BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia dikenal sebagai sebuah negara kepulauan. Secara geografis letak Indonesia terletak pada 06 04' 30"LU - 11 00' 36"LS, yang dikelilingi oleh lautan, sehingga memiliki sumber air yang melimpah, dimana air merupakan unsur yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan sehari hari baik individu, maupun industri. Selain itu, pada daratan di wilayah negara Indonesia juga terdapat banyak sungai, danau, dan telaga. Hal ini memberikan banyak dampak positif terhadap Indonesia. Namun, disisi lain selain dampak positif yang menguntungkan, negara Indonesia juga tidak terlepas dari ancaman berbagai bencana seperti bencana banjir, gempa bumi, dan letusan gunung berapi. Menurut Undang undang No. 24 Tahun 2007, bencana dapat didefinisikan sebagai peristiwa, atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam, maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Berdasarkan sumber dan penyebabnya, bencana dapat dibagi dua, yaitu bencana alam dan bencana nonalam. Bencana alam merupakan suatu kejadian yang mengancam dan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Salah satu bencana tahunan yang terjadi di Indonesia adalah bencana banjir. Hampir setiap tahun di Indonesia terjadi banjir. Hal ini dapat disebabkan berbagai macam sebab. Curah hujan yang tinggi yang dapat menyebabkan air sungai meluber, terhambatnya saluran-saluran air, media penyerapan air yang sangat sedikit, perusakan lingkungan, dan sebagainya. Banjir akan mengakibatkan berbagai macam kerugian materiil atau mungkin kerugian moril. Berbagai hal dilakukan untuk mencegah ataupun menanggulangi, namun banjir masih saja terjadi. 1
Banjir merupakan bencana alam paling sering terjadi, baik dilihat dari intensitasnya pada suatu tempat maupun jumlah lokasi kejadian dalam setahun yaitu sekitar 40% di antara bencana alam yang lain. Bahkan pada tempat-tempat tertentu, banjir merupakan rutinitas tahunan (Suherlan, 2001). Pada kuartal pertama tahun 2012 ini telah terjadi sekitar 91 kasus banjir di Indonesia, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sementara, jika dihitung dari pertengahan tahun 2011, telah terjadi sekitar 129 kasus banjir di Indonesia. Sejak tahun 1815-2012 sudah terjadi lebih dari 4000 kasus banjir di Indonesia. Data diatas merupakan data yang dicatat oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), belum termasuk kasus yang tidak tercatat oleh BNPB di masa lalu disebabkan kurangnya jaringan informasi di masa lalu. Data ini menunjukkan lebih dari 80% kasus banjir di Indonesia dari tahun 1815-2012 terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Salah satu wilayah kecil di Indonesia, yang tidak terlepas dari bencana banjir adalah kabupaten Purworejo. Namun, akibat dari kurangnya sumber informasi kebencanaan terjadi kendala dalam mensosialisasikan tingkat kerawanan banjir, sehingga kerugian akibat bencana banjir yang terjadi masih sangat tinggi. Salah satu upaya meminimalkan dampak negatif bencana banjir yaitu dengan tersedianya peta daerah rawan dan beresiko banjir, yang dapat dipakai untuk perencanaan pengendalian atau penanggulangan dini. Salah satu disiplin ilmu yang sangat berpengaruh dalam penanggulangan masalah banjir adalah dengan bantuan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi yaitu untuk identifikasi dan pemetaan kawasan yang berpotensi banjir. Dewasa ini, perkembangan aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi berjalan semakin cepat. Aplikasi bidang ini terjadi hampir di seluruh sektor, diantaranya sektor lingkungan hidup, pertanian, pendidikan, telekomunikasi, pertanahan, dan lainnnya. Hal tersebut didukung oleh beberapa kelebihan Sistem Informasi Geografi antara lain : (a) kemudahan memperbaharui dan memperbaiki peta (b) kemampuan 2
untuk menghasilkan produk sesuai dengan keperluan pemesan (c) kemampuan untuk mengintegrasi berbagai data termasuk data digital dan penginderaan jauh (d) potensi untuk pemetaan perubahan melalui program pemantauan (e) kemampuan untuk mengintegrasikan pemodelan, misalnya untuk memprediksi produksi dari suatu landskap dengan berbagai skenario tindakan (Davidson, 1992 dalam Barus dan Wiradisastra, 2000). Salah satu peranan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi yang erat kaitannya dengan lingkungan, yaitu analisis mengenai kebencanaan alam, kemudian yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah, bencana banjir. Sistem Informasi Geografi merupakan metode yang tepat dalam pemetaan daerah rawan dan beresiko banjir untuk cakupan daerah yang luas dengan waktu yang relatif singkat. Pengembangan metode analisis, baik berupa konsep maupun teknis sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Pemetaan daerah rawan dan beresiko banjir menggunakan Sistem Informasi Geografi dilakukan berdasarkan pendekatan terhadap berbagai faktor yang erat kaitannya dengan banjir. Hasil dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor penyebab banjir diantaranya adalah bentuklahan, kemiringan lereng, dan curah hujan (Utomo, 2004 ; Nurjannah, 2005). Aplikasi Sistem Informasi Geografi dalam pemetaan tingkat kerawanan banjir, harus didukung oleh data penginderaan jauh seperti analisis produk penginderaan jauh, yaitu citra satelit untuk menghasilkan informasi penggunaan lahan. Dengan menggunakan satelit penginderaan jauh, kegiatan survey lapangan dapat berjalan lebih mudah serta sangat efektif dalam menghemat biaya dan waktu. Hasil analisis citra penginderaan jauh, kemudian diolah dan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi, sehingga dapat dikatakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi geografi memiliki peran penting dalam penelitian zonasi tingkat kerawanan banjir ini, ditunjang oleh beberapa data parameter yang ada. 3
1.2 RUMUSAN MASALAH Kejadian banjir mengisyaratkan telah terjadi ketidakseimbangan di alam. Banjir mempengaruhi kehidupan manusia, sedangkan manusia seringkali menjadi penyebab tidak langsung terjadinya banjir. Perubahan kondisi lahan dari waktu ke waktu membuat ancaman terjadinya banjir semakin besar. Masalah banjir menjadi suatu permasalahan yang hingga kini masih menghantui masyarakat di beberapa wilayah yang menjadi langganan banjir di Indonesia. Secara umum, penyebab banjir di Indonesia disebabkan meluapnya air sungai yang kemudian membanjiri daerah di sempadan sungai, serta hujan deras yang diikuti longsor yang diakibatkan hutan yang ditebangi sehingga tidak dapat menahan laju air yang menuruni lereng yang tinggi menuju ke lereng yang rendah. Namun, banjir tidak hanya disebabkan oleh 3 faktor tersebut, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi banjir antara lain adalah, penggunaan lahan, dan tekstur tanah yang menyusun wilayah tersebut. Salah satu daerah yang terkena bencana banjir oleh luapan sungai adalah kabupaten Purworejo. Hampir setiap tahun ketika curah hujan tinggi, beberapa kecamatan di kabupaten Purworejo seperti kecamatan Ngombol, Purwodadi, Banyuurip, Purworejo, Butuh, Kutoarjo, dilanda bencana banjir. Bencana banjir terparah yang melanda kabupaten Purworejo terjadi pada 20 Desember 2013 lalu, seperti yang telah dikutip pada salah satu surat kabar Banjir dan longsor menerjang 53 desa di 11 Kecamatan di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Jumat (20/12/2013). Bencana tersebut disebabkan meluapnya air Sungai Bogowonto dan anak-anak sungainya. Beberapa tanggul sungai jebol seperti di Desa Kemiri, Bayan, dan Butuh (Kompas, Jumat 20 Desember 2013, 23:14 WIB). Banjir memang bukanlah suatu permasalahan mudah yang dapat segera terselesaikan, namun dengan adanya perhatian yang lebih dan sumber informasi yang dapat dipercaya, antisipasi terhadap adanya ancaman bencana banjir dapat lebih dini 4
diketahui sehingga dampak buruk dan kerugian akibat bencana banjir ini dapat diminimalkan. Berdasarkan paparan diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang melatarbelakangi penelitian Pemanfaatan Landsat 8 Untuk Pemetaan Zonasi Tingkat Kerawanan Bencana Banjir di Kabupaten Purworejo ini, yaitu : 1. Bagaimana peran Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi ini dalam pemetaan tingkat kerawanan banjir di kabupaten Purworejo 2. Faktor faktor apa sajakah yang dapat menjadi parameter dalam pembuatan peta tingkat kerawanan banjir di kabupaten Purworejo. 3. Bagaimana tingkat kerawanan bencana banjir yang ada di kabupaten Purworejo. 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui peran Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dalam menentukan tingkat kerawanan bencana banjir. 2. Mengetahui faktor faktor yang dapat di ekstraksi kan kedalam parameter penentuan tingkat kerawanan bencana banjir. 3. Membuat peta tingkat kerawanan bencana banjir di kabupaten Purworejo. 1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Manfaat Ilmiah Pengembangan aplikasi Penginderaan Jauh yaitu, seperti pemanfaatan citra satelit sumberdaya Landsat 8 sebagai bahan interpretasi penggunaan lahan yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan dalam bidang Sistem Informasi Geografi sebagai sarana dalam analisis data, lebih tepatnya adalah analisis Kuantitatif Berjenjang Tertimbang untuk menghasilkan klasifikasi tingkat kerawanan bencana banjir di kabupaten Purworejo. 5
1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Mampu menyajikan peta tingkat kerawanan bencana banjir kabupaten Purworejo beserta data kuantitatif luasannya, serta mengetahui parameter parameter apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dalam pemetaan tingkat kerawanan bencana banjir. 2. Mampu memberikan informasi spasial dari hasil pemetaan tingkat kerawanan bencana banjir di kabupaten Purworejo, yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi dan perbandingan terhadap kerentanan bencana banjir di wilayah kabupaten Purworejo dari yang sudah terjadi maupun yang akan datang, serta dapat digunakan dalam antisipasi terhadap bahaya banjir untuk waktu yang akan datang. 6