1.5. Potensi Sumber Air Tawar

dokumen-dokumen yang mirip
Keperluan air irigasi dengan Pola tanam seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Pola tanam. antar blok 1 MT blok

Tabel Posisi titik acuan (BM, dalam meter) di lokasi MIFEE

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN MERAUKE

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

PEMERINTAH KABUPATEN MERAUKE

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

1.8. Perencanaan Pompa Irigasi Kapasitas pompa irigasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI

TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

1. BAB I PENDAHULUAN

PERENCANAAN KONSTRUKSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu daerah irigasi di Sumatera Utara adalah Bendungan Namu Sira-sira.

OPTIMALISASI PEMELIHARAAN SALURAN KENCONG TIMUR JARINGAN IRIGASI PONDOK WALUH DI WILAYAH SUNGAI BONDOYUDO BEDADUNG KABUPATEN JEMBER

Perencanaan Saluran Irigasi Primer di Desa Maroko Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) 1.1. UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK TAMBAK. SITI YULIAWATI DOSEN KOPERTIS WILAYAH I Dpk UNIVERSITAS DHARMAWANGSA MEDAN

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Tujuan Penelitian 1.3 Batasan Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pencapaian penelitian secara optimal sangat ditentukan pada kadar pemahaman

BAB V ANALISA DIMENSI DRAINASE. Dalam merencanakan dimensi saluran samping yang terletak di kiri dan kanan

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

Gambar-III-2.4 Sistem Pangadaan Air Tengah dan Kondisi Saat Ini dari IPA Rencana

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS BINA MARGA DAN PSDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

Gambar 7. Peta Ikhtisar Irigasi

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

Oleh : Surendro NRP :

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. air terbatas maka produksi pangan akan terhambat. Pada dasarnya permasalahan yang

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan

BAB III METODA ANALISIS. Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas

Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting)

BAB III METODE PENELITIAN

Analisa Mercu Bendung Daerah irigasi Namurambe

BAB IV EVALUASI SEDIMEN DI WADUK SELOREJO DAN ALTERNATIF PENANGANANNYA

REKAYASA SUMBERDAYA AIR (WATER RESOURCES ENGINEERING ) OPERASI WADUK

BAB I PENDAHULUAN. Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah sebagai

1a. LOKASI JALAN TOL CENGKARENG, JORR dan JORR 2

EVALUASI EFEKTIVITAS PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI CAWAK KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular.

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh

BEKASI, 22 FEBRUARI 2011

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

PEDOMAN TEKNIS DESAIN OPTIMASI LAHAN RAWA TA 2018 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan

BAB III METODE PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. mempergunakan pendekatan one river basin, one plan, and one integrated

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di pulau Jawa. Menampung air dari

Volume XIII No.1 Maret 2012 ISSN : EVALUASI OPERASI DAN PEMELIHARAAN W A D U K C E N G K L I K

LKPJ BUPATI SEMARANG TAHUN 2013

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

Peta Sistem Drainase Saluran Rungkut Medokan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

BAB I PENDAHULUAN. Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

1.1 Latar Belakang Tujuan Lokasi proyek Analisis Curali Hujan Rata-rata Rerata Aljabar 12

Transkripsi:

Potensi Sumber Air Tawar 1 1.5. Potensi Sumber Air Tawar Air tawar atau setidaknya air yang salinitasnya sesuai untuk irigasi tanaman amat diperlukan untuk budidaya pertanian di musim kemarau. Survei potensi air tawar dilaksanakan pada bulan November 2008. Lokasi kegiatan survei tercantum pada Gambar 1.5.5. Laporan berikut ini menyajikan beberapa peluang sumber air tesebut di lokasi sekitar MIFEE. 1.5.1. Airtanah dalam Air tanah dalam di lokasi MIFEE mempunyai potensi yang terbatas, seperti yang dilakukan di beberapa daerah di sekitar lokasi (Tabel 1.5.1). Jumlah sumur bor dalam di kabupaten Merauke terdapat di 27 lokasi, masing-masing debitnya 3.5 l/det. Total debit 104.3 l/det, jumlah pelayanan untuk air baku rumah tangga 5 550 orang, dan jumlah luasan pertanian beririgasi 124.7 ha. Pemanfaatan air tanah tersebut terkendala oleh biaya operasional yang tinggi. 1.5.2. Air Sungai Air Sungai Maro mempunyai potensi yang sangat besar, karena kedekatan lokasi serta kuantitas yang sangat besar. Tetapi dari sisi kualitas, air sungai tersebut di lokasi MIFEE tidak dapat digunakan untuk irigasi tanaman karena salinitas tinggi. Dinas PU kabupaten Merauke mengidentifikasi bahwa air Sungai Maro dapat dimanfaatkan untuk irigasi tanaman pada jarak sekitar 60 km dari PA-3 ke arah hulu. Dinas PU juga masih menjajaki kemungkinan dibangunnya bendung irigasi pada jarak sekitar 50 km dari PA-3. Sementara Dinas Tanaman Pangan kabupaten Merauke, mengidentifikasi bahwa air Sungai Maro dapat digunakan untuk irigasi pada jarak sekitar 40 km dari PA-3. Hasil pengambilan contoh air Sungai Maro bulan November 2008 yang disajikan pada Gambar 1.5.1 dan 1.5.2, menunjukkan bahwa sampai jarak 25 km dari PA-3, air sungai masih belum dapat digunakan untuk irigasi tanaman. Dengan pertimbangan bahwa kualitas air Sungai Maro amat bergantung pada kondisi pasang surut, maka informasi mengenai ketersediaan air yang sesuai (tawar) pada lokasi yang relatif lebih dekat amat diperlukan. Jarak lokasi air tawar ke lokasi MIFEE di sungai Kumbe lebih dekat daripada daripada di sungai Maro (Gambar 1.5.5). Sekarang ini air sungai Kumbe di lokasi tersebut dipompa ke Rawa Biru yang saat ini juga sudah menjadi sumber air bagi penduduk di kabupaten Merauke dan sekitarnya. Kemungkinan potensi konflik perlu mendapatkan perhatian khusus jika alternatif ini akan digunakan.

Potensi Sumber Air Tawar 2 Tabel 1.5.1. Lokasi dan jumlah sumur airtanah dalam yang sudah dimanfaatkan di kabupten Merauke 1 Lokasi Debit Manfaat No pompa Air baku Irigasi Desa Kecamatan (l/det) (orang) (ha) 1 Arso I Arso 6.0 50 2.5 2 Arso VI Arso 10.8 50 5.0 3 Erom Merauke 3.5 200 5.5 4 Erom Merauke 3.5 200 5.5 5 Kuper Merauke 3.5 350 4.2 6 Kuprik Merauke 3.5 200 2.5 7 Kurik III Merauke 3.5 200 3.5 8 Kurik III Merauke 3.5 250 2.0 9 Kurik V Merauke 3.5 250 4.5 10 Kurik VI Merauke 3.5 200 2.5 11 Sarmayam I Merauke 3.5 200 5.5 12 Sarmayam I Merauke 3.5 200 3.5 13 Sarmayam I Merauke 3.5 200 0.5 14 Sarmayam II Merauke 3.5 200 3.0 15 Sarmayam II Merauke 3.5 200 3.5 16 Sarmayam II Merauke 3.5 200 3.5 17 Semangga II Merauke 3.5 200 4.4 18 Tanah Miring SP2 Merauke 3.5 200 6.0 19 Tanah Miring SP2 Merauke 3.5 200 10.0 20 Tanah Miring SP3 Merauke 3.5 200 5.5 21 Tanah Miring SP4 Merauke 3.5 200 15.0 22 Tanah Miring SP5 Merauke 3.5 200 5.5 23 Tanah Miring SP5 Merauke 3.5 250 2.5 24 Tanah Miring SP5 Merauke 3.5 250 4.5 25 Tanah Miring SP6 Merauke 3.5 200 5.5 26 Tanah Miring SP6 Merauke 3.5 200 4.4 27 Wasur Merauke 3.5 300 4.2 Jumlah 104.3 5550 124.7 1.5.3. Air Rawa Lebih dari 90% areal di Merauke adalah rawa. Rawa yang berpotensi untuk mengairi lahan di Serapu dibatasi oleh jalan dan saluran drainase yang tidak bersambungan karena tidak dilengkapi dengan gorong-gorong. Luas total rawa sekitar 20 km 2, kedalaman pada musim kemarau di tengah rawa sekitar 2.5 meter, 0 meter di pinggir rawa/jalan. Saat survai dilaksanakan (Nopember 2008) kedalaman di pinggir rawa berkisar 20-50 cm, sementara pada puncak musim hujan sekitar 50 cm di atas jalan. Batas lokasi rawa tercantum pada Gambar 1.5.4. 1 Sumber Dinas Pekerjaan Umum, Kabupaten Merauke, November 2008

Potensi Sumber Air Tawar 3 16.0 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 ds/m 0 10 20 30 40 50 Jarak dari PA-3 (km) DHL, ds/m ph ph 7.8 7.7 7.6 7.5 7.4 7.3 7.2 7.1 7.0 Gambar 1.5.1. Sebaran ph dan salinitas di Sungai Maro mg/l 5000 4000 3000 2000 1000 0 0 10 20 30 40 50 Jarak dari PA-3 (km) Amonia Calsium Magnesium Natrium Boron Nitrat Sulfat Asam Karbonat Gambar 1.5.2. Sebaran unsur lainnya di Sungai Maro Dengan asumsi luas rawa neto 10 km 2, rerata kedalaman 1.5 m, maka volume neto pada musim kemarau sekitar 15 juta m 3. Jika 50% digunakan untuk keperluan air irigasi pada MK maka potensi aktual sekitar 7.5 juta m 3. Keperluan air irigasi total per ha pada tahun kering 14 201 m 3 /ha, pada tahun normal 6 932 m 3 /ha. Potensi rawa tersebut dapat mengairi lahan pertanian pada tahun kering sekitar 530 ha, dan pada tahun normal sekitar 1 080 ha. Terdapat beberapa saluran drainase yang berasal dari rawa ini. Saluran drainase jalan di depan WorkShop adalah yang paling besar kemungkinannya untuk dimanfaatkan. Perbaikan manajemen pintu air pada saluran lain yang berasal dari rawa, serta

Potensi Sumber Air Tawar 4 peningkatan efisiensi penyaluran air sampai ke saluran drainase jalan di depan WorkShop perlu ditingkatkan untuk menjamin ketersediaan air untuk tanaman pada musim kemarau. Jarak dari lokasi Workshop sampai ke rawa melalui saluran drainase jalan sekitar 6.5 km. Dengan perbaikan ringan, saluran drainase jalan ini menyambung dengan baik sampai ke lokasi workshop dan juga sampai ke batas ujung timur daerah proyek. Lokasi lahan proyek berada di seberang jalan utama sehingga diperlukan pompa untuk memindahkan air dari saluran drainase jalan depan Workshop ke saluran drainase jalan dekat lahan usaha (Gambar 1.5.7). Alternatif lainnya dibuat gorong-gorong (box culverts) untuk menyambungkan kedua saluran tersebut dengan jalan utama di bagian atasnya (Gambar 1.5.6). Rancangan detil perbaikan saluran drainase jalan utama untuk mengalirkan air dari lokasi rawa, memerlukan data penampang memanjang (longitudinal section) dasar saluran, tanggul, dan penampang melintang (cross section) drainase jalan dari lokasi rawa ke lokasi proyek. Pengukuran akan dilakukan tanggal 22 Januari 2009. Gambar 1.5.3. Saluran drainase jalan utama, lahan usaha sebelah kiri

5 Gambar 1.5.4. Batas lokasi rawa

6 Gambar 1.5.5. Lokasi kegiatan survei pada bulan November 2008

7 Jalan Utama 0.60 Saluran Drainase Ó 1.00 Ó Lahan 1.10 1.00 1.10 1.00 1.00 6.00 1.00 1.00 3.20 Gambar 1.5.6. Penampang melintang jalan utama dan saluran drainase jalan Gambar 1.5.7. Saluran drainase jalan sebelah kanan tertutup oleh jalan ke Workshop diperlukan gorong-gorong

8 1.5.4. Laporan survei topografi Februari 2009 Survei pengukuran elevasi dasar saluran, muka air, tanggul dan jalan sepanjang lokasi daerah Rawa ke lokasi Medco dilakukan dari tanggal 22 Januari sampai 4 Februari 2009. Tujuan pengukuran adalah: (a) mendapatkan gambaran penampang memanjang dan melintang saluran pasok air tawar dari rawa ke lokasi Medco, (b) memberikan rekomendasi infrastruktur yang diperlukan untuk mengalirkan air dari rawa Muram ke lokasi lahan pertanian Medco, (c) mendapatkan gambaran kemungkinan drainase gravitasi lewat outlet PA-3. 1.5.4.1. Pasok Air dari Rawa Erom ke Simpang 4 Hasil pengukuran elevasi lengkap tercantum pada Lampiran. Nomor titik lokasi pengukuran tercantum pada Gambar 1.5.8a-c. Profil memanjang saluran pasok air dari rawa Erom sampai ke simpang 4 (4 115 m) tercantum pada Gambar 1.5.9. Elevasi dasar saluran bervariasi secara lokal setiap jarak 300 m dengan rerata kemiringan 0.2 per mil (0.2 m setiap 1000 m). Pada jalur tersebut terdapat enam lokasi hambatan aliran air karena saluran tertutup oleh jalur jalan tanpa gorong-gorong (Gambar 1.5.8a). Untuk mengalirkan pasok air tawar ruas saluran tersebut harus bebas hambatan dengan membuat gorong-gorong di setiap lintasan jalan. Asumsi gorong-gorong kotak 1 x 1 m, beton bertulang, panjang 5 m, perkiraan biaya per unit Rp 16 juta, maka total biaya Rp 96 juta. Dengan kemiringan dasar saluran 0.2 per mil, maka diperlukan galian tambahan kedalaman saluran seperti pada Gambar 1.5.9. Jumlah volume galian 3 190 m 3, unit cost galian Rp 31 613/m 3, maka taksiran biaya Rp 100.85 juta (unit cost menggunakan Analisa Harga Satuan Galian Tanah Lumpur menggunakan exavator, Dinas PU Merauke, 2008). Penampang melintang saluran dapat dilihat pada Gambar 1.5.10, lebar atas = 13.5 m, lebar dasar = 5.5 m, kedalaman = 2.0 m, talud 1:2 (vert : horz). Dengan menggunakan nilai km (koefisien kehalusan) = 40, b = 3.5 m, z = 2, d = 2 m, I = 0.0002, maka V = 0.64 m/det, Q = 9.6 m 3 /det. Kapasitas saluran pasok air tawar 9.6 m 3 /det. Kapasitas debit pompa untuk mengairi luasan 100 ha adalah 272.7 lt/det (Sub Bab 1.8. Perencanaan Pompa). Kapasitas saluran ini cukup untuk mengairi areal seluas 3 500 ha, jika kapasitas pompa dan volume air rawa memungkinkan. Akan tetapi potensi aktual rawa Erom sekitar 7.5 juta m 3 dapat mengairi lahan pertanian pada tahun kering sekitar 530 ha, dan pada tahun normal sekitar 1 080 ha. Untuk mengalirkan air dari saluran rawa ke saluran jalan lokasi lahan usaha Medco diperlukan box culvert 1 x 1.5 x 1.5 m, melintang jalan di lokasi titik 84 (70 m dari Simpang 4, Gambar 1.5.8b). Penampang melintang jalan di lokasi titik 84 tercantum pada Gambar 1.5.10. Panjang gorong-gorong 17 m. Taksiran biaya Rp 179 juta. 1.5.4.2. Jalur Saluran dari Simpang 4 ke Lokasi Long Storage Penampang memanjang saluran tercantum pada Gambar 1.5.11. Lokasi titik pengukuran tercantum pada Gambar 1.5.8b. Untuk menjamin pasok air tawar dari rawa Erom maka saluran sepanjang sekitar 325 m memerlukan pengerukan dasar saluran sekitar 1-1.5 m, sehingga elevasi dasar saluran menjadi sekitar 1.000 m. Elevasi tanggul long storage + 2.646 m, dengan kedalaman 4 m, maka elevasi dasar long storage sekitar - 1.300 m, sehingga secara gravitasi air dari saluran jalan akan mengisi long storage sampai

9 elevasi muka air sama dengan elevasi muka air di saluran drainase jalan (sekitar + 1.20 m). Elevasi pompa di intake sekitar +1.80 m, sehingga tinggi isap sekitar 0.5 1.5 m. Total volume galian 480 m 3, unit cost galian Rp 31 613/m 3, maka taksiran biaya Rp 15.117 juta. 1.5.4.3. Jalur Saluran dari Simpang 4 ke Lokasi Jembatan arah ke Kumbe Penampang memanjang saluran tercantum pada Gambar 1.5.12. Titik lokasi pengukuran tercantum pada Gambar 15.8b dan c. Untuk menjamin pasok air tawar dari rawa Erom maka saluran sepanjang sekitar 2 300 m memerlukan pengerukan dasar saluran sekitar 1-1.5 m, sehingga dasar saluran mempunyai kemiringan 0.2 per mil. Volume galian saluran 6 983 m 3, unit cost Rp 31 613/m 3, taksiran biaya Rp 220.740 juta. Pada jalur ini terdapat hambatan jalan traktor tanpa gorong-gorong di titik 99a, berjarak sekitar 800 m dari Simpang 4. Taksiran biaya untuk membangun gorong-gorong Rp 16 juta. 1.5.4.4. Ringkasan biaya infrastruktur Ringkasan biaya infrastruktur pasok air tawar dari rawa Erom tercantum pada Tabel 1.5.2. Tabel 1.5.2. Ringkasan biaya infrastruktur pasok air tawar dari rawa Erom Ruas saluran Panjang (m) Vol gali (m 3 ) Biaya gali Jumlah Biaya goronggorong (Juta Rp) Hambat (Juta an Rp) Rawa Erom-Simpang 4 4,115 3,190 100.85 6 96.00 Simpang 4-400 m 179.00 Simpang4 ke Long Storage 325 480 15.18 Simpang4 ke Jembatan arah Kumbe 2,300 6,983 220.74 1 16.00 Jumlah 336.76 291.00 Pompa Axial RH 30V, Tirta Pahala III Kap Rp Juta 300 L/det 1,500 Rumah pompa 100 Biaya pompa 1,600 Total Biaya Infrastruktur 2,228 unit cost galian Rp/m 3 31,613 Gorong-gorong 5 m Rp/unit 16,000,000 Gorong-gorong 17 m Rp/unit 179,000,000 Perkiraan total biaya infrastruktur meliputi: pengadaan pompa aksial dan rumah pompa, pendalaman saluran, dan gorong-gorong adalah Rp 2 228 000 000.

10 Gambar 1.5.8a. Lokasi titik pengukuran topografi ruas Rawa Erom Simpang 4

11 Gambar 1.5.8b. Lokasi titik pengukuran topografi ruas Simpang 4 - Jembatan arah Kumbe

12 Gambar 1.5.8c. Lokasi titik pengukuran topografi ruas Simpang 4 - Jembatan arah Kumbe

13 Elevasi (m) Penampang Memanjang Saluran dari Rawa Erom ke Simpang 4 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0-0.5 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500-1 -1.5 Jarak (m) dari lokasi pompa Rawa Dasar Sal MA Sal Tanggul Lahan Jalan Rencana Gambar 1.5.9. Penampang memanjang saluran dari rawa Erom ke Simpang 4 (Workshop Medco)

14 3.420 1.830 1. 575 1.778 2.260 2.120 + 4200 ( 84 ) Jalan Utama 1.730 1.345 1.700 1. 995 0. 670 0. 810 0.110 0. 095 0.275 0.120 4.2 1. 9 2.8 2. 3 1.6 8.2 1.6 2.6 1.9 2.7 20.0 KIRI KANAN Keterangan : - Ukuran dalam satuan meter - Ukuran dimensi 1 desimal - Elevasi 3 desimal - Lokasi saluran dilihat dari rawa ke lahan Gambar 1.5.10. Profil Melintang Titik 84 ( + 4200 ) Tanpa Skala

15 Penampang Memanjang dari Jalan Simpang 4 ke Long Storage Elevasi (m) 3.000 tanggul long storage +2.648 2.500 2.000 pompa +1.801 1.500 1.000 muka air di long storage +0.831 0.500 0.000 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500-0.500-1.000-1.500 Jarak (m) jalan dasar sal ma saluran Rencana Gambar 1.5.11. Penampang memanjang saluran dari Simpang 4 ke Lokasi pompa sprinkler dan long storage

16 Penampang Memanjang Saluran dari Simpang 4 ke Jembatan ke Kumbe Elevasi (m) 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5-0.5 0 4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000-1 -1.5-2 Jarak (m) jalan dasar sal ma sal tanggul Rencana Gambar 1.5.12. Penampang memanjang saluran dari Simpang 4 ke Jembatan arah Kumbe