INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA PASIEN BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKSMAS BASIRIH BARU BANJARMASIN Nurul Mardhatillah 1 ; Aditya MPP 2 ; Akhmad Fakhriadi 3 Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang menempati urutan pertama angka kesakitan balita. WHO memperkirakan bahwa di Negara berkembang jumlah tahunan ISPA terkait kematian anak-anak kurang dari lima tahun adalah 2,1 juta terhitung sekitar 20% dari semua kematian anak. Daya tahan tubuh yang kurang akan menyebabkan kurangnya sistem kekebalan tubuh sehingga anak beresiko terinfeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan dosis peresepan antibiotik amoksisilin pada balita berusia 1-5 tahun penderita ISPA dan persentase tiap parameter yang meliputi tepat takaran dosis, tepat frekuensi pemberian dan tepat lama pemberian. Mengingat adanya resiko dalam pemberian dosis yang kurang tepat. Pemberian dosis yang tidak tepat dapat mengakibatkan efek terapi yang tidak optimal. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin menggunakan metode deskriptif retrospektif. Jenis data yang dipergunakan sebagai bahan penelitian yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap penulisan resep pasien balita usia 1-5 tahun penderita ISPA yang menggunakan antibiotik amoksisilin, yaitu berjumlah 87 resep. Dikatakan tepat dosis jika dosis memenuhi kriteria tepat takaran dosis, tepat frekuensi pemberian dan tepat lama pemberian. Teknik analisis data yaitu menggunakan perhitungan dosis berdasarkan standar DIH (Drug Information Handbook) 2012, dan lama pemberian menurut Pharmacoterapy Seventh Edition 2008. Hasil penelitian menunjukan ketepatan dosis sebesar 5,75%, dan tidak tepat dosis sebesar 94,25%. Ketepatan dosis berdasarkan tepat takaran dosis, yaitu terdapat 70,11% (61 resep) yang tepat dan terdapat 29,89% (26 resep) yang tidak tepat, ketepatan dosis berdasarkan tepat frekuensi pemberian yaitu sebesar 100% dari total 87 resep, dan ketepatan dosis berdasarkan tepat lama pemberian yaitu sebesar 5,75% (5 resep) yang tepatdan sebanyak 94,25% (82 resep) yang tidak tepat di Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin pada bulan Januari-Maret 2016. Kata Kunci : Ketepatan Dosis, Resep, Amoxicillin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2 Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin
ABSTRACT DOSE ACCURATION OF AMOXICILLIN PRESCRIPTIONS FOR CHILDREN SUFFERERS ACUTE RESPIRATORY AT BASIRIH BARU HEALTH CENTER IN BANJARMASIN Nurul Mardhatillah 1 ; Aditya MPP 2 ; Akhmad Fakhriadi 3 Acute respiratory infections (ARI) is a disease than often ranks first in morbidity toddler. WHO estimated theannual number of acute respiratory infections related deaths in children less than five years old was 2,1 milion accounting foe about 20% of all childhood deaths. Less endurance will lead to a lack of immune system that children infections. This study aims to find our the accuracy of amoxicillin antibiotic in patiens under five year in children aged 1-5 years with acute respiratory infections (ARI) and the percentage of each parameter covering given proper dosing, given proper frequency, and given proper duration. Given the risk of incorrect dosing. Due to improper dosing will lead to optimal therapeutic effect are not. The research was carried out in health center of Basirih Baru using prospective descriptive method. Type of data used as research material in that data obtained from observation toward of the patients prescription of children aged 1-5 years acute respiratory infections (ARI) patients who use amoxicillin antibiotics, which amounted to 87 recipes. It says right dose if the dose given proper dosing, given proper frequency, and the given proper duration. Data analisys techniques that use standard dose calculations based DIH (Drug Information Handbook) 2012, and the proper duration that use based Pharmacoterapy Seventh Edition 2008. The results of showed a dose accuracy by 5,75%, and not appropriate dose by 94,25%. The accuracy of the dose based on proper dose, is a 70,11% (61 recipes) proper and contained 29,89% (26 recipes) are not precise, precision right dose based of the proper frequency that is a 100% of the total recipes, and the accuracy of the dose based on proper duration, is a 5,75% (5 recipes) proper and contained 94,25% (82 recipes) that are not accurate in Basirih Baru Banjarmasin public health in January-March 2016. Keywords : Dose Accuracy, Recipes, Amoxicillin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2 Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor penyebab penyakit (agen), faktor manusia atau pejamu (host), dan faktor lingkungan (Septiari BB, 2012). Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simplek dan infeksi saluran nafas. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza /flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebab penyakit ini adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo (WHO, 2007). Selain rinitis simpleks terdapat pula infeksi akut lainnya yaitu Infeksi saluran nafas akut (ISPA) yang merupakan penyakit Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2005) Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, sebanyak 98% disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu penyebab utama rawat jalan atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2007). 1
Penatalaksanaan ISPA yang disebabkan oleh bakteri sama seperti infeksi pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang dimulai secara empiris dengan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil kultur. Setelah bakteri patogen diketahui, antibiotika diubah menjadi antibiotika berspektrum sempit sesuai jenis patogennya (Depkes, 2005). Antibiotik merupakan obat yang berkhasiat untuk mengobati penyakit infeksi bakteri, akan tetapi bila digunakan dengan tidak tepat dapat menimbulkan kerugian bagi pasien. Hasil penelitian di RSUD Wonogiri bulan Juli-September 2004 menunjukkan penggunaan antibiotik pada terapi ISPA 33,74% tidak rasional. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat meningkatkan biaya pengobatan, efek samping antibiotik, dan kekebalan antimikrobial (Juwono dan Prayitno, 2003). Penggunaan antibiotik yang tepat sangat diperlukan dalam proses penyembuhan infeksi saluran pernafasan atas. Pemilihan obat yang tepat dan rasional yang sesuai dengan pedoman pengobatan yakni berdasarkan ketepatan yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien dan tepat dosis sangat diperlukan dalam keberhasilan pengobatan (Ismayati, 2010) Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dwiprahasto (2006) bahwa penggunaan antibiotik untuk ISPA di puskesmas pada sebagian kabupaten di provinsi Sumatra Barat cenderung berlebih dan biasanya dalam bentuk polifarmasi serta penggunaan antibiotik untuk ISPA dapat mencapai lebih dari 90%. Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya di kabupaten Sleman yang menurut data profil kesehatan kabupaten tahun 2000 kunjungan kasus ISPA masih merupakan kunjungan rawat jalan tertinggi. Di kabupaten Sleman persentase penggunaan antibiotika pada pengobatan ISPA pernah mencapai 64% dengan kunjungan kasus 3 pneumonia sebanyak 2% dari total kunjungan kasus ISPA (Yudatiningsih dan Suryawati, 2004). Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien anak penderita ISPA di Puskesmas Basirih Baru
pada tahun 2016 dikarenakan Puskesmas Basirih Baru merupakan salah satu puskesmas yang mendapat banyak kunjungan pasien ISPA yaitu sebanyak 2584 kasus per tahunnya yang beberapa diantaranya mendapatkan terapi antibiotik Amoxicillin.