I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

ANALISIS SISTEM INTEGRASI SAPI KEBUN KELAPA SAWIT DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS SAPI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berinvestasi dengan cara beternak sapi merupakan salah satu cara usaha yang relatif aman,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia hal ini bisa dilihat dari besarnya

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. sapi mencapai 19 persen dari jumlah konsumsi daging Nasional (Dirjen

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

KA-DO UNTUK PETERNAKAN INDONESIA Oleh: Fitria Nur Aini

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT DI PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

Menurut Ditjen Perkebunan (2011) bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia adalah 9,1 juta ha Kawasan secara ekonomis kurang

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

POTENSI PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI DAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Afrizon dan Andi Ishak

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

I. PENDAHULUAN. berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT

SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Dimana sebagian besar penduduknya. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Hal ini sebenarnya tidak terlalu

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

RESPON KINERJA PRODUKSI DOMBA YANG MEMPEROLEH SUBSTITUSI PAKAN BERBASIS LIMBAH PERKEBUNAN

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI. Edisi Kedua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk memenuhi permintaan daging sapi tersebut, Direktorat Jenderal Peternakan telah mencanangkan Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) yang difokuskan di 18 Provinsi sentra sapi potong termasuk Sumatera Utara (Deptan, 2007). Swasembada daging sapi diartikan bahwa 90% kebutuhan dipenuhi oleh sumberdaya domestik. Berdasarkan pengertian ini maka sampai saat ini pada tingkat nasional masih terdapat kekurangan 100 ribu ton, yang masih dipenuhi melalui impor berupa ternak bakalan dan daging sapi. Sementara itu, percepatan yang dimaksudkan adalah upaya mengoptimalkan sumberdaya ternak lokal/rakyat ke arah kegiatan yang lebih baik melalui peningkatan peran pemerintah, dan mendorong swasta ikut serta pada industri penggemukan dan perbibitan sapi potong. Melalui PSDS, maka diharapkan ketergantungan terhadap impor ternak sapi bakalan dan daging akan menurun, dan sekaligus terjadinya penghematan devisa negara berkaitan dengan impor tersebut (Soejana, 2007). Dalam PSDS 2014, diharapkan dalam periode 2010 2014 secara nasional terdapat peningkatan ketersediaan daging sejumlah 30.000 ton/tahun, dan penambahan populasi sejumlah 111.400 ekor/tahun (Ditjennak, 2010). Peningkatan ketersediaan daging sapi yang diharapkan di Provinsi Sumut pada

2 periode yang sama adalah 5.657 ton/tahun, dengan penambahan populasi sejumlah 12.016 ekor/tahun. Target swasembada daging sapi di Provinsi Sumut diupayakan di 10 Kabupaten yaitu Langkat, Labura (Labuhan Batu Utara), Tapsel (Tapanuli Selatan), Sergai (Serdang Bedagai), Labuhan Batu, Simalungun, Batubara, Asahan, Dairi, dan Deli Serdang. Populasi sapi potong di Kabupaten Labuhan Batu pada tahun 2009 adalah 45.463 ekor (11,0% Sumut), dengan produksi daging sebanyak 2.089 ton (14,7% Sumut). Kondisi lapangan menunjukkan bahwa umumnya sumberdaya lokal yang ada di wilayah pengembangan sapi potong belum dimanfaatkan secara optimal. Petani masih terkendala dalam pengembangan usaha antara lain karena sulitnya penyediaan dan pemberian pakan sapi yang memadai, dan terbatasnya bakalan penggemukan yang berkualitas. Dalam peningkatan kesejahteraan petani dalam pembangunan pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia terutama dalam produksi pangan, pertumbuhan GDP, substitusi impor, penyediaan lapangan kerja, dan kesempatan berusaha. Pembangunan sektor pertanian yang meliputi perkebunan, peternakan, kehutanan dan lain-lain dilakukan melalui pendekatan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, terdesentralisasi, serta mencakup aspek hulu, budidaya, aspek hilir, maupun komponen pendukungnya. Pembangunan peternakan yang merupakan bagian dari pembangunan pertanian memiliki arti penting bagi ketahanan pangan dan upaya peningkatan

3 kualitas sumber daya manusia Indonesia. Fungsi protein hewani sangat menentukan dalam mencerdaskan manusia karena kandungan asam aminonya tidak dapat tergantikan (irreversible) oleh bahan makanan lainnya. Salah satu sumber protein hewani tersebut didapat dari daging ternak. Ternak sapi potong merupakan salah satu jenis ternak rumaninansia yang penting dalam memasok kebutuhan daging asal ternak. Di Kabupaten Labuhan Batu dapat digambarkan secara umum beberapa hal sebagai berikut: 1) Terdapat ternak sapi yang telah berkembang selama bertahun-tahun yang dimiliki petani. 2) Dari perkebunan kelapa sawit yang begitu luas maka akan ada vegetasi antar tanaman kelapa sawit berupa semak, ilalang dan rumput lapangan, serta dimungkinnya dikembangkan sumber hijauan makanan ternak berupa rumput gajah atau sejenisnya. 3) Tanaman kelapa sawit menghasilkan limbah berupa hijauan daun, pelepah, serta batang kelapa sawit hasil dari replanting 4) Pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah tandan buah kosong, serat person buah, bungkil kelapa sawit serta lumpur atau Palm Sludge. Dari kondisi tersebut diatas maka dapat diupayakan suatu sistem integrasi antara peternakan sapi dengan perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh petani dalam rangka meningkatkan pendapatannya dimana hal ini akan menjadi langkah yang strategis dalam penanggulangan kemiskinan. Keadaan tersebut dapat disiasati menjadi sebuah peluang alternatif dalam meningkatkan

4 kesejahteraan petani dengan sistem integrasi kebun kelapa sawit dengan ternak ruminansia (sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing dan domba). Pola integrasi ternak dengan tanaman perkebunan cocok dikembangkan di Kabupaten Labuhanbatu yang memiliki areal perkebunan yang luas. Luas area perkebunan kelapa sawit di kabupaten ini pada tahun 2008 mencapai sekitar 640 ribu hektar yang terdiri dari lahan inti sekitar 420 ribu hektar dan lahan plasma seluas 240 ribu hektar. Potensi perkebunan sawit yang besar tersebut merupakan modal yang sangat potensial untuk diintegrasikan dengan usaha peternakan. Sejumlah petani di Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara, kini giat mengembangkan integrasi sawit dengan ternak sapi guna mendukung program swasembada daging 2014. Gusnar (2014) menyatakan produktivitas sapi pada beberapa kecamatan di Labuhanbatu selama satu tahun terakhir meningkat setelah menerapkan sistem integrasi sawit-sapi. Integrasi ternak sapi dalam kebun kelapa sawit merupakan salah satu cara efektif meningkatkan produktivitas pangan berwujud nabati dan hewani. Manfaat langsung yang diperoleh petani dari mengintegrasikan sawit dengan sapi, yakni tanaman sawit dapat dimanfaatkan untuk menambah kebutuhan pakan bagi sapi. Sedangkan kotoran hewan ternak itu dapat dijadikan kompos untuk meningkatkan kesuburan tanaman kelapa sawit. Berdasarkan program pembelajaran integrasi sawit dengan sapi yang diterapkan BPP Labuhanbatu di Desa Selat Besar, Kecamatan Bilah Hilir, selama 2008-2012, sistem integrasi sawit-sapi ternyata mampu meningkatkan penggemukan dan populasi hewan ternak sapi. Keuntungan yang diperoleh dari

5 mengembangkan ternak sapi melalui sistem integrasi sawit-sapi dewasa ini relatif lebih besar dibanding dari hasil panen tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Integrasi ternak kedalam perkebunan kelapa sawit terjadi karena ketergantungan antara tanaman perkebunan dan ternak dapat memberi keuntungan pada kedua subsektor tersebut. Pada dasarnya keterpaduan ini menjadi daur ulang sumber daya yang tersedia secara optimal. Hasil samping dari limbah perkebunan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, sedangkan kotoran ternak dan sisa pakan ternak serta hasil panenan yang tidak dapat digunakan untuk pakan dapat didekomposisi menjadi kompos sebagai penyedia unsur hara untuk meningkatkan kesuburan lahan. Dalam sistem integrasi ini akan terjadi simbiosis mutualisme dimana masing-masing pihak baik ternak sapi maupun perkebunan kelapa sawit samasama mendapat manfaat dengan adanya sistem integrasi ini. Dalam sistem tersebut dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Menjadi tenaga ternak bagi petani 2. Menghasilkan daging ( Untuk sapi potong ) 3. Menghasilkan anak sapi ( Dari sapi induk ) 4. Menghasilkan susu ( Dari sapi perah ) 5. Menghasilkan pupuk kandang ( Kotoran ternak ). Hal hal tersebut diatas dapat menjadi entry point bagi petani dalam meningkatkan pendapatannya. Dalam hal produksi daging sapi maka petani tidak perlu khawatir akan kelebihan pasaran. Pasar dalam negeri untuk daging sapi masih terbuka lebar karena pasar daging dalam negeri (tahun 2005) masih

6 kekurangan pasokan sebesar 250 ribu ton daging. Yang dibutuhkan petani dalam pemeliharaan ternak sapi adalah keterampilan memanfaatkan sumber pakan yang tersedia baik dari perkebunan kelapa sawit maupun pabrik pengolahan kelapa sawit. Integrasi ternak sapi dan kebun kelapa sawit membutuhkan teknologi tepat guna yang sesuai sehingga produksi yang dihasilkan baik hasil kebun kelapa sawit maupun hasil dari ternak sapi dapat lebih efisien, berdaya saing dan berkelanjutan. Pendapatan petani kelapa sawit yang menerapkan sistem integrasi dan tidak integrasi sapi dengan kelapa sawit tentu berbeda. Hal ini disebabkan karena petani yang menerapkan sistem integrasi akan memperoleh penerimaan yang berasal dari 2 (dua) usaha yaitu usahatani kelapa sawit dan ditambah penerimaan yang berasal dari usaha ternak sapi yang dimiliki. Sedangkan petani yang belum menerapkan sistem integrasi hanya memperoleh penerimaan yang berasal dari usahatani kelapa sawit. Menurut Gusnar (2014) sistem integrasi ternak sapi dalam kebun kelapa sawit merupakan salah satu cara efektif meningkatkan produktivitas pangan berwujud nabati dan hewani. Manfaat langsung yang diperoleh petani dari mengintegrasikan sawit dengan sapi, yakni hijauan dan limbah tanaman sawit dapat dimanfaatkan untuk menambah kebutuhan pakan bagi sapi. Sedangkan kotoran hewan ternak itu dapat dijadikan kompos untuk meningkatkan kesuburan tanaman kelapa sawit. Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul Analisis Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit Dalam Meningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten Labuhan Batu.

7 1.2. Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pendapatan petani yang berintegrasi dan tanpa integrasi sapi kelapa sawit di daerah penelitian? 2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani di daerah penelitian? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis perbedaan pendapatan petani yang berintegrasi dan tanpa integrasi sapi kelapa sawit di daerah penelitian. 2. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani di daerah penelitian. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Dapat mengetahui perbedaan pendapatan petani yang berintegrasi dan tanpa integrasi sapi kelapa sawit di daerah penelitian. 2. Dapat mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani di daerah penelitian. 1.5. Kerangka Pemikiran Pendapatan bersih petani pada sistem integrasi sapi dan kelapa sawit diperoleh dari pengurangan total penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan petani per satu periode perhitungan usaha. Pendapatan petani

8 biasanya dipengaruh oleh faktor tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, sistem usahatani dan luas lahan yang dimiliki petani. Secara skematis kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : TANPA INTEGRASI SAPI DAN KELAPA SAWIT PENDAPATAN BERSIH USAHA KELAPA SAWIT RAKYAT FAKTOR : 1. Pendidikan 2. Pengalaman 3. Jumlah Tanggungan 4. Sistem Usahatani 5. Luas Lahan INTEGRASI SAPI DAN KELAPA SAWIT PENDAPATAN BERSIH Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Keterangan: Menyatakan Hubungan Menyatakan Pengaruh 1.5. Hipotesis Penelitian 1. Ada perbedaan tingkat pendapatan antara petani yang berintegrasi dan tanpa integrasi sapi kelapa sawit di daerah penelitian. 2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan petani kelapa sawit di daerah penelitian.