Korespondensi antara Kualitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Kepuasan Berhuni terhadap Keinginan Pindah pada Hunian Sewa

Preferensi Hunian yang Ideal Bagi Pekerja dan Mahasiswa pada Kelompok Umur Dewasa Awal / Early Adulthood

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

Hubungan antara Jenis Hunian Sewa dan Kualitas Interaksi Sosial Mahasiswa

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Rumah Impian Mahasiswa

Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat

Lingkungan Rumah Ideal

Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

Kecenderungan Penggunaan Software Pemodelan dalam Proses Desain Terkait Alasan dan Usia Pengguna

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Ruang Favorit dalam Rumah

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi Publik terhadap Kawasan Bersejarah

KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN ELEMEN KOTA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT INDONESIA

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Persepsi Masyarakat tentang Penggunaan Energi dalam Rumah Tinggal Berdasarkan Profesi

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Mushola di dalam Rumah

Preferensi Pasangan Berlibur Terhadap Jenis Penginapan dan Keadaan Interior

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Motivasi dan Preferensi Gender

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

Keluhan dan Harapan Masyarakat terhadap Karakteristik Toilet Umum di Indonesia

Preferensi Masyarakat terhadap Material Bangunan

Preferensi Masyarakat tentang Tipologi Sekolah yang Meningkatkan Semangat dan Minat Belajar Siswa

korespondensi antara kerusakan ekologi dan penyebabnya.

Prioritas Pengembangan Kawasan Pusat Olahraga berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Pengunjung

Analisis Perseptual Penghuni Terhadap Kualitas Hunian Asrama Mahasiswa ITB

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

Karakter Fisik Spasial Tempat Favorit Dewasa Muda

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Perbedaan Preferensi Gender dan Motivasi

Identifikasi Faktor Kebutuhan Area Transisi :

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan pendidikan di Indonesia begitu pesat baik pendidikan yang

Kota Impian: Perspektif Keinginan Masyarakat

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana

Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan berhuni atau housing satisfaction mengukur kepuasan secara

Citra Kota Bandung: Persepsi Mahasiswa Arsitektur terhadap Elemen Kota

Adaptasi Perilaku dan Modifikasi sebagai Proses Menciptakan Hunian Ideal Bagi Penghuni Perumahan Massal

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

Potret Kualitas Wajah Kota Bandung

Pengaruh Penggunaan Skylight & Sidelight pada Shopping Mall terhadap Perilaku Manusia

Komparasi Dimensi dan Perabot Ruang Tidur Rumah Pribadi dan Rumah Kost di Banjarbaru

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

Persepsi Praktisi dan Akademisi terhadap Penerapan Teknologi BIM di Arsitektur

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tempat dengan Desain Menarik di Bandung

Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah

BAB 5 KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terhadap hotel New Sany Rosa,

Pertimbangan Pemilihan Titik-Titik Temu Transportasi Publik

Eksternalitas Penggunaan Ruang Publik sebagai Pasar Kaget (Pop-up Market) bagi Masyarakat Dewasa Muda Kota Bandung

Hasil Observasi Karakter Gang di Kawasan Kampung Kota Bantaran Sungai di Babakan Ciamis, Bandung

MENARA SINAR MAS DI KAWASAN MEGA KUNINGAN, JAKARTA DRAFT LAPORAN TUGAS AKHIR AR 4099

Korespondensi Permasalahan dan Pemilihan Tempat di Alunalun sebagai Ruang Terbuka Publik

Penilaian Jalur Pedestrian oleh Masyarakat Urban dan Kriteria Jalur Pedestrian yang Ideal Menurut Masyarakat

Penilaian Kinerja Ruang Terbuka Sunken Court ITB

Preferensi Ruang Hobi

Analisis Kualitas Faktual Sebagai Salah Satu Alat Evaluasi Penentu Kualitas Ruang Terbuka Publik di Kota Bandung

Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bukan dari daerah asal orang tersebut (KBBI, 2015). Perantau juga sering

Kafe Ideal. Devi J. Tania. Abstrak

Physical Milieu Ruang Komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali

Universitas Sumatera Utara. Gambar 1.2 Area parkir yang kurang memadai, akibatnya lobby menjadi area parkir. Sumber: (peneliti 2013)

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

Urgensi Kekhasan Pola Kerja Merancang bagi Arsitek

Persepsi Masyarakat terhadap Transportasi Umum di Jababodetabek

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

HUBUNGAN KECENDERUNGAN TINGGAL DENGAN KECUKUPAN HUNIAN, KEPUASAN DAN KEMAMPUAN PENGHUNI RUSUNA (STUDI KASUS RUSUNA TAMBORA)

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Korespondensi antara Kualitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa Bunga Sakina (1), Hanson E. Kusuma (2) (1) Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. (2) Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Beragam tipologi hunian sewa telah menjadi alternatif pilihan hunian yang terus berkembang. Untuk dapat meningkatkan kualitas dari produk hunian sewa, dibutuhkan penilaian dari mahasiswa, sebagai konsumen utama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan hunian sewa berdasarkan persepsi mahasiswa, serta melihat bagaimana pengaruhnya teradap tingkat kepuasan. Penelitian yang bersifat kualitatif eksploratif ini menggunakan metode pengumpulan data dengan kuesioner online yang dibagikan secara bebas kepada mahasiswa yang berhuni secara sewa di berbagai universitas yang ada di beberapa kota di Indonesia. Hasil analisis secara kualitatif dan kuantitatif mengungkapkan faktor-faktor dari hunian sewa yang menjadi kelebihan seperti Lokasi Strategis, Biaya Sewa Terjangkau, dan Kelengkapan Fasilitas Bersama. Kekurangan hunian sewa yang dipersepsi oleh mahasiswa antara lain Kualitas layanan Buruk, Kualitas Bangunan Buruk, dan Kebersihan Buruk. Selain itu, ditemukan juga faktor-faktor dari kelebihan hunian sewa yang dapat memiliki korespondensi tinggi dengan tingkat kepuasan yaitu Biaya Sewa Terjangkau, Kelengkapan Layanan, Interaksi Sosial Baik, dan Kualitas Bangunan Baik. Kata-kunci : hunian sewa, korespondensi, kualitas, mahasiswa, tingkat kepuasan Pengantar Peningkatan jumlah mahasiswa di Indonesia secara otomatis menyebabkan pertumbuhan kebutuhan akan fasilitas hunian yang bersifat sewa, seperti bangunan kost, rumah kontrak, asrama, dan apartemen. Bagi penyedia fasilitas hunian sewa, bisnis ini menjadi potensi investasi yang menjanjikan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang pengguna, hunian sewa mahasiswa merupakan kebutuhan berhuni sementara di suatu lokasi bagi kaum muda yang memasuki fase meninggalkan rumah orang tua dengan motif pendidikan (Rugg, dalam Nurdini, 2009). Guna meningkatkan kualitas dari hunian sewa, sebagai salah satu alternatif hunian yang terus berkembang, maka dibutuhkan penilaian dari mahasiswa, sebagai konsumen utama, mengenai kualitas hunian sewa tersebut, apakah rancangan hunian sewa yang mereka tempati telah memenuhi aspirasi dan kebutuhan berhuninya. Selain itu, pengetahuan mengenai tingkat kepuasan dari mahasiswa terhadap produk hunian sewa juga menjadi penting. Tingginya kepuasan konsumen akan menjadi indikator keberhasilan dari produk rancangan hunian sewa dan juga performa dari pihak penyedia fasilitas hunian sewa tersebut (Nurdini, 2009). Pentingnya kepuasan dalam berhuni telah disebutkan dalam beberapa penelitian. Menurut Galster (1987), kepuasan berhuni atau housing satisfaction adalah suatu ukuran dari celah antara kebutuhan dan aspirasi (keadaan yang diidamkan) penghuni terhadap keadaan hunian sebenarnya. Dijelaskan dalam penelitian Ha & Weber (1991) bahwa kepuasan penghuni terhadap huniannya akan dipengaruhi oleh kualitas dari hunian tersebut. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Sakina (2014) juga menunjuk- Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 C 043

Korespondensi antara Kuallitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa kan bahwa kepuasan pada hunian sewa lebih memilliki pengaruh terhadap ketidakinginan untuk pindah atau kebetahan, dibandingkan kepuasan terhadap lingkungan sekitar dari hunian sewa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi mahasiswa mengenai kelebihan dan kekurangan dari hunian sewa, serta bagaimana pegaruhnya terhadap tingkat kepuasan. Hubungan antara kualitas hunian sewa dan tingkat kepuasan dapat dilihat pada gambar 1. dalam bentuk kuesioner. Kuesioner online dibagikan secara bebas (snowball-non-randomsampling) kepada mahasiswa yang berhuni secara sewa, baik lewat media sosial ataupun secara pribadi kepada teman-teman yang dikenal. Mahasiswa yang menjadi responden juga diminta untuk menyebarkan kuesioner online tersebut kepada teman-teman mereka yang lain. Didapatkan total 85 responden, dimana keseluruhan responden merupakan mahasiswa yang tinggal di hunian sewa dari berbagai universitas yang ada dibeberapa kota di Indonesia, yakni Bandung (31 orang), Yogyakarta (31 orang), dan Samarinda (23 orang). Kuesioner online berisi pertanyaan yang disusun secara kualitatif dan kuantitatif (mix-method). Pertanyaan kualitatif menggunakan struktur pertanyaan terbuka (open-ended), sedangkan pertanyaan kuantitatif dengan pertanyaan tertutup (close-ended). Dalam pembahasan kali ini, data yang digunakan adalah data teks yang bersifat kualitatif. Gambar 1. Hubungan kualitas hunian sewa dan tingkat kepuasan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi para pemilik, perencana, pengembang, ataupun investor hunian sewa untuk merancang hunian sewa yang mampu mengakomodasi kebutuhan konsumen dengan baik, sehingga konsumen akan merasa puas dan betah berada di hunian sewa tersebut. Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif (Creswell, 2008) yang bersifat eksploratif (Groat & Wang, 2002). Penelitian kualitatif eksploratif dilakukan guna mendapatkan data-data dengan kemungkinan informasi yang beragam serta untuk menggali secara mendalam jawaban dari para responden. Mahasiswa diminta untuk mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan dari hunian sewa yang mereka huni saat ini. Pertanyaan tersebut berbentuk pertanyaan terbuka (open-ended) sehingga mahasiswa dapat dengan leluasa memberikan persepsi mereka akan kualitas hunian sewanya. Selain itu mahasiswa juga diminta untuk mengukur tingkat kepuasan mereka terhadap hunian sewa tesebut. Untuk memudahkan responden, pertanyaan ini dibuat dengan metode semantic-differential (SDmethod) berskala 1 sampai 5. Masing-masing kutub dari jawaban atas pertanyaan berupa kata sifat yang saling berlawanan, yakni sangat tidak puas sampai dengan sangat puas. Contoh pertanyaan dalam kuesioner online diperlihatkan pada tabel 1. Tabel 1. Contoh pertanyaan berskala semanticdifferential (SD-method) Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan survei online C 044 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 Sangat tidak puas 1 2 3 4 5 Sangat puas

Data numerik hasil dari pertanyaan berskala tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, yakni Tidak Puas (jawaban skala 1-2); Puas/Tidak Puas (jawaban skala 3); dan Puas (jawaban skala 4-5). Kategorisasi ini bertujuan agar data dapat dianalisis secara kualitatif bersama dengan data teks dari deskripsi kelebihan dan kekurangan hunian sewa. Terdapat dugaan bahwa jika dengan memberikan penilaian mengenai kelebihan dan kekurangan hunian sewa secara bersamaan, maka dalam hasil analisis akhir akan dapat ditemukan kombinasi dari kelebihan dan kekurangan hunian sewa yang mempengaruhi tingkat kepuasan mahasiswa. Metode Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan metode content analysis, dan secara kuantitatif dengan menggunakan analisis distribusi dan analisis korespondensi. Metode content analysis dilakukan terlebih dahulu guna memperkaya informasi mengenai kelebihan dan kekurangan hunian sewa berdasarkan persepsi mahasiswa. Selanjutnya dilakukan analisis distribusi untuk mengetahui frekuensi dari jawaban responden yang dominan atau tidak dominan mengenai kelebihan dan kekurangan hunian sewa. Untuk melihat hubungan korespondensi antara kualitas hunian sewa tersebut dengan tingkat kepuasan mahasiswa, digunakan analisis korespondensi. Bunga Sakina Berdasarkan deskripsi tersebut, didapatkan beberapa kata kunci dari kelebihan hunian sewa yakni harga terjangkau, fasilitas lengkap, suasana tenang, dekat warung makan, teman ramah. Sedangkan beberapa kata kunci untuk kekurangan hunian sewa yakni fasilitas kurang dan kamar mandi sedikit. Selanjutnya, dilakukan axial coding untuk mengelompokkan kata-kata kunci yang telah didapatkan menjadi kategori. Tahapan ini dilakukan dengan workshop (lihat gambar 2) dan diskusi kelompok untuk menghindari hasil yang bias. Ditemukan total masing-masing 17 kategori untuk kelebihan dan kekurangan hunian sewa. Kategori-kategori ini kemudian digunakan untuk tahap analisis selanjutnya, yakni analisis distribusi. Contoh tahap axial coding, baik untuk kelebihan maupun kekurangan hunian sewa, dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3. Analisis dan Interpretasi Di tahap pertama content analysis, dilakukan tahap open coding atau tahapan untuk mengidentifikasi kata-kata kunci dari data teks yang ada. Contoh open coding dari komentar responden mengenai kelebihan dan kekurangan hunian sewa dapat dilihat dalam kutipan dari hasil kuesioner di bawah ini. Harga terjangkau dengan fasilitas yang cukup memenuhi kebutuhan mahasiswa. Lingkungan tenang, banyak penjual makanan. teman2 kosan baik. (Mahasiswi) Tidak ada fasilitas tambahan. kamar mandi sedikit. (Mahasiswa) Gambar 2. Workshop kategorisasi kata kunci (axial coding) Tabel 2. Contoh axial coding kelebihan hunian sewa No Kategori Kata Kunci 1. 2. Interaksi Sosial Baik Biaya Sewa Terjangkau Ada kegiatan bersama Mudah bersosialisasi Rasa kekeluargaan Keberadaan teman Teman ramah Pemilik ramah Ramai Harga terjangkau Tidak ada biaya tambahan Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 C 045

Korespondensi antara Kuallitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa Tabel 3. Contoh axial coding sewa. kekurangan hunian No Kategori Kata Kunci 1. 2. Kualitas Fasilitas Bersama Buruk Ketidaklengkapan Layanan Area jemur jauh Ukuran dapur sempit Kamar mandi jauh Kamar mandi sedikit Dapur jauh Jumlah dapur kuang Lahan parkir sempit Tidak ada fas. makananminuman gratis Tidak ada internet Tidak ada air panas Tidak ada tv Sanitasi kurang Seluruh kategori yang didapatkan, masingmasing 17 untuk kelebihan dan kekurangan hunian sewa, kemudian dianalisis frekuensinya dengan menggunakan analisis distribusi. Analisis ini juga bertujuan untuk mengetahui jawaban yang paling dominan ataupun tidak dominan mengenai kelebihan dan kekurangan dari hunian sewa berdasarkan persepsi dari mahasiswa. Hasil analisis distribusi untuk kelebihan hunian sewa dapat dilihat pada Diagram 1. Terlihat bahwa faktor-faktor yang dianggap sebagai kelebihan hunian sewa oleh para responden adalah Lokasi Strategis dengan jumlah 33 (12%), disusul dengan Biaya Sewa Terjangkau sebanyak 31 (11%), dan Kelengkapan Fasilitas Bersama dengan jumlah 29 (10%). Lingkungan Sekitar Baik menjadi jawaban dengan jumlah paling sedikit yakni 3 (1%). Hasil ini menunjukkan bahwa kemudahan akses, dengan lokasi dari hunian sewa yang strategis seperti berada di pusat kota, dekat dengan kampus, dekat dengan fasilitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari, merupakan hal utama bagi mahasiswa dalam menilai hunian sewa mereka. Selanjutnya aspek keterjangkauan biaya sewa juga menjadi faktor penting bagi mahasiswa yang sebagian besar belum memiliki penghasilan sendiri. Kelengkapan fasilitas bersama seperti tersedianya dapur bersama, area jemur dan lahan parkir juga menjadi nilai tambah dari hunian sewa bagi mahasiswa. Keadaan lingkungan sekitar yang baik, seperti jalan yang luas, terbebas dari banjir, dan tetangga yang ramah, tidak menjadi jawaban yang banyak dilontarkan mahasiswa terkait kelebihan dari hunian sewa. Diagram 1. Analisis distribusi kelebihan hunian sewa Untuk kekurangan hunian sewa, jawaban dari responden yang paling dominan adalah Kualitas Layanan Buruk dengan jumlah 19 (13%), disusul dengan Kualitas Bangunan Buruk sebanyak 12 (9%), dan Kebersihan Buruk dengan jumlah 12 (9%). Ketidakberadaan Halaman menjadi jawaban dengan jumlah paling sedikit yakni 1 (1%). Hasil analisis distribusi untuk kekurangan hunian sewa ini dapat dilihat pada Diagram 2. Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas layanan yang buruk di hunian sewa, seperti susahnya sinyal telepon ataupun internet, air yang kotor dan tidak lancar menjadi jawaban yang paling sering dilontarkan mahasiswa untuk menilai kekurangan dari hunian sewa. Ketidaklancaran dan keruhnya air yang disediakan menghambat mahasiswa untuk melakukan kegiatan seharihari seperti mandi, mencuci dan juga memasak. Selain itu, sinyal internet yang tidak lancar juga akan menyusahkan mahasiswa yang sebagian besar memanfaatkan internet untuk membantu C 046 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

mencari informasi mengenai tugas kuliah. Jawaban mahasiswa terbanyak selanjutnya adalah mengenai buruknya kualitas bangunan hunian sewa mereka, seperti sirkulasi udara dan pencahayaan yang kurang baik, usia bangunan yang tua, dan ukuran hunian yang sempit, serta tingkat kebersihan di hunian sewa yang rendah. Kedua faktor ini akan menyebabkan mahasiswa merasa tidak betah berada di dalam hunian sewa tersebut karena merasa kurang nyaman. Ketidakberadaan halaman di hunian sewa menjadi jawaban paling sedikit yang dilontarkan mahasiswa karena kemungkinan mahasiswa lebih banyak memanfaatkan waktu di hunian sewa untuk beristirahat dan mengerjakan tugas, sehingga faktor ini menjadi tidak terlalu penting bagi mereka. Diagram 2. Analisis distribusi kekurangan hunian sewa Bunga Sakina Tahap akhir dari analisis dalam penelitian ini adalah dengan melakukan selective coding melalui analisis korespondensi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor dari hunian sewa apa yang memiliki hubungan dengan tingkat kepuasan pada hunian sewa. Untuk itu, akan dilihat hubungan korespondensi antara kelebihan dan kekurangan hunian sewa terhadap tingkat kepuasan mahasiswa, apakah mahasiswa tersebut cenderung puas, tidak cenderung puas maupun tidak puas, dan tidak puas. Analisis korespondensi dengan menggunakan ward hierarchical clustering, dapat dilihat pada diagram 3. Biaya Sewa Terjangkau (31) Kelengkapan Layanan (23) Kualitas Bangunan Baik (19) Puas (56) Biaya Sewa Tidak Terjangkau (10) Interaksi Sosial Baik (21) Kualitas Layanan Buruk (19) Interaksi Sosial Buruk (10) Kualitas Fas.Bersama Baik (5) Kualitas Layanan Baik (5) Suasana Nyaman (16) Privasi Buruk (9) Keamanan (17) Kebersihan (20) Lingkungan Sekitar Buruk (8) Suasana Tidak Nyaman (4) Keamanan Buruk (11) Lokasi Strategis (33) Privasi (21) Ketidaklengkapan Fas. Bersama (11) Puas/Tidak Puas (25) Kebersihan Buruk (12) Kelengkapan Fas. Kamar (14) Lokasi Tidak Strategis (6) Tidak Ada Kebebasan (5) Kebebasan (10) Keberadaan Halaman (7) Kelengkapan Fas. Bersama (29) Kualitas Fas. Bersama Buruk (6) Kualitas Kamar baik (7) Kualitas Bangunan Buruk (15) Tidak puas (4) Ketidakberadaan Halaman (1) Kualitas Kamar buruk (1) Lingkungan Sekitar Baik (3) Ketidaklengkapan Fas. Kamar (6) Ketidaklengkapan Layanan (7) Diagram 3. Dendrogram hasil analisis korespondensi antara Kelebihan/Kekurangan Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Hunian Sewa Faktor Penyebab Ketidakpuasan Seperti yang terlihat pada diagram 3, ditemukan bahwa kondisi hunian sewa yang paling membuat mahasiswa merasa tidak puas adalah Kualitas Bangunan Buruk, yang mengindikasikan bangunan tidak memiliki sirkulasi udara dan pencahayaan alami yang baik, usia bangunan yang tua serta memiliki ukuran yang Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 C 047

Korespondensi antara Kuallitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa sempit. Kualitas udara dan pencahayaan pada hunian yang buruk akan mempengaruhi kesehatan penghuni di dalamnya. Ukuran dari bangunan yang tidak cukup lapang juga akan membuat penghuni merasa sesak dan tidak dapat dengan leluasa bergerak. Buruknya kualitas udara dan pencahayaan alami, serta ukuran yang sempit salah satunya disebabkan oleh belum adanya pengaturan atau kebijakan mengenai perancangan hunian sewa yang memadai di Indonesia (Nurdini, 2009; Wulandari & Mori, 2014; Sakina, 2014). Akibatnya, proses rancangan hunian sewa hanya sebatas penalaran dari sang pemilik sehingga akhirnya bangunan hunian sewa tidak memenuhi standar kenyamanan dan kesehatan. Bangunan tua yang bagi sebagian terlihat agak menyeramkan dan kurang terawat juga akan membuat beberapa mahasiswa sebagai penghuni hunian sewa merasa tidak nyaman. Kondisi lain yang membuat mahasiswa tidak puas akan hunian sewanya adalah saat hunian tersebut memberikan Kebebasan pada penghuninya, memiliki Kualitas Kamar Baik, Keberadaan Halaman, serta memiliki Kelengkapan Fasilitas Bersama, namun Kualitas Fasilitas Bersama Buruk. Sehingga, walaupun hunian sewa tersebut telah memiliki banyak kelebihan, namun kelebihan-kelebihan tersebut tertutupi oleh kekurangan ini. Buruknya kualitas fasilitas bersama yang di-maksud adalah jauhnya jarak fasilitas bersama untuk dijangkau, ukuran fasilitas yang sempit, dan jumlah fasilitas yang tidak proporsional dengan keseluruhan jumlah penghuni hunian sewa. Fasilitas bersama, selain sebagai sarana memenuhi kebutuhan dan keinginan dari mahasiswa, juga dapat menjadi area bersosialisasi antar penghuni (Najib, Yusof dan Osman, 2010). Jarak fasilitas yang jauh, ukuran yang sempit, dan jumlah yang sedikit akan mempersulit mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bersosialisasi mereka dengan penghuni lain. Hasil ini menunjukkan pentingnya kualitas dari fasilitas bersama terhadap tingkat kepuasan di hunian sewa mahasiswa. C 048 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 Faktor Penyebab Puas/Tidak Puas Kondisi hunian sewa yang membuat mahasiswa tidak cenderung merasa puas ataupun tidak puas adalah KetidaKlengkapan Fasilitas Bersama yang disediakan di hunian sewa, seperti tidak adanya dapur bersama, area jemur, ataupun lahan parkir. Beberapa hunian sewa yang tidak memiliki fasilitas yang lengkap akan memiliki harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan hunian sewa yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Hal ini yang kemudian membuat mahasiswa cenderung tidak merasa puas ataupun tidak puas dan menerima kondisi huniannya tersebut. Selain itu, hunian sewa dengan Lokasi Strategis dan menjaga Privasi penghuninya, namun memiliki Keamanan Buruk, juga akan membuat mahasiswa untuk tidak cenderung merasa puas ataupun tidak puas terhadap hunian sewanya. Yang dimaksud dengan keamanan buruk adalah pemilik yang tidak tegas dan juga tidak adanya pagar yang mengelilingi hunian sewa. Sepertinya kekurangan tersebut dapat tertutupi oleh kelebihankelebihan yang ada pada hunian sewa. Selain itu, setiap penghuni juga bertanggung-jawab menjaga barang pribadinya masing-masing untuk meminimalisir terjadinya kejadian yang tidak diinginkan. Faktor Penyebab Kepuasan Kondisi hunian sewa yang paling membuat mahasiswa merasa puas adalah Biaya Sewa Terjangkau, Kelengkapan Layanan Baik dan Kualitas Bangunan Baik. Mahasiswa akan merasa senang jika mendapatkan hunian sewa yang menyediakan layanan seperti internet dan makan-minum gratis, serta memiliki kualitas bangunan yang baik seperti ukuran yang luas, dengan sirkulasi udara dan pencahayaan alami yang baik, namun dengan harga sewa yang terjangkau. Secara otomatis mahasiswa akan merasa puas dan akhirnya merasa betah berada di hunian sewa tersebut.

Kondisi lain yang membuat tingginya tingkat kepuasan mahasiswa adalah saat hunian tersebut memiliki Interaksi Sosial Baik meskipun Kualitas Layanan Buruk dan Biaya Sewa yang Tidak Terjangkau. Yang dimaksud dengan Interaksi Sosial Baik misalnya keberadaan kegiatan bersama dengan penghuni lain, kemudahan untuk bersosialisasi, adanya rasa kekeluargaan, teman yang ramah, dan juga pemilik serta penjaga yang ramah. Dalam Nurdini (2009), dijelaskan bahwa mahasiswa, yang dalam fase dewasa muda, memiliki ciri sangat mementingkan pertemanan. Hubungan sosial merupakan hal penting dalam perkembangan psikologi-sosial dewasa muda (Kafle & Thakali, 2013). Interaksi sosial mempengaruhi rasa kepuasan dan kebetahan dalam hunian (Toscano & Amestoy, 2007; Sakina, 2014). Kualitas interaksi sosial yang baik akan membuat mahasiswa untuk lebih bersabar dan cenderung menerima kekurangan-kekurangan yang ada di hunian sewanya tersebut. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran interaksi sosial terhadap kepuasan di hunian sewa mahasiswa. Keseluruhan kesimpulan faktor-faktor dari kualitas hunian sewa yang memiliki pengaruh terhadap tingkat kepuasan mahasiswa dapat dilihat pada gambar 3. Kesimpulan Bunga Sakina Dari keseluruhan analisis yang dilakukan (content analysis, analisis distribusi dan analisis korespondensi), ditemukan bahwa lokasi hunian sewa yang strategis, biaya sewa yang terjangkau, dan fasillitas bersama yang lengkap, merupakan kelebihan hunian sewa yang dipersepsi mahasiswa. Sedangkan yang cenderung dianggap sebagai kekurangan hunian sewa oleh mahasiswa adalah kualitas layanan yang buruk, kualitas bangunan yang buruk, dan juga tingkat kebersihan di hunian sewa yang rendah. Mengenai hubungan antara kualitas hunian sewa dengan tingkat kepuasan mahasiswa, ditemukan bahwa rendahnya tingkat kepuasan pada hunian sewa disebabkan oleh kualitas bangunan hunian sewa yang buruk. Selain itu faktor kualitas fasilitas bersama yang buruk juga memiliki pengaruh yang besar, karena dapat menutupi kelebihan-kelebihan yang ada di hunian sewa. Sedangkan tingkat kepuasan terhadap hunian sewa yang tinggi disebabkan oleh faktor keterjangkauan biaya sewa, layanan yang lengkap dan kualitas bangunan yang baik. Selain itu faktor kualitas interaksi sosial yang baik di dalam hunian sewa juga memiliki pengaruh besar terhadap tingginya tingkat kepuasan mahasiswa. Data penelitian ini dikumpulkan dari jumlah responden yang terbatas, sehingga tingkat realibilitas tidak terlalu tinggi. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik mengenai hubungan kualitas dan kepuasan hunian sewa, diperlukan penelitian lanjutan dengan jumlah responden yang lebih banyak pada lokasi yang berbeda, atau penelitian dengan batasan yang jelas, seperti tipologi hunian sewa tertentu, atau segmen konsumen hunian sewa tertentu. Daftar Pustaka Gambar 3. Hubungan faktor-faktor kuallitas hunian sewa dan tingkat kepuasan Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Galster, G. (1987). Homeowners and Neighborhood Investment. Durham, NC: Duke University Press. Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 C 049

Korespondensi antara Kuallitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa Ha, M. & Weber, M.J. (1991). The Determinants of Residential Environmental Qualities and Satisfaction : Effects of Financing, Housing Programs and Housing Regulations. Housing and Society, vol. 19-3, Pages 65-76. Kafle, A. dan Thakali, M. (2013). Social Relations in Adolescence: Role of Parent and peer Relationships in Adolescent Psychosocial Development. Bachelor Thesis, Degree Programme in Nursing, Kemi-Tornio University of Applied Sciences, Kemi. Najib, N. U. M., Yusof, N. A. dan Osman, Z. (2010). Measuring Satisfaction with Student Housing Facilities. American Journal of Engineering and Applied Sciences 4 (1), hal. 52-60. Nurdini, A. (2009). Kualitas Hunian Sewa Mahasiswa Beberapa Perguruan Tinggi di Kota Bandung : Analisis Faktual dan Perseptual. Disertasi Doktoral. Program Doktor Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung. Sakina, B. & Kusuma, H.E., (2014). Pengaruh Kepuasan Berhuni terhadap Keinginan Pindah pada Hunian Sewa. Prosiding Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia, hal. 27-32. Toscano, E.V. dan Amestoy, V.A. (2007). The Relevance Of Social Interactions On Housing Satisfaction. Springer Science + Business Media B.V. Wulandari, D. W. dan Mori, S. (2014). Characteristics of the Spatial Structure of Kosts Private Rental Housing: A Case Study of the Urban Settlement of Jakarta, Indonesia. Journal of Asian Architecture and Building Engineering (JAABE), vol.13, no.2, hal. 309-316. C 050 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015