I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga sektor ini merupakan sektor vital karena berhubungan dengan hidup dan matinya orang. Indonesia dikenal sebagai negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Pertanian dalam arti luas mencakup kegiatan pertanian (tanaman pangan dan hortikultura), perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Saat ini, kegiatan pertanian dalam arti luas ditangani oleh tiga departemen, yaitu Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, dan Departemen Kelautan dan Perikanan. Kini sektor pertanian kembali menjadi sektor yang menjadi perhatian khusus pada pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Kementerian pertanian mendapatkan alokasi anggaran yang cukup fantastis sebesar Rp 32,7 triliun. Padi merupakan salah satu komoditas yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan penduduk Indonesia sehingga perlu dikembangkan dengan usaha tani. Padi termasuk salah satu tanaman pangan yang tergolong rumput-rumputan (gramineae atau poaceae) yang merupakan bahan makanan pokok untuk menghasilkan beras atau nasi. Beras telah menjadi makanan pokok dan cenderung menjadi makanan tunggal di berbagai daerah di Indonesia termasuk daerah yang sebelumnya mempunyai kebiasaan pola pangan pokok selain beras, sehingga diperlukan kebijakan pemerintah yang tepat untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan. Akibat yang akan muncul apabila kekurangan pangan terjadi secara meluas adalah terjadinya kerawanan ekonomi, sosial, dan politik yang akibatnya mengganggu kestabilan negara. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, tiga provinsi dengan luas lahan sawah tertinggi di Indonesia adalah Provinsi Jawa Timur mempunyai luas lahan sawah 1.102.863 ha, kemudian disusul Provinsi Jawa Tengah dengan luas lahan sawah 952.525 ha dan posisi ketiga adalah Provinsi Jawa Barat dengan luas lahan sawah 925.042 ha. Total luasan lahan padi di Indonesia mencapai 8.112.103 ha dan produktivitasnya mencapai 52,8 kuintal/ha. Usaha untuk mempertahankan bahkan meningkatkan produktivitas padi Indonesia tidak hanya melalui faktor teknis budidaya yang bagus, tetapi harus didukung dengan 1
alat dan mesin pertanian yang memadai. Pada era teknologi yang semakin canggih seperti sekarang, sektor pertanian perlahan mulai kurang diminati oleh generasi muda. Mereka lebih memilih sektor industri yang dianggap memiliki prospek yang lebih cerah dibandingkan pertanian. Namun, satu-satunya sektor yang dapat menghasilkan pangan adalah sektor pertanian, sehingga memerlukan usaha untuk tetap mempertahankan sektor pertanian. Salah satu caranya dengan mengganti tenaga kerja manusia dengan mesin yaitu melalui kegiatan mekanisasi pertanian. Proses penanaman padi dari mulai persemaian hingga panen membutuhkan waktu hingga 4 bulan lamanya. Pada tahap persemaian, tanah yang digunakan harus subur, terbuka, dan dekat dengan sumber air. Tahap selanjutnya adalah pengolahan tanah yang harus dipersiapkan sejak dua bulan penanaman. Pelaksanaan pengolahan tanah sawah dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu dengan cara tradisional dan dengan cara modern. Pada pengolahan secara tradisional yaitu pengolahan tanah dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang dilakukan oleh manusia dengan bantuan binatang, misalnya kerbau dan sapi. Pada pengolahan tanah sawah secara modern dapat dilakukan dengan menggunakan mesin atau secara mekanik, misalnya menggunakan hand tractor. Proses pengolahan sawah meliputi, pembersihan, pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Setelah dilakukan pengolahan tanah, selanjutnya dilakukan penanaman bibit yang telah disemai. Pelaksanaan penanamannya masih tradisional yaitu dengan cara tandur yaitu tanam mundur. Tahap berikutnya adalah pemeliharaan yang meliputi pengairan, penyiangan, penyulaman, pemupukan, dan pemberantasan hama dan penyakit tumbuhan. Tahap terakhir dari budidaya padi adalah pemanenan. Sekarang petani sudah mulai jarang yang melakukan pemanenan padi secara tradisional dengan menggunakan ani-ani, tetapi petani lebih banyak menggunakan power thresher untuk memanen padinya. Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah sebagai penghasil padi yang tinggi, karena petani menanam padi sepanjang tahun. Secara geografis Kabupaten Sragen berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Sragen sebelah timur adalah Kabupaten Ngawi (Provinsi Jawa Timur), sebelah barat Kabupaten Boyolali, sebelah selatan Kabupaten Karanganyar, dan sebelah utara Kabupaten Grobogan. 2
Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km 2 yang terbagi dalam 20 kecamatan Secara fisiologis, wilayah Kabupaten Sragen terbagi atas 40.121 ha (42,61%) lahan sawah, 29.538 ha (31,37%) lahan bukan sawah (tegal, ladang, hutan rakyat), dan 24.496 ha (26,02%) lahan bukan bertanian (pemukiman, jalan, perkantoran). Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata rata 109 m diatas permukaan laut. Sragen mempunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19-31ºC. Curah hujan rata-rata di bawah 3000 mm per tahun dengan hari hujan di bawah 150 hari per tahun. Jumlah penduduk Kabupaten Sragen sebanyak 875.600 jiwa, terdiri dari 429.077 penduduk laki laki dan 446.523 penduduk perempuan. Kepadatan penduduk rata rata 929,96 jiwa/km 2 (BPS, 2015). Berdasarkan data di atas, bahwa potensi pertanian padi di Kabupaten Sragen begitu tinggi, sehingga upaya untuk melakukan optimalisasi produksi padi perlu dilakukan, namun yang menjadi kendala adalah minimnya tenaga kerja di sektor pertanian. Sekarang, peminat sektor pertanian sebagian besar adalah orang-orang tua yang mulai menginjak usia tidak produktif, karena tidak sedikit para pemuda lebih memilih sektor non pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satunya adalah menjadi buruh pabrik. Sektor pertanian mulai dipandang sebelah mata. Sehingga diperlukan upaya dari pemerintah untuk membuat penyelesaian permasalahan tersebut. Salah satu upayanya adalah dengan melakukan mekanisasi pertanian. Pada tahun 2012, pemerintah mulai gencar dalam melakukan mekanisasi pertanian berupa penyediaan alat-alat pertanian. Peralatan tersebut bervariasi, mulai dari pompa air, hand tractor hingga power thresher. Harapannya dengan melakukan mekanisasi pertanian dapat mengurangi kebutuhan tenaga kerja di sektor pertanian. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui seberapa besar respons petani padi terhadap mekanisasi pertanian pada budidaya tanaman padi sawah. Mengingat bahwa satu-satunya sektor yang dapat menghasilkan pangan adalah sektor pertanian. Selain itu, padi merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia secara umum dan kebutuhan akan beras makin meningkat, sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas padi dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia. 3
1.2. Rumusan Masalah Keberhasilan Kabupaten Sragen sebagai penyangga ketersediaan beras di Jawa Tengah tidak lepas dari upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sragen dalam menguatkan infrastruktur pertanian dan mekanisasi pertanian. Mekanisasi pertanian melalui pengembangan Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) sebagai solusi kecenderungan sulitnya tenaga kerja. Alat dan mesin pertanian (alsintan) merupakan salah satu komponen input sistem agribisnis yang memiliki peran yang berkaitan dengan produktivitas, efisiensi dan peningkatan mutu produk. Mekanisasi pertanian diberikan berupa aplikasi mekanis mesin atau alat pada proses produksi pertanian. Mekanisasi pertanian diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian serta pengolahannya. Mekanisasi pertanian mencakup keuntungan efisiensi, efektivitas, kualitas dan produktivitas pertanian. Kemudian berdampak sistemik pada kesejahteraan petani dan pemenuhan kebutuhan pangan, energi dan bahan produksi masyarakat. Permasalahannya adalah masih banyak petani yang belum menerapkan mekanisasi pertanian di Kabupaten Sragen. Melalui UPJA pemerintah Kabupaten Sragen sudah mendistribusikan alat-alat untuk mekanisasi berupa hand tractor, pompa air, rice transplanter, power thresher, dan combine harvester melalui kelompok tani. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana respons petani terhadap mekanisasi pertanian pada budidaya tanaman padi sawah di Kabupaten Sragen? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi respons petani terhadap mekanisasi pertanian pada budidaya tanaman padi sawah di Kabupaten Sragen? 1.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tingkat respons petani terhadap mekanisasi pertanian pada budidaya tanaman padi sawah di Kabupaten Sragen 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respons petani terhadap mekanisasi pertanian pada budidaya tanaman padi sawah di Kabupaten Sragen 4
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi pemerintah Kabupaten Sragen, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan terkait dengan mekanisasi pertanian pada budidaya tanaman padi sawah. 2. Bagi peneliti, sebagai sarana pengembangan pola berpikir dan penyebaran ilmu pengetahuan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi Sarjana Pertanian Strata 1 (S1) di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 5