95 = 4.752 = 5 orang Pedagang makanan = x 95 = 9,504 = 9 orang 3.3.3. Informan Dalam penelitian ini, penulis juga memperoleh data atau informasi dari Kepala Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar dengan menggunakan kuesioner. 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan melakukan wawancara dengan mempergunakan kuesioner kepada pedagang yang

53 berjualan di Pasar Dwikora, serta wawancara dengan PD Pasar Horas Jaya dan Dinas Lingkungan Hidup kota Pematangsiantar. 3.4.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari data yang ada di Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar serta instansi pemerintah yang berhubungan dengan penelitian ini. 3.5. Defenisi Operasional 1. Sistem pengelolaan sampah adalah seluruh kegiatan yang dimulai dari pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pembuangan sampah yang dilaksanakan di Pasar Dwikora yang dilakukan oleh petugas kebersihan dan pengelola pasar. 2. Jenis sampah adalah macam atau sifat sampah yang terbagi dua yaitu sampah organik dan anorganik yang dihasilkan pasar. 3. Perwadahan sampah adalah upaya yang dilakukan oleh pedagang di setiap kios/loods yang dimasukkan ke tempat sampah (ember sampah, tong, keranjang, kantung plastik). 4. Pengumpulan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petugas kebersihan pasar dengan mengumpulkan sampah dari setiap tempat sampah yang dimiliki pedagang maupun sampah yang berserakan kemudian membuang ke tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) sebelum diangkut/dibuang ke TPA.

54 5. Pengangkutan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petugas pengangkut sampah yang mengangkut sampah dari tempat pengumpulan sampah dan membawanya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) 6. Pembuangan dan pengolahan sampah adalah kegiatan pemusnahan atau pembuangan sampah di tempat penampungan akhir dan kemudian diolah di TPA. 7. Tenaga pengelola adalah orang yang khusus bekerja dalam mengelola sampah pasar. 8. Aspek kelembagaan adalah bentuk kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pengelola sampah pasar. 9. Aspek pembiayaan adalah biaya pengelolaan sampah pasar yang bersumber dari retribusi/jasa pelayanan berdasarkan Peraturan daerah/keputusan Kepala daerah. 10. Partisipasi pedagang adalah keikutsertaan pedagang dengan kesadaran sendiri dalam menjaga kebersihan lingkungan serta usaha keberhasilan pengelolaan sampah yang terdiri dari: penyediaan tempat sampah, pembuangan sampah, pembayaran retribusi, dan peraturan kebersihan. 11. Penyediaan tempat sampah adalah keikutsertaan pedagang dalam kepemilikan tempat sampah untuk menciptakan lingkungan pasar yang bersih 12. Pembuangan sampah adalah keikutsertaan pedagang dengan kesadaran sendiri dalam hal membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan lingkungan tempat berjualan.

55 13. Pembayaran retribusi adalah keikutsertaan pedagang dalam pembayaran iuran kebersihan pasar yang dikutip oleh pihak Pengelola Pasar. 14. Peraturan kebersihan adalah peraturan yang diterapkan oleh pihak pengelola pasar untuk menjaga kebersihan pasar. 15. Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat yaitu sampah tidak berserakan dimana-mana, tempat-tempat sampah tersedia dengan cukup, sampah yang terkumpul dibuang tepat pada waktunya dan tidak menjadi sarang lalat dan tempat berkembangbiaknya binatang pengganggu lainnya. 3.6 Aspek Pengukuran Aspek pengukuran berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden, yaitu pedagang di Pasar Dwikora yang berkaitan dengan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di pasar. 3.6.1 Observasi Sistem Pengelolaan Sampah Pasar a. Perwadahan sampah Untuk menilai penyimpanan sampah digunakan kriteria sebagai berikut: Memenuhi syarat : - Apabila tempat sampah yang dipakai kedap air, - Tidak mudah dilobangi tikus, rata bagian dalam/halus, - memiliki tutup, - mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan. Tidak memenuhi syarat : - Apabila tempat sampah yang dipakai tidak kedap air, - Mudah dilobangi tikus,

56 - Tidak mempunyai tutup, - Hanya berupa tumpukan biasa dan mudah berserakan b. Pengumpulan sampah Untuk menilai pengumpulan sampah digunakan kriteria sebagai berikut: Memenuhi syarat : - Apabila terdapat peralatan pengumpulan dan peralatan tidak bocor/rusak, - Frekuensi pengumpulan 1 hari sekali, - Mempunyai petugas pelaksana yang tetap, - Dibedakan tempat sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah membusuk, - Semua sampah terkumpul dari setiap kios/loods dan tidak ada sisa, - TPS mudah untuk memasukkan/mengosongkan sampah dan tidak mudah berserakan, - TPS dilengkapi tutup, - Jauh dari penjaja makanan, - TPS tidak terlalu penuh oleh sampah, sampah tidak berserakan, dan TPS tidak menimbulkan bau. Tidak memenuhi syarat : - Apabila tidak terdapat peralatan pengumpulan, peralatan bocor/rusak, - Frekuensi pengumpulan 3 hari sekali, - Tidak mempunyai petugas pelaksana yang tetap, - Tidak dibedakan tempat sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah membusuk,

57 - Banyak sampah yang tidak terkumpul dari kios/loods, - Hanya berupa tumpukan biasa, mudah berserakan, menyulitkan untuk mengangkut, - Dekat dengan penjaja makanan - Tumpukan sampah melebihi daya tampung TPS, sampah berserakan dan menimbulkan bau. c. Pengangkutan sampah Untuk menilai pengangkutan sampah digunakan kriteria sebagai berikut: Memenuhi syarat : - Apabila sampah yang ada di TPS terangkut habis semuanya setiap hari, - Frekuensi pengangkutan ke TPA 1 hari sekali, - Truk pengangkut sampah memiliki tutup Tidak memenuhi syarat : - Apabila sampah yang ada di TPS tidak terangkut habis semuanya setiap hari, - Frekuensi pengangkutan ke TPA 3 hari sekali, - Truk pengangkut sampah tidak memiliki tutup. d. Pembuangan dan pengolahan sampah Untuk menilai pengolahan sampah digunakan kriteria sebagai berikut: Memenuhi syarat : Apabila pengumpulan dan penumpukan sampah yang dijadikan bahan pupuk dan proses pematangan pupuk tidak merupakan tempat perindukan serangga dan binatang pengerat serta memperhatikan prinsip estetika

58 Tidak memenuhi syarat : Apabila pengumpulan dan penumpukan sampah yang dijadikan bahan pupuk dan proses pematangan pupuk terdapat tempat perindukan serangga dan binatang pengerat serta tidak memperhatikan prinsip estetika. 3.6.2. Partisipasi Pedagang Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur partisipasi pedagang di Pasar Dwikora adalah dengan menggunakan skala Guttman. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu : a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai 50% dari seluruh skor yang ada. b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50% dari skor yang ada. a. Penyediaan Tempat Sampah Untuk Penyediaan tempat sampah responden diukur dengan 6 pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut : - jika responden menjawab a, maka akan mendapatkan skor = 1; - jika responden menjawab b, maka akan mendapatkan skor = 0; Sehingga diperoleh skor tertinggi = 6. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai 50% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor 3. b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor yang < 3.

59 b. Pembuangan Sampah Untuk pembuangan sampah responden diukur dengan 5 pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut : - jika responden menjawab a, maka akan mendapatkan skor = 1; - jika responden menjawab b, maka akan mendapatkan skor = 0; Sehingga diperoleh skor tertinggi = 5. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut : a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai 50% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor 3. b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor yang < 3. c. Pembayaran Retribusi Kebersihan Untuk pembayaran retribusi kebersihan responden diukur dengan 2 pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut : - jika responden menjawab a, maka akan mendapatkan skor = 1; - jika responden menjawab b, maka akan mendapatkan skor = 0. Sehingga diperoleh skor tertinggi = 2. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut : a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai 50% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor 1. b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor yang < 1.

60 d. Peraturan Kebersihan Untuk peraturan kebersihan responden diukur dengan 4 pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut : - jika responden menjawab a, maka akan mendapatkan skor = 1; - jika responden menjawab b, maka akan mendapatkan skor = 0; Sehingga diperoleh skor tertinggi = 4. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut : a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai 50% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor 2. b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor yang < 2. 3.7 Analisis Data Analisa data dalam penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi yang selanjutnya akan dideskripsikan.

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Pasar Dwikora merupakan salah satu pasar terbesar yang ada di Kota Pematangsiantar selain Pasar Horas. Lokasi pasar terletak di sisi Jalan Patuan Anggi, sisi Jalan Patuan Nagari, sisi Jalan T. B. Simatupang, dan sisi Jalan Mufakat Kecamatan Siantar Utara Kota Pematangsiantar. Luas area Pasar Dwikora keselururannya adalah 26.600 m 2. Pada tanggal 20 Oktober 2014, terbentuklah Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya. Pasar Dwikora yang sebelumnya dikelola oleh Dinas Pasar Kota Pematangsiantar diserahkan menjadi aset P.D. Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar pada tanggal 19 Desember 2015. Bangunan pasar terdiri dari ruko, kios, los, dan bangunan hanya memiliki 1 (satu) tingkat lantai bangunan. Jumlah pedagang dalam Pasar Dwikora sebanyak 2.099 pedagang. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: Tabel 4.1. Kondisi Gedung di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun 2017 No. Tempat Berdagang Jumlah 1. Kios 637 2. Los 856 3. Balerong 606 Jumlah 2.099 4.2. Gambaran Pengelolaan Sampah di Pasar Dwikora 4.2.1. Jenis Sampah yang Dihasilkan Pasar Dwikora Sampah yang dihasilkan dari aktivitas pedagang dan pembeli di Pasar Dwikora dapat dikelompokkan menjadi sampah organik dan anorganik. 61

62 Berdasarkan jumlah sampah yang dihasilkan pasar setiap harinya, jumlah sampah organik lebih banyak apabila dibandingkan dengan jumlah sampah anorganik. Menurut asumsi dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar, jumlah sampah yang dihasilkan oleh Pasar Dwikora sebanyak 24m 3 dengan banyaknya sampah organik sekitar 70% dan sampah anorganik sekitar 30%. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makanan, sayuran, kulit buah, dan dedaunan. Sampah anorganik berasal dari botol-botol plastik, kaleng-kaleng, kaca, dan besi. 4.2.2. Aspek Kelembagaan Adapun tujuan dan maksud pendirian Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan lingkup usahanya. 2. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). 3. Turut serta melaksanakan pembangunan daerah dan menunjang kebijakan program pemerintah dalam pelayanan umum di bidang ekonomi. 4. Pembangunan di bidang pengelolaan pasar serta dibidang usaha barang dan jasa yang berkaitan dengan pengelolaan pasar dengan menerapkan prinsipprinsip manajemen perusahaan yang baik. 5. Memanfaatkan sumber daya dan asset yang dimiliki perusahaan daerah guna meningkatkan produktifitas barang dan jasa yang bermutu tinggi. 6. Memanfaatkan sumber daya local yang dihasilkan masyarakat kota Pematangsiantar dan hinterland-nya guna meningkatkan nilai tambah barang dan jasa.

63 Menurut Peraturan Walikota Nomor 8 tahun 2015, hirarki struktur organisasi dan tata kerja PD Pasar Horas Jaya adalah sebagai berikut: WALIKOTA BADAN PENGAWAS DIREKTUR UTAMA DIREKTUR PENGEMBANGAN DAN SDM DIREKTUR ADMINISTRASI DAN KEUANGAN DIREKTUR OPERASIONAL BAGIAN KEPEGAWAIAN BAG.PERENCANAAN & PENGEMBANGAN BAGIAN UMUM DAN HUMAS BAGIAN KEUANGAN BAGIAN USAHA BAG.KEAMANAN, KETERTIBAN, DAN KEBERSIHAN SUBBAG. ADM & PENGEMBANGAN SDM SUBBAG. PERENCANAAN SUBBAG. PENGADAAN & RUMAH TANGGA SUBBAG. ANGGARAN SUBBAG. PEMASARAN DAN PERIZINAN SUBBAG. KEMANAN DAN KETERTIBAN SUBBAG. PENGGAJIAN & KESEJAHTERAAN SUBBAG. PENGOLAHAN DATA DAN S.I. MANAJEMEN SUBBAG. HUKUM DAN HUMAS SUBBAG. AKUNTANSI, KAS, DAN PAJAK SUBBAG. ADMINISTRASI DAN PENAGIHAN SUBBAG. KEBERSIHAN KEPALA PASAR HORAS KEPALA PASAR DWIKORA SUBBAG. PERAWATAN/ PEMELIHARAAN Gambar 4.1. Struktur Organisasi PD Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar Hasil analisa kelayakan tahun 2014 menyatakan, untuk mencapai tujuan dan maksud diatas, Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar dapat melakukan kegiatan usaha sebagai berikut: a. Melakukan perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, dan/atau mengelola infrastruktur pasar dan fasilitas pendukung pasar. b. Melakukan pembinaan terhadap pedagang pasar.

64 c. Membantu menciptakan stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang dan jasa. d. Melakukan kerja sama dengan pihak ketiga yang bersifat membangun kepada para pihak. e. Melaksanakan upaya pemberdayaan pedagang pasar tradisional. f. Melakukan usaha perdagangan barang dan jasa professional berskala pasar semi modern dan modern. g. Melakukan usaha lain dan penyertaan modal pada badan usaha lain, yang tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan didirikannya Perusahaan Daerah. h. Perusahaan Daerah dapat mengembangkan usahanya dengaan membentuk cabang, unit-unit usaha dan perwakilan serta anak perusahaan yang berbentuk hukum Perseroan Terbatas(PT). Sub-bagian kebersihan memiliki tugas antara lain sebagai berikut: 1. Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Pasar menyangkut kebersihan di pasar. 2. Mewujudkan dan menjaga kebersihan lingkungan kantor, fasilitas pasar, dan aset perusahaan. 3. Melaksanakan kebersihan dan keindahan pasar dengan mengikutsertakan pedagang 4. Membuat registrasi buruh, supir dan angkutan sampah dan rekapitulasi gaji kernet truk kebersihan 5. Mengawasi pengangkutan sampah di seluruh pasar

65 6. Membuat laporan bulanan jadwal pengangkutan sampah, volume sampah serta kendala dalam melaksanakan pekerjaan pelayanan kebersihan kepada kepala bagian keamanan, ketertiban, dan kebersihan. 7. Memberi saran kepada atasan sesuai bidang tugasnya dan melaksanakan tugas lain yang diperintahkan kepala bagian.keamanan, ketertiban, dan kebersihan. 4.2.3. Aspek Pembiayaan Berdasarkan Keputusan Walikota Pematangsiantar Nomor 900/344/IV/WK-Tahun 2016 tentang Tarif Pelayanan Pasar pada PD Pasar Horas Jaya, maka PD Pasar Horas Jaya melakukan pemungutan atau penagihan kepada setiap pedagang yang berjualan di Pasar Dwikora setiap bulan. Adapun besaran biaya yang dibebankan kepada pedagang Pasar Dwikora adalah sebagai berikut: Tabel 4.3. Besaran Biaya Retribusi Bagi Pedagang di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun 2017 No. Jenis Kios/Los Nama Retribusi Bulanan (Rp) 1. Kelas I Kios (I-III, V, IX-XXI, 65.000 76/77, 78/79) Kios (IV, VI-VIII) 45.000 2. Kelas II Los (A-P) 60.000 Balerong (I-V, 76/77, 78/79, Pajak Ikan, GES, Ex Parkir) 4.2.4. Operasional Pengelolaan Sampah Pasar Dwikora 1. Penyimpanan Sampah 60.000 Pedagang di Pasar Dwikora sebagian besar tidak memiliki tempat penyimpanan sampah di masing - masing kios/los pedagang sehingga sampah terlihat berserakan di sekitar tempat berjualan. Pedagang yang tidak memiliki tempat penyimpanan sampah tersebut didominasi oleh pedagang sayur dan buah. Adapun jenis perwadahan yang dimiliki oleh pedagang di Pasar Dwikora berupa

66 keranjang sampah yang terbuat dari bambu, kardus, karung dan kantong plastik. Berikut gambaran kondisi tempat penyimpanan sampah yang dimiliki oleh pedagang di Pasar Dwikora: Tabel 4.2. Kondisi Tempat Penyimpanan Sampah yang dimiliki oleh Responden di Pasar Dwikora Tahun 2017 No. Tempat Penyimpanan Ya Tidak Jumlah Sampah N % N % n % 1. Mempunyai tempat penampungan 52 54,7 43 45,3 95 100 2. Telah memenuhi syarat kesehatan 0 0 95 100 95 100 3. Telah memisahkan sampah organik dan anorganik 0 0 95 100 95 100 Dalam penyediaan tempat penyimpanan sampah di masing- masing kios/los, pedagang diwajibkan menyediakan tempat penyimpanan sampahnya sendiri oleh pihak PD Pasar. PD Pasar telah memiliki Tempat Penampungan Sementara (TPS) sebanyak 1 truk Fuso (Dump Truck) dan Dinas Lingkungan Hidup menyediakan TPS sebanyak 1 kontainer. TPS milik PD Pasar berada pada sisi selatan pasar yakni di jalan T. B. Simatupang dan kontainer Dinas Lingkungan Hidup berada pada sisi utara pasar yakni Jalan Patuan Nagari dan pada sisi timur pasar yakni Jalan Mufakat. Ketiga kontainer tidak memiliki tutup atau terbuka. 2. Pengumpulan Sampah Sampah yang dihasilkan oleh pedagang kemudian dikumpulkan dengan cara mengumpulkannya pada tempat penyimpanan sampah yang ada di kios/los para pedagang. Sampah yang telah terkumpul tersebut akan dipindahkan oleh petugas kebersihan PD Pasar dengan mengangkutnya dari kios/los pedagang ke TPS yang ada di Pasar Dwikora. Petugas pengumpul sampah yang ada di Pasar

67 Dwikora berjumlah 21 orang. Alat yang digunakan petugas kebersihan berupa sapu lidi, pengki, dan keranjang bambu. Pemindahan sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan pasar sebanyak 2 kali dalam sehari. Waktu pengumpulan dibagi dalam 2 shift kerja, yakni pukul 06.00 14.00 dan pukul 14.00 18.00 WIB. 3. Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah dilakukan dengan cara mengangkut sampah dari TPS ke TPA. Pengangkutan sampah ini dikerjakan oleh petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar dan dibantu juga oleh petugas kebersihan PD Pasar. Frekuensi pengangkutan sampah dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari. Waktu pengangkutan dilakukan pada pukul 10.00 dan 18.00 WIB. Untuk lokasi di Pasar Dwikora, Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar mengoperasikan truk pengangkut sampah sebanyak 1 unit yaitu 1 truk Colt Diesel (arm-roll). Kapasitas dari truk besar (Fuso) mampu mengangkut sampah sebanyak 7 m 3 sedangkan truk sedang (Colt diesel) mampu mengangkut sampah sebanyak 5 m 3. Jumlah pengangkutan dari TPS ke TPA untuk wilayah Pasar Dwikora sebanyak 2 kali dalam sehari. Jumlah sampah yang dihasilkan dari aktivitas yang ada di Pasar Dwikora diasumsikan oleh Dinas Lingkungan Hidup berjumlah 24 m 3 per hari. 4. Pembuangan Sampah PD Pasar telah menyediakan bak permanen berukuran 2m x 1,5m untuk pemanfaatan kembali sampah organik menjadi pupuk kompos. Namun karena keterbatasan sumber daya, teknik pengomposan tidak dilaksanakan.

68 Sampah yang dihasilkan di Pasar Dwikora semuanya diangkut ke tempat penampungan akhir sampah (TPA). Kota Pematangsiantar memiliki TPA yang berada di wilayah Kelurahan Pondok Sayur Kecamatan Siantar Martoba. Adapun nama dari TPA ini adalah TPA Tanjung Pinggir. TPA Tanjung Pinggir memiliki luas ± 2 Ha. Pengolahan sampah di TPA Tanjung Pinggir menggunakan metode controlled landfill (penimbunan terkendali). Controlled landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki, dibuat barisan dan lapisan setiap harinya dan dipadatkan dengan menggunakan buldoser. Setelah sampah tersebut rata dan padat, timbunan sampah kemudian ditutup dengan tanah setiap 5-7 hari. Namun, dikarenakan oleh keterbatasan biaya, penutupan sampah dengan tanah hanya dilakukan sekali dalam sebulan. Petugas Operasional yang bekerja di TPA berjumlah 9 orang. Adapun tugas dari masing-masing petugas adalah sebagai berikut: 2 orang bertugas sebagai operator, 6 orang petugas kebersihan (menyapu, membersihkan peralatan, mencatat truk yang masuk), dan 1 orang jaga malam. 4.3. Karakteristik Responden di Pasar Dwikora Berdasarkan tabel 4.7 di bawah dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 60 orang (63,2%). Pada umumnya responden berumur lebih dari 35 tahun yaitu sebanyak 74 orang (77,9%). Pendidikan responden sebagian besar tamat SMA sebanyak 60 orang (63,2%). Sebagian besar pedagang sudah berdagang selama 6 15 tahun yaitu

69 sebanyak 28 orang(29,5%). Jenis dagangan yang dijual oleh pedagang sebagian besar adalah sayur dan buah yaitu sebanyak 29 orang (30,5%). Tabel 4.4. Karakteristik Responden di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun 2017 No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Jenis Kelamin 1. Laki-Laki 35 36,8 2. Perempuan 60 63,2 Umur (Tahun) 1. < 15 Tahun 1 1.1 2. 15-24 Tahun 7 7.4 3. 25-34 Tahun 13 12.6 4. > 35 Tahun 74 77.9 Pendidikan 1. SD 10 10.5 2. SMP 12 12.6 3. SMA 60 63.2 4. PT 13 13.7 Lama Berdagang 1. < 5 Tahun 27 28.4 2. 6-15 Tahun 28 29.5 3. 16-25 Tahun 20 21.1 4. > 25 Tahun 20 21.1 Jenis Dagangan 1. Daging dan ikan 9 9.5 2. Sayur dan buah 29 30.5 3. Sembako 19 20.0 4. pakain baru dan bekas 9 9.5 5. Kosmetik 5 5.3 6. Alat rumah tangga 5 5.3 7. Emas 5 5.3 8. Jasa 5 5.3 9. Makanan 9 9.5

70 4.4. Partisipasi pedagang Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para pedagang maka partisipasi yang dilakukan pedagang dalam menciptakan lingkungan bersih di Pasar Dwikora dapat dilihat secara rinci yang disajikan dalam bentuk tabel. 4.4.1. Partisipasi Pedagang Tentang Penyediaan Tempat Sampah Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para pedagang tentang Penyediaan Tempat Sampah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5. Hasil wawancara partisipasi pedagang tentang penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora No. Penyediaan Tempat Sampah Jumlah Persen (Pedagang) (%) 1. Memiliki Tempat Sampah a. Ya 52 54,7 b. Tidak 43 45,3 2. Meletakkan tempat sampah a. Di kios/los pedagang, WC, mushala 70 73,7 b. Tidak Tahu 25 26,3 3. Memiliki peralatan kebersihan a. Ya 87 91,6 b. Tidak 8 8,4 4. Pedagang wajib menyediakan tempat sampah sendiri a. Ya 72 75,8 b. Tidak 23 24,2 5. Tindakan jika pedagang lain tidak memiliki tempat sampah a. Menegur dan mengajak menyediakan tempat sampah 12 12,6 b. Membiarkan 83 87,4

71 Lanjutan Tabel 4.5. 6. Tindakan jika tempat sampah penuh a. Membuang ke TPS 11 11,6 b. Menunggu Petugas 84 88,4 Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa ada 52 pedagang (54,7%) mempunyai tempat sampah dan 43 pedagang (45,3%) tidak mempunyai tempat sampah. Pendapat pedagang tentang letak tempat sampah seharusnya di setiap kios/los pedagang, WC umum dan mushala ada 70 pedagang (73,7%) dan yang menjawab tidak tahu ada 25 pedagang (26,3%). Pedagang yang memiliki peralatan kebersihan ada sebanyak 87 pedagang (91,6%) dan yang tidak memiliki peralatan kebersihan sebanyak 8 pedagang (8,4%). Pedagang yang setuju dengan peraturan bahwa pedagang wajib menyediakan tempat sampah sendiri ada sebanyak 72 pedagang (75,8%) dan yang tidak setuju ada sebanyak 23 pedagang (24,2%). Tindakan menegur dan mengajak menyediakan tempat sampah jika pedagang lain tidak memiliki tempat sampah ada sebanyak 12 pedagang (12,6%) dan yang memilih membiarkannya ada 83 pedagang (87,4). Tindakan membuang sampah ke TPS jika tempat sampah penuh ada sebanyak 11 pedagang dan yang memilih untuk menunggu petugas menjemput sampah ada sebanyak 84 pedagang (88,4%). Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar Dwikora dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:

72 Tabel 4.6. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan penyediaan tempat sampah di pasar Dwikora No. Partisipasi Penyediaan Tempat Jumlah Sampah (Pedagang) Persen (%) 1. Baik 45 47,4 2. Kurang Baik 50 52,6 Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora berada pada kategori baik yaitu 45 orang (47,4%), kategori kurang baik yaitu 50 orang (52,6%). Secara keseluruhan partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar Dwikora berada pada kategori kurang baik. 4.4.2. Partisipasi Pedagang Tentang Pembuangan Sampah Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para pedagang tentang pembuangan sampah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7. Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang pembuangan sampah di Pasar Dwikora No. Pembuangan Sampah Jumlah (Pedagang) Persen (%) 1. Membersihkan kios sebelum dan sesudah berjualan setiap hari a. Ya 89 93,7 b. Tidak 6 6,3 2. Membuang sampah selalu di tempat sampah a. Selalu 56 58,9 b. Sering/kadang-kadang 39 41,1 3. Sikap jika melihat orang membuang sampah sembarang tempat a. Menegur langsung 19 20,0 b. Diam saja 76 80,0

73 Lanjutan Tabel 4.7. 4. Jika tidak memiliki tempat sampah, dimana membuang sampah a. Mengumpulkan di sudut kios 40 42,1 b. Sembarang tempat 55 57,9 5. Usaha membantu menjaga kebersihan lingkungan pasar a. Menjaga dan tidak membuang sampah di sembarang tempat 48 50,5 b. Membayar retribusi kebersihan tepat waktu 47 49,5 Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, pedagang yang selalu membersihkan kios sebelum dan sesudah berdagang setiap hari ada sebanyak 89 pedagang (93,7%) dan yang tidak sebanyak 6 pedagang (6,3%). Dalam hal kebiasaan membuang sampah ke tempat sampah, pedagang yang selalu pada tempatnya ada 56 pedagang (58,9%) dan yang sering/kadang-kadang ada sebanyak 39 pedagang (41,1%). Jika ada orang yang membuang sampah di sembarang tempat sikap responden ada 19 pedagang (20%) menegur langsung dan ada 76 orang (80%) diam saja. Jika tidak ada tempat sampah, ada 40 orang responden (42,1%) mengumpulkan di sudut kios dan ada 55 orang (57,9%) membuang sampahnya di sembarangan tempat. Usaha yang dilakukan pedagang untuk membantu pihak pasar menjaga kebersihan dengan cara menjaga dan tidak membuang sampah di sembarang tempat ada 48 orang (50,5%) dan ada 47 orang (49,5%) memilih membayar retribusi kebersihan tepat waktu. Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:

74 Tabel 4.8. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan pembuangan sampah di Pasar Dwikora No. Partisipasi Pembuangan Jumlah Sampah (Pedagang) Persen (%) 1. Baik 46 48,4 2. Kurang Baik 49 51,6 Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora berada pada kategori baik yaitu 46 orang (48,4%) dan kategori kurang baik yaitu 49 orang (51,6%). Secara keseluruhan partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar Dwikora berada pada kategori kurang baik. 4.4.3. Partisipasi Pedagang Tentang Pembayaran Retribusi Sampah Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para pedagang tentang pembayaran retribusi sampah dapat diketahui sebagai berikut : Tabel 4.9. Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang Pembayaran Retribusi Sampah di Pasar Dwikora. No. Pembuangan Sampah Jumlah (Pedagang) Persen (%) 1. Pengangkutan sampah dari kios a. Ada 95 100 b. Tidak 0 0 2. Membayar retribusi untuk pengelolaan sampah a. Ya 89 93,7 b. Tidak 6 6,3 Dari Tabel 4.9 di atas, 95 pedagang (100%) mengetahui bahwa sampah dari setiap kios diangkut setiap hari oleh petuga skebersihan sampah. Jumlah pedagang yang membayar retribusi sebanyak 89 orang (93,7%) dan yang tidak membayar retribusi sebanyak 6 orang (6,3%).

75 Partisipasi pedagang dalam pembayaran retribusi di Pasar Dwikora dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini: Tabel 4.10. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan pembayaran retribusi di Pasar Dwikora No. Partisipasi Pembuangan Jumlah Sampah (Pedagang) Persen (%) 1. Baik 95 100 2. Kurang Baik 0 0 Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar Dwikora berada pada kategori baik. 4.4.4. Partisipasi Pedagang Tentang Peraturan Kebersihan Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para pedagang tentang peraturan kebersihan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11. Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang peraturan kebersihan di Pasar Dwikora. No. Peraturan Kebersihan Jumlah (Pedagang) Persen (%) 1. Ada atau tidak peraturan kebersihan Pasar a. Ada 79 83,2 b. Tidak 16 16,8 2. Mengetahui isi peraturan kebersihan Pasar a. Tahu 67 70,5 b. Tidak Tahu 28 29,5 3. Sikap terhadap peraturan kebersihan Pasar a. Mematuhi dan bersedia dikenakan sanksi jika melanggar 59 62,1 b. Tidak Tahu 36 37,9

76 Lanjutan Tabel 4.11. 4. Petugas pasar menyampaikan informasi menjaga kebersihan a. Pernah 76 80,0 b. Tidak Pernah 19 20,0 Berdasarkan Tabel 4.10. diatas dapat diketahui bahwa 79 pedagang (83,2%) mengatakan ada peraturan kebersihan yang diterapkan pihak pengelola pasar dan 16 pedagang (16,8%) mengatakan tidak ada peraturan kebersihan di pasar. Pedagang yang mengetahui isi peraturan kebersihan ada sebanyak 67 pedagang (70,5%) dan yang tidak mengetahui ada sebanyak 28 pedagang (29,5%). Jika ada peraturan kebersihan ada 59 pedagang (62,1%) akan mematuhi peraturan dan 36 pedagang (37,9%) menjawab tidak ada. Hasil wawancara dari 95 orang pedagang, ada 76 orang (80,0%) yang pernah mendapat informasi tentang kebersihan pasar dan 19 pedagang (20,0%) tidak pernah mendapatkan informasi tentang kebersihan pasar. Partisipasi pedagang dalam Peraturan kebersihan di Pasar Dwikora dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini: Tabel 4.12. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan peraturan kebersihan di Pasar Dwikora No. Partisipasi Peraturan Jumlah Kebersihan (Pedagang) Persen (%) 1. Baik 71 74,7 2. Kurang Baik 24 25,3 Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan di Pasar Dwikora berada pada kategori baik yaitu 71 orang (74,7%) dan kategori kurang baik yaitu 24 orang (25,3%). Secara

77 keseluruhan partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan di Pasar Dwikora berada pada kategori baik.

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Sampah di Pasar Dwikora 5.1.1. Jenis Sampah yang Dihasilkan Pasar Dwikora Sampah Pasar Dwikora dapat dikelompokkan menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik lebih banyak dihasilkan dibandingkan dengan jumlah sampah anorganik karena sebagian besar pedagang didominasi oleh pedagang sayur dan buah. Di Pasar Dwikora pemilahan antara sampah organik dan anorganik belum dilakukan oleh pedagang. Pengelolaan sampah yang baik harus sesuai dengan syarat kesehatan, yaitu memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk kompos dan makanan ternak, dan sampah anorganik dapat dimanfaat kembali dengan melakukan proses daur ulang. Menurut SNI 3242-2008 Pengelolaan sampah di TPS dapat dilakukan dengan memilah sampah organik dan anorganik, melakukan pengomposan sampah organik skala lingkungan, memilah sampah anorganik sesuai jenisnya yaitu: sampah anorganik yang dapat didaur ulang, misalnya membuat barang kerajinan dari sampah, membuat kertas daur ulang. Sampah anorganik yang dapat dijual seperti kertas, kardus, plastik, gelas/kaca, logam, dan lainnya dikemas sesuai jenisnya. Apabila PD Pasar Horas Jaya bersama pedagang melakukan pengelolaan sampah organik dan anorganik tersebut di Pasar Dwikora, maka akan mengurangi volume sampah pasar dan akan mendapatkan keuntungan dari pemanfaatan kembali sampah-sampah yang dihasilkan di pasar. 78

79 5.1.2. Aspek Kelembagaan Kondisi saat ini PD Pasar telah menjalankan kegiatan pelayanan kebersihan di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar. Berdasarkan struktur organisasinya, PD Pasar memiliki sub-bagian kebersihan yang di bawahi oleh bidang keamanan, ketertiban, dan kebersihan. Dengan adanya seksi kebersihan ini, diharapkan mampu untuk menangani masalah sampah yang ada di Pasar Dwikora. Terbaginya bidang keamanan, ketertiban, dan kebersihan menjadi sub-bagian kebersihan dinilai sudah tepat. Pembagian ini akan memudahkan PD Pasar Horas Jaya dalam membagi pekerjaan bagi petugas-petugasnya. 5.1.3. Aspek Pembiayaan Retribusi persampahan/kebersihan pelaksanaannya dikelola oleh PD Pasar Horas Jaya membeban biaya retribusi dengan melihat jenis kios/los dan mengukurnya dari luas kios/los pedagang sehingga terdapat variasi besaran retribusi kebersihan bagi masing-masing pedagang. Retribusi bulanan berkisar antara Rp 45.000,00 hingga Rp 65.000,00/bulan. Dalam retribusi ini sudah termasuk biaya kebersihan, jaga malam, dan biaya operasional lainnya. Retribusi yang dikumpulkan oleh PD pasar diharapkan sudah mampu dalam menyediakan sarana yang memadai dalam sistem pengelolaan sampah sehingga pedagang merasa puas dengan besaran retribusi yang dibayarkan. Dana retribusi sampah yang terkumpul akan digunakan oleh Dinas Pasar untuk mendukung biaya operasional sampah pasar. Dana tersebut dapat digunakan

80 untuk membayar upah petugas pengangkut sampah, biaya transportasi truk, pengadaan fasilitas pengelolaan persampahan seperti TPS dalam rangka menunjang kegiatan pengelolaan persampahan dan penyediaan peralatan kebersihan. 5.1.4. Operasional Pengelolaan Sampah Pasar Dwikora 1. Pewadahan Sampah Perwadahan sampah adalah upaya yang dilakukan oleh pedagang di setiap kios/loods yang dimasukkan ke tempat sampah (ember sampah, tong, keranjang, kantung plastik). Pewadahan sampah merupakan faktor yang sangat penting dalam kelancaran pelayanan dan merupakan tahap awal yang terkait langsung dengan sumber sampah. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pedagang di Pasar Dwikora belum memiliki tempat penyimpanan sampah yang memenuhi syarat kesehatan. Tempat penyimpanan sampah yang dimiliki oleh pedagang terbuat dari bambu, kardus, karung dan kantong plastik. Menurut Chandra (2007) tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persyaratan seperti berikut ini: konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor, memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan, dan ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang. Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang ada di Pasar Dwikora berjumlah 1 unit truk Fuso (Dump truck) dan 1 kontainer. Jumlah TPS saat ini masih kurang dalam menampung sampah. Menurut hasil pengamatan di lapangan, petugas kebersihan juga menjadikan bahu Jalan Patuan Anggi tanpa wadah sebagai TPS sebelum diangkut ke truk sampah. Hal ini menyebabkan kemacetan dan mengganggu

81 estetika karena bau tidak sedap. Menurut SNI No. 19-2454-2002, penyimpanan sampah komunal sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber sampah, tidak mengganggu pemakai jalan, di luar jalur lalu lintas, di ujung gang kecil, di sekitar taman dan pusat keramaian dan ditempatkan jarak antar wadah sampah. Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang ada di Pasar Dwikora dalam kondisi kurang baik. Semua TPS tersebut terlihat tidak memiliki tutup, dan belum membedakan penyimpanan antara sampah organik dan anorganik. Akibatnya, sampah terlihat berserakan disekitar TPS tersebut. Penangananan sampah yang kurang baik dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan. Menurut Slamet (2009), pengaruh sampah terhadap kesehatan memberikan efek langsung dan tidak langsung. Efek langsung bagi kesehatan disebabkan oleh sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sementara efek tidak langsung terjadi karena tercemarnya air, tanah, dan udara akibat mikroba patogen, logam berat, dan zat lainnya yang berbahaya. 2. Pengumpulan Sampah Pengumpulan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petugas kebersihan pasar dengan mengumpulkan sampah dari setiap tempat sampah yang dimiliki pedagang maupun sampah yang berserakan kemudian membuang ke tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) sebelum diangkut/dibuang ke TPA. Proses pengumpulan sampah di Pasar Dwikora dilakukan oleh pedagang dengan mengumpulkannya pada tempat penyimpanan sampah di kios/los masing-masing. Sampah yang terkumpul akan dipindahkan

82 oleh petugas kebersihan pasar dengan mengangkut sampah tersebut ke TPS. Pengumpulan sampah yang dilakukan saat ini menggunakan keranjang bambu membuat petugas kebersihan sulit dalam bekerja. Jika PD Pasar menyediakan gerobak sampah, petugas akan lebih mudah mengangkut sampah sehingga pengumpulan lebih efektif dan efisien. Petugas pengumpul sampah yang ada di Pasar Dwikora berjumlah 19 orang. Jumlah petugas pengangkut sampah sebanyak 19 orang dinilai masih kurang mampu untuk mengangkut sampah yang ada di Pasar Dwikora karena mengingat luas cakupan wilayah sebesar 26.600 m 2. 3. Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petugas pengangkut sampah yang mengangkut sampah dari tempat pengumpulan sampah dan membawanya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Untuk mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara (TPS) ke tempat pembuangan akhir (TPA), menggunakan truk diantaranya jenis dump truck dan arm roll truck. Pengangkutan sampah merupakan faktor yang perlu dilakukan sebagai upaya pemindahan sampah dari sumber agar tidak mengganggu lingkungan akibat pencemaran yang ditimbulkan dari proses pembusukannya. Pada daerah yang berilkim tropis seperti Indonesia dituntut frekuensi pengangkutan yang lebih sering karena proses pembusukan sampah lebih cepat terjadi (Tchobanoglous, 1993). Frekuensi pengangkutan sampah pengangkutan sampah di Pasar Dwikora sebanyak 2 kali pengangkutan dengan menggunakan 2 unit truk pengangkut sampah. Frekuensi pengangkutan sampah dilakukan sesuai dengan jumlah sampah

83 yang dihasilkan di Pasar Dwikora. Hal ini sesuai dengan SNI 3242-2008 yang menyatakan bahwa pengangkutan dari TPS atau TPS terpadu atau wadah komunal ke TPA frekuensinya dilakukan sesuai dengan jumlah sampah yang ada. Waktu pengangkutan sampah di Pasar Dwikora dilakukan pada pukul 10.00 dan 18.00 WIB. Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar berasumsi bahwa jumlah sampah yang dihasilkan di Pasar Dwikora berjumlah 24m 3. 4. Pembuangan Sampah Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang untuk dimusnahkan. Sampah yang dihasilkan di Pasar Dwikora akan diangkut ke tempat penampungan akhir sampah (TPA). TPA Kota Pematangsiantar berada di wilayah Kelurahan Pondok Sayur Kecamatan Siantar Martoba. Jarak TPA dengan lokasi pemukiman penduduk sekitar 2,5 Km. Menurut Azwar (1990), jarak TPA yang sering dipakai sebagai pedoman adalah sekitar 2 Km dari pemukiman penduduk, sekitar 15 km dari laut serta sekitar 200 m dari sumber air bersih. Dapat disimpulkan bahwa TPA Tanjung Pinggir Kota Pematangsiantar telah memenuhi syarat sebagai lokasi tempat pembuangan akhir sampah karena jaraknya dengan pemukiman penduduk > 2,0 km. Teknologi pengolahan sampah di TPA Tanjung Pinggir menggunakan metode controlled landfill (penimbunan terkendali). Sebelumnya Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar menggunakan metode open dumping. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan

84 sampah sejenis sampah rumah tangga pasal 22, menyatakan bahwa pemrosesan akhir sampah dilakukan dengan: metode lahan urug terkendali, metode lahan urug saniter dan teknologi ramah lingkungan, maka Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar saat ini telah menggunakan metode controlled landfill (Penimbunan terkendali). Metode lahan urug terkendali (controlled landfill) yaitu metode pengurugan di areal pengurugan sampah, dengan cara dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup sekurang-kurangnya setiap tujuh hari. (PP RI No. 81 Tahun 2012). 5.2. Partisipasi Pedagang 5.2.1 Partisipasi Pedagang Tentang Penyediaan Tempat Sampah Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada 45,3% pedagang yang tidak mempunyai tempat sampah. Pedagang yang tidak memiliki tempat sampah sebagian besar adalah pedagang pakaian baju baru dan bekas. Pedagang beralasan tidak mempunyai tempat sampah karena mereka tidak menghasilkan sampah sebanyak pedagang sayur dan buah sehingga bisa dibuang di depan kios dan menunggu petugas kebersihan mengangkut sampah. Hal ini akan memperbesar biaya retribusi sampah. Menurut penelitian Gultom (2003) mengenai sistem pengelolaan sampah di Pusat Pasar Pemko Medan, menyatakan bahwa 38,6% tidak memiliki tempat sampah sehingga mempersulit jalannya upaya pengumpulan dan tenaga penyapu yang banyak menyebabkan biaya pengelolaan sampah akan ikut naik dan besar. Pihak pengelola pasar juga tidak menyediakan tempat sampah di lorong-lorong pasar untuk mempermudah pedagang dan pembeli dalam membuang sampah. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI

85 No. 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat, setiap kios/los/lorong tersedia tempat sampah basah dan kering. Berdasarkan hasil penelitian ada 54,7% pedagang yang mempunyai tempat sampah, seluruhnya disediakan sendiri oleh pedagang. Pada umumnya bentuk tempat sampah pedagang di Pasar Dwikora adalah keranjang bambu, kardus, karung, dan kantong plastik. Semua tempat sampah yang dimiliki oleh pedagang tidak memenuhi syarat kesehatan karena tidak kedap air, tidak kuat, dan tidak tertutup. Menurut Aswar (1996) syarat tempat sampah adalah kontruksi yang kuat dan tidak mudah bocor untuk mencegah sampah berserakan, mudah diangkat, memiliki tutup untuk mencegah agar sampah tidak menjadi sarang serangga dan binatang pengerat seperti tikus. Tempat sampah yang dimiliki pedagang seluruhnya tidak di pisahkan antara sampah yang mudah membusuk dengan sampah yang tidak mudah membusuk. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi dari pihak pasar tentang pengelolaan sampah. Menurut SNI 19-2454-2002 perwadahan sampah dapat di bagi menjadi sampah organik, anorganik dan sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga. Pemisahan sampah bertujuan untuk mempermudah dalam pemusnahannya, (Candra, 2007). Menurut hasil penelitian, 91,6% pedagang sudah memiliki peralatan kebersihan untuk membersihkan kios masing-masing. Sebanyak 87,4% pedagang memilih diam saja jika melihat pedagang lain tidak memiliki tempat sampah. Hal ini disebabkan karena apabila di tegur maka akan terjadi perselisihan paham.

86 Sebesar 88,4% pedagang lebih memilih menunggu petugas kebersihan menjemput sampah jika tempat sampah mereka sudah penuh. Secara umum, partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah dalam kategori kurang baik. Sebaiknya PD pasar dapat segera melakukan intervensi terhadap permasalahan ini. Menurut Chandra (2007), pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat atau tikus dan estetika lingkungan menjadi kurang dipandang mata. 5.2.2 Partisipasi Pedagang Tentang Pembuangan Sampah Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis sampah yang paling banyak dibuang pedagang adalah sampah organik. Pedagang yang mempunyai tempat sampah sering membuang sampah ke tempat sampah, sedangkan pedagang yang tidak mempunyai tempat sampah mereka (45,3%) membuang sampahnya di sembarangan tempat karena mereka menganggap sudah biasa dan akan ada petugas kebersihan pasar yang membersihkannya setiap hari. Sikap pedagang jika melihat ada yang membuang sampah di sembarang tempat 80,0% diam saja. Hal ini disebabkan karena apabila di tegur maka akan terjadi pertengkaran dan pembeli tidak akan singgah membeli barang dagangan pedagang. Dalam hal ini pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah masih kurang. Menurut penelitian Siahaan (2013) mengenai analisa sistem pengelolaan sampah dan perilaku pedagang di Pasar Horas Kota Pematangsiantar menyatakan bahwa faktor pendukung seperti pendidikan dan sarana pengelolaan sampah merupakan faktor

87 pendukung yang memungkinkan responden masih membuang sampah sembarangan. Secara umum, partisipasi pedagang dalam pembuangan sampah pada kategori kurang baik (48,4%). Dengan upaya mewajibkan pedagang harus memiliki tempat sampah dan edukasi tentang pengelolaan sampah yang baik diharapkan dapat meningkatkan partisipasi pedagang dalam pembuangan sampah sehingga terwujud Pasar Dwikora yang bersih. 5.2.3 Partisipasi Pedagang Tentang Pembayaran Retribusi Sampah Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 93,7% dari pedagang membayar retribusi untuk kebersihan pasar, hal ini menunjukkan bahwa tugas PD Pasar dalam pengutipan retribusi sudah baik. Sebanyak 100% pedagang mengatakan bahwa sampah yang mereka hasilkan setiap hari diangkut oleh petugas kebersihan pasar. Secara umum partisipasi pedagang dalam pembayaran retribusi dalam kategori baik. PD Pasar harus lebih tegas kepada pedagang yang tidak membayar retribusi agar pelaksanaan system pengelolaan sampah di Pasar Dwikora dapat berjalan dengan baik. Menurut Santi (2009) retribusi pelayanan persampahan/kebersihan sebagai salah satu jenis retribusi jasa umum dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga masyarakat akan merasakan manfaatnya dan tentunya didukung dengan kesadaran yang tinggi. 5.2.4 Partisipasi Pedagang Tentang Peraturan Kebersihan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 83,2% pedagang mengetahui adanya tentang peraturan kebersihan dan 70,5% mengetahui isi dari peraturan

88 tersebut. Pedagang yang tidak mengetahui adanya peraturan kebersihan sebagian besar berada pada sisi utara Pasar Dwikora karena lokasi yang jauh dari sumber suara mikrofon dan terdengar hanya samar-samar. Pihak pengelola pasar tidak ada menerapkan peraturan kebersihan secara tertulis. Peraturan kebersihan di Pasar Dwikora hanya disampaikan secara lisan melalui mikrofon dari dinas pasar dan tidak ada sanksi yang diberikan pihak pengelola pasar jika melanggarnya. Hal ini menyebabkan para pedagang tetap tidak membuang sampah pada tempat sampah dan membuang sampah di sembarang tempat sehingga dapat mencemari lingkungan dan menyulitkan pembeli dalam berbelanja. Hal ini didukung oleh penelitian Daulay (2012) mengenai pelaksanaan pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di basement Pasar Petisah Kota Medan menyatakan peraturan kebersihan di pasar petisah hanya disampaikan secara lisan dan tanpa ada sanksi yang diberikan pihak pengelola pasar. Hal ini menunjukkan karena tidak adanya peraturan secara tertulis dan sanksi dari pihak pasar maka para pedagang membuang sampah tidak pada tempat sampah dan hanya menumpuk sampah tersebut di depan kiosnya hal ini dapat menjadi sarang vektor dan mengganggu estetika. Menurut Sarudji (2010), sampah baik bentuk maupun baunya sudah menimbulkan kesan tidak estetis dan terdapatnya onggokan sampah yang terkesan tidak terkelola dengan baik akan memberikan nilai negatif bukan hanya ditilik dari segi estetika, melainkan menjurus kepada kepribadian masyarakat yang bersangkutan. Pengelola Pasar Dwikora tidak pernah melakukan penyuluhan tentang kebersihan dan informasi tentang pengelolaan sampah kepada pedagang.

89 Secara umum, partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan dalam kategori baik (74,7%). PD pasar dapat meningkatkan pengetahuan pedagang tentang peraturan dan sistem pengelolaan sampah pasar dengan edukasi. Menurut Zulkarnaini (2009) Dalam pelaksanaan sebuah kegiatan perlu adanya bimbingan dan penyuluhan kepada anggota masyarakat untuk memahami seluk beluk sebuah perencanaan pembangunan. Untuk memudahkan suatu program berjalan dengan baik ada beberapa sarana media yang bisa dikerjakan, salah satunya adalah dengan pembuatan pamflet dan leaflet yang disebarkan dengan sebaiknya. Pemberian informasi kepada pedagang dapat mempermudah dalam mengelola sampah Pasar Dwikora dan menambah wawasan pedagang tentang kebersihan lingkungan. 5.3. Sistem Pengelolaan Sampah yang Disarankan di Pasar Dwikora Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengelolaan sampah yang terdiri dari sistem perwadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, dan pemusnahan/pengolahan sampah di Pasar Dwikora belum memenuhi syarat kesehatan. Kondisi di lapangan ini sejalan dengan hasil penelitian kepada responden yang meyatakan bahwa partisipasi pedagang tentang penyediaan tempat sampah dan pembuangan sampah berada dalam kategori kurang baik sehingga banyak sampah yang berserakan di lingkungan pasar. Dapat dikatakan bahwa sebanyak 45,3% pedagang yang tidak memiliki tempat sampah melakukan pembuangan sampah di sembarangan tempat. Berdasarkan analisa dari peneliti, titik permasalahannya ada pada pewadahan sampah. Telah ada regulasi yang mengatur pengelolaan sampah yaitu pada UU No. 18 Tahun 2008 yang