BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. (Madura, 2012:211). Hedging didefinisikan sebagai tindakan untuk membatasi risiko

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii. PERNYATAAN ORISINALITAS...iii KATA PENGANTAR...iv ABSTRAK...vi

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam usahanya

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa peristiwa tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. RM Satwika Putra Jiwandhana dan Nyoman Triartyati (2016)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. dapat diduga sebelumnya. Risiko dapat dibedakan menjadi risiko murni dan risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB V PENUTUP. terhadap keputusan hedging bank konvensional maka semakin tinggi. b. Kesulitan keuangan ( financial distress) mempunyai pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menerapkan strategi strategi baru untuk memperbaiki arus kas

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan transaksi perdagangan internasional akan

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar

PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang

Manajemen Keuangan Internasional

BAB I PENDAHULUAN. lindung nilai atau biasa dikenal dengan sebutan hedging menjadi topik hangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan akses informasi yang sudah mendunia. Perdagangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. berurusan dengan pasar domestik (Winarto, 2008:45). Mata uang tiap negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha - usaha

: hedging, risiko, leverage, profitabilitas, likuiditas

ANALISIS PENGGUNAAN TEKNIK HEDGING CONTRACT FORWARD UNTUK MENGURANGI KERUGIAN SELISIH KURS VALAS ATAS HASIL PENJUALAN EKSPOR

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Growth Opportunity,

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance)

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Pasar

BAB I PENDAHULUAN. risiko. Upaya meminimalisir risiko adalah salah satu kajian utama yang kerap

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB V TEKNIK MENGELOLA ASSET VALUTA ASING

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi seperti saat ini, hampir semua komponen tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis moneter yang telah melumpuhkan perekonomian di Indonesia sehingga

tetap yang disetujui selama jangka waktu yang disepakati dalam jangka waktu maksimum 1 tahun.

derive from) nilai aset yang menjadi dasarnya (underlying asset).

Chapter 8 FINANCIAL RISK MANAGEMENT. By MAHSINA, SE, MSI

I. PENDAHULUAN. Perekonomian era globalisasi telah meningkatkan interaksi antar negara dalam

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/31/PBI/2005 TENTANG TRANSAKSI DERIVATIF GUBERNUR BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan investasi ditunjukkan dengan munculnya berbagai macam

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda sejak pertengahan tahun menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami

Judul : Analisis Forward Contract Hedging dan Open Position dalam Menghadapi Eksposur Valuta Asing (Studi pada CV Bali Cipta Sarana)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 8 / PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Opsi adalah suatu hak (bukan kewajiban) untuk pembeli opsi untuk membeli

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance)

BAB I PENDAHULUAN. bisa membuat suatu perusahaan mengalami financial distress (Wahyu, 2009 dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

PENGGUNAAN TEKNIK HEDGING KONTRAK OPSI SAHAM UNTUK MEMINIMALKAN RISIKO KERUGIAN AKIBAT FLUKTUASI

BAB I yang baik dan dapat memberikan return yang akan dipilih oleh investor. Oleh karena

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN SEBELUMNYA

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum. UTANG NEGARA i : PEMERINTAH BUKA HEDGING ii UTANG VALUTA ASING (VALAS) Nasional.kontan.co.

ANALISIS PERBANDINGAN HEDGING, SWAPS CONTRACT DENGAN FORWARD CONTRACT UNTUK MEMINIMALISASI KERUGIAN SELISIH KURS VALAS ATAS HASIL PENJUALAN EKSPOR

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan perusahaan lain. Ketidakmampuan perusahaan dalam. mengantisipasi perkembangan global dengan memperkuat fundamental

2 bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi lindung nilai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huru

BAB I PENDAHULUAN. membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. instrumen keuangan adalah memperoleh return (imbal hasil).

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

ANALYSIS OF HEDGING DETERMINANTS WITH FOREIGN CURRENCY DERIVATIVE INSTRUMENTS ON COMPANIES LISTED ON BEI PERIOD

Akuntansi Instrumen Derivatif Tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Oleh: Ida Farida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING. PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. investasi bagi para pemilik modal atau investor (Adji, Suwerli dan Suratno,

PRODUK PASAR MODAL. 1. SAHAM Surat bukti pemilikan modal pada suatu perusahaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya setiap Negara mempunyai ragam khas sumber daya, dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perdagangan internasional merupakan salah satu ciri dari era globalisasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta, hasil

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi. ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia keuangan, dikenal adanya pasar keuangan (financial market)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatnya hubungan perdagangan antar negara. Proses globalisasi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. hitungan menit maupun detik. Berkembangnya teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi, turunnya nilai kurs dan indeks harga saham gabungan dari bursa luar

ABSTRAK. Kata kunci: Mean Reversion, Musiman, Kontrak Opsi Tipe Eropa, Black-scholes

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (shareholder). Pengambilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Nilai tukar tetap, antara 1970 sampai dengan Nilai tukar mata uang mengambang, antara 1978 sampai dengan 1997.

PENDAHULUAN. negatif dan menunjukkan adanya masalah likuiditas. Default berarti. menyebabkan tindakan hukum (Sari dan Wuryan, 2005:460).

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)

TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN MEMPERHITUNGKAN RISIKO PASAR

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan perusahaan jasa yang menyediakan jasa keuangan bagi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan

III. PEMBAHASAN. Payoff Opsi Put ( p) Payoff Opsi Call ( c)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 1) Landasan Teori 2.1.1 Hedging Hedging adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan multinasional untuk melindungi perusahaan dari eksposur terhadap valuta asing (Madura, 2012:211). Hedging didefinisikan sebagai tindakan untuk membatasi risiko dan eksposur, dimana eksposur itu timbul akibat kurs valuta asing yang berubah. Salah satu alat yang paling berguna untuk mengurangi risiko kurs tukar adalah dengan hedging. Menurut Ismiyanti (2011) menyatakan bahwa hedging dengan instrumen derivatif adalah salah satu cara untuk meminimalisir risiko fluktuasi kurs valuta asing. Hedging dilakukan oleh sebuah perusahaan atau perorangan untuk melindunginya terhadap perubahan harga yang sebaliknya dapat mempengaruhi laba secara negatif. Pembatasan risiko terhadap eksposur valuta asing sangatlah dibutuhkan oleh perusahaan yang menjalankan operasinya tidak lepas dari aktivitas transaksi luar negeri. Hal tersebut mengingat adanya fluktuasi valuta asing yang tidak dapat diprediksi sehingga menyebabkan kerugian yang dialami perusahaan terlihat dalam laporan keuangan perusahaan dimana perusahaan akan menanggung beban lebih besar akibat eksposur valuta asing. Dampak dari kerugian tersebut dapat dilihat dari penurunan laba perusahaan, penurunan laba per saham serta penurunan harga saham 10

di pasar modal. Hal yang dapat dilakukan untuk membatasi maupun mengurangi risiko tersebut untuk melindungi perusahaannya adalah dengan melakukan hedging menggunakan instrumen derivatif. Hedging untuk risiko valuta asing dilakukan dengan membentuk portofolio menggunakan instrumen derivatif valuta asing. Perusahaan dapat melakukan penjualan atau pembelian sejumlah mata uang, untuk menghindari risiko kerugian akibat selisih kurs yang terjadi karena adanya transaksi bisnis yang dilakukan perusahaan tersebut (Guniarti, 2014). Brigham dan Houston (2011:347) menyatakan derivatif merupakan suatu kontrak keuangan antara dua pihak untuk mentransaksikan suatu aset saat harga tetap pada tanggal yang akan terjadi di masa depan. Derivatif merupakan kontrak antara dua pihak untuk membeli atau menjual sejumlah barang (aktiva finansial ataupun komoditas) pada tanggal yang telah disepakati di masa yang akan datang dengan harga yang telah disetujui saat ini (Utomo, 2000). Apabila perusahaan multinasional telah memutuskan untuk melakukan hedging pada seluruh atau sebagian eksposur transaksinya, perusahaan dapat menggunakan perangkat perangkat hedging berupa kontrak futures, kontrak forward, currency swap dan opsi. Instrumen keuangan derivatif antara lain futures contracts, forward contract, options contracts dan swaps contracts (Madura, 2009:154). 2.1.1.1 Kontrak futures Kontrak futures menurut Hull (2008: 1) merupakan sebuah perjanjian untuk membeli atau menjual aset pada suatu periode tertentu di masa yang akan datang dengan kepastian harga yang telah disepakati sebelumnya. Sebuah perusahaan yang 11

membeli kontrak futures berhak menerima suatu valuta asing dengan jumlah tertentu, dengan harga tertentu, dan pada tanggal tertentu. Untuk meng-hedge kewajiban valuta asing di masa mendatang, perusahaan mungkin ingin membeli kontrak futures yang mewakili valuta yang sama dengan valuta yang mendominasi kewajiban tersebut. Apabila memegang kontrak ini, perusahaan dengan demikian telah mengunci jumlah valuta negara asal yang dibutuhkan untuk membayar kewajiban masa depan (Madura, 2012:323) 2.1.1.2 Kontrak Forward Hull (2008:5) menyatakan, kontrak forward hampir sama dengan kontrak futures pada perjanjian untuk membeli atau menjual aset pada waktu tertentu di masa yang akan datang dengan harga yang tertentu. Kontrak forward sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar yang ingin melakukan hedging. Untuk melakukan hedging memakai kontrak forward, perusahaan multinasional harus membeli kontrak forward untuk valuta yang sama dengan valuta yang mendominasi kewajiban dimasa depan. Madura (2012;62) menjelaskan bahwa kontrak forward diimplementasikan menggunakan kurs forward (forward rate) dimana kurs forward mewakili kurs penukaran valuta pada suatu waktu di masa depan. Jika perusahaan multinasional memperkirakan akan adanya kebutuhan atau penerimaan suatu valuta asing tertentu di masa depan, perusahaan tersebut dapat melakukan kontrak forward untuk mengunci kurs permbelian atau penjualan valuta tersebut. 12

2.1.1.3 Swap Madura (2012:344) menjelaskan currency swap merupakan kesempatan untuk menukarkan satu valuta asing dengan valuta lain pada kurs dan tanggal tertentu, dimana bank berfungsi sebagai perantara antara dua belah pihak yang ingin melakukan swap. Melakukan swap juga akan mendapat keuntungan akan terhindar dari risiko pertukaran uang dan tentunya tidak akan mengganggu pos-pos di balancesheet. 2.1.1.4 Opsi Pengertian dari opsi adalah suatu kontrak antara dua pihak dimana salah satu pihak (sebagai pembeli) mempunyai hak tetapi bukan kewajiban, untuk membeli atau menjual suatu aset atau efek tertentu dengan harga yang telah ditentukan pula, pada atau sebelum waktu yang ditentukan, dari atau ke pihak lain (Bapepam). Chance (2004) menjelaskan Opsi berisi dua jenis yaitu : 1) Opsi beli (Call Options) adalah opsi yang digunakan untuk membeli sebuah aset dalam harga tetap, harga tertentu pada tanggal tertentu sampai batas jatuh tempo. Harga tertentu yang konstan membuat opsi beli menjadi lebih berharga 2) Opsi jual (Put Options) adalah opsi yang digunakan untuk menjual sejumlah aset seperti saham dan sebagainya. Opsi jual memungkinkan pemegangnya untuk menjual dengan harga tetap, penurunan harga saham akan membuat opsi jual lebih berharga begitu juga sebaliknya. Pemegang option tidak diwajibkan untuk melaksanakan haknya atau akan melaksanakan haknya jika perubahan dari harga 13

underlying assetnya akan menghasilkan keuntungan baik dengan menjual atau membeli underlying asset tersebut. Perusahaan yang melakukan hedging terhadap risiko valuta asing dapat membentuk portofolio menggunakan instrumen derivatif valuta asing baik di pasar forward, futures, opsi dan kesepakatan swap sehingga perusahaan dalam melakukan pembelian atau penjualan valuta asing dapat mengurangi risiko kurs yang berubah dan menghindari kerugian yang tinggi. 2.1.2 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu pengklasifikasian besar kecil perusahan menurut berbagai cara. Pada dasarnya terdapat tiga kategori ukuran perusahaan yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size), dan perusahaan kecil (small firm.) (Suwito dan Herawaty, 2005). Semakin besar sebuah perusahaan, maka akan semakin besar pula risiko yang diterima oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar memiliki lebih banyak kegiatan operasional dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Kegiatan operasional yang lebih banyak cenderung akan menimbulkan risiko yang lebih besar pula. Hal ini dapat mendorong suatu perusahaan besar untuk mengambil keputusan dalam melakukan hedging. Besarnya ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kemudahan suatu perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan (Aretz,et al, 2007). Menurut Guniarti (2014), Perusahaan dengan ukuran besar cenderung bertindak hati-hati dalam melakukan pengelolaan perusahaan dan cenderung melakukan aktivitas 14

hedging yang lebih banyak. Ukuran perusahaan dapat menjadi salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan oleh suatu investor untuk keputusan investasi. Investor mempunyai suatu anggapan bahwa perusahaan yang besar lebih stabil dan mampu untuk menghasilkan laba yang lebih besar daripada perusahaan yang relative kecil, apabila risiko tersebut stabil maka investor akan menerima risiko yang semakin rendah. (Ashmad, 2012). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan sebagai besar kecilnya perusahaan yang dapat dikategorikan berdasarkan total aset dan hasil penjualan tahunannya. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 mengkategorikan ukuran perusahaan sebagai berikut: usaha mikro memiliki total aset maksimal Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), usaha kecil total aset lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai maksimal Rp500.000.000,00 (lima ratu juta rupiah), usaha menengah memiliki total aset lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai maksimal Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), usaha besar memiliki total aset lebih besar dari usaha menengah. Menurut Riyanto (2010), suatu perusahaan besar yaitu perusahaan yang sahamnya tersebar sangat luas, sedangkan perusahaan kecil dimana sahamnya tersebar hanya di lingkungan kecil. Perusahaan besar tentu lebih diperhatikan oleh masyarakat dan tidak ingin mengalami penurunan aset yang dimilikinya sehingga diperlukan melakukan pengelolaan risiko dengan ketat. 15

2.1.3 Tingkat Hutang Menurut Hanafi (2010;29), hutang didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang mungkin timbul dimasa mendatang dari kewajiban organisasi sekarang untuk mentransfer aset atau memberikan jasa ke pihak lain dimasa mendatang, sebagai akibat transaksi atau kejadian dimasa lalu. Hutang termasuk kewajiban lancar yaitu kewajiban perusahaan kepada pihak lain kecuali kepada pemilik perusahaan yang harus dipenuhi atau dilunasi dalam jangka pendek (kurang dari setahun). Hutang muncul terutama karena penundaan pembayaran untuk barang atau jasa yang telah diterima oleh organisasi dan dari dana yang dipinjam. Hutang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan suntikan dana secara cepat, namun hal tersebut akan membawa dampak adanya risiko tambahan dari penggunaan hutang tersebut seperti fluktuatifnya suatu komoditas, valuta asing, dan suku bunga. Semakin besarnya hutang dari pihak eksternal dan semakin tinggi risiko kesulitan keuangan maka tindakan lindung nilai atau hedging yang dilakukan juga akan semakin banyak. Putro (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang menggunakan hutang lebih banyak dalam struktur modalnya terdapat kecenderungan untuk melakukan hedging. Perusahaan yang dalam struktur modalnya memiliki tingkat hutang yang tinggi cenderung akan lebih berhati-hati lagi dalam menjalankan operasi perusahaannya terutama dalam aktivitas transaksi luar negeri yang menggunakan valuta asing karena perusahaan tersebut selain harus membayar bunga yang tinggi akibat tingkat hutang yang tinggi, perusahaan juga tidak ingin manambah beban 16

risiko akibat adanya fluktuasi kurs mata uang dalam melakukan transaksi luar negeri. Hal ini menyebabkan perusahaan akan mengelola risikonya dengan sangat ketat guna membatasi risiko dan mengurangi risiko fluktuasi kurs valuta asing yaitu dengan melakukan aktivitas hedging menggunakan instrumen derivatif. 2.1.4 Kesulitan Keuangan Menurut Hanafi dan Abdul (2007:278), kesulitan keuangan dapat digambarkan dari dua titik ekstrem yaitu kesulitan likuiditas jangka pendek sampai insolvable. Kesulitan keuangan merupakan suatu kondisi perusahaan ataupun perbankan yang mengalami kesulitan keuangan akibat dari ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Kesulitan juga dapat dikatakan sebagai sebuah kondisi dimana perusahaan tidak mampu dalam membayar segala kewajibannya atau tidak terdapatnya dana untuk melunasi hutang jangka panjang maupun jangka pendek perusahaan saat jatuh tempo (Hasymi, 2007). Sebuah perusahaan dalam kesulitan keuangan biasanya tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang menggunakan aset cair (Sengupta & Faccio, 2011). Kesulitan keuangan juga dapat disebabkan oleh rendahnya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari proses operasinya (Shaari et al, 2013). Beberapa kesulitan keuangan disebabkan oleh adanya hutang akibat kemiskinan (Ware, 2015). Kesulitan keuangan perusahaan mengacu pada keadaan keuangan yang genting yang disebabkan oleh kemunduran eksternal atau kegagalan pengendalian keuangan secara 17

internal (Zhang, et al, 2013). Kesulitan keuangan perusahaan adalah proses bertahap dan kumulatif, yang dikembangkan dari keadaan sehat (Zhuang & Chen, 2014). Indikasi terjadinya kesulitan keuangan dapat diketahui dari kinerja keuangan suatu perusahaan. Kinerja keuangan dapat diperoleh dari informasi akuntansi yang berasal dari laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan mengenai posisi kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan serta infromasi lainnya yang diperlukan oleh pemakai informasi akuntansi. Adapun kesulitan keuangan jangka pendek yang biasanya bersifat sementara dan mungkin tidak begitu parah, jika tidak ditangani secepat mungkin akibatnya dapat berkembang menjadi kesulitan keuangan yang besar dan jika terjadi berlarutlarut, perusahaan bisa dilikuidasi ataupun direorganisasi (Hidayat dan Wahyu Merianto, 2014) Kebangkrutan perusahaan memiliki konsekuensi yang signifikan yang dapat merugikan perekonomian perusahaan sehingga menyebabkan investor dan kreditor menderita kerugian keuangan yang cukup besar (Habib, et al, 2012). Menurut Asquith, Gertner, dan Scharfstein (1994) melakukan pengukuran kesulitan keuangan menggunakan interest coverage ratio untuk mendefinisikan kesulitan keuangan. Menurut Lou (1987) dan Hill et al. (1996), dilihat dengan adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran deviden. Menurut Hofer (1980) dan Whitaker (1999) mendefinisikan kesulitan keuangan jika tahun perusahaan mengalami laba operasi bersih negatif. 18

Kesulitan keuangan akan menyebabkan adanya biaya baik langsung maupun tidak langsung. Biaya langsung termasuk fee untuk akuntan dan pengacara. Biaya tidak langsung adalah kehilangan penjualan atau keuntungan yang disebabkan adanya pembatasan yang dilakukan oleh pengadilan. Manajemen dengan indikator kesulitan keuangan dapat melakukan persiapan untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk akibat biaya yang timbul melalui melakukan perlindunan menggunakan instrumen derivatif. 2.2 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian biasanya disusun dengan menggunakan kalimat tanya (Sugiyono, 2014:93). Berdasarkan rumusan masalah serta penelitian-penelitian terdahulu, maka didapat hipotesis sebagai berikut: 2.2.1 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap keputusan hedging Perusahaan yang besar cenderung mudah menjalankan aktivitasnya dalam memperoleh pendanaan. Pendanaan diperoleh melalui transaksi valuta asing baik itu dalam melakukan hedging sehingga agar transaksi terlindungi dari risiko fluktuasi kurs, maka perusahaan dapat melakukan aktivitas hedging. Perusahaan besar cenderung memiliki kegiatan operasional yang lebih banyak sehingga cenderung akan menimbulkan risiko yang lebih besar pula. Hal ini dapat mendorong suatu perusahaan besar untuk mengambil keputusan dalam melakukan hedging. 19

Menurut Guniarti (2014), perusahaan dengan ukuran besar cenderung bertindak hati-hati dalam melakukan pengelolaan perusahaan dan cenderung melakukan aktivitas hedging yang lebih banyak. Amrit Judge (2005); Raghavendra dan Velmurugan (2014) menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap keputusan hedging dan mengindikasikan bahwa perusahaan yang lebih besar lebih banyak melakukan hedging daripada perusahaan yang kecil. Nguyen and Faff (2003) dan Putro (2012) juga menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap keputusan hedging. Berdasarkan landasan teori dan data empiris dari penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diajukan terhadap permasalahan penelitian ini adalah: H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan hedging 2.2.2 Pengaruh tingkat hutang terhadap keputusan hedging Perusahaan yang dalam struktur modalnya memiliki tingkat hutang yang tinggi cenderung akan lebih berhati-hati lagi dalam menjalankan operasi perusahaannya terutama dalam aktivitas transaksi luar negeri yang menggunakan valuta asing karena perusahaan tersebut selain harus membayar bunga yang tinggi akibat tingkat hutang yang tinggi, perusahaan juga tidak ingin manambah beban risiko akibat adanya fluktuasi kurs mata uang dalam melakukan transaksi luar negeri. Hal ini menyebabkan perusahaan akan mengelola risikonya dengan sangat ketat guna membatasi risiko dan mengurangi risiko fluktuasi kurs valuta asing yaitu dengan melakukan aktivitas hedging menggunakan instrumen derivatif. 20

Menurut Nguyen and Faff (2003), dan Iqbal (2015), Aretz et al. (2007), Rochet et al. (2004), Allayanis et al. (2001), Ahmad et al. ( 2012), Takao et al. (2009), Afza et al. (2011) menemukan pengaruh yang positif signifikan dari tingkat hutang terhadap penggunan derivative dalam keputusan hedging. Menurut Putro (2012) juga mengemukakan hal yang sama bahwa semakin besarnya hutang dari pihak eksternal dan semakin tinggi risiko kesulitan keuangan maka tindakan lindung nilai atau hedging yang dilakukan juga akan semakin banyak. Berdasarkan landasan teori dan data empiris dari penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diajukan terhadap permasalahan penelitian ini adalah: H2: Tingkat Hutang perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan hedging 2.2.3 Pengaruh kesulitan keuangan terhadap keputusan hedging Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan mendorong perusahaan untuk berhati-hati mengelola keuangannya sehingga terdorong untuk melakukan perlindungan dari berbagai risiko dalam melakukan transaksi valuta asing maka itu perusahaan cenderung memutuskan melakukan hedging. Penelitian yang dilakukan oleh Nance et al. (1993), Triki (2006), Guniarti (2011), Raghavendra dan Velmurugan (2014) menyatakan bahwa kesulitan keuangan berhubungan negatif terhadap hedging. Putro (2012) juga menemukan bahwa kesulitan keuangan menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap probabilitas aktivitas hedging dengan instrumen derivatif Berdasarkan landasan teori dan data 21

empiris dari penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diajukan terhadap permasalahan penelitian ini adalah: H3: Kesulitan keuangan berpengaruh negatif signifikan terhadap keputusan hedging 22