1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut pada anak-anak. Target WHO tahun 2010 adalah untuk mencapai indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa prevalensi karies aktif pada usia 12 tahun sebesar 29,8 (Depkes RI, 2007) dan Rikesdas 2013 melaporkan prevalensi karies aktif pada usia 12 tahun sebesar 42,6. (Depkes RI,2013). Terjadi kenaikan prevalensi karies dalam kurun waktu 6 tahun. Karies dipahami sebagai penyakit multifaktorial, dapat ditularkan, sehingga dianggap sebagai masalah sosial. Penyakit ini membutuhkan tiga faktor utama yang memegang peranan penting yaitu host( dilingkungan oral), substrat makanan, dan bakteri asidurik (Mc Donald &Avery, 2004). Konsep terbaru mengenai karies menjelaskan adanya proses demineralisasi dan remineralisasi yang dapat berlangsung sejalan dengan waktu, proses demineralisasi dapat berujung terjadinya karies, atau remineralisasi yang dapat berujung terjadinya perbaikan atau penyembuhan lesi atau tetap tidak berubah (Adyatmaka I,2008) Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi. Sukrosa (gula) dari sisa makanan difermentasi oleh bakteri
2 pada waktu tertentu menghasilkan asam laktat yang akan menurunkan ph mulut menjadi kritis (5,5), hal inilah menyebabkan demineralisasi.(finn,2003) Salah satu fungsi saliva adalah melindungi gigi. Mekanisme perlindungan yang dilakukan adalah dengan mengatur ph rongga mulut dengan adanya efek buffer (Kidd & Bechal, 1992). Aliran saliva berhubungan dengan volume dan ph saliva. Konsentrasi bikarbonat dan ph saliva sangat tergantung pada laju aliran saliva. Konsentrasi bikarbonat dan ph saliva meningkat ketika laju aliran saliva meningkat(pedersen 2007). Volume saliva yang besar, viskositasnya lebih rendah atau lebih encer sehingga aliran lebih lancar, mengakibatkan ph saliva akan berubah. (Supartinah,2003 ). Kadar kalsium dalam saliva yang bervariasi menyebabkan variasi ph dalam saliva. Roth dan calmes(1991) menyatakan bahwa adanya ion kalsium dalam saliva mendukung mekanisme dekalsifikasi email pada lingkungan asam(demineralisasi), karena ion Ca + memungkinkan terjadinya remineralisasi pada permukaan gigi. McDonald 2004 menyatakan bahwa kadar kalsium didalam saliva bersama dengan fosfat serta kapasitas buffer yang cukup akan membantu proses remineralisasi email dengan cara menetralisir asam dari bakteri dan memperbaiki kerusakan email. Salah satu makanan yang digunakan dalam upaya pencegahan karies, yang kini sedang dikembangkan adalah yoghurt. Yoghurt adalah susu yang difermentasikan dengan probiotik dan telah terbukti dapat menurunkan resiko karies pada anak-anak( Lodi.C.S dkk,2009). Kandungan probiotik
3 Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus pada yoghurt yang akan menguraikan laktosa menjadi asam laktat. Di dalam yoghurt yang merupakan produk susu terdapat kasein yang dapat menetralkan asam akibat glikolisis karbohidrat dan juga memiliki efek buffer, lemak yang terkandung dalam yoghurt akan menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri kariogenik termasuk dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans(sterod, 1991.cit Reynold et.al., 1995). ph yoghurt yang rendah juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans (Purba,N, 2014) Beberapa komponen terdapat pada yoghurt jumlahnya lebih tinggi daripada susu yaitu kalsium, protein dan vitamin. Enzim Kalsium phospatase yang terdapat pada yoghurt yang tidak terdapat pada susu akan mempercepat proses remineralisasi. Komposisi dan aliran saliva dapat dipengaruhi oleh rangsang makanan. Makan yang memiliki aroma dan rasa yang tajam akan menaikkan komposisi dan aliran saliva (Supartinah, 1999). Yoghurt memiliki tekstur seperti bubur halus, aroma dan rasa yang tajam dan khas karena adanya asam laktat dapat menaikkan komposisi dan aliran saliva. Poerwadarminta (1985) mendefinisikan mengulum adalah menahan sesuatu didalam mulut untuk waktu tertentu, dan selanjunya ditelan. Pada perlakuan mengulum memungkinkan suatu zat memberikan efek topikal pada rongga mulut. Dengan demikian pencinta minuman yoghurt, dapat merasanakan yoghurt, dengan cara mengulum yoghurt didalam rongga mulut.
4 Pada usia 12-14 tahun dapat digolongkan sebagai remaja awal, yaitu suatu periode perkembangan kearah kemandirian atau kebebasan pribadi untuk dapat menerima informasi. Gigi geligi permanen yang sebagian besar sudah erupsi sempurna. Dimasa usia tersebut anak-anak menyukai makan makanan yang sedang trendi,senang mencoba-coba oleh karena itu sebagai orang tua dapat mempromosikan makanan sehat seperti yoghurt pada usia ini.(campbell,k.j 2013 ) B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh lama waktu mengulum yoghurt terhadap ph saliva pada anak usia 12-14 tahun. 2. Bagaimanakah pengaruh lama waktu mengulum yoghurt terhadap kadar kalsium saliva pada anak usia 12-14 tahun. 3. Bagaimanakah pengaruh lama waktu mengulum yoghurt terhadap hambatan pembentukan plak pada usia anak 12-14 tahun.
5 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama waktu mengulum yoghurt terhadap ph saliva, kadar kalsium dalam saliva dan hambatan pembentukan plak, pada anak-anak usia 12-14 tahun. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan a. Diharapkan dengan penelitian ini akan menambah informasi tentang pencegahan karies dengan mengulum yoghurt terhadap ph saliva, kadar kalsium dan pembentukan plak,pada anak usia 12-14 tahun. b. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang yoghurt dengan strain lain yang memberikan pengaruh positif pada pencegahan karies. 2. Untuk klinisi a. Diharapkan dengan penelitian ini akan meningkatkan kesadaran klinisi tentang arti pentingnya mengkonsumsi yoghurt yang mengandung strain yang spesifik untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. b. Klinisi mulai menyarankan kepada pasien-pasien untuk mengkonsumsi yoghurt dengan cara mengulum minimal 15 menit didalam rongga mulut.
6 3. Bagi Masyarakat Diharapkan dengan penelitian ini akan memberikan informasi kepada orang tua cara dan waktu mengkonsumsi yoghurt yang memberikan efek yang maksimal untuk pencegahan terhadap karies. E. Keaslian Penelitian Penelitian secara invitro antara lain telah dilakukan oleh Deviyanti dkk (2009) yang meneliti potensi anti bakteri kariogenik S mutans dari dua jenis minuman yoghurt dan membandingkannya pada empat jenis suhu dan waktu penyimpanan, serta Nurul Putri dkk (2011) meneliti potensi anti jamur Candida albican rongga mulut dari beberapa minuman kemasan yoghurt dan kefir dengan kandungan probiotik yang berbeda. Dalam penelitian ini akan diteliti perbedaan waktu mengulum yoghurt yang mengandung probiotik Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus Thermopilus terhadap ph saliva, kadar kalsium dalam saliva dan hambatan pembentukan plak pada anak usia 12-14 tahun.