BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan

dokumen-dokumen yang mirip
2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Pada pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak buku ajar bahasa Jerman yang beredar di masyarakat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mempelajari bahasa terutama bahasa asing memerlukan keterampilan khusus dan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat banyak lembaga pendidikan formal maupun nonformal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 ANALISIS VERBA TIDAK BERATURAN BENTUK KALA LAMPAU PERFEKT DALAM BUKU

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN FLIP CHART UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI POSSESSIVPRONOMEN. Eva Eloka Verany, Amir, Ending Khoerudin.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran bahasa asing bertujuan agar pembelajar terampil

BAB l PENDAHULUAN. mempelajari struktur dan tatabahasa. Kumpulan kata tanpa struktur dan

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN KREISLAUF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN.

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang memiliki pola yang beraturan. Aturan tersebut dapat disusun

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi

Kata kunci: karangan, Präposition nach dan zu, penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dapat berupa percakapan (lisan) dan tulisan. Apabila pesan yang

BAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran :

2015 PENGGUAAN MEDIA BOARDGAME GERMAN TRIP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI ADJEKTIVDEKLINATION PADA SISWA SMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran bahasa Jerman berorientasi pada empat

Oleh : Irene Yesy, S.Pd

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pengumpulan dan pengolahan data penelitian harus menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa asing terutama bahasa Jerman, salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Iklan merupakan media yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. beberapa Sekolah Mengengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jerman pada

STRUKTUR UND WORTSCHATZ II JR 216

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. studio d A1 yang mencakup Start auf Deutsch sampai dengan Einheit. 12, dapat disimpulkan sebagai berikut;

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan

ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak (Hörfertigkeit),

BAB 2 LANDASAN TEORI

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN JIGSAW PUZZLE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang yang mempelajari suatu bahasa secara tidak langsung dia juga

ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN

Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang

2014 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN DOMINO DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONJUGASIKAN VERBA BAHASA JERMAN

JR219, SCHREIBEN II: S1, 3 sks, Semester II

JR218, LESEN II: S1, 3 sks, Semester II

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari sebuah bahasa, termasuk bahasa Jerman, pembelajar

CIRI AKUSTIK BAHASA JERMAN

RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 02 Radio D menelpon

BAB I PENDAHULUAN. Membaca dalam pembelajaran bahasa termasuk ke dalam keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia menuntut

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang harus dilatih. Keempat keterampilan itu meliputi. keterampilan menyimak Hören, keterampilan membaca Lesen,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SILABUS SCHREIBEN I JR 214. Pepen Permana, S.Pd.

PENERAPAN TEKNIK KOREKSI BERANTAI DALAM MATA KULIAH SCHREIBEN I (MENULIS I)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. analitik, yaitu suatu metode penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari suatu bahasa, pemelajar harus dapat menguasai tata

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang harus dikuasai yaitu: keterampilan menyimak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 1 Instrumen penelitian, Kunci Jawaban, Lembar Jawaban, RPP

SILABUS. JR 420, Arbeit mit Lesetexten III: S1, 2 Sks, Semester VI. DESKRIPSI MATA KULIAH Arbeit mit Lesetexten III

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isma Mentari, 2015

PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING. Lersianna Saragih*)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

ANALISIS KESALAHAN GRAMATIKA DALAM BERBICARA MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG BERDASARKAN TAKSONOMI SIASAT PERMUKAAN

SATUAN LINGUAL PENANDA GENDER DALAM BAHASA JERMAN DAN INDONESIA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari. pengaruh bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat berkomunikasi satu

SILABUS SCHREIBEN II JR 219. Putrasulung Baginda, S.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PALOPO

BAB IV KESIMPULAN. Jenis Kata. N o. Kata kerja (verba) Kata benda (nomina) Kata sifat (adjektiva) Adverbia. werben (um jmd.) gewinnen.

Kamelia Gantrisia, Dian Ekawati, Genita Cansrina. Program Studi Sastra Jerman Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit),

KISI-KISI SOAL UKG BAHASA JERMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 ANALISIS KONTRASTIF KALIMAT BAHASA JERMAN DAN BAHASA INDONESIA DALAM TEKS RESEP MASAKAN

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATERI UHRZEIT. Syaiful Qudsi, Lersianna HS, Pepen Permana

Untuk Profesor juga sesuatu yang sulit. Profesor berkonsentrasi dengan akhiran Artikel maskulin dalam Akkusativ.

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya cara untuk memecahkan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini bahasa Jerman merupakan bahasa asing selain bahasa Inggris yang banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan adanya mata pelajaran bahasa Jerman di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan perguruan tinggi di Indonesia. Salah satu di antara perguruan tinggi tersebut yaitu Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang membuka jurusan pendidikan bahasa Jerman bagi para calon pendidik bahasa Jerman di Indonesia. Mahasiswa yang menekuni bahasa Jerman sebagai bahasa asing (Deutsch als Fremdsprache) tentu memiliki kendala selama proses studinya. Salah satu penyebab timbulnya kendala bagi pembelajar yaitu karena pembelajar menganggap bahasa Jerman lebih sulit dari bahasa asing lainnya, sebagai contoh bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing yang sudah umum dipelajari baik di sekolah maupun di perguruan tinggi di Indonesia. Berdasarkan pada pengalaman penulis mempelajari bahasa Jerman di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), penulis merasa kesulitan dalam mempelajari preposisi karena preposisi dalam bahasa Jerman berkorelasi dengan empat kasus yaitu Nominativ, Akkusativ, Dativ dan Genitiv. Sedangkan dalam bahasa Inggris tidak ditemukan materi pembelajaran mengenai empat kasus tersebut. Preposisi yang berkorelasi dengan empat kasus itu tidak dapat berdiri

2 sendiri tetapi harus diikuti oleh nomina atau pronomina. Nomina dalam bahasa Jerman dibagi atas tiga jender yang ditandai oleh Artikel, yakni der untuk nomina maskulin, die untuk nomina feminin dan das untuk nomina neutral. Gabungan nomina atau pronomina dengan preposisi disebut frasa preposisi (Fprep) atau dalam bahasa Jerman disebut Präpositionalphrasen (Pp). Selain preposisi, penulis juga mengalami kesulitan dalam memahami fungsi frasa preposisi dalam suatu kalimat. Kesulitan ini dapat disebabkan oleh sulitnya bahasa yang digunakan di dalam bahan ajar. Selain itu, meskipun yang pertama diajarkan kepada mahasiswa adalah frasa preposisi yang berfungsi sebagai Situativergänzung atau pelengkap seperti yang tercantum dalam Studio d A1, Einheit 6 (2008: 98). Akan tetapi, sebagian besar mahasiswa termasuk penulis mengalami kekeliruan sehingga Ergänzung sering dianggap sebagai Angabe atau keterangan karena mahasiswa tidak mengetahui bahwa fungsi Ergänzung dengan Angabe tersebut berbeda. Frasa preposisi sebagai Angabe dapat berfungsi sebagai keterangan waktu Temporalangabe, keterangan sebab-penyebab Kausalangabe, keterangan cara Modalangabe dan sebagai keterangan tempat Lokalangabe. Mahasiswa sering merasa kesulitan dalam menentukan frasa preposisi yang berfungsi sebagai Angabe sehingga sering terjadi kekeliruan ketika menentukan fungsi frasa preposisi, apakah sebagai Angabe atau Ergänzung. Berikut ini contoh kalimat yang di dalamnya terdapat frasa preposisi yang berfungsi sebagai Ergänzung yang dikutip dari buku Studio d A1 (2008: 98): (1) Ich wohne in Gohlis. Saya tinggal di Gohlis. Saya tinggal di kota Gohlis.

3 Frasa preposisi yang terdapat dalam kalimat (1) yaitu Fprep in Gohlis yang merupakan gabungan dari preposisi in dengan nama kota (Gohlis). Frasa preposisi in Gohlis memiliki makna di kota Gohlis. Frasa preposisi in Gohlis dalam kalimat (1) sering dianggap sebagai keterangan tempat atau Lokalangabe. Anggapan ini salah karena frasa preposisi in Gohlis yang terdapat dalam kalimat (1) tidak berfungsi sebagai Lokalangabe melainkan sebagai Situativergänzung. Kekeliruan ini dapat dibuktikan oleh analisis berikut ini. Apabila Fprep in Gohlis dihilangkan dari kalimat (1), maka akan berbunyi: (2) *Ich wohne Saya tinggal Saya tinggal. Pada contoh (2) tidak terdapat unsur frasa preposisi in Gohlis dan dapat dilihat bahwa contoh (2) tersebut belum menjadi kalimat yang lengkap. Oleh karena itu, frasa preposisi in Gohlis merupakan unsur yang harus hadir (obligatoris) dalam kalimat tersebut karena tanpa kehadiran unsur Fprep in Gohlis maka kalimat tersebut tidak lengkap. Untuk dapat melihat penggunaan Lokalangabe yang menggunakan preposisi in dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut ini: (3) Ich arbeite als Ärztin in Gohlis. Saya bekerja sebagai dokter perempuan di kota Gohlis. Saya bekerja sebagai dokter di kota Gohlis. Pada kalimat (3) juga terdapat unsur frasa preposisi in Gohlis. Akan tetapi, unsur tersebut memiliki fungsi yang berbeda dengan unsur Fprep in Gohlis yang

4 terdapat dalam kalimat (1). Dalam kalimat (3) unsur frasa preposisi in Gohlis memiliki fungsi sebagai keterangan tempat yang dalam bahasa Jerman disebut Lokalangabe karena jika unsur Fprep in Gohlis dihilangkan, kalimat tersebut sudah lengkap dan memiliki makna, yaitu: (4) Ich arbeite als Ärztin. Saya bekerja sebagai dokter perempuan Saya bekerja sebagai dokter. Kalimat (4) sudah lengkap dan memiliki makna meskipun tanpa kehadiran unsur frasa preposisi in Gohlis. Dengan kata lain, unsur frasa preposisi in Gohlis yang terdapat dalam kalimat (3) merupakan unsur yang tidak harus hadir dalam kalimat. Selain kesulitan dalam memahami preposisi in, mahasiswa juga mengalami kesulitan dalam menentukan fungsi frasa preposisi yang dibentuk oleh preposisi lainnya. Berikut ini adalah contoh kalimat yang di dalamnya terdapat frasa preposisi yang dibentuk menggunakan preposisi nach: (5) Markus Bernstein geht nach Hause. Markus Bernstein pergi ke rumah Markus Bernstein pulang. Frasa preposisi yang terdapat dalam kalimat (5) yaitu nach Hause. Frasa preposisi nach Hause memiliki makna pulang. Frasa preposisi nach Hause dalam kalimat (5) sering dianggap sebagai Lokalangabe. Anggapan ini salah karena frasa preposisi nach Hause dalam kalimat (5) berfungsi sebagai Direktivergänzung karena apabila frasa preposisi nach Hause dihilangkan dari kalimat (5), maka akan berbunyi:

5 (6) *Markus Bernstein geht. Markus Bernstein pergi Markus Bernstein pergi. Pada kalimat (6) tidak terdapat unsur frasa preposisi nach Hause dan dapat dilihat bahwa kalimat (6) tersebut tidak lengkap. Oleh karena itu, Fprep nach Hause merupakan unsur yang harus hadir (obligatoris) dalam kalimat tersebut karena tanpa kehadiran unsur Fprep nach Hause maka kalimat tersebut tidak lengkap. Untuk dapat melihat penggunaan Temporalangabe yang menggunakan preposisi nach dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut ini: (7) Nach der Arbeit muss Andrea Fiedler einkaufen Setelah itu pekerjaan harus Andrea Fiedler berbelanja Setelah bekerja Andrea Fiedler harus pergi berbelanja. gehen. pergi Pada kalimat (7) terdapat unsur frasa preposisi nach der Arbeit. Akan tetapi, unsur frasa preposisi tersebut memiliki fungsi yang berbeda dengan unsur Fprep nach Hause yang terdapat dalam kalimat (5). Dalam kalimat (7) unsur frasa preposisi nach der Arbeit memiliki fungsi sebagai keterangan waktu yang dalam bahasa Jerman disebut Temporalangabe karena jika unsur Fprep nach der Arbeit dihilangkan, kalimat tersebut masih utuh dan memiliki makna, yaitu: (8) Andrea Fiedler muss einkaufen gehen. Andrea Fiedler harus berbelanja pergi Andrea Fiedler harus pergi berbelanja.

6 Kalimat (8) sudah utuh dan memiliki makna meskipun tanpa kehadiran unsur frasa preposisi nach der Arbeit. Dengan kata lain, unsur frasa preposisi nach der Arbeit yang terdapat dalam kalimat (7) merupakan unsur yang tidak harus hadir dalam kalimat. Selain mengalami kesulitan dengan preposisi in dan preposisi nach, mahasiswa juga mengalami kesulitan dalam menentukan fungsi frasa preposisi yang dibentuk oleh preposisi lainnya. Berikut ini adalah contoh kalimat yang di dalamnya terdapat frasa preposisi yang dibentuk menggunakan preposisi zu: (9) Zur Zeit bin ich Deutschstudentin Pada ini waktu adalah saya mahasiswi bahasa Jerman Pada saat ini saya adalah mahasiswi bahasa Jerman. Frasa preposisi yang terdapat dalam kalimat (9) yaitu Fprep zur Zeit. Frasa preposisi zur Zeit memiliki makna pada saat ini. Frasa preposisi zur Zeit dalam kalimat (9) sering dianggap sebagai Situativergänzung. Anggapan ini salah karena frasa preposisi zur Zeit yang terdapat dalam kalimat (9) tidak berfungsi sebagai Situativergänzung melainkan sebagai Temporalangabe. Anggapan tersebut keliru karena apabila Fprep zur Zeit dihilangkan dari kalimat (9), maka akan berbunyi: (10) Ich bin Deutschstudentin. Saya adalah mahasiswi bahasa Jerman Saya adalah mahasiswi bahasa Jerman. Kalimat (10) sudah utuh dan memiliki makna meskipun tanpa kehadiran unsur frasa preposisi zur Zeit. Dengan kata lain, unsur frasa preposisi zur Zeit yang terdapat dalam kalimat (9) merupakan unsur yang tidak harus hadir dalam

7 kalimat. Untuk dapat melihat penggunaan Ergänzung yang menggunakan preposisi zu dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut ini: (11) Um 06.30 Uhr gehe ich zur Schule. Pada 06.30 jam pergi saya ke itu sekolah Pada jam 06.30 saya pergi ke sekolah. Frasa preposisi yang terdapat dalam kalimat (11) yaitu zur Schule. Frasa preposisi zur Schule memiliki makna ke sekolah. Frasa preposisi zur Schule dalam kalimat (11) sering dianggap sebagai Lokalangabe. Anggapan ini salah karena frasa preposisi zur Schule yang terdapat dalam kalimat (11) berfungsi sebagai Direktivergänzung karena apabila frasa preposisi zur Schule dihilangkan dari kalimat (11), maka akan berbunyi (12) *Um 06.30 Uhr gehe ich Pada 06.30 jam pergi saya Pada jam 06.30 saya pergi. Pada kalimat (12) tidak terdapat unsur frasa preposisi zur Schule dan dapat dilihat bahwa kalimat (12) tersebut tidak lengkap. Oleh karena itu, Fprep zur Schule merupakan unsur yang harus hadir dalam kalimat tersebut karena tanpa kehadiran unsur Fprep zur Schule maka kalimat tersebut tidak lengkap. Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis berkesimpulan bahwa terdapat kesulitan dalam mempelajari frasa preposisi terutama dalam membedakan frasa preposisi yang berfungsi sebagai Angabe dengan frasa preposisi yang berfungsi sebagai Ergänzung, khususnya Temporalangabe dan Lokalangabe. Kesulitan yang dihadapi oleh penulis diduga

8 juga dialami oleh pembelajar bahasa Jerman lainnya. Oleh karena itu, penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai frasa preposisi sehingga penelitian ini berjudul Analisis Frasa Preposisi sebagai Temporalangabe dan Lokalangabe dalam Kinderbuch,,Neues von den Wawuschels mit den grünen Haaren. B. Identifikasi Masalah Peneliti mengidentifikasi masalah untuk penelitian ini dari beberapa faktor penyebab yang muncul berdasarkan uraian di atas, yaitu sebagai berikut : 1. Mahasiswa yang berperan sebagai pembelajar bahasa Jerman sebagai bahasa asing Deutsch als Fremdsprache (DaF), memiliki kesulitan selama pembelajaran bahasa Jerman karena terdapat perbedaan tata bahasa dalam bahasa Jerman dengan tata bahasa dalam bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing yang pertama dipelajari dan pada umumnya telah lama dipelajari oleh mahasiswa. Kesulitan tersebut terutama dalam memahami frasa preposisi yang berfungsi sebagai Temporalangabe dan Lokalangabe. 2. Mahasiswa sering memiliki anggapan yang keliru dalam memahami fungsi frasa preposisi dalam suatu kalimat, terutama membedakan antara frasa preposisi yang berfungsi sebagai pelengkap Ergänzung dengan frasa preposisi yang berfungsi sebagai keterangan Angabe. 3. Sulitnya bahasa Jerman yang dipergunakan di dalam bahan ajar mengakibatkan mahasiswa yang menekuni bahasa Jerman sebagai bahasa asing merasa kesulitan untuk memahami materi khususnya mengenai frasa preposisi yang terdapat di dalam bahan ajar.

9 4. Keterbatasan mahasiswa dalam mengeksplorasi bahan ajar menjadikan mahasiswa terpaku pada bahan ajar yang telah ditentukan oleh perguruan tinggi. C. Batasan Masalah Agar penelitian ini terfokus dan tidak meluas sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas. Adapun pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Sumber data yang akan dianalisis diambil dari Kinderbuch yang berjudul,,neues von den Wawuschels mit den grünen Haaren karya Irina Korschunow. 2. Teks yang dianalisis adalah teks yang di dalamnya terdapat kalimat-kalimat yang berisi frasa preposisi yang berfungsi sebagai Temporalangabe dan Lokalangabe. 3. Frasa preposisi yang dianalisis yaitu frasa preposisi yang berpreposisi an, auf, in, nach, von, vor dan zu karena diduga tujuh preposisi tersebut membentuk frasa preposisi yang berfungsi sebagai Lokalangabe dan Temporalangabe dalam Kinderbuch,,Neues von den Wawuschels mit den grünen Haaren karya Irina Korschunow.

10 D. Rumusan Masalah Masalah yang diangkat penulis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Preposisi apa saja yang membentuk frasa preposisi yang berfungsi sebagai Temporalangabe dan Lokalangabe? 2. Terdiri atas unsur pembentuk apa saja frasa preposisi yang berfungsi sebagai Temporalangabe dan Lokalangabe? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan preposisi yang membentuk frasa preposisi yang berfungsi sebagai Temporalangabe dan Lokalangabe. 2. Menganalisis unsur pembentuk frasa preposisi yang berfungsi sebagai Temporalangabe dan Lokalangabe. F. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, penulis berharap memperoleh beberapa manfaat, di antaranya : 1. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tata bahasa Jerman penulis khususnya dalam penggunaan Temporalangabe dan Lokalangabe dalam teks bahasa Jerman serta memberikan masukanmasukan berharga terutama dalam variabel yang dibahas dalam penelitian,

11 sehingga penulis dapat memperkaya keterampilan berbahasa yang dimiliki penulis. 2. Bagi pembelajar bahasa Jerman, penulis berharap hasil penelitian ini dapat membantu pembelajar bahasa Jerman dalam meningkatkan penguasaan tata bahasa Jerman yang dimiliki pembelajar bahasa Jerman khususnya pemahaman mengenai frasa preposisi sebagai Temporalangabe dan Lokalangabe yang terdapat di dalam teks bahasa Jerman. 3. Bagi penelitian pembelajaran bahasa Jerman, menambah jumlah kajian penelitian mengenai aturan tata bahasa atau Grammatik bahasa Jerman khususnya pada materi frasa preposisi (Fprep) yang berfungsi sebagai Temporalangabe dan Lokalangabe.