BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analaisis Tata Letak Jalur pada Stasiun Muara Enim

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI POLA OPERASI JALUR KERETA API GANDA SEMBAWA-BETUNG 1

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086); 4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Ne

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTRAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

MENDUKUNG OPERASIONAL JALUR KERETA API GANDA MUARA ENIM LAHAT

d. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Data AMDK tahun 2011 Gambar 1.1 Grafik volume konsumsi air minum berdasarkan tahun

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB III LANDASAN TEORI

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat

Naskah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

REKAYASA JALAN REL. MODUL 11 : Stasiun dan operasional KA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

, No.2007 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tamb

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTER! PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 54 TAHUN 2016 TENT ANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS IDENTITAS SARANA PERKERETAAPIAN

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI. mendekati kapasitas lintas maksimum untuk nilai headway tertentu. Pada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Kajian Pola Operasi Jalur Kereta Api Ganda

STUDI KINERJA PELAYANAN SISTEM ANGKUTAN KERETA REL LISTRIK JABODETABEK TUGAS AKHIR

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia ROADMAP PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN

2 2015, No.322 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722) 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publi

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

BAB III LANDASAN TEORI. A. Tipikal Tata Letak Dan Panjang Jalur Di Stasiun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api;

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 45 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 110 TAHUN 2017 TENTANG

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i ABSTRAK...ii DAFTAR ISI...iii. A. DAOP III Cirebon... II-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 22 TAHUN 2003 TENTANG PENGOPERASIAN KERETA API. MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 35 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAH ULU AN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Kereta api merupakan salah satu dari moda transportasi nasional yang ada sejak masa kolonial sampai dengan sekarang dan masa yang akan datang. Untuk dapat mengetahui tentang kereta api maka perlu mengkaji tentang definisi kereta api seperti yang tertera pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas), dengan definisi penting sebagai berikut : 1. Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. 2. Perkeretaapian umum adalah perkeretaapian yang digunakan untuk melayani angkutan orang dan/atau barang dengan dipungut bayaran. 3. Perkeretaapian antarkota adalah perkeretaapian yang melayani perpindahan orang dan/atau barang dari satu kota ke kota yang lain. 4. Perkeretaapian perkotaan adalah perkeretaapian yang melayani perpindahan orang di wilayah perkotaan dan/atau perjalanan ulang alik. 5. Rencana induk perkeretaapian adalah rencana dan arah kebijakan pengembangan perkeretaapian yang meliputi perkeretaapian nasional, perkeretaapian provinsi dan perkeretaapian kabupaten/kota. 6. Penyelenggara prasarana perkeretaapian adalah pihak yang menyelenggarakan prasarana perkeretaapian. 7. Penyelenggara sarana perkeretaapian adalah badan usaha yang mengusahakan sarana perkeretaapian umum. Transportasi kereta api merupakan salah satu moda transportasi nasional yang sudah ada sejak masa penjajahan silam sampai dengan sekarang. Sabathingtyas (2015), menyebutkan angkutan kereta api merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara dan menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik di Indonesia. Perkeretaapian merupakan angkutan yang ramah lingkungan, dengan emisi gas buang kecil dan 6

7 pengembangan teknologi kereta berbasis energi listrik yang memungkinkan sebagai moda angkutan yang mampu menjawab masalah lingkungan hidup manusia di masa yang akan datang. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) bahwa pengembangan transportasi perkeretaapian nasional diharapkan mampu berperan sebagai tulang punggung angkutan penumpang dan angkutan barang, sehingga menjadi salah satu penggerak utama perekonomian nasional. Moda transportasi kereta api dalam menjalankan fungsinya sebagai salah satu moda transportasi untuk orang dan barang mempunyai karakteristik yang berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan. Karakteristik yang dimaksud seperti uraian berikut. Keunggulan kereta api sebagai moda transportasi antara lain : 1. Mempunyai jangkauan pelayanan transportasi barang dan orang untuk jarak pendek, sedang dan jauh dengan kapasitas angkut yang besar. 2. Penggunaan energi relatif kecil. 3. Kehandalan keselamatan perjalanan lebih baik dibandingkan dengan moda lain. Hal ini karena kereta api mempunyai jalur tersendiri yaitu berupa jalan rel dan fasilitas terminal yang tersendiri pula sehingga tidak terpengaruh oleh kegiatan lalulintas transportasi non-kereta api yang dengan demikian terjadinya konflik dengan moda lain sangat kecil. 4. Mempunyai kehandalan dalam ketepatan waktu. Hal ini karena kereta api mempunyai jalur tersendiri sehingga memungkinkan kecepatan relatif konstan sehingga memudahkan dalam pengaturan waktu perjalanan. Perjalanan tidak begitu terpengaruh oleh keadaan cuaca. 5. Ekonomis dalam hal penggunaan ruang untuk jalurnya dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya. 6. Polusi, getaran dan kebisingan relatif kecil. 7. Sangat baik untuk pelayanan khusus dalam aspek pertahanan-keamanan, karena mempunyai kapasitas angkut yang besar dan dapat dilaksanakan tanpa banyak memberikan dampak sosial. 8. Kecepatan perjalanan dapat bervariasi dari yang lambat (kereta api barang) sampai cepat.

8 9. Mempunyai aksesibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan transportasi air dan udara. Selain keunggulan, kereta api sebagai moda transportasi juga memiliki kelemahan antara lain : 1. Memerlukan fasilitas sarana-prasarana KA yang khusus (tersendiri) yang tidak bisa digunakan oleh moda transportasi yang lain. Sebagai konsekuensinya perlu disediakan alat angkut yang khusus yaitu lokomotif dan gerbong. 2. Karena fasilitas sarana-prasarana dan pengelolaan KA yang tersendiri (khusus) maka membutuhkan investasi, biaya operasi, biaya perawatan dan tenaga yang cukup besar. 3. Pelayanan barang dan penumpang hanya terbatas pada jalurnya. B. Strategi Pengembangan Jaringan dan Angkutan Perkeretaapian Perencanaan sebuah moda transportasi memerlukan suatu perencanaan yang baik dan matang, sehingga diperlukan sebuah strategi didalamnya. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011 tentang RIPNas, strategi pengembangan jaringan tersebut harus mampu memenuhi kebutuhan layanan kereta api berdasarkan dimensi kewilayahan antara lain : jaringan kereta api antar kota di Pulau Jawa difokuskan untuk mendukung layanan angkutan penumpang dan barang, sedangkan jaringan kereta api antar kota di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua difokuskan untuk mendukung layanan angkutan barang. Untuk mencapai sasaran pengembangan jaringan dan layanan perkeretaapian akan ditempuh kebijakan-kebijakan seperti : 1. Meningkatkan kualitas pelayanan, keamanan dan keselamatan perkeretaapian. 2. Meningkatkan peran kereta api perkotaan dan kereta api antar kota. 3. Mengintegrasikan layanan kereta api dengan moda lain dengan membangun akses menuju bandara, pelabuhan dan kawasan industri. 4. Meningkatkan keterjangkauan (aksesibilitas) masyarakat terhadap layanan kereta api melalui mekanisme kewajiban pelayanan publik (public services obligation).

9 C. Sistem Perkeretaapian di Indonesia Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, menyatakan bahwa perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. Sementara kereta api sendiri adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api. Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian pasal 35, prasarana perkeretaapian terdiri atas : 1. Jalur kereta api, adalah jalur yang diperuntukan bagi pengoperasian kereta api. 2. Stasiun kereta api, adalah tempat kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani : (a) naik turun penumpang, (b) bongkar muat barang, dan/atau (c) keperluan operasi kereta api. 3. Fasilitas operasi kereta api, adalah peralatan untuk pengoperasian perjalanan kereta api. Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian pasal 96, sarana perkeretaapian menurut jenisnya terdiri atas : 1. Lokomotif, adalah sarana perkeretaapian yang memiliki penggerak sendiri yang bergerak dan digunakan untuk menarik dan/atau mendorong kereta, gerbong dan/atau peralatan khusus, antara lain lokomotif listrik dan lokomotif diesel. 2. Kereta, adalah sarana perkeretaapian yang ditarik dan/atau didorong lokomotif atau mempunyai penggerak sendiri yang digunakan untuk mengangkut orang, antara lain kereta rel listrik (KRL), kereta rel diesel (KRD), kereta makan, kereta bagasi dan kereta pembangkit. 3. Gerbong, adalah sarana perkeretaapian yang ditarik dan/atau didorong lokomotif digunakan untuk mengangkut barang, antara lain gerbong datar, gerbong tertutup, gerbong terbuka dan gerbong tangki.

10 4. Peralatan khusus, adalah sarana perkeretaapian yang tidak digunakan untuk angkutan penumpang atau barang, tetapi untuk keperluan khusus antara lain kereta inspeki (lori), gerbong penolong, derek (crane), kereta ukur dan kereta pemeliharaan jalan rel. D. Peran Tata Letak Jalur di Stasiun dalam Operasional Kereta Api Stasiun kereta api adalah suatu tempat untuk memberi kesempatan kepada pengguna jasa dalam melakukan keperluan terhadap jasa angkutan kereta api, bagi perjalanan kereta api, stasiun memberikan kesempatan untuk bersilangan dan bersusulan (Subarkah, 1981 dan Kurniawan, 2016). Membahas mengenai pengoperasian dari kereta api, maka kereta api mempunyai penjadwalan kedatangan dan keberangkatan dimana hal ini berhubungan dengan stasiun, stasiun itu sendiri merupakan titik dimana waktu diberlakukan dengan tingkat ketepatan tertentu. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 29 Tahun 2011 Pasal 3, dijelaskan bahwa stasiun kereta api terdiri atas : 1. Tata letak jalur stasiun, terdiri atas : (i) jalan rel, (ii) fasilitas pengoperasian kereta api dan (iii) drainase. 2. Bangunan stasiun, terdiri atas : (i) gedung, (ii) instalasi pendukung dan (iii) peron. Pembahasan mengenai tata letak jalur stasiun kereta api tidak dapat lepas dari bahasan tata letak jalur dimana mempunyai peranan yang penting, karena berkaitan dengan pola pergerakan kereta api yang berdampak kapasitas muatan kereta api. Tata letak jalur itu sendiri terdiri dari : jalan rel, fasilitas pengoperasian kereta api dan darinase. Kaitannya dengan tata letak jalur akan menyinggung mengenai pola pergerakan berupa pergerakan datangnya kereta api ke stasiun yang mengalami perlambatan dan melakukan pemberhentian kereta, selanjutnya pergerakan kereta api keluar stasiun atau meninggalkan stasiun yang mengalami percepatan kereta dari berhenti untuk bergerak kembali meninggalkan stasiun dan pergerakan kereta melintas tanpa berhenti atau melakukan transit. Jenis pergerakan tersebut umumnya terjadi pada stasiun-stasiun kecil. Sementara itu, untuk stasiun-stasiun besar, pola pergerakannya dapat bertambah dengan pola

11 pergerakan langsir untuk bongkar muat barang maupun penggantian atau perubahan letak lokomotif dari depan ke belakang. E. Fasilitas Pengoperasian Kereta Api, Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi Keberadaan fasilitas pengoperasian kereta api yang berupa peralatan persinyalan, telekomunikasi dan instalasi listrik merupakan prasarana utama dalam penyelenggaraan operasional kereta api. Untuk mendukung keamanan, keselamatan dan kelancaran perjalanan kereta api, perlu dilaksanakan sesuai dengan aturan yang ada (Anggoro, 2015 dan Kurniawan, 2016). Peralatan persinyalan perkeretaapian menurut Peraturan Menteri No. 10 Tahun 2011 pasal 1 merupakan fasilitas pengoperasian kereta api yang berfungsi memberi petunjuk atau isyarat yang berupa warna atau cahaya dengan arti tertentu yang dipasang pada tempat tertentu. F. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu mengenai perkeretaapian yang pernah diajukan diantaranya sebagai berikut : 1. Peningkatan Emplasemen Stasiun untuk Mendukung Operasional Jalur Kereta Api Ganda, studi kasus : Stasiun Banjarsari Lintas Layanan Muara Enim-Lahat oleh Kurniawan (2016) yang mana dalam penelitian ini membahas mengenai peningkatan emplasemen stasiun, fasilitas operasi kereta api khususnya persinyalan serta sepur efektif yang dibutuhkan untuk melayani lintas layanan Muara Enim-Lahat. 2. Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya-Krian oleh Aria Dwipa Sukmana (2012) yang mana dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada perancangan geometrik jalan rel dan penyesuaian emplasemen akibat pembangunan jalur kereta api ganda.