Bab 10. MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika

dokumen-dokumen yang mirip
Minggu 13. MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika

Bab 11 Agent-Based Model. MA 2151 Simulasi dan Komputasi Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN :

Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2)

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB II TEORI DASAR. yang cukup banyak mendapatkan perhatian adalah porositas yang

BAB IV HASIL YANG DIPEROLEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Bab II Pemodelan. Gambar 2.1: Pembuluh Darah. (Sumber:

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA. Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APLIKASI METODE CELLULAR AUTOMATA UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TEMPERATUR KONDISI TUNAK

ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemanasan tersebut akan timbul suatu masalah apabila daerah yang dipanaskan

c. Suhu atau Temperatur

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PEMBUATAN MODEL BATUAN DAN PERHITUNGAN BESARAN FISIS MODEL. 3.1 Pengujian Model dengan Menggunakan Metode Selular Automata

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

STUDI MODEL NUMERIK KONDUKSI PANAS LEMPENG BAJA SILINDRIS YANG BERINTERAKSI DENGAN LASER NOVAN TOVANI G

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

MAKALAH PEMODELAN ALIRAN LAVA BERDASARKAN PADA CELLULAR AUTOMATA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan

BAB 2 LANDASAN TEORI

2. TINJAUAN PUSTAKA. Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 PENANGANAN JARINGAN KOMUNIKASI MULTIHOP TERKONFIGURASI SENDIRI UNTUK PAIRFORM-COMMUNICATION

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI METODE ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK PEMILIHAN FITUR PADA KATEGORISASI DOKUMEN TEKS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Fisika Dasar I (FI-321)

SOAL REMEDIAL KELAS XI IPA. Dikumpul paling lambat Kamis, 20 Desember 2012

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Heat and the Second Law of Thermodynamics

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

1. Suhu dan Termometer. Suhu ukuran/derajat panas dinginnya suatu benda atau energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul2 suatu benda.

Reaksi kimia. Lambang-lambang yang digunakan dalam persamaan reaksi, antara lain:

ANALISIS PENGALOKASIAN KANAL PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING

PENENTUAN WAKTU TINGGAL OPTIMUM PASTEURISASI SUSU DENGAN PLATE HEAT EXCHANGER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB II LANDASAN TEORI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

Junior High School. Carbon Neutrality

MATERI, ENERGI DAN GELOMBANG. Konsep Dasar IPA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR

Pemodelan Numerik Reaksi Enzimatik Imobilisasi

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf

LAPORAN PRAKTIKUM KONVEKSI PADA ZAT CAIR

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini PT Pupuk Sriwijaya memiliki 4 pabrik yaitu Pusri IB

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius

BAB 2 LANDASAN TEORI

SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

Konsep Dasar Pendinginan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Transkripsi:

Bab 10 MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika

10.2 Difusi

Difusi Panas Energi panas ditransfer oleh konduksi panas di dalam atau antar objek di mana terdapat perbedaan suhu. Partikel atau kelompok partikel dengan suhu yang lebih tinggi (lebih banyak energi kinetik) mentransfer sebagian dari energi mereka ke partikel dengan suhu yang lebih rendah (lebih sedikit energi kinetik) pada saat terjadi tabrakan. Ini disebut difusi energi. Akan dibangun model untuk difusi panas melalui lempengan logam yang tipis (Cunningham 2007).

Asumsi Beberapa simplifikasi: Suhu logam ditentukan oleh suhu pada lapisan atas logam, sehingga lempengan dapat dimodelkan secara 2 dimensi. Lempengan berada pada ruangan di mana lingkungan di sekitar lempengan memiliki suhu yang sama dengan lempengan tersebut. Suhu berdifusi di dalam lempengan, tetapi keadaan di luar lempengan tidak mempengaruhi suhu.

Inisialisasi Kita dapat menginisialisasi setiap sel dengan suhu lingkungan (ambient), misalkan AMBIENT = 25 C, kecuali untuk sel-sel panas dan dingin, misalkan HOT = 50 C and COLD = 0 C.

Inisialisasi (2)

Inisialisasi (3)

Ketetanggaan Ketetanggaan von Neumann Ketetanggaan Moore

Model Model didasarkan pada Hukum Newton untuk pemanasan dan pendinginan yang menyatakan bahwa laju perubahan suhu suatu objek terhadap waktu sebanding dengan perbedaan antara suhu objek dengan suhu lingkungan. Dengan demikian, perubahan suhu suatu sel, Δsite, dari waktu t ke waktu t + Δt adalah parameter difusi (r) dikalikan jumlah beda suhu tetangga (neighbor i ) dan suhu sel (site): Suhu pada saat t + Δt adalah:

Parameter Difusi Koefisien difusi dapat berbeda untuk setiap tetangga. Namun demikian, jumlah koefisien untuk ke-9 sel dalam ketetanggaan haruslah 1.0 atau 100%. Contoh. Misalkan parameter difusi adalah 0.1 dan suhu dalam sel seperti dalam gambar berikut. Hitung suhu dalam sel tengah untuk iterasi waktu berikut.

Algoritma Fungsi Difusi

Kondisi Batas Untuk dapat mengaplikasikan algoritma difusi kita perlu memperluas batas dengan menambahkan 1 sel di setiap arah. Sel hasil perluasan tersebut disebut ghost cell. Beberapa cara perluasan: 1. Memberikan suhu yang sama untuk semua ghost cell. absorbing boundary condition 2. Menggunakan suhu tetangga terdekat untuk suhu di ghost cell. reflecting boundary condition 3. Menghubungkan north-south dan east-west sehingga diperoleh bentuk seperti donat. periodic boundary condition

Kondisi Batas (2)

Kondisi Batas (3)

Algoritma Reflecting Boundary Condition

Koordinat

Algoritma Difusi

Display Biasanya digunakan warna merah untuk panas dan biru untuk dingin. Digunakan model warna red-green-blue (RGB) color model, di mana ditentukan persentasi (bilangan antara 0.0 dan 1.0) dari red dan blue pada setiap sel.

Contoh Simulasi

10.3 Penyebaran Api

Penyebaran Api Akan dibangun 2D simulasi untuk penyebaran api. Teknik ini dapat dikembangkan untuk permasalahan lain yang melibatkan penyebaran seperti penyebaran penyakit menular dan distribusi polusi.

Model Suatu daerah dimodelkan secara dinamis dengan menggunakan n x n matriks. Setiap sel memuat nilai yang merepresentasikan keadaan dalam daerah yang bersesuaian. Suatu sel dapat memuat nilai 0 (EMPTY), 1 (TREE), atau 2 (BURNING) yang merepresentasikan sel kosong, sel dengan pohon yang tidak terbakar, dan sel dengan pohon yang terbakar. Digunakan ketetanggaan von Neumann dan periodic boundary condition.

Inisialisasi Sistem Untuk menginisialisasi sistem, didefinisikan 2 peluang berikut. probtree peluang suatu pohon terletak dalam sel. probtree adalah kepadatan pohon di awal simulasi. probburning peluang suatu pohon dalam terbakar jika sel tersebut memuat pohon. probburning adalah presentasi pohon yang terbakar di awal simulasi.

Aturan Penyebaran Jika suatu sel kosong (nilai sel EMPTY) pada saat t, sel tersebut akan tetap kosong pada saat t+1. Jika terdapat suatu pohon dalam sel (nilai sel TREE) pada saat t, pada saat t+1 pohon tersebut dapat terbakar atau tidak (nilai sel BURNING atau TREE), bergantung pada adanya api di sel tetangga atau adanya petir yang menyambar. Sel yang memuat pohon yang terbakar (nilai sel BURNING) pada saat t akan selalu terbakar habis, meninggalkan sel kosong pada saat t+1 (nilai sel EMPTY)

Peluang Lainnya probimmune peluang imunitas suatu pohon terbakar. Jika pada saat t suatu sel memuat pohon (nilai sel TREE) dan terdapat api yang mengancam pohon tersebut, probimmune adalah peluang pohon tersebut tidak akan terbakar pada saat t+1. problightning peluang petir menyambar suatu sel

Pohon Terbakar 1. Karena sel tetangga 2. Karena petir menyambar Petir dapat mengakibatkan suatu pohon terbakar jika dengan peluang yang merupakan hasil kali dari problightning * (1 probimmune).

Algoritma Penyebaran Api 1. Inisialisasi sistem 2. Perluasan batas berdasarkan Periodic Boundary Condition 3. Penyebaran api berdasarkan aturan penyebaran

Contoh Simulasi Simulasi dengan parameter n = 50, probtree = 0.8, probburning = 0.0005, problightning = 0.00001, probimmune = 0.25, dan t = 50.

Contoh Simulasi 2

Contoh Simulasi 3

Contoh Simulasi 4

10.4 Pergerakan Semut

Masalah Sebagian besar spesies semut mengkomunikasikan gerakan mereka ketika membawa makanan dengan meninggalkan jejak yang berupa bahan kimia pheromone. Semut yang lain dapat menemukan lokasi sumber makanan dengan mengikuti bau pheromone tersebut. Jumlah pheromone akan berkurang seiring waktu. Akan disimulasikan gerakan semut dengan adanya jejak pheromone, yang menyebar dan berkurang seiiring waktu, dengan menggunakan cellular automata. Akan digunakan model yang menggabungkan model difusi dan penyebaran api.

Pengumpulan Data Observasi empirik: Di setiap langkah, semut cenderung berbalik dan bergerak menuju arah di mana terdapat pheromone dalam jumlah yang banyak. Seiiring waktu, pheromone akan berkurang. Apabila tidak ada semut di suatu lokasi, pheromone akan habis. Untuk model yang profesional: Perlu dikumpulkan data eksak: Jumlah rata-rata pheromone yang dikeluarkan seekor semut. Laju peluluhan pheromone.

Asumsi yang Menyederhanakan Semut hidup dalam suatu daerah berbentuk persegi. Semut cenderung untuk tidak berbalik arah untuk kembali ke tempat semula, tapi bergerak menuju sel tetangga yang kosong dan memuat pheromone dalam jumlah terbanyak. Jika tidak memungkinkan untuk melakukan pergerakan, semut akan diam di tempat. Untuk menghindari tabrakan, dilakukan strategi avoidance-or-wait. Pada saat melakukan pergerakan, semut mengeluarkan pheromone. Pheromone akan menghilang seiiring waktu. Inisialisasi dengan jejak lurus pheromone dalam jumlah yang bertambah banyak, yang ditinggalkan oleh semut lain. Tidak dipertimbangkan sumber makanan atau sarang semut.

Penentuan Variabel Untuk mensimulasikan lingkungan yang tertutup, digunakan absorbing boundary condition. Setiap sel dipetakan pada suatu pasangan terurut yang memberikan informasi mengenai: Banyaknya pheromone dalam sel Ada atau tidaknya semut Arah semut Koordinat kedua berisi: Konstanta yang mengindikasikan tetangga von Neumann yang akan dituju semut (sebelum pergerakan) dan arah dari mana semut datang (setelah pergerakan). STAY menyatakan semut tetap berada dalam selnya pada suatu iterasi. Contoh: (3,EMPTY), (0,SOUTH), (-0.01,BORDER)

Inisialisasi Pheromone Semua sel diinisialisasi dengan 0 pheromone, kecuali pada sel di mana ada jejak pheromone. Misalkan, tepat di tengah grid, diinisialisi jejak pheromone secara horizontal dengan jumlah menaik. Jika ukuran grid adalah n x n dan MAXPHER adalah konstanta yang menyatakan jumlah maksimum pheromone pada saat inisialisasi, bagaimana mendefinisikan jumlah pheromone di sel yang memuat jejak pheromone?

Penentuan Relasi dan Submodel Pergerakan semut dalam satu langkah meliputi dua hal: sensing dan walking Langkah pertama, semut memeriksa sel tetangga dan berbalik ke arah sel dengan pheromone terbanyak Langkah kedua, jika dimungkinkan untuk bergerak tanpa bertabrakan dengan semut lain, semut akan pindah ke lokasi tersebut Setelah reaksi semut (sensing dan walking), terjadi difusi pheromone Ini merupakan simulasi tipe reaksi-difusi

Fungsi Sensing Sel tetangga adalah dalam arah von Neumann neighborhood: Utara, Timur, Selatan, dan Barat Aturan untuk fungsi sense: 1. Sel kosong tidak dapat melakukan sense dan tidak menunjuk pada arah manapun 2. Seekor semut tidak akan menghadap ke sel darimana ia baru datang 3. Seekor semut tidak akan menghadap ke sel batas 4. Seekor semut tidak akan menghadap ke sel yang memuat semut lain 5. Seekor semut berbalik ke arah sel tetangga (bukan sel sebelum, sel yang berisi semut lain, atau sel batas) dengan pheromone terbanyak. Jika ada lebih dari satu sel, semut akan memilih secara random. 6. Jika tidak ada sel yang tersedia, maka semut tidak akan pindah Bagaimana mengaplikasikan aturan 2, 4, dan 5?

Algoritma Sense

Fungsi Walking Pada langkah berikutnya, jumlah pheromone akan berubah sebagai berikut: 7. Untuk sel yang tetap EMPTY, jumlah pheromone akan berkurang sebanyak EVAPORATE, tetapi tidak pernah negatif. 8. Seekor semut yang menghadap suatu sel, akan pindah ke sel tersebut, jika tidak ada semut lain dalam sel. 9. Jika ada semut lain, semut akan tidak melakukan perpindahan. 10. Jika seekor semut meninggalkan sel yang memiliki pheromone di atas ambang batas THRESHOLD, jumlah pheromone bertambah sebanyak DEPOSIT. 11. Jika seekor semut tetap di suatu sel, jumlah pheromone tetap. 12. Ketika semut pindah ke sel baru, semut tersebut tidak akan menghadap ke arah sel asal.

Algoritma Walk

Algoritma

Hasil Simulasi Dengan parameter MAXPHER = 50.0, EVAPORATE = 1, DEPOSIT = 2, THRESHOLD = 0, n = 17, probant = 0.1, diffusionrate = 0.01, and t = 11.

10.5 Biofilm

Biofilm Biofilm adalah komunitas dari organisma yang sangat kecil dan menempel pada permukaan suatu lingkungan (substratum) yang berair. (Donlan dan Costerton 2002) Organisma dalam biofilm biasanya merupakan bakteri, namun ada pula yang berupa alga atau jamur, atau campuran dari ketiganya. Organisma ini tidak hanya menempel pada suatu substratum, tetapi mereka juga saling terkait dalam suatu matriks biopolimer (polysaccharides, proteins, lipids, dan nucleic acids). Contoh: plak gigi 65% sampai 80% penyakit yang disebabkan bakteri merupakan infeksi kronis biofilm (Costerton et al. 1999; Costerton 2004).

Simulasi Akan disimulasikan formasi struktur biofilm tanpa memandang fungsi biofilm tersebut. Akan digunakan model 2D yang dapat diperumum menjadi model 3D. Dalam setiap iterasi akan dipertimbangkan ketiga fase berikut: 1. Difusi makanan 2. Pertumbuhan dan kematian mikroba 3. Konsumsi makanan oleh mikroba Merupakan simulasi reaksi-difusi. Untuk mempermudah, dipertimbangkan biofilm yang hanya terdiri dari satu jenis bakteri.

Matriks Makanan Untuk memodelkan pertumbuhan biofilm, digunakan cellular automaton dengan 2 matriks m n, satu untuk biofilm dan satu untuk makanan. Sel yang bersesuaian dalam kedua matriks tersebut menggambarkan lokasi yang sama. Dengan mengasumsikan terdapat makanan yang homogen, dapat diinisialisasi matriks makanan sebagai berikut. dengan 0 < MAXNUTRIENT 1.

Difusi Makanan Difusi terjadi dalam matriks makanan pada setiap iterasi. Asumsikan makanan terdifusi dengan laju yang konstan. Digunakan model difusi berdasarkan Hukum Newton untuk Pemanasan dan Pendinginan dengan parameter difusi rate (r), sehingga sel makanan pada waktu t + Δt adalah:

Kondisi Batas Makanan Digunakan kombinasi dari kondisi batas. Misalkan substratum terletak di sebelah Barat dan sumber makanan yang tidak terbatas di sebelah Timur. Di sebelah Timur, ditambahkan satu kolom dengan setiap sel memiliki nilai makanan konstan. Digunakan periodic boundary conditions di Utara dan Selatan sehingga makanan di Utara akan terdifusi ke Selatan dan sebaliknya. Algoritma inisialisasi?

Inisialisasi Biofilm Dalam simulasi ini, inisialisasi dilakukan dengan menempatkan secara random bakteri pada kolom pertama dan sel lainnya kosong. Didefinisikan konstanta probinitbacteria, misalkan probinitbacteria = 0.15, yang menggambarkan peluang suatu sel memuat bakteri.

Kondisi Batas Biofilm Seperti pada matriks makanan, digunakan periodic boundary condition di Utara dan Selatan. Sedangkan di Barat dan Timur, ditambahkan masing-masing satu kolom yang setiap selnya bernilai BORDER.

Pertumbuhan Biofilm Jika lokasi suatu bakteri tidak memuat makanan, bakteri akan mati kelaparan. Sel dengan bakteri yang mati akan tetap demikian. Dengan peluang tertentu, bakteri yang hidup akan membelah secara acak ke sel tetangga yang kosong. Asumsikan bahwa peluang tersebut sebanding dengan banyaknya makanan di dalam sel, dengan konstanta pembanding, p. pickneighbor merupakan fungsi dengan keluaran sel tetangga yang kosong dan terpilih sebagai tempat pembelahan. grow merupakan fungsi dengan keluaran matriks biofilm pada saat t+1.

Fungsi pickneighbor

Fungsi pickneighbor (2)

Fungsi grow

Fungsi grow (2)

Konsumsi Makanan Dalam setiap iterasi digunakan fungsi consumption, di mana setiap bakteri mengkonsumsi sejumlah konstan (CONSUMED) makanan. Banyaknya makanan dalam sel tidak bisa negatif.