PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa bahagia dalam keseharianya. Bagi manusia, hidup yang baik akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA GURU BANTU SD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN KINERJA PADA GURU TETAP DENGAN GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN SUKOHARJO. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PT. Permata Finance Indonesia (PT. PFI) dan PT. Nusa Surya Ciptadana

2015 SUBJECTIVE WELL-BEING PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usahanya tersebut. Profesi buruh gendong banyak dikerjakan oleh kaum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KONTRIBUSI RELIGIUSITAS TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bidang pelayanan kesehatan tempat yang mendukung rujukan dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian hingga kebutuhan untuk diakui

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sebutan untuk menghormati kodrat perempuan dan sebagai satu-satunya jenis

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kebutuhan manusia dari kebutuhan yang bersifat paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

Prevalensi perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Tobacco Atlas tahun 2015, Indonesia meraih predikat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. persaingan. Seseorang akan berkompetisi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih,

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING ANTARA GURU BERSERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI

Hubungan Antara Coping Stress dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

Prosiding Psikologi ISSN:

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. daya manusia pada bangsa ini tidak diimbangi dengan kualitasnya. Agar di

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperlukan pikiran yang terbimbing dan benar. Disinilah kekuatan berfikir secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan termasuk konsep-konsep seperti kepuasan hidup, emosi menyenangkan, fulfilment,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Kebahagiaan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yakni angkanya dapat berbeda-beda dari satu objek ke objek yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibicarakan, karena akibat negatif yang sangat mengkhawatirkan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well Being. dan kepuasan dalam hidup dikaitkan dengan subjective well being.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu

BAB II. Landasan Teori. 1. Pengertian Kesejahteraan Subjektif (Subjektive well-being)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method yang merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah combined

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

BAB I PENDAHULUAN. membagi lansia ke dalam 3 tahapan yaitu young old, old-old, dan oldest old.

Transkripsi:

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Uun Festiana Wulandari F 100 060 091 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sebagai seorang manusia biasa didalam menjalani kehidupan pastinya ada rasa kebahagiaan dan ada rasa kesedihan. Jika seseorang menginginkan sesuatu dan hal yang diinginkan tersebut tercapai, maka akan menimbulkan rasa kebahagiaan. Tetapi jika seorang menginginkan sesuatu hal yang diingnkan tidak tercapai akan menimbulkan rasa kesedihan. Seperti itulah yang di rasakan seseorang sepanjang hidupnya. Jika kesedihan yang dirasakan secara berlarut-larut dan tidak bisa mengatasi kesedihan tersebut maka akan menimbulkan stress bahkan depresi yang tidak baik untuk kesehatan mental seseorang. Dalam bidang psikologi dikenal dengan nama Subjective Well-being (Kesejahteraan Subjektif) yaitu mengacu pada bagaimana orang yang menilai kehidupannya, termasuk dalam beberapa variabel seperti kepuasaan hidup dan kepuasaan perkawinan, kurangnya depresi, kegelisahan, suasana hati dan emosi positif di dalam menjalani kehidupannya. Untuk itulah, pemaknaan hidup yang positif merupakan hal yang sangat penting agar manusia, yang dengan berbagai latar belakangnya dan juga dengan berbagai subjektivitas yang dimilikinya, bisa meraih kebahagiaan atau disebut dengan istilah subjective well-being (Arbiyah, dkk., 2008). Mengutip pendapat Diener, Lucas dan Oishi (2005) Subjective Well-being merupakan konsep yang luas, meliputi : emosi, pengalaman menyenangkan, rendahnya tingkat mood negative, dan kepuasan hidup yang tingg. seseorang 1

2 dikatakan memiliki Subjective well-being yang tinggi jika mereka merasa puas dengan kondisi hidup mereka, sering merasakan emosi positif dan jarang merasakan emosi negatif. Kesejahteraan subjektif merupakan seseorang yang memiliki penilaian yang lebih tinggi tentang kebahagian dan kepuasan hidup cenderung bersikap sepertinya mereka lebih bahagia dan lebih puas. Dinamika Subjective Well-Being individu selama bekerja atau menjalani usaha dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, gaji/penghasilan, konflik yang dialami Argyle (2001). Selain itu Pivot & Diener (2004) menjelaskan bahwa Subjective Well Being merupakan salah satu predictor kualitas hidup individu karena Subjective Well-Being mempengaruhi penghasilan individu dalam berbagai domain kehidupan. Seperti yang dikemukakan oleh Diener (1997) kesejahteraan subjektif (subjective well-being) merupakan cara bagaimana seseorang mengevaluasi dirinya. Evaluasi tersebut meliputi kepuasan hidup, sering merasakan emosi positif seperti kegembiraan, kasih sayang serta jarang merasakan emosi negatif seperti kesedihan dan marah. Ketika seseorang menerima dirinya sendiri dengan cara yang lebih positif, mereka akan tampil di hadapan orang lain dengan tingkat kepercayaan diri dan optimisme tertentu, yang nantinya akan membantu terciptanya reaksi positif dari orang lain dan hal itu akan meningkatkan kembali harga diri awal mereka. Menurut Subandi (1989) ada beberapa hak dan kewajiban guru yang tercantum dalam Undang-Undang RI No 2 Tahun 1989 Bab VII Pasal 30 yang antara lain adalah memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan social yaitu

3 tenaga kependidikan yang memiliki kedudukan sebagai pegawai memperoleh gaji dan tunjangan yang sesuai dengan peraturan umum yang berlaku bagi pegawai negeri, pemerintah dapat memberi tunjangan tambahan bagi tenaga kependidikan ataupun golongan kependidikan tertentu, tenaga kependidikan yang bekerja pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat memperoleh gaji dan tunjangan dari badan perorangan yang bertanggung jawab atas satuan pendidikan yang bersangkutan. Dalam beberapa hak dan kewajiban yang ada diatas yaitu memberikan suatu perbedaan kesejahteraan pada guru di sekolah negeri dengan guru di sekolah swasta. Dapat dilihat dari tunjangan, pada guru di sekolah negeri memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan social yaitu tenaga kependidikan yang memiliki kedudukan sebagai pegawai memperoleh gaji dan tunjangan yang sesuai dengan peraturan umum yang berlaku bagi pegawai negeri, sedangkan pada guru di sekolah swasta yaitu tenaga kependidikan yang bekerja pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat memperoleh gaji dan tunjangan dari badan perorangan yang bertanggung jawab atas satuan pendidikan yang bersangkutan. Pendidikan yang bermutu dan berkualitas tentunya akan menghasilkan sumber daya manusia yang dapat mengoptimalkan potensi sumber daya lainnya. Seperti yang dikatakan Kartini Kartono (1994) bahwa kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa Indonesia adalah pendidikan. Hal ini berarti, pendidikan diharapkan dapat menggerakkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas keberadaannya serta mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Lebih jauh dikatakan oleh Kartini Kartono (1994) bahwa pendidikan merupakan alat

4 untuk memperbaiki keadaan sekarang, juga untuk mempersiapkan dunia esok yang lebih sejahtera (Mangunsong, 2008). Pada mulanya profesi sebagai guru merupakan profesi yang sangat dihormati di dalam masyarakat. Namun melihat kenyataan yang sekarang terjadi, guru bukannya dihargai dan diperhatikan, sebaliknya malah ditindas dan dilecehkan. Di samping itu kesejahteraan guru diabaikan oleh pemerintah, padahal tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya sangat berat. Akibat dari kenyataan tersebut, para guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tergabung dalam Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGRI) mengadakan aksi demonstrasi besarbesaran di gedung DPR dan DPRD. Dalam aksi demonstrasi yang terjadi di Indonesia bahwa para guru PNS menuntut tiga hal yaitu : a) kenaikan anggaran pendidikan, b) kenaikan gaji guru dan c) perubahan sistem pendidikan di Indonesia. Anggran pendidikan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) saat ini hanya 7%, mereka minta dinaikkan hingga 25%. Masalah gaji, mereka menuntut kenaikan 200% dan tunjangan fungsional sama dengan dosen, yang berarti naik sekitar 500%. Perbaikkan sistem pendidikan dimaksudkan karena pada saat ini status guru PNS masih simpang siur. Sebagian guru berada di bawah Departemen Pendidikan, sebagian yang lain di bawah Departemen Dalam Negeri (Rulianto, 2000) Guru yang mengajar di sekolah swasta dengan guru yang mengajar di sekolah negeri yaitu sama-sama berperan menjadi seorang pendidik yang baik menjadikan peserta didik atau siswa yang berguna bagi bangsa dan Negara serta orang lain juga menjadi ujung tombak dalam pendidikan mencapai suatu

5 keberhasilan. Tetapi ada perbedaan di antara keduanya yaitu pada kesejahteraan guru antara lain dalam hal tunjangan. Pada guru di sekolah negeri memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan social yaitu tenaga kependidikan yang memiliki kedudukan sebagai pegawai memperoleh gaji dan tunjangan yang sesuai dengan peraturan umum yang berlaku bagi pegawai negeri, sedangkan pada guru di sekolah swasta memperoleh gaji dan tunjangan dari badan perorangan yang bertanggung jawab atas satuan pendidikan yang bersangkutan. Dalam proses pendidikan, ada banyak komponen yang dapat meningkatkan kualitas serta mutu pendidikan diantaranya adalah guru, bahan ajar, fasilitas, siswa, kondisi lingkungan dan metode mengajar yang digunakan. Berbagai komponen tersebut yang paling penting adalah guru. Guru memegang peranan besar dalam meningkatkan kualitas dan merupakan ujung tombak dalam suatu sistem pendidikan. Menurut pendapat Musadi (2003) Dalam wawasan kependidikan guru, dikatakan bahwa guru adalah salah satu komponen pendidikan. Menurut Iskandar (2005) guru disamping menjadi fasilitator, motivator dalam pendidikan dan guru juga sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Subjective well-being pada profesi guru di sekolah dasar swasta nasional di wilayah kecamatan kelapa gading Jakarta, pengambilan subjek dilakukan secara random dengan menggunakan teknik Accidental sampling. Dari penelitian ini diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa Subjective well-being pada profesi guru sekolah dasar swasta nasional di kecamatan kelapa Gading Jakarta tergolong sedang. penelitian juga menunjukkan

6 didapat adanya perbedaan yang signifikan bila dilihat dari aspek swb yang terdiri dari evaluasi kognitif dan afektif (Revinatari, Ariyanti Puspa, 2009) Dalam dunia pendidikan, guru adalah sebagai ujung tombak yang sangat penting dalam memajukan pendidikan. Dimana ada guru yang mengajar di sekolah negeri dan ada juga yang mengajar di sekolah swasta dimana tugas mereka sama-sama mengajar dan mendidik serta memberikan pendidikan yang baik dan benar untuk siswa-siswanya. Tetapi guru yang di sekolah negeri tingkat kesejahteraannya tinggi sedangkan guru disekolah swasta tingkat kesejahteraannya rendah salah satunya pada hal tunjangan. Pada guru di sekolah negeri mendapatkan tunjangan sedangkan guru di sekolah swasta tidak mendapatkan tunjangan. Maka dari itu, diharapkan bahwa antara guru di sekolah negeri dengan guru di sekolah swasta tidak ada perbedaannya yaitu dalam arti tidak hanya guru di sekolah negeri saja yang mendapatkan tunjangan tetapi guru di sekolah swasta juga mendapatkan tunjangan. Sehingga tidak ada kesenjangan kesejahteraan hidup antara guru disekolah negeri dengan guru di sekolah swasta. Dari berbagai uraian yang dikemukakan maka peneliti mengajukan rumusan masalah Apakah ada Perbedaan Subjective Well-Being Pada Guru Negeri Di SMAN I Wonosari Dengan Guru Swasta Di SMA Muhammadiyah I Klaten? Dengan rumusan masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dengan mengadakan penelitian dengan judul PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU DI SWASTA SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN.

7 B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis untuk : 1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan Subjective Well-Being Pada Guru Negeri Di SMAN I Wonosari Dengan Guru Swasta Di SMA Muhammadiyah I Klaten. 2. Mengetahui Subjective Well-Being pada Guru Negeri Di SMAN I Wonosari 3. Mengetahui Subjective Well-Being pada Guru Swasta Di SMA Muhammadiyah I Klaten. 4. Mengetahui mana yang lebih tinggi Subjective Well-being pada guru negeri di SMAN Wonosari dengan guru swasta di SMA Muhammadiyah I Klaten. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu : 1. Bagi Kepala Dinas Pendidikan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan sebagai acuan dalam meningkatkan subjective well-being pada guru negeri di SMAN I Wonosari dengan guru swasta di SMA Muhammadiyah I Klaten. 2. Bagi Kepala Sekolah SMAN I Wonosari. Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan sebagai pengetahuan dalam hal kesejahteraan hidup (subjective wellbeing) pada guru negeri. 3. Bagi Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah I Klaten. Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan sebagai pengetahuan dalam hal kesejahteraan hidup (subjective well-being) pada guru swasta.

8 4. Bagi Guru. Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan sebagai pengetahuan kesejahteraan guru negeri di SMAN I Wonosari dengan guru swasta di SMA Muhammadiyah I Klaten. 5. Bagi Masyarakat. Diharapkan penelitian ini menjadi bahan referensi untuk mengetahui pentingnya perbedaan Subjective Well-Being pada guru negeri di sekolah SMAN I Wonosari dengan guru swasta di SMA Muhammadiyah I Klaten yaitu pada kesejahteraan subjektif yang dilihat dari kebahagiaan dan kepuasan hidup dimana seseorang mampu memaknai hidupnya dengan emosi positif. 6. Bagi Psikologi. Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dibidang psikologi pendidikan dan psikologi sosial yang berkaitan dengan Subjective Wellbeing. 7. Bagi Peneliti Lainnya, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dibidang psikologi pendidikan dan psikologi sosial yang berkaitan dengan perbedaan subjective well-being pada guru negeri di SMAN I Wonosari dengan guru swasta di SMA Muhammadiyah I Klaten.dan sebagai acuan dalam mengembangkan penelitian yang baru mengenai Subjective Well-being.