BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat cenderung lebih kritis terhadap pelayanan publik. Pemerintah sebagai pelayan publik merupakan subjek sekaligus objek perubahan yang harus senantiasa bergerak dinamis mengikuti tuntutan masyarakat. Sebagai subjek, pemerintah berarti bertindak selaku agent of change sesuai perkembangan berdasarkan evaluasi internal organisasi. Apabila sebagai objek, maka pemerintah bertindak menyesuaikan perkembangan eksternal dan tuntutan dari masyarakat. Masyarakat tentunya menginginkan pemerintah yang benarbenar melayani, transparan, bersih dan akuntabel. Berbagai hambatan atau tantangan terkait sumber daya aparatur sebenarnya telah lama disadari dan dirancang solusinya oleh Pemerintah. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah mengawali semangat perubahan tersebut dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014. Road Map Reformasi Birokrasi ini bertujuan untuk memberi arah pelaksanaan reformasi birokrasi pada kementerian dan pemerintah daerah 1
agar berjalan efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga, dan berkelanjutan. Berdasarkan hasil Laporan Evaluasi Kinerja kementerian atau lembaga dan Pemerintah Provinsi tahun 2015 oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, nilai rata-rata untuk kementerian meningkat, dari 64,70 pada tahun 2014 menjadi 65,82 pada tahun 2015. Sedangkan nilai rata-rata untuk pemerintah provinsi meningkat dari 59.21 pada tahun 2014 menjadi 60.47 pada tahun 2015. Nilai tersebut menunjukkan tingkat akuntabilitas atau pertanggungjawaban atas hasil terhadap penggunaan anggaran dalam rangka terwujudnya pemerintahan yang berorientasi kepada hasil. Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan aset nasional yang bertugas menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan di segala bidang. Pentingnya kesejahteraan adalah untuk meningkatkan motivasi, semangat kerja dan sikap loyalitas terhadap organisasi. Usaha untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental agar semangat kerja meningkat adalah melalui program kesejahteraan PNS yang disusun berdasarkan peraturan legal, berasaskan keadilan dan kelayakan serta berpedoman kepada kemampuan pemerintah daerah. Tujuan program kesejahteraan pada pegawai adalah untuk meningkatkan kesetiaan dan ketertarikan pegawai 2
dengan perusahaan, memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi pegawai beserta keluarganya, memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktifitas pegawai, menurunkan tingkat absensi dan labour turn over, menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta nyaman, membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan. Kinerja dan kesejahteraan PNS juga mendapat perhatian khusus oleh Gubernur Jawa Tengah. Dalam Misi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2013-2018 dijelaskan bahwa ingin mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan Provinsi Jawa Tengah yang bersih, jujur, dan transparan dengan tagline Mboten Korupsi Mboten Ngapusi (Jatengprov.go.id). Secara tersirat visi tersebut mengandung makna yang sangat dalam apabila diresapi. Dunia PNS yang selama ini lekat dengan penilaian sebuah dunia yang kaku, birokratif, dan cenderung koruptif mulai dibangun dengan mengubah mindset para PNS. Hal ini merupakan pondasi budaya organisasi baru yang dicanangkan oleh Gubernur Jawa Tengah sehingga untuk meningkatkan motivasi dan semangat kerja sudah selayaknya diberikan upah pungut kepada PNS. Pemberian upah pungut diharapkan mampu berdampak positif terhadap peningkatan kinerja dan pelayanan terhadap masyarakat. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengeluarkan 3
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Kepada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) merupakan salah satu bentuk pelaksanaan fungsi MSDM yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individu yang telah melaksanakan tugas keorganisasian. Pemberian imbalan berdasarkan kinerja dapat memberikan dampak positif terhadap perilaku karyawan, kepuasan kerja, kemampuan organisasi, dan mampu mewujudkan tujuan yang telah dirancang serta mempertahankan lebih banyak karyawan yang mampu bekerja dengan prestasi tinggi. Beberapa terminologi yang berkaitan dengan program upah pungut yaitu gaji, insentif, tunjangan dan fasilitas. Karyawan merupakan sumber daya yang penting karena memiliki bakat, tenaga dan kreatifitas yang dibutuhkan oleh perusahaan. Dengan pemberian penghargaan, pegawai atau karyawan diharapkan akan terpacu untuk meningkatkan kinerjanya. Menurut Panggabean (2002:75) upah pungut merupakan bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas atau kontribusi yang mereka berikan kepada organisasi. Ada dua bentuk upah pungut yang diberikan kepada PNS sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemberian Tambahan 4
Penghasilan Kepada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Tunjangan Penghasilan Pegawai dan Upah Pungut. Dalam aturan tersebut, ada kebijakan yang mendasar terkait pemberian tunjangan penghasilan pegawai bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penghasil/ pemungut pajak daerah. Pasal 3 ayat (1) Pergub Nomor 9 Tahun 2015 mengatur bahwa Bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah penghasil atau pemungut pajak daerah atau retribusi daerah, pemberian tambahan penghasilan atau insentif pemungutan pajak daerah atau retribusi daerah diberikan pilihan salah satu. Menurut pengamatan di lapangan, kebijakan ini memicu reaksi pro dan kontra di kalangan PNS sendiri. Reaksi pro tentu berasal dari para PNS non Satuan Kerja Perangkat Daerah penghasil atau pemungut pajak daerah. Sedangkan reaksi kontra tentu berasal dari PNS Satuan Kerja Perangkat Daerah penghasil atau pemungut pajak daerah. Bagi mereka, dengan berlakunya aturan tersebut, maka sumber penghasilan tambahan akan berkurang. Dalam perkembangannya, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah (DPPAD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah penghasil atau pemungut pajak daerah memilih Upah Pungut (UP) sebagai bentuk kompensasi. Inilah yang menjadi perhatian terkait kinerja para PNS, khususnya pada Satuan 5
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai pemungut pajak daerah atau retribusi daerah. Mengingat, pada aturan sebelumnya, bagi SKPD tersebut, selain mendapatkan TPP sebagaimana PNS di SKPD lainnya, juga mendapatkan upah pungut sebagai kompensasi dari pendapatan daerah yang mereka peroleh artinya jika realisasi pendapatan mencapai target, maka upah pungut diberikan sesuai dengan ketentuan. Berdasarkan data DPPAD, pendapatan yang yang diperoleh tidak mencapai target sehingga berdampak pada besaran upah pungut yang diterima para PNS. Upah pungut merupakan hal yang penting pada proses MSDM. Upah pungut sekarang ditentukan hasil kinerja tahun lalu sehingga dapat memotivasi kinerja para pegawai di DPPAD pada tahun berikutnya. Seperti halnya dengan PNS, upah pungut sebagai bentuk kompensasi tentu sangat ditunggu guna mencukupi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Sehingga apabila seorang PNS menganggap bahwa upah pungut yang diberikan sesuai dengan yang diharapkan, maka mereka akan terpacu motivasinya. Hal ini sejalan dengan research gap yang dilakukan oleh Sudarsono (2008) dalam jurnalnya yang membahas tentang Analisis Pengaruh Kompensasi terhadap Motivasi dan Kinerja (Studi Kasus Dosen Ekonomi pada Perguruan Tinggi Swasta) hasil penelitian bahwa kompensasi finansial yang terdiri dari gaji, honor, dan insentif secara pasrsial mempunyai pengaruh 6
sebesar 30,13 persen terhadap motivasi. Kesimpulan tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Damayanti (2013) yang berjudul Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surakarta yang berkesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan kompensasi terhadap kinerja karyawan, Ada pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan, dan Ada pengaruh signifikan kompensasi dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surakarta. Sementara itu, motivasi kerja adalah dorongan upaya dan keinginan yang di dalam diri manusia yang mengaktifkan, memberi daya serta mengarahkan perilakunya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam lingkup pekerjaannya dan menjadikan dirinya bermanfaat bagi organisasi dengan menghasilkan kinerja yang tinggi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Anton Tirta Komara dkk (2014) dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Kompensasi, Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung yang menyimpulkan bahwa motivasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai. Apabila pegawai yang merasakan hak-haknya yang tidak terpenuhi ketika bekerja, maka akan menampilkan kinerja yang tidak produktif. Lebih 7
lanjut, penelitian Wulan Analisa (2011) yang berjudul Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja pegawai (Studi Pada DISPERINDAG Kota Semarang) dengan menggunakan analisis regresi linier berganda membuktikan bahwa variabel motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Faktor-faktor yang membuat tim kerja menjadi ideal menurut perspektif masyarakat Jawa adalah professional, memiliki sikap positif, saling bekerjasama, komunikasi yang baik, serta peran atasan dalam memimpin tim yang ada. Sedangkan faktor yang membuat tim kerja menjadi tidak ideal menurut perspektif masyarakat Jawa adalah kurang bekerjasama, kurang komunikasi, tidak professional, sikap negatif, serta ketidakpuasan kerja (Vitria Lilian Purba, 2013). Sementara itu, Imeldi Maria Taroreh (2014) dalam jurnalnya yang berjudul Analisa Pengaruh Motivasi Kerja, Pelatihan, Kepemimpinan, Komunikasi Dan Kerjasama Tim Terhadap Kinerja Para Suster Dina ST.Yoseph Di Indonesia berpendapat bahwa karyawan dalam hal ini para suster Dina St.Yoseph (DSY) akan memiliki kinerja seperti yang diharapkan oleh organisasi ketika mereka memiliki motivasi kerja yang tinggi. Lebih lanjut ditambahkan bahwa karyawan akan memiliki kinerja seperti yang diharapkan oleh organisasi ketika mereka memiliki suasana kerja sama yang baik antar rekan kerja dan atasan di dalam organisasi. 8
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kerja sama tim (team work) yang baik akan meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja. Model penelitian ini diambil karena tidak hanya faktor pemberian upah pungut saja yang perlu diperhatikan oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk meningkatkan kinerja pegawai PNS, akan tetapi juga harus memperhatikan faktor motivasi dan Team Work. Kurangnya motivasi kerja dan Team Work dari pegawai dan pimpinan instansi akan menghambat kinerja karyawan dan juga membuat suasana kerja tidak kondusif. Motivasi dapat mendorong PNS bekerja dengan tekun, serta disiplin dalam bekerja sehingga dapat tercapai tujuan yaitu menciptakan suasana kondusif terhadap lingkungan kerja Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian upah pungut terhadap kinerja PNS dengan motivasi sebagai variabel mediasi dan team work sebagai variabel moderasi. DPPAD merupakan ujung tombak penghasil atau pemungut pajak daerah atau retribusi daerah dan langsung berhadapan dengan masyarakat sehingga kedepan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan evaluasi kebijakan dalam pemberian kompensasi bagi PNS Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 9
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dapat dirumuskan persoalan penelitian sebagai berikut : a. Apakah pemberian upah pungut berpengaruh terhadap motivasi kerja PNS? b. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja PNS? c. Apakah team work berperan sebagai variabel moderasi dalam hubungan antara pemberian upah pungut terhadap motivasi? 1.3. Tujuan Penelitian Untuk menjawab persoalan penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini antara lain : a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian upah pungut terhadap motivasi kerja PNS. b. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja PNS. c. Untuk mengetahui peranan team work sebagai variabel moderasi dalam hubungan antara pemberian upah pungut terhadap motivasi. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki arti penting karena dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun 10
praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan literatur tentang pengaruh pemberian upah pungut terhadap kinerja PNS dengan motivasi sebagai variabel mediasi dan team work sebagai variabel moderasi. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah: Pertama, bagi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan yang konstruktif bagi peningkatan kinerja PNS di lingkungan pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan dapat memudahkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari implementasi pemberian upah pungut dalam meningkatkan motivasi dan team work pegawai. Kedua, bagi Pihak-pihak lain, Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peningkatan kesejahteraan pegawai dan sebagai bahan perbandingan bagi mereka yang berminat untuk meneliti lebih lanjut dibidang ini. 11