BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu. dari merekalebihberdasarkanpersepsi.the policeman theorymengklaim

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan auditor mengandung kepentingan tiga kelompok, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya (agen) untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Watkins dkk. (2004) telah mengidentifikasi empat buah definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan dan posisi keuangan perusahaan kepada

BAB I PENDAHULUAN. maupun didalam negeri, kualitas audit menjadi perhatian publik. Skandal-skandal

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pemakai dalam pembuatan keputusan akuntansi.

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Jensen dan Meckling (1976), yang menjelaskan hubungan keagenan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 menyatakan bahwa untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. agency relationship as a contract under which one or more person (the

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008, membuat pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri sehingga diperlukan pihak yang independen, dalam hal ini akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen kepada stakeholder terutama terhadap pemilik perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan. Financial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan alasan penggunaan judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada umumnya perkembangan perusahaan publik berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban manajemen kepada stakeholder, terutama kepada pemilik

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, auditor dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. menentukan atau menilai posisi dan kegiatan keuangan dari suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akuntan publik adalah pihak independen yang dianggap mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan Keuangan merupakan sarana bagi investor untuk menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan tentunya dapat mengurangi kualitas keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka

BAB I PENDAHULUAN. saja bagi dunia bisnis tetapi juga masyarakat luas (Wibowo dan Hilda,2009).

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan kepada pihak luar, dimana pihak luarpun memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan sumber dana yang akan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang paling bertanggung jawab terhadap masalah ini. Independensi auditor

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit yang baik ditandai dengan adanya pelatihan serta keahlian industri

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir, baik kasus di dalam negeri maupun di luar negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak yaitu pihak (principal) mengikat pihak lain (agent) untuk melalukan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak agen, yaitu manajemen sebagai pengelola perusahaan. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. mereka kepada pihak-pihak yang membutuhkan. SFAC No 2

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen kepada pemakai kepentingan laporan keuangan itu sendiri, baik

BAB I PENDAHULUAN. Segala bentuk kegiatan dan keputusan investasi di pasar modal akan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan sebagai suatu gambaran prestasi kerja mereka. Laporan ini

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk

PENGARUH MASA PERIKATAN AUDIT DAN UKURAN KAP TERHADAP KUALITAS AUDIT

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat dan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Manajemen sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, ada dua bentuk independensi auditor: Independence in fact yaitu

BAB I PENDAHULUAN. relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu keharusan bagi sebuah perusahaan, utamanya perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan.untuk mempertanggung jawabkan kepercayaan itu,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan jumlah perusahaan go public. Oleh karena itu,

PENGARUH MASA PERIKATAN AUDIT DAN UKURAN KAP TERHADAP KUALITAS AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB 1 PENDAHULUAN. mengaudit laporan keuangan yang di butuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan evaluasi dan pengambilan keputusan tepat. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pribadi, sementara pihak ketiga, yaitu pihak eksternal selaku pemakai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam SPAP SA 341 dijelaskan bahwa terkait opini going concern, auditor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan didalam dunia usaha dewasa ini semakin ketat, termasuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dana dari pihak eksternal, dipihak lain pihak eksternal ingin

BAB I PENDAHULUAN. tentang keadaan perusahaan. Hassan & Ahmed (2012) menyatakan bahwa laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan adalah salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata Kunci : kualitas audit, auditor switching, ukuran perusahaan, spesialisasi industri KAP, client importance.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Teori Auditing Ada beberapa teoriyang berbedayang mungkinmenjelaskanpermintaan untukjasa audit. Beberapa dari mereka yangterkenaldalam penelitian danbeberapa dari merekalebihberdasarkanpersepsi.the policeman theorymengklaim bahwaauditorbertanggung jawab untukmencari,menemukan,danmencegah penipuan.namun,baru-baru inifokus utamadariauditoradalah memberikankeyakinanmemadaidan memverifikasikebenarandankewajaran laporankeuangan. Kewajaran yang dimaksud adalah bagaimana seorang auditor dapat memberikan opini audit yang sesuai dengan aktualnya. Tidak terjadi penipuan dan kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja, atau auditor mampu mendeteksi kesalahan material dari pelaporan keuangan perusahaan. Bagaimanapun, deteksi penipuanmasih menjadi topik hangatdalam perdebatanparaaudior,dan biasanyasetelahperistiwadi manapenipuanlaporan keuanganterungkap,tekananmeningkatpada peningkatantanggung jawab auditordalam mendeteksifraud dan bagaimana auditor dapat memberikan kualitas audit yang tinggi.ada empat teori audit menurut Hayes et al (2005).

1. Policeman Theory Pekerjaan auditor adalah untuk fokus pada akurasi aritmatika, pencegahan, dan deteksi penipuan. 2. Lending Credibility Theory Laporan keuangan audit digunakan oleh manajemen untuk meningkatkan keyakinan pemangku kepentingan dalam pengelolaan manajemen. 3. Theory of Inspired Confidence Permintaan jasa audit adalah konsekuensi langsung dari partisipasi para pemangku kepentingan di luar perusahaan. Pemangku kepentingan ini menuntut pertanggungjawaban dari manajemen sebagai imbalan atas kontribusi mereka pada perusahaan karena informasi yang diberikan oleh manajemen mungkin bias karena konflik kepentingan, jadi audit informasi ini sangat diperlukan. 4. Agency Theory Perusahaan merupakan hasil dari kontrak, dimana beberapa kelompok membuat semacam konrtribusi kepada perusahaan. Auditor terkemuka diangkat tidak hanya untuk kepentingan pihak ketiga, tetapi juga untuk kepentingan manajemen Lending Credibility Theory menunjukkan bahwa fungsi utama dari audit adalah untuk menambah kredibilitas laporan keuangan. Dalam pandangan ini

layanan yang diberikan auditor adalah menjual jasa yang terpercaya kepada klien.laporan keuangan yang sudah diaudit dipandang memiliki unsur-unsur yang meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan dari angka yang disajikan oleh manajemen (dalam laporan keuangan).para pengguna mendapatkan manfaat dari meningkatnya kepercayaan, manfaat ini biasanya dilihat dari kualitas keputusan investasi yang meningkat ketika mereka didasari pada informasi yang terpercaya. The Theory of Inspired Confidence (Teori Ekspetasi Rasional) (Limperg, 1932) membicarakan permintaan dan penawaran untuk jasa audit. Permintaan untuk jasa audit adalah konsekuensi langsung dari partisipasi pihak ketiga (pihak yang berkpentingan diperusahaan) dalam perusahaan untuk menuntut akuntabilitas dari manajemen, sebagai imbalan atas investasi mereka diperusahaan. Akuntabilitas diwujudkan melalui penerbitan laporan keuangan secara berkala. Namun, karena informasi yang disediakan oleh manajemen mungkin bias dan pihak luar tidak memiliki sarana langsung untuk memonitor, audit diperlukan untuk menjamin keandalan informasi. Berkenaan dengan penawaran jaminan audit, Limperg (1932) menunjukkan bahwa auditor harus selalu berusaha untuk memenuhi harapan publik. Agency Theory (Watts dan Zimmerman, 1978) mengatakan bahwa auditor ditunjuk untuk memenuhi kepentingan pihak kedua dan ketiga serta manajemen. Sebuah perusahaan dipandang sebagai web contract. Beberapa kelompok

(pemasok, bankir, pelanggan, karyawan dll) membuat semacam kontribusi dan hasilnya akan membentuk permintaan atas harga yang diberikan perusahaan. Tugas manajemen adalah untuk mengkoordinasi kelompok dan kontrak ini, dan mencoba untuk mengoptimalkan mereka seperti harga yang rendah untuk persediaan yang dibeli, harga tinggi untuk barang yang dijual, suku bunga rendah untuk pinjaman, harga saham yang tinggi, dan upah yang rendah untuk karyawan. Dalam hubungan ini, manajemen adalah agen yang mencoba untuk mendapatkan kontribusi dari principal (bankir, pemegang saham, karyawan dll). 2.1.2 Independensi Standar Umum kedua dalam SA seksi 220 menyatakan Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan auditor, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Standar ini mengharuskan auditor bersikapindependen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakanperkerjaannya untuk kepentingan umum (SPAP, 2011). Auditor dituntut untuk senantiasa mempertahankan sikap mental independen dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya, (Mulyadi, 2002). Secara umum, ada dua bentuk independensi auditor yaitu independence in fact dan independence in appearance.independence in fact menuntut auditor

agarmembentuk opini dalam laporan audit seolah-olah auditor itu pengamatprofesional, tidak berat sebelah.independence in appearance menuntut auditoruntuk menghindari situasi yang dapat membuat orang lain mengira bahwa diatidak mempertahankan pola pikiran yang adil. (Porter et al., 2003 dalam Nasser et al., 2006). Selain harus mampu mempertahankan sikap mental independen, auditor juga diharapkan sebisa mungkin menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya. Dengan demikian, disamping auditor harus benar-benar independen, ia masih juga harus dapat membuat persepsi di kalangan masyarakat bahwa ia benar-benar independen (Mulyadi, 2002). 2.1.3 Opini Going Concern Dalam penelitian ini, opini going concern digunakan sebagai proksi variabel Kualitas Audit.Going Concern dapat didefinisikan sebagai kelangsungan hidup suatu entitas (Novalinda, 2012).Dalam akuntansi, going concern diartikan kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan kegiatan usahanya dan terus berfungsi sebagai entitas bisnis (wikipedia, 2012). Laporan audit dengan unqualified opinion sebagai inti informasi yang dikomunikasikan selalu bertumpu pada asumsi bahwa perusahaan memnuhi syarat sebagai suatu entitas yang goingconcern. Keterpenuhan atau sebaliknya ketidakterpenuhan prinsip going concern ini akan mempengaruhi opini yang harus diberikan oleh auditor. Perbedaan opini auditor yang harus diberikan tersebut akan mengharuskan

perubahan dalam format laporan auditor. Auditor harus melakukan modifikasi atas laporan auditor yang dikeluarkannya (Novalinda, 2012). Tipe pendapat (Opini Auditor) dalam SA seksi 508 (SPAP, 2011) : 1. Pendapat Wajar tanpa pengecualian Menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. 2. Pendapat Wajar dengan bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan dalam laporan auditnya. 3. Pendapat Wajar dengan pengecualian Menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. 4. Pendapat Tidak Wajar Menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. 5. Pernyataan tidak memberikan pendapat Auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan.

Keadaan tertentu sering kali mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan dalam laporan audit baku. Salah satu keadaan tersebut adalah jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup (going concern) entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai (SPAP, 2011). Opini going concern merupakan bagian dari paragraf penjelasan yang ditambahkan dari opini yang diberikan auditor dalam laporan auditnya. PSA No.30 Seksi 341 membahas mengenai Pertimbangan Auditor atas Kemampuan Entitas dalam Mempertahankan kelangsungan Hidupnya. Paragraf 2 dari PSA tersebut menyebutkan : Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Evaluasi auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada atau yang telah terjadi sebelum perkerjaan lapangan selesai. Suatu perusahaan didirikan dengan harapan akan beroperasi untuk waktu yang tidak terbatas atau diasumsikan akan melanjutkan usahanya dan tidak akan dibubarkan kecuali ada bukti bahwa perusahaan tidak dapat memperoleh atau meningkatkan pendapatan di masa yang akan datang dan kelangsungan hidupnya akan terancam oleh kebangkrutan. Perusahaan-perusahaan yang mengalami persoalan dengan going concern umumnya disebabkan karena ketidakpastian dari

dua sumber yaitu kesulitan keuangan (financial distress) dan proses pengadilan (ligitation). Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif yang merugikan (Novalinda, 2012). 2.1.4 Kualitas Audit Tujuan dasar proses audit adalah untuk mempertinggi kualitas proses pelaporan keuangan melalui penyediaan audit dengan perbaikan kualitas. Dengan kata lain, agar kualitas proses pelaporan keuangan meningkat, kualitas audit harus ditingkatkan (Al-Thuneibat et al.2011). Menurut Watkins et al.(2004) dalam Febrianto dan Widiastuty kualitas audit adalah seberapa sesuai audit dengan standar pengauditan. Lee, Liu, dan Wang (1999) dalam Febrianto dan Widiastuty mengatakan bahwa kualitas audit adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material. Davidson dan Neu (1993), Krinsky dan Roternbeg (1989), Beaty (1986), dan Titman dan Trueman (1986) dalam Febrianto dan Widiastuty menyatakan bahwa kualitas audit diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor. Deangelo (1981) dalam Al-Thuneibat et al.(2011) memandang kualitas audit sebagai the market-assessed joint probability that an auditor will both detect and report material misstatements. Wallace (1980) dalam Watkins et al (2004) dalam Febrianto dan Widiastuty memandang bahwa kualitas audit

ditentukan dari kemampuan audit untuk mengurangi noise dan bias dan meningkatkan kemurnian (fineness) pada data akuntansi. Dari pernyataan Deangelo (1981) kualitas audit dipandang sebagai probabilitas nilaian pasar bahwa laporan keuangan mengandung kekeliruan material dan auditor akan menemukan dan melaporkan kekeliruan material tersebut. Kualitas audit dapat dilihat dari kemampuan auditor mendeteksi kesalahan material dan independensi auditor dalam melporkan kesalahan material tersebut. Pernyataan Deangelo sejalan dengan AAA Financial Accounting Standard Committee. AAA Financial Standard Committee (2000) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas dan secara potensial saling mempengaruhi. Lebih lanjut lagi, persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi dan keahlian auditor. Deangelo maupun AAA FSC setuju bahwa kualitas audit dapat dilihat dari dua hal, yaitu kompetensi (keahlian) auditor dan Independensi. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi dalam hal audit terutama dalam hal mendeteksi kesalahan material. Independensi yang dimaksud adalah independensi dalam melaporkan kesalahan material yang terdeteksi. Kedua indikator ini akan dijelaskan dalam isi sub pokok bahasan selanjutnya. Menurut Rossieta dan Wibowo (2009), salah satu cara untuk mengukur kualitas hasil pekerjaan auditor melalui kualitas dari keputusan-keputusan yang

diambil dari auditor tersebut dan dilakukan evaluasi yang sesuai. Kualitas hasil kerja auditor tertuju pada kualitas audit karena hasil kerja auditor didapat dari proses kegiatan audit. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keputusan auditor secara umum menurut Bedard dan Michelene (1993) dalam Rossieta dan Wibowo (2009), yaitu :process oriented dan outcome oriented. Rossieta dan Wibowo (2009) berpendapat bahwa dalam konteks Amerika Serikat, kualitas keputusan yang process oriented diukur dengan : 1. Tingkat kepatuhan auditor terhadap General Accpetance on Auditing Standards (GAAS) dan, 2. Tingkat spesialisasi auditor dalam industri tertentu. Kualitas audit yang outcome oriented menurut Francis (2004) dalam Rossieta dan Wibowo (2009), diukur dengan hasil audit yang berupa laporan audit dan laporan keuangan. Ukuran yang diobservasi dalam laporan audit ialah kecenderungan auditor untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan bangkrut (Carey dan Simnett, 2006). Ukuran yang diobservasi dalam laporan keuangan adalah kualitas laba. Studi ini akan menggunakan pendekatan outcome oriented berdasarkan laporan keuangan. Hal ini didukung oleh kemudahan akses dalam mendapatkan laporan keuangan.selain itu, tingka laba merupakan data yang relatif mudah didapat dari laporan keuangan. Al-thuneibat, dkk (2011) menggunakan DAs sebagai proksi untuk mengukur kualitas audit. Namun banyak penelitian yang menggunakan DAs

kualitas laba bukan kualitas audit. Sementara itu, Rossieta dan Wibowo (2009) menggunakan Model Carey dan Simnett sebagai proksi pengukuran kualitas audit. Dechow et al.(1995) dalam Chen et al.(2005) mengatakan bahwa Model Jones yang dimodifikasi adalah model yang paling baik untuk mendeteksi manajemen laba diantara model alternatif lainnya dalam mengukur unexpected accruals. Chen et al.(2005) juga mengatakan bahwa unexpected accruals atau yang disebut dengan discretionary accruals digunakan dalam studi manajemen laba, seperti penelitian Jones (1991). Gerayli et al. (2011) menggunakan DAs untuk mengukur manajemen laba dalam penelitiannya. 2.1.5 Audit Tenure Kualitas audit dapat ditentukan antara lain oleh independensi auditor. Independensi ini berkaitan dengan masa perikatan audit. Masa perikatan audit adalah lama hubungan kerja antara auditor dengan kliennya dalam hal pemeriksaan laporan keuangan. Menurut Johnson et al (2002) dalam Al-Thuneibat (2011), masa perikatan audit dibagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama adalah pendek, yaitu dua sampai tiga tahun.kategori kedua adalah medium atau sedang yang panjang perikatannya empat sampai delapan tahun.kategori ketiga adalah panjang, yaitu lebih dari delapan tahun. De Angelo dan AAA FSC sepakat bahwa kualitas audit dapat dilihat dari dua hal, yaitu kompetensi auditor dan independensi. Dari kedua indikator kualitas audit itu, akan ada argumen-argumen yang saling bertentangan. Hal ini dikarenakan oleh faktor dalam pemilihan indikator yang selanjutnya akan mempengaruhi pola pikir.

Terdapat dua kategori argumen dalam hubungan antara masa perikatan audit dan kualitas audit. Kategori pertama adalah argumen yang memandang bahwa dengan makin lamanya masa perikatan audit, akan makin tinggi pula kualitas auditnya karena auditor dianggap lebih mengenal perusahaan klien dengan berjalannya waktu. Untuk selanjutnya, kategori ini disebut sebagai argumen hubungan positif. Kategori yang kedua adalah argumen yang memandang bahwa masa perikatan audit yang semakin panjang akan menurunkan kualitas audit. Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran penurunan independensi sebagai akibat dari semakin lama hubungan auditor dengan klien yang menimbulkan keakraban antara keduanya.untuk selanjutnya, kategori ini disebut sebagai argumen hubungan negatif. Argumen hubungan positif ini didukung oleh Geiger dan Raghunandan (2002) menemukan bahwa kegagalan audit sering terjadi pada periode awal auditor melaksanakan tugas auditnya.carcello dan Nagy (2004) dalam Rossieta dan Wibowo (2009) juga menemukan bahwa kecurangan dalam laporan keuangan seringkali terjadi pada tahun-tahun awal pelaksanaan audit. St Pierre dan Anderson (1984) dalam Rossieta dan Wibowo (2009) juga menemukan adanya banyak kesalahan audit yang dilakukan auditor pada masa awal perikatan audit. Asumsinya, di awal masa perikatan audit, auditor masih beradaptasi dan belum familiar dengan kasus dan klien yang dihadapi.selain itu, masih ada hal yang mendukung argumen hubungan positif ini, yaitu adanya penambahan pengetahuan tentang- klien seiring berjalannya waktu.

DeAngelo (1981) dalam Rossieta dan Wibowo (2009) melakukan penelitian terkait dengan kualitas audit berdasarkan teori permintaan dan penawaran kualitas jasa audit. Argumen utamanya adalah permintaan (dan penawaran) kualitas jasa audit dapat terpenuhi dengan semakin panjangnya masa perikatan audit (audit tenure). Auditor dapat terus menggunakan teknologi dan pengetahuan audit yang telah diperoleh selama menjalankan audit pada periode sebelumnya dan memberikan jasa secara konsisten. Knapp (1991) dalam Al- Thuneibat (2011) menyatakan bahwa pengetahuan-tentang-klien yang spesifik adalah elemen vital yang dibuat, dan sesudah itu mempertinggi kurva pembelajaran bagi auditor baru. Bertolak dari hubungan positif, argumen hubungan negative memiliki cara pandangnya sendiri. Mautz dan Sharaf (1961) dalam Rossieta dan Wibowo (2009) menyatakan bahwa auditor harus menyadari berbagai tekanan yang bermaksud mempengaruhi perilakunya dan berangsur-angsur mengurangi independensinya. Auditor harus berhati-hati dan menjaga jarak dengan klien supaya tidak terjadi hubungan yang terlalu akrab sehingga akan mempengaruhi independensi dan obyektivitas auditor. Dikatakan oleh Carey dan Simnett (2006) bahwa kondisi paling ekstrem adalah timbulnya familiaritas berlebihan yang mendorong terjadinya kolusi antara auditor dengan klien.lebih lanjut, tingginya tingkat kepuasan, kurangnya inovasi, kurang kuatnya prosedur audit, dan munculnya percaya diri berlebihan terhadap klien cenderung muncul ketika auditor mempunyai hubungan yang lama dengan

klien. Dengan kata lain, semakin lama masa perikatan audit, akan semakin berkurang sikap kritis dan independensi auditor. Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA), SA Seksi 220, mengenai independensi, dikatakan bahwa auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa untuk menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur. Untuk diakui pihak lain sebagai orang yang independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. 2.1.6 Reputasi Auditor Auditor memiliki peran yang sangat besar di dunia akuntansi, oleh karena seorang auditor harus memberikan laporan (statement) yang jujur dan dipercaya publik, seorang auditor baik itu internal maupun eksternal dipaksa harus memiliki kemampuan yang lebih dari cukup untuk dapat menunjang karir mereka.jujur dan dipercaya dalam konteks ini merupakan bagaimana seorang auditor harus dapat memberikan statement dari laporan keuangan yang sesuai dengan keadaan dari obejek terkini perusahaan. Independensi merupakan atribut yang paling penting bagi auditor untuk dapat memberikan opini yang sesuai.maka dari itu seorang auditor dipaksa untuk bersikap jujur dan adil.auditor harus memiliki kualifikasiuntuk memahami kriteria yang digunakandan harus kompeten untuk mengetahuijenis serta jumlah bukti yang akandikumpulkan guna mencapai kesimpulanyang tepat setelah

memeriksa bukti itu.elfarini (2007:24) mendefinisikankompetensi sebagai keahlian yang cukupyang secara eksplisit dapat digunakanuntuk melakukan audit secara objektif. Di Indonesia umumnya, auditor dengan pengalaman dan memiliki kepercayaan publik yang tinggi adalah auditor yang bekerja di KAP Big4karena KAP Big4 dianggap cenderung memberikan kualitas audit yang baik. Hal tersebut ternyata sejalan dengan apa yang dikatakan oleh oleh Lee (1993) dalam Febrianto dan Widiastuty. Menurut Lee, jika auditor dan klien sama-sama memiliki ukuran yang relatif kecil, maka ada probabilitas yang besar bahwa penghasilan auditor akan tergantung pada fee audit yang dibayarkan kliennya. Oleh karena itu, auditor kecil ini cenderung tidak independen terhadap kliennya. Sebaliknya, jika auditor berukuran besar, maka ia cenderung lebih independen terhadap kliennya, baik ketika kliennya berukuran besar maupun kecil. Watts dan Zimmerman (1986) dalam Rossieta dan Wibowo (2009) menyatakan persetujuannya pula. Mereka menyatakan bahwa semakin besar ukuran KAP maka akan semakin baik kualitas audit yang akan dihasilkan. Dopuch dan Simunic (1980) dalam Lawrence et al. (2011) menyatakan pula bahwa KAP yang lebih besar dapat memberikan kualitas yang lebih tinggi pula karena memiliki reputasi yang tinggi. Namun Watkins et al. (2004) dalam Febrianto dan Widiastuty tidak sependapat dengan hal tersebut.kepemilikan sumber daya dianggap tidak lebih penting daripada penggunaan sumber daya tersebut.buktinya ada di dalam kasus Enron, Arthur Anderson.AA adalah sebuah KAP skala internasional yang

tergabung dalam Big5.Dengan demikian AA merupakan auditor ukuran besar dan memiliki sumber daya yang lebih dari cukup. Adanya kasus Enron ini telah mematahkan pendapat Lee, De Angelo, dan Dopuch dan Simunic yang sepakat bahwa auditor yang besar akan memberikan kualitas audit yang tinggi. 2.1.7 Spesialisasi Audit Auditor dikatakan sebagai spesialis disuatu industri apabila telah mengikuti pelatihan-pelatihan yang berfokus pada suatu industri tertentu.selain itu, auditor yang memiliki banyak pengalaman audit dan terkonsentrasi pada suatu industri tertentu juga dapat disebut sebagai auditor spesialis. Mayhew dan Wilkins (2003) mengatakan auditor yang merupakan spesialis pada suatu industri memiliki kemampuan untuk menyebarkan (spread) biaya pelatihan yang berkaitan dengan suatu industri secara spesifik kepada lebih banyak klien, yang kemudian menghasilkan skala ekonomi (economies of scale) yang tidak dapat dengan mudah dilakukan oleh auditor yang bukan merupakan spesialis industri. Auditor dengan spesialis industri tertentu memiliki pengetahuan yang spesifik tentang industri tersebut sehingga dapat memahami karakterteristik perusahaan dalam industri tersebut secara lebih komprehensif. Oleh karena itu, dapat meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi kesalahan yang terjadi (Wiguna, 2012). Restrukturisasi pelayanan atas industri tertentu yang dilakukan oleh salah satu KAP terkemuka, Klynfeld Peat Marwick Goedelar (KPMG).KPMG di tahun 1993, inovasi pertama dalam formulasi strategi pasar berbasis industri oleh suatu KAP.Insentif yang diperoleh KAP untuk menjadi spesialis disuatu industri

didasari oleh adanya pertumbuhan pada penekanan atas pemahaman bisnis perusahaan, sesuai dengan yang disarankan oleh standar profesi internasional (Habib dan Bhuiyan, 2011).KPMG mengkonfirmasi konsep pelayanan secara professional yang berfokus pada suatu industri sebagai berikut : Drawing on our industry knowledge allows us to understand our client uniquebusiness issues and quickly respond with clear and practical business advice. Ourindustry professionals combine local and global experience with the latest technical and industry knowledge to help client achieve sustainable business performance. Menurut Wiguna (2012) kesimpulan yang dapat diperoleh tentang penekanan pengetahuan di suatu industri, diantaranya : 1. Penekanan atas pengetahuan diindustri tertentu dapat meningkatkan pemahaman auditor atas isu bisnis klien. 2. Auditor dapat memberikan respon tentang isu bisnis yang ada dengan lebih cepat, melalui saran bisnis yang lebih jelas dan praktikal. 3. Kombinasi pengalaman dan pengetahuan teknis serta pengetahuan industri terbaru oleh auditor dapat mendukung upaya perusahaan dalam pemerolehan kinerja bisnis secara berkelanjutan. Pada dasarnya, status auditor spesialis industri bukan merupakan objek penelitian yang dapat secara langsung diobservasi atau diukur, atau secara eksplisit disebutkan.penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan berbagai proksi untuk mengukur spesialisasi industri auditor pada tingkat KAP. Pengukuran tersebut sebagian besar dilihat dari pangsa pasar, berdasarkan asumsi bahwa keahlian industri dibangun oleh pengulangan dalam hal yang sama. Oleh

karena itu, volume bisnis yang besar dalam suatu industri mengindikasikan keahlian dalam industri tersebut (Balsam et al.2003). Pengukuran spesialisasi industri berdasarkan pangsa pasar memiliki berbagai keterbatasan. Diantaranya ketidakjelasan apakah keuntungan sebagai spesialis dalam suatu industri diperoleh dari pengalaman auditor mengaudit perusahaan dalam jumlah besar atau mengaudit perusahaan besar dalam jumlah terbatas (Khrisnan, 2001).Hal ini mengakibatkan pemahaman yang bersifat ambigu atas pengukuran spesialisasi industri suatu KAP. Tidak adanya pengukuran spesialisasi industri auditor yang telah terbukti paling relevan, menyebabkan Balsam et al (2003) menggunakan proksi sekaligus atas dasar konsistensi hasil penelitian terkait spesialisasi industri auditor. 2.1.8 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas audit. Besar kecilnya ukuran perusahaan juga dipengaruhi oleh kompleksitas operasional, variabel dan intensitas transaksi perusahaan. Semakin besar nilai aktiva perusahaan maka akan semakin tinggi kualitas auditnyadan sebaliknya. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar. Perusahaan besar cenderung lebih cepat menyelesaikan proses auditnya. Pada umumnya perusahaan besar dimonitor oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah sehingga terdapat kecenderungan untuk meningkatkan kualitas audit.

Perusahaan besar juga telah memiliki sistem pengendalian intern yang memadai sehingga memudahkan proses audit. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam berbagai proksi antara lainaktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar (Sudarmadji dan Sularto, 2007 dalam Fijrianto, 2010). Nilai aktiva menunjukkan seberapa besar kekayaan yang dimiliki perusahaan dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya.nilai Penjualan menunjukkan perputaran uang yang dihasilkan oleh perusahaan.nilai kapitalisasi pasar menunjukkan seberapa besar perusahaan dikenal oleh masyarakat.mengetahui ukuran berarti dapat terlihat seberapa besar atau kecil usaha yang dilakukan perusahaan. Perusahaan dengan skala besar dengan pertumbuhan yang positif memberikan suatu tanda bahwa kemungkinan untuk menjadi bangkrut kecil dan dianggap mampu mempertahankan kelangsungan usahanya (Januarti dan Fitrianisari, 2008). Auditor lebih sering memberikan opini audit non going concern terhadap perusahaan yang memiliki ukuran yang besar. Hal inidikarenakan bahwa perusahaan dengan ukuran besar akan lebih mampu untuk mengatasi kondisi keuangan yang tidak stabil. Perusahaan yang skalanya lebih kecil akan lebih sering diberikan opini audit going concern karena kesangsian atas kelangsungan usaha perusahaan (Fijrianto, 2010). 2.2 Penelitian Terdahulu 2.2.1 Penelitian Terdahulu Kualitas Audit Sumarwoto (2006) dan Chi, dkk (2009) menggunakan modified Jones model untuk mengukur abnormal accruals sebagai proksi kualitasaudit. Demikian

juga Al-Thuneibat et al. (2011) yang meneliti kualitasaudit dengan menggunakan Discretionary Accruals (DAs). Bae et al.(2007) dalam Al-Thuneibat (2011) menggunakan DAs sebagai proksipengukuran kualitas audit untuk menentukan dampak Mandatory Auditor Retention Law. Sumarwoto (2006) juga menggunakan discretionary accruals dalam penelitiannya mengenai dampak rotasi KAP yang mandatory.dalam penelitiannya, ditemukan bahwa kualitas laporankeuangan menurun dengan adanya pergantian KAP pada perusahaan yangrotasi KAP-nya voluntary (sukarela).sedangkan Chih-Ying (2004) menggunakandas sebagai proksi pengukuran kualitas laba. Rossieta dan Wibowo (2009) meneliti kualitas audit denganmenggunakan Model Carey dan Simnett yang dimodifikasi sesuai kondisiindonesia melalui pendekatan earnings surprise benchmark. Carey dansimnett (2006) sendiri meneliti kualitas audit dengan tiga jenis analisis,yaitu: analisis kecenderungan auditor mengeluarkan opini going concern,analisis abnormal accruals, dan earings benchmark. Lawrence et al. (2011)menggunakan tiga proksi kualitas audit, yaitu discretionary accruals, the ex ante cost-of-equity capital, dan analyst forecast accuracy. Indah (2010)mengaitkan kualitas audit dengan kompetensi dan independensi auditor.mayangsari (2003) menggunakan spesialisasi industri auditor sebagaiproksi pengukuran kualitas audit. Dan dalam penelitian ini akan menggunakan opini going concern untuk menentukan kualitas audit seperti yang dikatakan oleh Jackson et al (2008).

2.2.2 Penelitian Terdahulu Audit Tenure Geiger dan Raghunandan (2002) mengukur tenure dengan log natural dari tahun tenure. Mayangsari (2003), Chi, dkk (2009), Rossieta dan Wibowo (2009), dan Al-Thuneibat (2011) menghitung tenure secara langsung dari tahun-tahun perikatan audit. Carey dan Simnett (2006) mengklasifikasikan masa perikatan audit menjadi dua kelompok, yaitu kurang dari sama dengan dua dan lebih dari tujuh tahun perikatan. Setelah itu, digunakan variabel dummy 1 untuk yang memenuhi syarat ( 2 atau > 7) dan 0 untuk yang tidak memenuhi syarat tersebut. Indah (2010) menggunakan skala Likert dalam menentukan lama hubungan KAP dengan klien. Al-Thuneibat et al. (2011) menunjukkan hubungan negatif antara lama perikatan auditor dan klien dengan kualitas audit di Yordania, yaitu bahwa hubungan yang lama dengan klien akan membahayakan independensi dan obyektivitas auditor sehingga akan mempengaruhi kualitas audit secara negatif. Rossieta dan Wibowo (2009) menunjukkan pengaruh positif masa perikatan audit dengan kualitas audit. Sumarwoto (2006) memperlihatkan bahwa rotasi KAP yang bersifat voluntary berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. 2.2.3 Penelitian Terdahulu Reputasi Auditor Reputasi auditor diukur dengan melihat tempat/kap dimana dia bekerja. Untuk itu, bagaimana ukuran (besar/kecil, jumlah karyawan, pendapatan, dll) dari KAP tersebut adalah alat ukur yang akan diteliti. Seperti Geiger dan Raghunandan (2002) mengukur size firms audit dari log natural penjualan klien. Sumarwoto

(2006) dan Carey dan Simnett (2006) menghitung log natural dari total aset akhir tahun perusahaan-perusahaan yang diteliti sebagai variabel ukuran KAP. Melalui analisis kecenderungan auditor mengeluarkan opini going concern, Carey dan Simnett membuktikan bahwa auditor non-big4 memiliki kecenderungan lebih kecil untuk mengeluarkan opini going concern. Analisis abnormal accruals menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara level akrual absolut antara Big4 dan non-big4. Sedangkan analisis earnings benchmark yang dilakukan Carey dan Simnett menunjukkan bahwa penurunan kualitas audit terutama berhubungan dengan auditor non-big4. Chi, dkk menggunakan variabel dummy 1 untuk KAP yang termasuk Big4 dan 0 untuk KAP yang tidak termasuk Big4. Penelitian Al-Thuneibat et al. (2011) di Yordania tidak menunjukkan adanya pengaruh ukuran KAP yang mempertinggi dampak masa perikatan audit terhadap kualitas audit. Sedangkan penelitian Rossieta dan Wibowo (2009), ukuran KAP berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini sejalan dengan penelitian Carey dan Simnett (2006). 2.2.4 Penelitian Terdahulu Spesialisasi Audit Irianto et al.(2010) meneliti auditor spesialisasi auditor terhadap kualitas audit, penelitian ini dilakukan di perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun 2003-2009. Hasilnya adalah spesialisasi audit berhubungan positif dengan kualitas audit. Penelitian juga dilakukan oleh Fitriany (2012) mengenai pengaruh client importance, tenur dan spesialisasi audit terhadap kualitas audit.

Penelitiannyadilakukan BEI tahun 1998-2008 tetapi tidak mneyertakan 2002-2003 sebagai sampelkarena belum ditetapkan peraturan rotasi waji auditor. Hasil penelitiannyamenunjukkan client importance berpengaruh positif terhadap kualitas audit dengantiga kali pengujian untuk model yang berbeda-beda, tenur berpengaruh negatifterhadap kualitas audit dan spesialisasi audit memiliki hubungan positif terhadapkualitas audit. 2.2.5 Penelitian Terdahulu Ukuran Perusahaan. Fernando et al. (2010) meneliti tentang dampak dari Ukuran auditor, auditor spesialisasi industri dan masa jabatan auditor terhadap biaya modal ekuitasperusahaan klien.mereka mencoba melihat perbedaan pengaruh antara variabel-variabeltersebut berdasarkan ukuran perusahaan klien.fernando et al. (2010)melakukan penelitian terhadap perusahaan keuangan dengan mengambil data daricenter for Research in Security Prices (CRSP) dan Institutional Brokers Estimate System (IBES) untuk tahun 1990-2004.Mereka mengukur Audit Tenuredengan menghitung masa jabatan auditor terhadap klien. Spesialisasi industridiukur dengan persentase dari total penjualan yang dilakukan klien pada industritertentu selama tahun tertentu. Ukuran klien diukur dengan menghitung logaritmanatural dari nilai pasar ekuitas dengan terlebih dahulu mengelompokkanperusahaan menjadi jenis perusahaan besar dan perusahaan kecil.hasil penelitianmereka menghasilkan dua kesimpulan. Pertama, ukuran auditor, spesialisasiindustri dan masa jabatan adalah penentu yang penting atas kualitas auditdirasakan (perceived). Ketiga karakteristik tersebut berhubungan negatif denganbiaya modal ekuitas. Kedua, mereka menemukan bahwa hasil

tersebut didorongoleh klien yang lebih kecil, sehubungan dengan atribut kualitas audit dihargai lebih tinggi oleh klien yang lebih kecil. Tabel 2.1 Ikhtisar Penelitian-Penelitian Terdahulu No. Peneliti 1. Carrey dan Simnett (2006) 2. Rossieta dan Wibowo (2009) Judul Penelitian Menguji hubungan antara kualitas audit dan audit tenure yang panjang Menguji faktorfaktor determinasi kualitas audit. Variabel Penelitian Variabel Independen : Audit tenure Variabel Dependen : Kualitas Audit Variabel Independen : Masa penugasan audit, Ukuran KAP, dan Hasil Penelitian 1. Berdasarkan analisis kecendrungan auditor mengeluarkan opini going concern audit tenure berhubungan negatif dengan kualitas audit, nonbig4 memiliki kecendrungan lebih kecil untuk mengeluarkan opini going concern dari pada Big4 2. Berdasarkan analisi abhnormal accruals tidak ditemukan hubungan antara auditor tenure yang panjang dengan penurunan atau peningkatan kualitas audit, tidak ada perbedaan antara level akrual absolut Big4 dan nonbig4. 3. Berdasarkan earnings benchmarktidak ada proporsi tenure yang berhubungan dengan penurunan kualitas audit, terdapat hubungan kualitas audit dan audit tenure yang panjang. 1. Semakin besar ukuran KAP semakin baik kualitas audit yang dihasilkan. 2. Regulasi audit dapat

3. Al-Thuneibat, dkk (2011) Menganalisa dampak lama hubungan KAPklien dan ukuran KAP terhadap kualitas audit. 4. Fitriany (2012) Pengaruh client important, tenure, dan spesialisasi audit terhadap kualitas audit. 5. Jackson, Michael Moldrich, dan Peter Roebuck. (2008) 6. Guy D. Fernando, Ahmed M. Abdel-Mequid dan Randal J. Elder. Analisis dampak dari kewajiban melakukan rotasi kantor audit untuk menghindari hubungan auditor-klien yang terlalu lama terhadap kualitas audit. Meneliti dampak atribut tertentu dari kualitas audit, yaitu : ukuran auditor, auditor spesialis industri, dan masa jabatan auditor terhadap Regulasi Variabel Dependen : Kualitas Audit Variabel Independen : Lama hubungan KAP-klien dan Ukuran KAP Variabel Dependen : Kualitas Audit Variabel Independen : Client Important Tenure dan Spesialisasi Audit Variabel Dependen : Kualitas Audit Variabel Independen : Rotasi Kantor Audit. Variabel Dependen : Kualitas Audit. Variabel Independen : Ukuran Auditor, Auditor Spesialisasi, dan Masa Jabatan Auditor. Variabel secara efektif meningkatkan kualitas audit. 3. tidak terbukti adanya pengaruh masa penugasan audit terhadap kualitas audit. 1. Lama hubungan KAP-klien berhubungan secara negatif pada kualitas audit. 2. Ukuran KAP tidak mempertinggi dampak lama hubungan KAPklien terhadap kualitas audit. 1. Client Important Tenure berpengaruh positif terhadap kualitas audit dengan tiga kali pengujian untuk model yang berbeda-beda. 2. Spesialisasi audit berhubungan positif terhadap kualitas audit. Kualitas Audit akan meningkat seiring adanya hubungan antara auditor-klien jika menggunakan proksi kemungkinan penerbitan opini going concern. Dan tidak berdampak jika menggunakan proksi Discretionary Accruals. Ukuran Auditor, spesialisasi industri, dan masa jabatan auditor berhubungan negatif dengan biaya modal equitas. Hasil ini didorong oleh klien yang kecil, sehubungan dengan atribut kualitas

biaya modal equitas perusahaan klien. Dependen : Biaya Modal Euqitas audit dihargai lebih tinggi oleh klien yang lebih kecil. 2.3 Perumusan Hipotesis dan Kerangka Pemikiran 2.3.1 Hubungan Audit Tenure dengan Kualitas Audit Hubungan auditor dengan klien seharusnya mampu mengakomodasi kualitas audit yang optimal. Lama masa perikatan audit memiliki pro dan kontra terhadap kualitas audit yang makin tinggi. Setelah beberapa penelitian, diketahui bahwa jika terlalu pendek waktunya, pengetahuan spesifik tentang klien masih sedikit sehingga kualitas audit rendah. Semakin lama perikatan auditor dengan klien dipandang sebagai peningkatan pengetahuan spesifik tentang klien dan dengan demikian, auditor lebih memahami seluk beluk perusahaan klien sehingga kualitas auditnya meningkat (Knapp, 1991 dalam Al-Thuneibat et al., 2011). Jika terlampau lama hubungan auditor dengan klien dipandang sebagai pemicu turunnya independensi dan obyektivitas akibat keakraban berlebihan antara kedua pihak. Flint (1988) menyatakan bahwa independensi akan berkurang jika auditor terlibat hubungan personal dengan kliennya, karena hal tersebut dapat mempengaruhi sikap mental dan opininya. Lebih lanjut lagi, dinyatakan bahwa salah satu ancaman independensi ini adalah lamanya masa perikatan audit. Masa perikatan audit masih belum jelas berapa lama waktu yang dibutuhkan agar kualitas audit yang optimal dapat dicapai. Asumsinya adalah bahwa untuk mencapai kualitas audit yang optimal, diperlukan masa perikatan

yang tidak pendek tapi juga tidak panjang, katakanlah sedang. Akan tetapi, belum ada kesepakatan yang jelas berapa lama sedang yang dimaksud. Studi ini berasumsi bahwa masa perikatan audit akan berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Oleh karena itu, diajukan hipotesis pertama berikut: H1: Masa perikatan audit berpengaruh secara terhadap kualitas audit 2.3.2 Hubungan Reputasi Auditor dengan Kualitas Audit Kasus Enron memutarbalikkan pendapat-pendapat peneliti yang memandang bahwa KAP yang besar diikuti dengan kualitas audit yang tinggi. Namun, kasus demikian jarang terjadi. Dengan demikian, hal ini memberikan kepercayaan diri kembali bahwa ukuran auditor atau ukuran KAP akan berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Analisis data Chi dan Huang (2004) dalam Al-Thuneibat et al. (2011) mengungkapkan bahwa auditor di KAP besar membangun pengalaman belajar lebih cepat dibanding non-kap besar. Lebih lanjut, auditor KAP besar lebih cakap pada awal perikatan audit karena kecepatan dan keahlian mereka yang lebih besar dalam memperoleh pengetahuan yang diwajibkan serta mendapatkan kenalan yang diperlukan. Uraian mengenai ukuran KAP yang telah dijelaskan sebelumnya masih memberikan pertanyaan. Apakah KAP besar benar-benar menunjukkan seberapa tinggi kualitas auditnya, ataukah KAP besar hanya menang atas brand yang diciptakannya. Apakah Enron-Enron yang lain akan bermunculan akibat

ketidakkonsistenan kualitas audit pada ukuran KAP. Untuk menjawabnya, disusunlah hipotesis kedua sebagai berikut : H2 :Reputasi Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit 2.3.3 Hubungan Spesialisasi Audit dengan Kualitas Audit Setiap industri memiliki isu akuntansi yang berbeda dengan industri lain. Sehingga kebutuhan audit juga berbeda bagi tiap-tiap industri. Spesialisasi industri dilakukan oleh auditor dalam melauli peningkatan keahlian pada bidang industri tertentu, atau memilih pangsa pasar yang terfokus pada jenis industri tertentu. Keahlian spesifik industri dan pangsa pasar yang terkonsentrasi pada suatu bidang industri menyebabkan auditor spesialis industri memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan auditor nonspesialis (Carcello et.al 2004). Penelitian Irianto et al. (2010) membuktikan bahwa auditor spesialis berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini disebabkan auditor spesialis lebih bisa menguasai masalah-masalah yang ada dalam perusahaan yang mungkin dapat menurunkan kualitas audit. Spesialisasi auditor dalam penelitian ini diukur dengan melihat auditor yang mengaudit suatu perusahaan adalah auditor spesialis atau bukan.. H3 : Spesialisasi audit berpengaruh terhadap Kualitas Audit.

2.3.4 Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Kualitas Audit Selain oleh efek ukuran KAP, kualitas audit juga dapat dipengaruhi olehukuran perusahaan Klien. Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasimereka dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangatmemerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman,1986 dalam Nasser et al., 2006) dan ancaman kepentingan pribadi auditor (Hudaibdan Cooke, 2005 dalam Nasser et al., 2006). Selain itu, seiring dengan ukuranperusahaan mengalami peningkatan, kemungkinan bahwa jumlah konflik agensijuga meningkat dan ini mungkin akan meningkatkan permintaan untukmembedakan kualitas auditor (Palmrose, 1984 dalam Nasser et al., 2006). Berdasarakan argumen tersebut, perusahaan besar pastinya akan lebih memilih menggunakan jasa auditor besar yang independen dan profesional untuk menciptakan audit yang berkualitas sehingga timbul hubungan yang positif. Perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik dibandingkan perusahaan kecil (Fernando et al., 2010). Dari sudut pandang Perceived Quality, ketika baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil memperoleh tingkat kepercayaan yang sama dari pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan mereka telah bebas dari salah saji material, bagi perusahaan kecil tingkat kepercayaan ini menjadi lebih efektif. Outcome yang diperoleh perusahaan kecil ketika output (kepercayaan pengguna laporan keuangan) telah dicapai lebih besar dibandingkan perusahaan besar. Bagi perusahaan kecil, kepercayaan pengguna laporan keuangan bukan hanya mampu mempromosikan investasi mereka (Taylor, 2005 dalam Jackson et al., 2008),

namun tentu saja membuat perusahaan mereka lebih diperhatikan publik dan investor.sedangkan, bagi perusahaan besar yang sudah menjadi perhatian dan sorotan publik, tingkat kepercayaan ini hanya membantu dalam mempromosikan investasi.sehingga dari sudut pandang Perceived Quality, jasa audit pada perusahaan kecil lebih berkualitas dibandingkan dengan perusahaan besar dan tercipta hubungan negatif. Perbedaan hubungan yang tercipta menimbulkan pertanyaan empiris tentang hubungan ukuran klien dan kualitas audit sehingga menjadi dasar penggunaaan hipotesis berikut : H4 H5 :Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Kualitas Audit. : Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Auditor, dan Ukuran Perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap Kualitas Audit

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Variabel Independen Variabel Dependen Audit Tenure (X1) Reputasi Auditor (X2) Spesialisasi Auditor (X3) Kualitas Audit (Y) Ukuran Perusahaan (X4)