BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerja, upah dan perintah.

dokumen-dokumen yang mirip
KINERJA RENDAH SEBAGAI ALASAN PHK

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA A. KASUS POSISI DAN PENANGANAN OLEH MEDIATOR. 1. Perselisihan PHK antara CV. Intan Karya Indah dengan pekerjanya

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan industrial menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan. bahkan sampai akhirnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2

TINJAUAN PELAKSANAAN HUBUNGAN KERJA DI PT. NYONYA MENEER SEMARANG

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA TERHADAP TENAGA KERJA HARIAN LEPAS PADA PT. TAMBANG DAMAI DI SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. menyambung hidupnya.untuk bisa mendapatkan biaya tersebut setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat sendiri maupun berkerja pada orang lain atau perusahaan. Pekerjaan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kemampuannya sedangkan pengusaha memberikan kompensasi lewat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam

STIE DEWANTARA Aspek Ketenagakerjaan Dalam Bisnis

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

BAB III METODE PENELITIAN

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kualitas yang baik dari karyawan dalam melaksanakan tugasnya,

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Bahwa hal ini

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi

SILABUS. A. Identitas Mata Kuliah. 1. Nama Mata Kuliah : Perselisihan Hubungan Industrial. 2. Status Mata Kuliah : Wajib Konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN. relevan dengan persoalan yang dihadapi. Artinya, data tersebut berkaitan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai

BAB I PENDAHULUAN. masa kerja maupun karena di putus masa kerjanya. Hukum ketenagakerjaan

Lex Administratum, Vol. II/No.1/Jan Mar/2014

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan kerja yang dianut di Indonesia adalah sistem hubungan industrial yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya dapat meraih keberhasilan. Selain itu pemanfaatan pasar kerja

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan bunyi Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena buruh merupakan permasalahan yang menarik dari dahulu.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

III. METODE PENELITIAN. Cara penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan normatif dan empiris

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. membuat masyarakat berlomba lomba untuk mendapatkan kehidupan yang

UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

METODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

BAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP JAMINAN SOSIAL PEKERJA. 2.1 Pengertian Tenaga Kerja, Pekerja, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. himpun menyebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sebagian besar daerah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hubungan Industrial antara pekerja/buruh dan pengusaha tidak selamanya terjalin dengan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA MEMPUNYAI IKATAN PERKAWINAN DALAM PERUSAHAAN

Model Perjanjian Kerja Yang Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Kontrak Di Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku Buku

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 angka 15 UU no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengartikan hubungan kerja sebagai hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerja, upah dan perintah. Selanjutnya dalam Pasal 50 dinyatakan hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja atau buruh. Dari ketentuan-ketentuan tersebut jelas bahwa hubungan kerja adalah hubungan hukum yang berdasarkan perjanjian, yakni perjanjian kerja. Syarat-syarat suatu perjanjian kerja bersama ditentukan dalam UU no 13 tahun 2003 Pasal 52 ayat (1). Ketentuan tersebut mensyaratkan suatu perjanjian kerja harus dibuat atas dasar : a. Kesepakatan kedua belah pihak, b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum, c. Adanya pekerjaan yang dijanjikan, d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila tidak terpenuhi salah satu syarat dari keempat unsur tersebut akan menyebabkan cacat dalam perjanjian. Perjanjian tersebut diancam batal, baik 1

dalam bentuk kebatalan (jika terdapat pelanggaran terhadap unsur subyektif), maupun batal demi hukum (dalam hal tidak terpenuhinya unsur obyektif) 1. Pengertian perjanjian yaitu perbuatan yang dilakukan dua orang atau lebih yang isi perjanjian tersebut didasarkan atas kesepakatan atau persetujuan bersama. 2 Subekti mengatakan Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang saling berjanji untuk melakukan suatu hal. 3 Sedangkan menurut Pasal 1313 KUH Perdata, Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih. Perjanjian adalah persetujuan yang dirumuskan secara tertulis yang melahirkan bukti tentang adanya hak dan kewajiban. 4 Berdasarkan syarat-syarat tersebut di atas, maka hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha dapat terjadi karena adanya kesepakatan atas pertukaran mengenai hak dan kewajiban antara pekerja dengan pengusaha. Dalam hal ini pekerja bersedia bekerja untuk perusahaan berdasarkan syaratsyarat kerja yang ditentukan atau disepakati dengan perusahaan, sementara perusahaan bersedia memberikan upah atau imbalan. 1 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, PT. Raja Grafindo Persada, hal 94 2 Abdul Kadir Muhamad, Hukum Perjanjian, Bandung, 1992, hal 5 3 Subekti R., Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993 4 Kusumo Hamidjojo, Budiono, Dasar-Dasar Merancang Kontrak, Gramedia Media Sarana, Jakarta 1998, hal 6 2

Hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha adalah hubungan berdasarkan prestasi timbal balik pekerja di satu pihak dan pengusaha di pihak sebaliknya. Prestasi-prestasi seperti inilah yang kemudian dijadikan indikator atas terjadinya atau berakhirnya hubungan kerja yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama dan peraturan perundangundangan yang berlaku. 5 Sebagai akibat dari sifat hubungan kerja, yang pada dasarnya ada perbedaan kepentingan antara pekerja/buruh dengan pengusaha maka hubungan kerja/hubungan industrial merupakan sisi rawan di dalam ketenaga kerjaan. Perbedaan kepentingan antara pengusaha dengan pekerja/buruh sering menimbulkan perselisihan yang berpotensi berkembang menjadi perselesihan hubungan industrial. Pasal 1 angka 22 Undang-Undang no 13 tahun 2003 dan pasal 1 Undang- Undang no 2 tahun 2004 memberikan pengertian yang sama tentang perselesihan hubungan industrial, yaitu perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. 5 Pramono, Heru, Pemutusan Hubungan Kerja Dengan Alasan Low Performance, Varia Peradilan no 271, Juni 2008 3

Setiap perusahaan yang sehat senantiasa mengharapkan kinerja operasional perusahaannya selalu tinggi yang akan bermuara pada tingkat produktifitas yang diharapkan. Faktor utama kinerja operasional perusahaan adalah para pekerjanya, atau dengan kata lain kinerja operasional perusahaan ditentukan oleh tingginya tingkat kinerja para pekerjanya. Hukum positif yang mengatur mengenai pemutusan hubungan kerja adalah UU no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya dalam Bab XII, Pasal 150 sampai dengan Pasal 172. Sedangkan prosedur penyelesaian perselisihan hubungan kerja diatur dalam UU no 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. UU no 2 tahun 2004 mengatur keberadaan berbagai kelembagaan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang pada dasarnyan dibagi menjadi 2 (dua). Lembaga yang dimaksud adalah Lembaga Penyelesaian Perselesihan Hubungan Industrial yang dilakukan di dalam pengadilan yaitu, Pengadilan Hubungan Industrial (PHI), dan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial bisa melalui mekanisme Bipartit (antara pengusaha dan pekerja) atau bisa juga melalui pihak ke 3 (tiga) yaitu melalui Mediasi. Dalam beberapa kasus Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja yang masuk pada Dinas Sosial Tenaga Kerja Transmigrasi Kabupaten Pati yang diproses melalui Mediasi menyebutkan bahwa alasan pemutusan hubungan kerja yang dilakukan pengusaha terhadap pekerja/buruh adalah karena kinerja yang rendah (low Performance). 4

Beberapa kasus PHK yang diproses melalui Mediator dan Pengadilan Hubungan Industrial yang terkait dengan alasan kinerja rendah ini adalah : 1) Perselisihan PHK anatara CV. Intan Karya Indah dengan pekerjanya I im Jajeri dan Romi Novianto. Pekerja telah melakukan kesalahan, yaitu pekerja selama 2 (dua) bulan bekerja tidak maksimal yaitu belum waktunya istirahat sudah istirahat dan merokok di area bekerja, dan sama halnya dengan pendapat dari mediator, bahwa PHK dikarenakan kinerja dari pekerja dianggap tidak memenuhi syarat dan tidak maksimal. 2) Perselisihan PHK antara Pengusaha Hotel Graha Wisata dengan Co. Serikat pekerja/serikat buruh dengan nama Pengurus Cabang Federasi Serikat Pekerja Niaga Bank Jasa dan Asuransi (PCNBA). Mediator berpendapat bahwa PHK yang dilakukan karena kinerja pekerja indisipliner dan tidak mampu melakukan pekerjaan yang ditanganinya. 3) Perselisihan PHK antara PT BPR Juwana Artasurya dengan pekerjanya bernama Anjar Novi Kristyowati, A.Md. Mediator berpendapat bahwa perselisahan PHK dikarenakan pekerja tidak mampu memenuhi target perusahaan yang ditetapkan oleh pengusaha. 5

4) Perselisihan hubungan industrial antara PT. Bank Central Asia Tbk cabang Pekalongan dengan Emma Meliyani. Mediator berpendapat bahwa berdasarkan Pasal 168 ayat (1) Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pekerja yang mangkir selama 5 (lima) hari berturut-turut tyanpa keterangan tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan diri. 5) Perselisihan hubungan industrial antara Sawab sebagai penggugat yang bekerja sebagai Kepala Cabang Perum Pegadaian Blora (Jawa Tengah) melawan Direksi Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian sebagai tergugat. Pertimbangan dari majelis hakim, bahwa kesalahan berat sebagaimana ketentuan Pasal 158 ayat (1) huruf j dan Pasal 158 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003, yaitu melakukan perbuatan di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih dan telah dibuktikan dengan adanya pengakuan penggugat dan laporan kejadian yang dibuat oleh pihak berwenang di perusahaan serta didukung oleh saksi-saksi 6) Perselisihan hubungan industrial antara Suyatno sebagai penggugat yang bekerja sebagai Buruh PT. Sinar Pantja Djaja melawan PT. Sinar Pantja Djaja sebagai tergugat. 6

Pertimbangan dari majelis hakim, bahwa tidurnya pada saat jam kerja adalah bentuk kecerobohan dan kelalaian dari penggugat sebagai karyawan/pekerja dan tidurnya penggugat pada waktu jam kerja didasari adanya niatan untuk melakukan tidur, bahkan penggugat sering melakukan pelanggaran-pelanggaran 7) Perselisihan hubungan industrial antara PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) sebagai penggugat melawan Suratman yang bekerja sebagai Karyawan BRI Banjarnegara sebagai tergugat. 8) Majelis Hakim berpendapat bahwa tergugat telah memenuhi kriteria telah melakukan pelanggaran disiplin sesuai PKB dan peraturan disiplin PT. BRI. Hubungan kerja senantiasa terjadi di masyarakat. Di dalam hubungan kerja memiliki potensi timbulnya perbedaan pendapat atau bahkan konflik, maka perlu adanya pengaturan di dalam hubungan kerja Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah. 6 Perjanjian kerja atau sekarang disebut kesepakatan kerja dibuat antara pemberi dan penerima kerja, merupakan titik awal adanya hubungan kerja. Di 6 Undang-Undang Ketenaga Kerjaan 2003, Sinar Grafika, Hal 4 7

dalamnya terkandung syarat-syarat kerja maupun beberapa hal mengenai ketenagakerjaan. 7 Berawal dari kasus-kasus tersebut di atas, kerja yang tidak maksimal dan tidak disiplin menunjukkan sikap kerja yang tidak sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh perusahaan. Salah satu alasan yang sering dipakai oleh pengusaha untuk melakukan PHK dengan pekerjanya adalah low performance dari pekerja. Pengertian low performance secara bebas dapat diartikan dengan kinerja rendah yang bertolak belakang dengan kinerja tinggi. Namun demikian Undang-undang no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak mengenal istilah Low Performance (kinerja rendah), akan tetapi terdapat istilah yang dapat digunakan sebagai rujukan hukum mengenai kinerja rendah (low performace) adalah kompetensi, yang berarti kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standart yang ditetapkan (Pasal 1 butir 10 UU no 13 tahun 2003). Kerja yang tidak maksimal dan tidak disiplin menunjukan sikap kerja yang tidak sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh perusahaan, sedangkan tidak mampu memenuhi target perusahaan disebabkan oleh rendahnya kemampuan kerja, karena rendahnya pengetahuan dan ketrampilan pekerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja rendah berarti melakukan pekerjaan yang tidak memenuhi kompetensi. Dengan kata lain arti kinerja rendah adalah tidak kompeten. Oleh karena itu kinerja rendah (low performance) dapat 7 Djumadi, Hukum Perburuhan (Perjanjian Kerja), Rajawali, Jakarta, cet. 1, 1992 8

diartikan melakukan pekerjaan yang tidak memenuhi standart pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang ditentukan oleh perusahaan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya 8. Berkaitan dengan definisi tersebut maka alasan-alasan PHK dalam kasus-kasus yang diteliti seperti kerja tidak maksimal, tidak disiplin, tidak dapat memenuhi target perusahaan berarti tidak mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepada pekerja sehingga pekerja memiliki kinerja yang rendah. Meskipun demikian PHK harus dilakukan sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan dalam peraturan peundang-undangan. Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tidak mengatur tentang PHK yang dikarenakan kerja tidak maksimal dan indisipliner, tetapi UU tidak memberikan batasan kepada perusahaan untuk membuat peraturan perusahaan sendiri. Dengan demikian tulisan ini akan memumpun pada konsep tentang kerja yang tidak maksimal dan tidak disiplin menunjukan sikap kerja yang tidak sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh perusahaan, sedangkan tidak mampu memenuhi target perusahaan disebabkan oleh rendahnya kemampuan kerja, karena rendahnya pengetahuan dan ketrampilan pekerja. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk membahas dan menganalisa lebih jauh tentang KINERJA RENDAH SEBAGAI ALASAN PHK. 8 Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, Halaman 60 9

B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, maka pemahaman yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah; Apa yang dimaksudkan dengan konsep kinerja rendah sebagai alasan PHK dalam hubungan industrial? C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah mengetahui apakah yang dimaksud kinerja rendah/konsep kinerja rendah sebagai alasan PHK. D. Metode Penelitian Metode memegang peran penting dalammencapai suatu tujuan, termasuk juga metode dalam suatu penelitian. Metode penelitian yang dimaksud adalah cara-cara melaksanakan penelitian ( yaitu meliputi kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporan ) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah 9. Dalam menyusun sekripsi ini, penulis menggunakan penelitian sebagai berikut. 1. Metode Pendekatan Penelitian dengan jenis yuridis normatif pada hakikatnya menunjukkan pada suatu ketentuan, pendekatan penelitian dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi dari berbagai aspek untuk menemukan isu-isu yang akan dicari jawabannya, adapun pendekatan dalam penelitian ini yaitu : 9 Kholid Narbukoi dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 2008 10

a. Pendekatan Kasus (Case Approach) Dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. 10 Dalam penelitian normatif bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum. Jelas kasus-kasus yang telah terjadi bermakna empiris, namun dalam penelitian normatif, kasus-kasus tersebut dipelajari untuk memperoleh gambaran terhadap dampak dimensi penormaan dalam suatu aturan hukum dalam praktik hukum, serta menggunakan hasil analisisnya untuk bahan masukan dalam eksplanasi hukum. 11 b. Pendekatan Konseptual ( conceptual approach ), pendekatan ini dilakukan karena memang belum atau tidak ada aturan hukum untuk masalah yang dihadapi, pendekatan koseptual ini beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkambang dalam ilmu hukum, sehingga melahirkan pengertian hukum dan asas-asas hukum yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. c. Pendekatan Undang-Undang ( status approach) atau pendekatan yuridis, yaitu penelitian terhadap produk-produk hukum 12. Pendekatan peraturan 10 http://www.scribd.com/doc/pendekatan-dlm-penelitian-hukum 11 Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hal 105-106 11

perundang-undangan ini dilakukan untuk menelaah semua undang-undang dan regulasi yang berkaitan penelitian yang akan diteliti. Pendekatan perundang-undangan ini akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian 13 antara satu undangundang dengan undang-undang yang lain. 2. Sumber Hukum Dalam pengumpulan bahan hukum, penulis mengambil sumber-sumber yang berbentuk undang-undang, buku-buku yang terkait, artikel, dokumendokumen serta karya ilmiah dari para sarjana. Adapun bahan-bahan hukum dalam penelitian ini adalah : 1. Bahan-bahan hukum primer Dalam penelitian ini yang termasuk bahan hukum primer adalah : a. Putusan Pengadilan 1) Pertimbangan hakim/putusan hakim. 2) Dokumen Mediator, dalam hal ini penulis mencantumkan/memasukkan anjuran mediator ke dalam bahan hukum primer walaupun tidak tepat benar digolongkan sebagai bahan hukum primer. b. Peraturan Perundang-undangan : 12 Nasution, Bahder Johan, Metode Penelitian Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008 13 Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010, cet 10 12

1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata 2) Undang-undang no.2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 3) Undang-undang no. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan 2. Bahan-bahan hukum sekunder Merupakan bahan hukum yang memberikan keterangan terhadap bahan hukum primer dan diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, atau dengan kata lain dikumpulkan oleh pihak lain 14, berupa buku jurnal hukum, dokumen-dokumen resmi,penelitian yang berwujud laporan, buku-buku hukum 15 serta karya ilmiah lainnya yang terkait dengan topic penelitian tersebut, dan opini-opini yang bersinggungan sekaligus dapat mengantarkan peneliti pada maksud data yang diperlukan dalam penelitian ini. 3. Bahan Hukum Tersier Yakni bahan hukum bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan makna terhadap bahan hukum primer dan sekunder,seperti Kamus Hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ensiklopedia, Internet, dan lain-lain. 14 Ibid, Hal 36 15 Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986, cet 3. 13