KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Konsultan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang, sebagian besar perekonomiannya ditopang

PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN

BERITA NEGARA. KEMENKOP-UKM. Inkubator Wirausaha. Kriteria Penyelenggaraan. Prosedur. Standar. Norma. Pencabutan.

Pakar IPB dalam Siaran Pedesaan RRI FMPakar IPB dalam Siaran Pedesaan RRI FM

2 Mengingat Menetapka : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDANAAN PERUSAHAAN PEMULA BERBASIS TEKNOLOGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGEMBANGAN USAHA PEREMPUAN BAGI KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI KEWIRAUSAHAAN

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: 11 /Per/M.KUKM/ XII /2013

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

INKUBATOR BISNIS Dr. Susilo, SE., MS

LAPORAN TIM HASIL PELAKSANAAN KERJA TIM KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA

Karya Tulis INKUBATOR BISNIS. Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2001

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2OL7 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

Lampiran 1. Rekapitulasi karakteristik Balai Inkubator Teknologi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 19 TAHUN 2004 TENTANG

-2- lancar, efektif, efisien, transparan dan akuntabel perlu diatur dalam suatu peraturan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dala

KEPMEN NO. 96 TH 1998

PENGUATAN KARAKTERISTIK WIRAUSAHA BERBASIS INKUBASI INOVASI UNTUK KEBERHASILAN USAHA MAHASISWA PMW DI POLITEKNIK NEGERI MALANG

RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

E. INKUBATOR WIRAUSAHA BARU (INWUB)

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DAN RESTRUKTURISASI USAHA

Matrik Program Pengembangan Sentra UMKM

MENTERI TRANSMIGRASI DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN R.I. KEPUTUSAN MENTERI TRANSMIGRASI DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGALAMAN BAGI PENGEMBANGAN ATP DAN ASP MENDUKUNG PROGRAM KEDAULATAN PANGAN

PROGRAM KERJA FAKULTAS

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

LAYANAN PENGEMBANGAN BISNIS DI BIDANG PEMBIAYAAN. Lembaga Penyedia Layanan Pengembangan Bisnis (LPLPB) bidang pembiayaan (BDSP

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

POINTERS MENTERI KOPERASI DAN UKM

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: 28/Per/M.KUKM/VII/2007

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR 44/PER/LPDB/2008 T ENTANG

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

WALIKOTA TASIKMALAYA

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN INKUBATOR AGRIBISNIS PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PELATIHAN PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

MODEL PERLUASAN KESEMPATAN KERJA MELALUI PROSES INKUBASI BISNIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

NOTA DINAS KP.06. Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Rp Rp Rp

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016

DUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT

Beberapa Peluang Produk Unggulan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

Borang Monitoring dan Evaluasi Pengabdian Ipteks Bagi Masyarakat (IbM)

PENGEMBANGAN TRADING HOUSE DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

Program Kreativitas Mahasiswa

GENDER BUDGET STATEMENT. (Pernyataan Anggaran Gender) TA. 2016

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK TAHUN KODE JUKNIS : 28-PS NAMA PROGRAM : BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016

KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETERNAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

VI. PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2012 TENTANG KOORDINASI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KOPERASI SKALA BESAR

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

mempermudah dalam mengidentiflkasi suatu jenis usaha apakah tergolong UMKM atau usaha besar. Ada beberapa karakteristik UMKM, yaitu: 1.

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN. Jl. Kom. Yos Sudarso No.52 Magetan. (0351)

BOKS OPTIMALISASI PEMBERDAYAAN UMKM MELALUI KERJASAMA PEMDA, LEMBAGA PENJAMINAN KREDIT DAN PERBANKAN SUATU SOLUSI BAGI PENGEMBANGAN UMKM DI DAERAH

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah)

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEWIRAUSAHAAN MELALUI INTEGRASI E-COMMERCE DAN MEDIA SOSIAL

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan Laporan Akhir dari kegiatan "Kajian Faktor- Pendukung Pertumbuhan Inkubator Dalam Penciptaan Wirausaha Baru" pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Tahun Anggaran 2005 dengan sistematika pembahasan meliputi Pendahuluan, Kerangka Pikir dan Ruang Lingkup, Metode Kajian, Hasil dan Pembahasan serta Kesimpulan dan Saran. Kajian ditujukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung pertumbuhan inkubator dalam penciptaan wirausaha baru dengan menciptakan mode! inkubator yang sesuai dengan perkembangan inkubator bisnis, teknologi, agribisnis dan agroindustri terutama pada tahap awal (start up) pemberdayaan UKM peran lintas pelaku baik pemerintah maupun swasta dalam pengembangan inkubator, menentukan tingkat motivasi pendirian inkubator oleh lembaga pemerintah maupun swasta, dan merumuskan program pengembangan inkubator dalam penciptaan wirausaha baru di Indonesia dalam 5 tahun yang akan datang. Dalam pengembangan inkubator untuk menciptakan wirausaha-wirausaha baru di Indonesia komitmen yang kuat dari pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah, demikian juga dari Perguruan Tinggi, Lembaga-lembaga/Pusat Penelitian, swasta dan lain-lain sangat diperlukan yang sesuai dengan kriteria kemandirian inkubator menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 81.3/Kep/M.KUKM/VIII/2002. Hasil kajian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi rekomendasi bagi para pembuat kebijakan perkembangan inkubator di Indonesia. Kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Akhir ini, kami mengucapkan terima kasih. Jakarta, Desember 2005 Tim Konsultan

RINGKASAN EKSEKUTIF I. Kinerja Inkubator Hasil survei melalui 28 inkubator dari 32 inkubator yang dijadikan responden dan tersebar di seluruh Indonesia menunjukkan kegiatan inkubator tersebut dikelompokkan dalam 4 jenis kegiatan yaitu Inkubator Bisnis; Inkubator Teknologi; lnkubator Teknologi dan Bisnis; dan Inkubator Agribisnis dan Agroindustri. Dari 28 inkubator tersebut, sebanyak 23 inkubator (82%) dibina oleh perguruan tinggi dan 5 inkubator (18%) dibina oleh lembaga penelitian, swasta dan lain-lain. Inkubator yang bertahan memiliki dukungan kuat dari lembaga pendiri inkubator antaralain sumber dana operasional, tenaga professional yang bekerja full time serta memiliki komitmen yang tinggi. Sedangkan inkubator yang tidak beroperasi disebabkan oleh komitmen lembaga pendiri dan pengelola inkubator yang lemah, kesulitan memperoleh dana pengelolaan dan kredit usaha tenant inkubator, kebijakan pemerintah yang kurang mendukung program inkubator, dan lemahnya pengetahuan tentang konsep inkubator. II. Proses Inkubasi Proses inkubasi yang akan dikembangkan untuk menciptakan wirausaha-wirausaha baru meliputi tahap-tahap sebagai berikut : 1. Tahap rekruitas tenant Kriteria calon tenant Seleksi dan wawancara 2. Tahap Pembekalan (pembentukan kewirausahaan) Meliputi pengembangan motivasi wirausaha, identifikasi pasar, identifikasi teknologi, pengadaan sarana, prasarana dan penyempurnaan businnes plan. 3. Tahap Pendampingan Imlementasi tekhnologi, motivasi dan alih tekhnologi 4. Tahap pelayanan pasca inkubasi Merupakan fase pengembangan meliputi networking, perluasan pasar, penambahan luas tempat usaha dalam penyempurnaan teknologi untuk peningkatan usaha. III. Peran Lintas Pelaku Salah satu faktor kelemahan perkembangan inkubator di Indonesia adalah peran pelaku yang didominasi secara perorangan. Dalam pengembangan inkubator ke depan diperlukan peran lintas multisektoral sebagai lembaga pendukung Pemda, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian baik swasta maupun pemerintah serta industri. Kemitraan antara tenant inkubator dengan industri (manufaktur, industri kecil dan menengah dan lain-lain), perlu dikembangkan dengan landasan hokum yang relatif kuat. IV. Pengembangan Inkubator di Beberapa Negara Dari pengalaman pengembangan inkubator di Malaysia, Shanghai, Vietnam, Peru, Korea dan Eropa dapat diidentifikasikan dan dijadikan bahan masukan penguatan inkubator bisnis di Indonesia. Ada beberapa catatan yang perlu mendapatkan pertimbangan, seperti orientasi model inkubator yang dikelompokkan menjadi :

1. Model inkubator berorientasi pada peningkatan skili/keterampilan. Model ini berperan sebagai ajang untuk peningkatan keterampilan dalam bentuk balai latihan kerja. 2. Model inkubator berorientasi pada jaringan sistem inovasi. Model ini lembaga incubator berperan untuk dapat mendorong lahirnya inovasi dari para wirausaha-wirausaha. 3. Model inkubator berorientasi pada pasar ekspor. Sedangkan faktor pendukung keberhasilan inkubator di beberapa negara tersebut adalah : 1. Kebijaksanaan pemerintah dan strategi operasional bagi pengembangan inkubator. 2. Dukungan pemerintah daerah/regional dalam bentuk pendanaan pembangunan fasilitas fisik inkubator, dan kredit lunak jangka panjang untuk pengelolaan inkubator. 3. Dukungan lembaga keuangan baik pemerintah maupun swasta dalam bentuk kredit usaha bagi tenant inkubator. 4. Komitmen perguruan tinggi dan lembaga penelitian untuk pengembangan tekonologi dan alih teknologi bagi tenant inkubator. 5. Sinergisme dengan science park atau technology park yang dibangun serentak dengan pembangunan inkubator. 6. Pendirian badan hukum inkubator yang jelas dengan Tim Pengelola inkubator yang bekerja penuh, profesional, dan efisien serta diberikan penghargaan yang layak. 7. Pemilihan lokasi inkubator di pusat kawasan bisnis atau di tengah science park atau technology park. 8. Dukungan sarana dan prasarana Teknologi Informasi yang lengkap bagi tenant inkubator. 9. Penyediaan fasilitas perkantoran pendukung usaha tenant inkubator di bawah satu atap (informasi pasar, modal ventura, bank dll.) V. Modellnkubator Indonesia Untuk Program Lima Tahun Mendatang Mode! ini dihasilkan setelah memperhitungkan : 1. Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, BUMN, Bank Pembangunan Daerah, dan industri untuk mendirikan inkubator melalui suatu bentuk badan hukum. Inisiatip pendirian inkubator dapat diambil oleh salah satu pihak terkait seperti tersebut di atas. 2. Pemerintah Daerah diharapkan menjadi pendorong program inkubator, penyedia lahan dan penyandang dana pembangunan fasilitas fisik inkubator. 3. Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian menyediakan fasilitas fisik serta memberikan dukungan teknologi dari hasil penelitian yang telah siap dikomersialisasikan. 4. BUMN, Bank Pembangunan Daerah dan industri memberikan dukungan kredit usaha untuk tenant inkubator.

5. Industri membuka pangsa pasar bagi produk tenant inkubator, dan melakukan kemitraan dengan tenant inkubator yang dapat memenuhi permintaan kebutuhan mereka. 6. Pemerintah Pusat membuat kebijaksanaan dan program yang mendorong pendirian, pertumbuhan serta penguatan secara menyeluruh yang dituangkan dalam keputusan pemerintah dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) atau Keputusan Presiden (Keppres) atau Keputusan Menteri (Kepmen) disertai petunjuk teknis (Juknis) dan perlu disosialisasikan kepada semua pihak terkait. 7. Lokasi inkubator berada pada lembaga pengambil inisiatip dan sedapat mungkin dekat dengan perguruan tinggi, lembaga penelitian dan kawasan industri, atau minimal memiliki akses kepada pihak-pihak tersebut. 8. Inkubator dikelola oleh sebuah Tim yang bekerja penuh dan profesional serta diberi penghargaan yang layak. 9. Tenant inkubator memiliki usaha berbasis teknologi. Jenis usaha tenant inkubator dipilih yang berorientasi pasar - ( daerah, nasional, internasional) dan atau merupakan komoditas unggulan daerah. VI. Saran Pengembangan Ke Depan 1. Pembinaan tenant sebaiknya didasarkan pada potensi daerah tempat tenant berdomisili yang berorientasi pada pasar dan harus memenuhi syarat-syarat seperti : Tingkat pendidikan minimal D3 (bagi yang tidak mempunyai pengalaman usaha), mempunyai jiwa kewirausaahan yang tinggi, mempunyai motivasi yang tinggi, dan mempunyai leadership. 2. Arah dari pengembangan inkubator dalam menghasilkan wirausaha-wirausaha baru sebaiknya pada usaha/bisnis yang berbasis pengetahuan dan teknologi, sehingga incubator dapat berperan dalam mengembangkan inovasi dan penemuan-penemuan baru ke arah komersialisasi atau membantu dalam perlindungan HAKI, peningkatan kualitas produk dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan Program pemberdayaan koperasi dan UMKM yang tertuang dalam RPJM 2004-2009. 3. Pengelolaan Inkubator harus otonom agar lembaga tersebut lebih luwes dalam bergerak tidak terpengaruh oleh birokrasi dan perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungan organisasi tempat inkubator tersebut ada. Posisi inkubator dalam struktur organisasi sebuah lembaga baik itu Perguruan Tinggi ataupun Balai dapat berperan sebagai sebuah Badan Clarita dari lembaga induknya. 4. Dari sejumlah inkubator yang ada saat ini proses inkubasi ditempuh melalui pola inwall maupun outwall. Proses Inkubasi tenant sebaiknya ditempuh melalui pola In Wall, hal ini sesuai dengan filosofi dari inkubator sebagai sebuah tempat untuk membantu tenant agar dapat lebih mampu dalam bisnisnya juga untuk lebih mempertegas kriteria kelulusan bagi tenant. 5. Membuat pedoman standar tentang inkubator indonesia, meliputi: a. T ata cara pendirian b. Tata cara pengelolaan c. Syarat-syarat tenant d. Pedoman pembinaan manajemen dan teknologi e. Kriteria dan sertifikat kelulusan tenant f. Pedoman pasca kelulusan g. Dan lain-lain

6. Pemerintah pusat membuat suatu kebijakan dalam bentuk Kep-Men yang dapat menjadi suatu acuan bagi program pengembangan inkubator di Indonesia, menyediakan sejumlah dana (fund) tersendiri yang kemudian diintegrasikan dengan Pemerintah Daerah dalam hal pengelolaannya dan pemerintah pusat melakukan monitoring dan evaluasi secara periodik. 7. Membentuk suatu Badan Layanan Umum Inkubator, dimana pemerintah bertindak sebagai inisiator.