PERAYAAN ZHONG QIU JIE DI KLENTENG HOK TEK CENG SIN CIBINONG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat

BAB I PENDAHULUAN Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia, edisi Bahasa Indonesia, hal. 24, PT Bhuana Ilmu Populer,

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 )

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu jiwa (Sensus 2010) 1. Orang

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. 1. LATAR BELAKANG I. 1. A. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kertas oleh Cailun yaitu pada zaman Dinasti Han Timur (tahun M ).

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap

BAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam semua kebudayaan, manusia mempunyai kepercayaan atau

水神海神. (Shui Xian, Hai Shen) Dewa Air dan Dewa Laut

Surat Petrus yang kedua

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perayaan-perayaan hari raya tradisi di masyarakat Tionghoa mulai

BAB I PENDAHULUAN. tetapi gelombang imigrasi semakin pesat pada masa kolonial. Terbentuklah

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

LAMPIRAN. Sejarah Singkat Ilmu Feng Shui

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

2 Petrus. 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

TESIS PENELITIAN RUMAH IBADAT KELENTENG DENGAN KAJIAN ILMU FENG SHUI STUDI KASUS PADA BANGUNAN RUMAH IBADAT KELENTENG HOK LING MIAU, GONDOMANAN,

Dewa Panjang Usia (Peng Zu, Ma Gu, Zhou Gong dan Tao Hua Nu)

KEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS. Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

3. Laklak Debata Bulan (Kitab Debata Bulan)

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku,

Surat 1 Yohanes 5 (Bag. 2) Wednesday, April 1, 2015

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

@UKDW BAB I. Latar Belakang Masalah. Tradisi sebagai Pembimbing Manusia

SEMBAHYANG ONDE. Persiapan Sin Cia. Oleh : Marga Singgih. Jakarta, Desember 2017

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

Surat Paulus kepada Titus

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Ahli Ibadah dengan Pelacur yang Cantik Jelita Sebuku Roti Penebus Dosa

TATA IBADAH Minggu Adven I

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat

BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix.

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan

APOCRYPHA DARI ALKITAB KING JAMES DOA AZARYA & lagu Yahudi tiga. Doa Azarya dan nyanyian Yahudi tiga

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (GPIB) TATA IBADAH Hari Kenaikan Tuhan Yesus Ke Sorga. Kamis, 10 Mei 2018

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

DITEBUS OLEH PENGORBANAN BESAR

BAB I PENDAHULUAN. Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB VI. Sembahyangan lain dan asal usulnya

Kami datang kepada-mu, kami datang kepadamu Bersyukur sebulat hati, kar na kasihmu besar

PRAKTIKIBADAHUMATKHONGHUCUDI KELENTENG SOETJI NURANI KOTA BANJARMASIN DAN KEPERCAYAANYANG MENDASARINYA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

Pemunculan Cahaya Suci

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani

Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Tesalonika

Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan beragam etnis, Bahasa dan budaya Suku 300 Etnik Bahasa pulau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Bab 5. Ringkasan. Temari adalah simbol perfeksionisme di Jepang. Temari kerap diberikan sebagai

INTERAKSI KEBUDAYAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

APOCRYPHA Surat Yeremia KING JAMES BIBLE Surat Yeremia

László Hankó: Kebahagiaan Marina

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

MAKNA SIMBOL DALAM UPACARA SEDEKAH LAUT DI DESA TASIK AGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

Berdiri. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011

Hukum Allah. Hormatilah ayahmu dan ibumu. Jangan membunuh. Jangan Berzinah. Jangan Mencuri.

Transkripsi:

PERAYAAN ZHONG QIU JIE DI KLENTENG HOK TEK CENG SIN CIBINONG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh: Siti Muhaeminah 102032124650 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007M./1427H.

LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 07 Juni 2007 Siti Muhaeminah

PERAYAAN ZHONG QIU JIE DI KLENTENG HOK TEK CENG SIN CIBINONG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) Oleh: Siti Muhaeminah NIM:102032124650 Dibawah bimbingan Drs. H. salamuddin NIP. 150 110 594 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007M./1427H.

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul PERAYAAN ZHONG QIU JIE DI KLENTENG HOK TEK CENG SIN CIBINONG telah diujikan disidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan filsafat Jurusan Perbandingan Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 04 Juni 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) pada program studi Perbandingan Agama. Sidang Munaqosyah Jakarta, 04 Juni 2007 Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota Drs. Masri Mansoer M.A H. Maulana M.A NIP: 150 244 493 NIP : 150 293 221 Anggota Penguji I Penguji II Dr. Hamid Nasuhi, M.A Dr. Siti Nadrah M.A. NIP : 150 241 817 NIP : 150 282 310 Pembimbing Drs. H. Salamudin NIP : 150 110 594

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat-nya. Karena anugrah-nyalah, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul : PERAYAAN ZHONG QIU JIE DI KLENTENG HOK TEK CENG SIN CIBINONG, shalawat dan salam semoga Allah SWT selalu curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga tidak lepas dari bantuan pihak-pihak yang selalu membantu. Oleh karena itu, tidak berlebihan kiranya jika pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih, khususnya kepada : 1. Bapak Dr. Amin Nurdin M.A. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya. 2. Dra. Ida Rosyidah MA., selaku Ketua Jurusan Perbandingan Agama dan Maulana MA., selaku Sekertaris Jurusan Perbandingan Agama. 3. Drs. H. Salamudin selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan sabar meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, konsultasi dan bimbingan skripsi. 4. Para dosen di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah memberikan banyak ilmu pada penulis, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

5. Bapak Tan Wie Tjiang, selaku wakil ketua pengurus klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong yang telah meluangkan waktunya kepada penulis untuk melakukan wawancara. 6. Bapak Iwan yang juga banyak membantu penulis dalam memberikan keterangan-keterangannya. 7. Bapak Law Tek Hai, selaku mantan ketua / sesepuh klenteng Hok Tek Ceng Sin Cbinong. Terima kasih atas informasi yang penulis perlukan dalam penulisan skripsi ini. 8. Pimpinan dan staf perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dan Perpustakaan Sastra Universitas Indonesia yang telah memberikan pasilitas untuk studi pustaka. 9. Papa dan Mama tercinta, Bapak Zaenal Abidin dan ibu Asnah, atas pengorbanan dan cinta kasihnya berupa moril dan materil, serta doa yang tidak terhingga sepanjang masa. Segala hormat dan bakti ananda persembahkan untuk kalian. 10. Keluarga besar, adik-adikku, Fajar dan Doel, yang telah memberikan motivasi, agar penulis lebih semangat dalam mengerjakan skripsi ini. 11. Sahabatku Parida, terima kasih atas bantuan dan motivasinya selama penulisan skripsi ini. 12. Buat teman-temanku di Perbandingan Agama angkatan 2002 Desy, Phei, Nunu, Acoen, Sahal, Tati, Yeyeh, Eha, Oland, Eha, dan semuanya.

13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis hanya berharap semoga Allah SWT dapat membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan pada penulis. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Jakarta, 07 Mei 2007 Penulis

Daftar Isi KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI.. iv Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.1 B. Perumusan dan Pembatasan Masalah.5 C. Tujuan Penulisan 5 D. Metode Penelitian.. 6 E. Sistematika Penelitian 7 Bab II. KLENTENG HOK TEK CENG SIN CIBINONG A. Pengertian dan Fungsi Klenteng 8 B. Sejarah dan Tugas Hok Tek Ceng Sin.13

C. Sejarah Berdirinya Klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong. 18 D. Gambaran Umum Klenteng.19 E. Struktur Organisasi dan Kegiatan yang ada di Klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong..24 Bab III. ASAL MULA PERAYAAN ZHONG QIU JIE A. Asal Mula Munculnya Perayaan Zhong Qiu Jie.30 B. Waktu Pelaksanaan Perayaan Zhong Qiu Jie.36 C. Gambaran Singkat Perayaan Zhong Qiu Jie di Cina..38 Bab IV. UPACARA PERAYAAN ZHONG QIU JIE DI KLENTENG HOK TEK CENG SIN CIBINONG A. Persiapan Menyambut Perayaan Zhong Qiu Jie..41 B. Kegiatan Spiritual/Upacara dalam Perayaan Zhong Qiu Jie 43 1. Sembahyang Bulan Purnama..43 2. Peralatan Sembahyang dan Makna Simbolisnya 47

C. Sajian Sajian Khas Perayaan Zhong Qiu Jie...48 Bab V. PENUTUP A. Kesimpulan 52 B. Saran Saran 53 DAFTAR PUSTAKA 54 LAMPIRAN

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Bangsa Cina dikenal sebagai suatu bangsa yang memiliki adat istiadat kehidupan masyarakat dalam beberapa hal: 1. Sangat mengagungkan kepercayaan terhadap hal-hal gaib, roh-roh, serta para leluhurnya. Dengan kata lain mereka berfaham animisme. 2. Sangat menjunjung tinggi etika serta upacara-upacara dalam hidup bermasyarakat. 3. Sangat mementingkan kehidupan mental daripada material 1 Mengingat sangat kuatnya tradisi, pandangan hidup rohaniah yang berlatar belakang pada kepercayaan pada hal-hal gaib itu, maka dapat dikatakan bahwa landasan hidup religius bangsa Cina adalah animisme yang dipadu dengan theisme. Landasan ini dimanifestasikan dalam bentuk pemujaan-pemujaan terhadap leluhur (nenek moyang), langit dan alam sekitar. Landasan hidup demikian dapat berkembang subur di kalangan masyarakat Cina pada masa itu karena sejak dahulu kala masyarakat Cina hidup agraris (bertani). Hal ini berarti mereka harus banyak berhubungan dengan alam sekitarnya. Peristiwa-peristiwa alam sekitar banyak mempengaruhi kehidupan bertani mereka. Sedang tidak selamanya peristiwa-peristiwa alam sekitar tersebut dapat dimengerti dengan akal 1 HM. Arifin M., Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, (Jakarta : PT. Golden Trayon Press, 2002 ), h.25

pikirannya maka peristiwa alam sekitar itu dipandang sebagai suatu kegaiban. Anggapan demikian mengakibatkan timbulnya metode-metode atau upacara-upacara pemujaan terhadap kegaiban itu dengan tujuan agar kekuatan gaib yang mereka percayai tidak menimbulkan kerusakan serta kejahatan kepada kehidupan pertanian mereka, sehingga diharapkan hasilhasil pertanian menjadi melimpah-limpah. Setiap tahun diadakan upacara pemujaan dan kurban-kurban kepada yang gaib itu. 2 Menurut kepercayaan orang Cina pada masa itu, suatu kejadian di bumi disebabkan oleh langit dan bumi yang hakikatnya hanya satu, yaitu menumbuhkan, melahirkan, mengadakan manusia, hewan dan tumbuhan. Mereka berkeyakinan bahwa bumi ini dipancarkan oleh langit, maka dengan apa yang ada dibumi ini semuanya berasal dari langit. Menurut gambaran orang Cina kuno, langit digambarkan sebagai laki-laki, dan bumi digambarkan sebagai wanita atau istrinya. Apa yang terjadi dibumi ini adalah hasil dari percampuran di antara keduanya. Selain itu, bangsa Cina selalu mengadakan upacara dengan tujuan untuk menghormati dewa-dewa. Upacara selalu ditetapkan dalam saatsaat yang khusus dalam kehidupan manusia. Sikap pemujaan semacam ini menimbulkan hal-hal yang tabu dan sakral dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, kehidupan masyarakat Cina kuno baik kalangan bangsawan maupun rakyat jelata selalu diikat dengan peraturan yang bertujuan mempertahankan adanya harmonisasi antara satu dengan yang lain, antara manusia dengan manusia, antara bawahan dengan atasan, antara manusia dengan makhluk lainnya, antara susunan dunia dengan 2 Ibid, h. 27

susunan yang ada di langit, dan antara manusia dengan alam sekitarnya. Keharmonisan ini haruslah dijaga, sebab kalau keharmonisan ini terganggu, akan timbul hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, keharmonisan antara yang hidup dengan yang mati juga harus dijaga. 3 Tradisi, kebudayaan dan kepercayaan etnis Cina tak bisa lepas dari perayaan-perayaan atau festival-festival tradisional Cina yang mereka rayakan sepanjang tahun. Bangsa Cina memang dikenal sebagai bangsa yang memiliki kebudayaan yang bernilai tinggi. Perayaan atau festival tradisional dapat dilihat sebagai kebudayaan bangsa yang unik dan hasil peradaban manusia. Perayaan terjadi ketika manusia hidup bersama dalam satu kelompok masyarakat dan menerima kebiasaan tertentu melalui acara rakyat. Pada awalnya kegiatan merayakan sesuatu dibentuk dari harapan manusia dan merupakan refleksi kebutuhan psikologis mereka. Seiring berjalannya waktu, semacam kesepakatan ditetapkan sehingga melahirkan suatu kebiasaan eksklusif. Perayaan ini pada umumnya merupakan gambaran kebudayaan yang kompleks yang menyatukan mitos, kepercayaan dan kebiasaan manusia. 4 Di dunia Timur Lama, terdapat kebudayaan-kebudayaan yang bernafaskan keagamaan dan mempunyai kaitan yang erat dengan alam semesta. 5 Sedikitnya ada tiga macam perayaan yang berhubungan dengan alam, yaitu : 1) Pesta Matahari, 2) Pesta Rembulan, 3) Pesta Bintang. 3 M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Konghucu di Indonesia, (Jakarta : Pelita Kebajikan, 2005 ), h. 7 4 Goh Pei Ki, Origins Chinese Festival, Asal Mula Festival Cina, ( Jakarta : Alexmedia Komputindo, 2000 ), h. vii 5 Dalam cerita tradisional Cina menjelaskan bahwa dunia diciptakan oleh Pangu. Sebelum dunia diciptakan, tidak ada apa-apa kecuali sebuah massa awal berbentuk telur dan prinsip universal yin dan yang, yaitu asal mula dan jiwa dari semua kehidupan. Pangu, sang pencipta dunia berasal dari yin dan yang.

Pesta matahari atau yang lebih dikenal dengan Duan Wu Jie, dilaksanakan pada tanggal 5 bulan 5. sedangkan pesta rembulan diadakan pada tanggal 15 bulan 8, dan pesta bintang diselenggarakan pada tanggal 7 bulan 7. kesemuanya ini diselenggarakan dalam hitungan kelender bulan atau Yin Li. 6 Di pulau Jawa sendiri, untuk Duan Wu Jie ( pesta matahari) lebih di kenal dengan Pek Cun atau Double Five ( Go Gwee Cee Go ). Untuk Zhong Qiu Jie (pesta rembulan) lebih di kenal dengan Tiong Chiu, sedangkan untuk pesta bintang lebih dikenal dengan hari kasih sayang atau Double Seven ( Cit Gwee Cit Sek ). Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menulis tentang perayaan Zhong Qiu Jie atau lebih di kenal dengan perayaan Tiong Chiu atau Tiong Chiu Phia. Perayaan ini diselenggarakan dalam rangka perayaan musim gugur karena perayaan tersebut diadakan tepat pada pertengahan musim gugur dalam penanggalan Cina, yaitu pada hari kelima belas bulan Setiap hari, selama 18.000 tahun, dia mengalami sembilan perubahan. Dia juga bekerja, dibantu oleh empat binatang naga, kura-kura, kuda unicorn dan burung phoenix-untuk membentuk massa itu menjadi dunia seperti sekarang. Dalam proses ini elemen yang terang dan bersih dipadatkan untuk membentuk bintang, matahari dan bulan, sedangkan elemen yang kotor dan gelap dipadatkan untuk membentuk bumi. Bumi, surga dan Pangu sendiri membesar, sampai seribu tahun kemudian, lalu Pangu wafat. Tubuhnya berubah secara ajaib. Dagingnya menjadi tanah, darahnya menjadi danau dan sungai, nafasnya menjadi angin, keringatnya menjadi hujan, rambutnya menjadi tanaman, mata kirinya menjadi matahari, mata kanannya menjadi bulan dan suaranya menjadi guntur. Parasit yang memakan tubuhnya menjadi manusia. Kaum intelektual Cina, terutama filsuf Taoisme, menganggap bahwa prinsip kosmik yin dan yang sudah ada dari dulu. Prinsip itu bukan saja menjadi dasar semua filosofi, ilmu pengetahuan dan ilmu pengobatan Cina, tapi juga mempengaruhi segala masalah sosial dan kehidupan sehari-hari orang Cina. Walaupun cerita tadi mungkin menarik bagi petani Cina zaman dulu, tapi para guru Taoisme tidak mungkin mempercayainya. Mereka tidak pernah percaya adanya manusia seperti dewa, atau dewa berbentuk manusia, dan mereka akan menganggap kepercayaan seperti ini terlalu polos. Suatu alam semesta yang diatur oleh dewa berbentuk manusia tidak sesuai dengan teori mereka tentang keserasian kosmik. (Albert Cheng, Tong Sing, Buku Kebijaksanaan Cina Berdasarkan Almanak Cina Kuno, (Jakarta: Abdi Tandur, 2001), h.66) 6 Yoes MS. H., Tradisi dan Kultur Tionghoa, ( Jakarta : Gerak Insani Mandiri, 2004 ), h. 70

delapan (Peh Gwee Cap Go). Konon, masyarakat etnis Cina percaya, bulan pada saat itu merupakan bulan yang paling bulat dalam satu tahun dan sinarnya paling terang. 7 Zaman dulu perayaan ini dirayakan secara nasional untuk mempersembahkan kurban kepada bulan agar diberi panen yang melimpah selama setahun. Dalam perayaan Zhong Qiu Jie ini, masyarakat mengadakan do a ritual dengan diiringi musik, suku-suku yang ada merayakannya dengan menari di bawah sinar rembulan, sambil tak lupa menyalakan petasan. Kemudian sehubungan dengan perkembangan zaman, perayaan ini dilaksanakan dengan lebih meriah lagi. Pada hari-hari perayaan upacara tersebut, masyarakat Cina mendatangi klentengklenteng untuk mengadakan upacara terhadap rembulan dengan berbagai sesajian. B. Perumusan dan Pembatasan Masalah Berdasarkan gambaran mengenai perayaan Zhong Qiu Jie tersebut, maka penulis mencoba merumuskan permasalahan yang akan diteliti dengan batasan: 1. Bagaimana pelaksanaan Perayaan Zhong Qiu Jie di Klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong? 2. Apa Fungsi dan maknanya bagi masyarakat Cina di Cibinong? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah: 7 Ibid, h.107

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Upacara Perayaan Zhong Qiu Jie, juga untuk mengetahui Fungsi dan Maknanya bagi masyarakat Cina di Cibinong 2. Untuk memenuhi tugas-tugas dan melengkapi syarat-syarat guna mencapai gelar sarjana pada jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Sebagai sumbangsih dalam memperkaya khasanah kepustakaan bagi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. D. Metode Penelitian Dalam mengkaji permasalahan ini, penulis menekankan pada pendekatan Historis dan Fenomenologis, yaitu penyelidikan sistematis dari sejarah agama. 8 Sebelum penulis menguraikan tata cara dan makna perayaan Zhong Qiu Jie, penulis menguraikan terlebih dahulu perayaan Zhong Qiu Jie dari sudut historis. Adapun metode yang digunakan adalah studi kepustakaan (library reseach), yaitu meneliti bahan-bahan dan data-data melalui literatur seperti buku-buku, majalah, surat kabar dan data-data lainnya yang dianggap relevan dengan pembahasan skripsi ini. Penelitian lapangan (field reseach), penulis mendatangi dan mengumpulkan data di lapangan dengan cara observasi dan wawancara langsung dari obyek yang berkaitan dengan permasalahan dari penelitian penulis. Dengan tehnik ini, penulis akan memahami bagaimana perayaan Zhong Qiu Jie dilakukan oleh masyarakat Cina, Khususnya di Klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong. 8 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta : Kanisius, 1995), h.25

Sedangkan penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. E. Sistematika Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya dalam beberapa bab dan sub bab dengan perincian sebagai berikut: Bab I Merupakan Pendahuluan. Dalam bab ini dibahas tentang latar belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penelitian dan Teknik Penulisan, serta Sistematika Penulisan.. Bab II ini menjelaskan tentang pengertian dan fungsi klenteng, sejarah dan tugas Hok Tek Ceng Sin, gambaran umum tentang Klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong, struktur organisasi dan kegiatan yang ada di klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong. Bab III akan menjelaskan bagaimana asal mula munculnya perayaan Zhong Qiu Jie, waktu pelaksanaan dan gambaran singkat perayaan Zhong Qiu Jie di Cina. Bab IV merupakan bab inti, dimana dalam bab ini penulis menguraikan tentang perayaan Zhong Qiu Jie di Klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong. Pembahasannya meliputi persiapan dalam perayaan Zhong Qiu Jie, kegiatan spiritual / upacara dalam perayaan Zhong Qiu Jie, peralatan serta sesajian dalam perayaan tersebut. Bab V merupakan penutup, disamping berisi kesimpulan seluruh kajian dan saran-saran, bab ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Bab II Klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong F. Pengertian dan Fungsi Klenteng Di Indonesia, bukan saja di kota-kota besar melainkan juga di tempat-tempat terpencil terdapat kuil-kuil Cina. 9 Istilah paling umum digunakan saat ini untuk menyebut kuil Cina adalah Klenteng. Istilah lain, seperti Vihara untuk kuil Budha, Lithang untuk tempat ibadah konghucu dan beberapa istilah Cina lainnya seperti Bio dan Kiong juga biasa dipakai. 10 Klenteng merupakan Rumah Ibadah Orang Cina yang beragama Sam Kao memuja roh leluhur yang mengandung unsur Buddhisme, Taoisme dan Konghucu (Konfusius ) 11 Yang dimaksud dengan rumah ibadah Cina adalah : - Klenteng - Vihara - Kuil - Lithang - Tempat Ibadah Tridharma - Citya - Rumah Toapekong - Bio 9 Nio Joe Lan, Peradaban Tinghoa Selayang Pandang, ( Jakarta : Keng Po, 1961 ), h. 61 10 James J. Fox, Klenteng dalam Indonesian Heritage, Agama dan Upacara, ( Jakarta : PT. Widyadara, 2002 ), h.56 11 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, ( Jakarta : Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997 ), h. 504

Dengan kata lain rumah ibadah yang dipimpin oleh orang Cina yang menyatakan diri beragama Tao, Konghucu dan Budha, merupakan tempat ibadah Cina. Sebenarnya rumah ibadah Cina digunakan istilah Klenteng atau rumah Toapekong, yaitu rumah di dalamnya banyak patung. Klenteng yang besar disebut miao (bio), sedang yang kecil disebut an (am) dalam dialek Fukkien. Menurut sinolog, Nio Joe Lan, menyatakan bahwa sebutan Klenteng telah tercipta dari tiga kata Cina Kuan Yin Ting, yang berarti Paseban Kuan Yin. Jadi dalam nama klenteng itu terkandunglah suatu arti yang indah tinggi. bagi kebanyakan orang, sebutan klenteng itu tidak berarti apa-apa, tetapi apabila dikatakan Paseban Kwan Yin yaitu Paseban Dewi Pengasih dan Penyayang (welas asih) yang dianggap oleh sebagian orang Cina sama dengan ibu Suci Maria dari Tiongkok, maka berubahlah bangunan yang dinamakan klenteng itu dari bangunan pemujaan biasa menjadi suatu paseban yang indah tinggi dan suci murni yang layak untuk menjadi tempat bersemayamnya Dewi Kwan Yin. Sedang Rumah Toapekong, maksudnya ialah bahwa apa saja yang dipuja itu disebut secara umum sebagai Toapekong baik yang dipuja dalam klenteng itu bersifat Budhis ataupun patung-patung yang bersifat Taoistis. Istilah Vihara sering pula digunakan sebagai tempat ibadah sebagaimana halnya klenteng. Sebenarnya Vihara / Biara atau Klooster yang dalam bahasa Cina disebut Szu merupakan tempat tinggal dan berkumpul para paderi / pendeta. Dengan pengertian ini sulit dikatakan di Indonesia terdapat biara, karena banyak sekali kuil dan klenteng yang

tidak mempunyai paderi. Klenteng biasanya hanya diurus oleh orang Cina setempat yang kemudian mengangkat seorang pengurus yang disebut biokong yang bertugas merawat klenteng dan memberikan pelayanan bagi orang-orang yang akan bersembahyang di dalam klenteng tersebut. Dengan kata lain dapat ditegaskan bahwa untuk tugas sehari-hari di dalam klenteng tersebut diurus oleh biokong, kemudian klenteng itu masih ditempatkan kepengurusannya dibawah suatu yayasan setempat, dan selanjutnya yayasan itu bergabung dalam suatu organisasi yang meliputi seluruh Indonesia. 12 Klenteng atau Kelenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa di Indonesia pada umumnya. Dikarenakan di Indonesia, penganut kepercayaan tradisional Tionghoa sering disamakan sebagai penganut agama Konghucu, maka klenteng dengan sendirinya disamakan sebagai tempat ibadah agama Konghucu. Tidak ada catatan resmi bagaimana istilah klenteng ini muncul, tetapi yang pasti istilah ini hanya terdapat di Indonesia karenanya dapat dipastikan kata ini muncul hanya dari Indonesia. Sampai saat ini, yang lebih dipercaya sebagai asal mula kata klenteng adalah bunyi teng-tengteng dari lonceng di dalam klenteng sebagai bagian ritual ibadah. Klenteng juga disebut sebagai Bio yang merupakan dialog Hokkian dari karakter (miao). Ini adalah sebutan umum bagi klenteng di Tiongkok. Pada mulanya Miao adalah tempat penghormatan pada leluhur, Ci (rumah abu). Pada mulanya masing-masing marga membuat Ci untuk menghormati leluhur mereka sebagai rumah abu. Para Dewa-Dewi 12 Rumah Ibadah Cina (makalah), h.1-2

yang dihormati tentunya berasal dari suatu marga tertentu yang pada awalnya dihormati oleh marga/ family/ klan mereka. Dari perjalanan waktu maka timbullah penghormatan pada Dewa-Dewi yang kemudian dibuatkan ruangan khusus untuk para Dewa-Dewi yang sekarang ini kita kenal dengan miao yang dapat dihormati oleh berbagai macam marga dan suku. Saat ini, masih di dalam miao juga bisa ditemukan (bagian samping atau belakang) dikhususkan untuk abu leluhur yang masih tetap dihormati oleh para sanak keluarga/marga/klan masing-masing. Ada pula didalam miao disediakan tempat untuk mempelajari ajaran-ajaran/ agama leluhur seperti ajaran Konghucu, Lao Tze dan bahkan pula yang mempelajari ajaran Budha. Miao atau klenteng (dalam bahasa Jawa) dapat membuktikan selain sebagai tempat penghormatan para leluhur, para suci (Dewa-Dewi), dan tempat mempelajari berbagai ajaran, juga adalah tempat yang damai untuk semua golongan tidak memandang dari suku dan agama apa orang itu berasal. Saat ini miao (klenteng) bukan lagi milik dari marga, suku, agama, organisasi tertentu tapi adalah tempat umum yang dipakai bersama. 13 Klenteng adalah sebutan umum sehingga klenteng sendiri terbagi atas beberapa kategori: Klenteng berdasarkan umat o Konghucu Lithang Ci 13 Klenteng, http://id.wikipedia.org/wiki/klenteng.

Miao o Taoisme Gong Guan o Buddhisme Si An Klenteng berdasarkan fungsi o Fungsi Ibadah o Fungsi Sosial Budaya o Fungsi Politik Klenteng berdasarkan pemilik o Milik Kekaisaran ( Pejabat ) o Milik Masyarakat o Milik Pribadi Kebanyakan Klenteng dinamai menurut Dewa terkemuka atau pelindung yang menjadi tujuan klenteng didirikan. 14 Adapun tujuan utama klenteng adalah sebagai tempat pemujaan di mana masyarakat yang percaya meletakkan patung dari orang-orang yang berjasa bagi umat manusia dan menghormatinya. Sebagai sarana untuk mengingat tauladannya dalam kehidupan sehari-hari. Selalu menolong sesamanya. Itulah sebenarnya tujuan utama klenteng. Pada kehidupan sehari-hari ada orang ke klenteng selain memuja, mereka juga memohon sesuatu dan ada yang dikabulkan, sehingga ini 14 James J. Fox, Indonesian Heritage, Agama dan Upacara, h.56

diceritakan dari satu orang ke orang lainnya dan akhirnya klenteng dijadikan tempat meminta segala sesuatu untuk memenuhi hawa nafsu manusia, yaitu harta, nama, cinta, keberuntungan dan lain-lain. Sehingga ini menjadi suatu kebiasaaan. Dari waktu ke waktu maka inti dari pada berkunjung ke klenteng menjadi kabur sehingga banyak orang ke klenteng selalu mengandung maksud untuk meminta sesuatu. Klenteng dibangun bukan hanya untuk meminta tetapi untuk beribadah, dimana saat berkunjung kita lupakan segala kesibukan dan meluangkan waktu untuk mengingat Tuhan sebagai pelindung kita dengan memberi sembah sujud kepada Dewa Dewi yang ada di klenteng sambil merenungkan cara hidup dan sifat-sifat mereka yang tulus dan patut kita tiru. 15 G. Sejarah dan Tugas Hok Tek Ceng Sin Hok Tek Ceng Sin berarti malaikat kebajikan penjaga bumi. Kata Hok Tek Ceng Sin berasal dari dialek Hokkian, selain itu, Hok Tek Ceng Sin juga dikenal sebagai Fude Zheng Shen yang merupakan dialek bahasa Han atau Mandarin. Hok Tek Ceng Sin terdiri dari empat kata, yatu: 1) Hok Hok yang berarti lima rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa, yaitu: Panjang usia Jiwa sentosa 15 MAKIN, Boen Tek Bio (makalah ), Tanggerang, h.11

Kaya dan makmur Bersuka cita dalam kebajikan Senantiasa diuji dan dicoba untuk hidup lebih penuh ujian sampai akhir hidup Untuk mendapatkan kelima rahmat tersebut yaitu dengan cara: - Berdoa - Berusaha - Sing (Iman) - King (Taqwa) 2) Tek Mengajak manusia untuk mempunyai satu tuntunan, yang merupakan sarana yang mutlak. 3) Ceng Berarti kelurusan, yaitu: Cinta Kasih (sebagai pemimpin) - Hormat kepada sesama dan sujud kepada Tuhan - Berjiwa Besar - Dapat dipercaya - Cekatan dan Cerdik - Berbudi kasih Setia (sebagai bawahan ) Kasih Sayang (sebagai orang tua) Bakti (sebagai anak) Dapat dipercaya (dengan sesama) 4) Sin

Kata Sin berarti Dewa atau Malaikat. Jadi intinya kata Hok Tek Ceng Sin berawal dari kata Firman, dan Bumi atau Tanah. Bumi sebagai wadah, firman sebagai sumber daya terang. Artinya bahwa keberadaan atas perkenan yang maha kuasa untuk memberikan atau menurunkan firman, jadi Tuhan berfirman di atas bumi yang dibawakan oleh malaikat. 16 Menurut legenda Hok Tek Ceng Sin (Fude Zheng Shen ) dahulunya adalah seorang pejabat yang bernama Thio Hok Tek (Zheng Fu De), yang lahir pada tahun 1134 SM. Ia hidup pada zaman Dinasti Chao (Zhao) pada masa pemerintahan Kaisar Chao Bu Ong (Zhao Wu Wang). Ia adalah seorang yang pandai dan bijaksana serta berhati mulia. 17 Saat berumur 7 tahun sudah belajar bahasa Tionghoa kuno. Ia selalu taat perintah orang tua. Selain itu, ia juga jujur dan suka menolong fakir miskin, suka bergaul, dan berkomunikasi dengan petani dan nelayan. Ketika ia menjabat sebagai menteri urusan pemungutan pajak, ia selalu bertindak bijaksana dan tidak memberatkan rakyat, sehingga rakyatpun sangat menghormatinya. Pada tahun 1236, setelah ia meninggal dunia pada usia 102 tahun. Penggantinya adalah seorang yang berwatak kejam, selalu bertindak kasar dalam menarik pajak rakyat, sehingga rakyat sangat menderita dan banyak yang pergi meninggalkan kampung halaman. Sawah ladang tidak ada yang mengurus. Orang desa semua bingung dan susah, memikirkan 16 Nurfitri Amalia, Hok Tek Ceng Sin (Dewa Bumi) Menurut Keyakinan Umat Budha Mahayana, Sarjana Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h.40-43 17 Amurva Bhumi Bhodhisattva (Hok Tek TjengSin), h. 6

saat Thio Hok Tek masih hidup.walaupun dalam keadaan bingung dan susah, orang-orang tidak bisa melupakan riwayat ini. Dari sinilah kemudian muncul gelar Hok Tek Ceng Sin. Ada satu keluarga miskin, mengharapkan Thio Hok Tek kembali seperti semula memimpin desa damai dan makmur. Mereka mengambil empat batu bata, satu buat atapnya, tiga buat temboknya. Dibuat seperti rumah, didalamya diberi nama Hok Tek Ceng Sin. Diletakkannya pecahan tempayan sebagai tempat pasang hio sua (hio) dan mereka sembahyang dan memohon kepada Hok tek Ceng Sin. Mendengar hal itu, Raja Wie menyuruh pengawal untuk menyelidiki, setelah tahu apa yang diperbuat oleh keluarga miskin itu, raja menertawakan dan mengejeknya, namun keluarga miskin itu tidak mempedulikannya sambil mengatakan, ada uang tinggal di gedung besar, tidak punya uang tidak punya rumah, tinggal di tempayan pecah. Sungguh ajaib, ternyata orang yang sungguh-sungguh bersujud kepada Hok Tek Ceng Sin tidak lama kemudian menjadi kaya raya. Berkat permohonan dan ketulusan hatinya, tanaman padi dan palawija di desa itu mengalami panen besar, hewan ternak bertambah banyak, sehingga rakyat pun menjadi makmur dan terhindar dari malapetaka. Orang-orang desa yang percaya kepada kemuliaan Hok Tek Ceng Sin senantiasa terlindungi dan mendapat berkah. Semua setuju untuk membangun klenteng untuk berterima kasih atas kebaikan Hok Tek Ceng Sin.

Orang-orang yang percaya, di rumahnya dibuat meja untuk tempat sembahyang kepada Hok Tek Ceng Sin setiap pagi dan sore dengan memasang hio, sekeluarga damai dan makmur. Mendengar itu semua, Dewa langit memerintahkan Delapan Dewa untuk menjemput Hok Tek Ceng Sin ke surga untuk menjadi Dewa Tanah. Berita ini menyebar kemana-mana, orang-orang pun tambah percaya dan hormat. Akhirnya, sampai sekarang umat Hok Tek Ceng Sin banyak sekali. Di negeri Tiongkok, disetiap desa atau kota pasti ada klenteng Hok Tek Ceng Sin, orang Cina menyebutnya Dewa Pelindung. 18 Hok Tek Ceng Sin atau Dewa Bumi selalu ditampilkan dalam posisi duduk dikursi, seorang tua dengan rambut dan berjanggut putih dengan paras muka tersenyum ramah. Biasanya Dewa Bumi menggenggam sebongkah uang emas ditangan kanannya, oleh sebab itu Dewa Bumi disebut juga sebagai Dewa Rejeki, khususnya oleh kaum pedagang. Sedangkan pada umumnya, umat memandang sebagai Pelindung atau Dewa Keselamatan. Sebagian petani memandangnya sebagai Dewa Pelindung jerih payahnya, karena dianggap melindungi hasil panennya, karena itu, pada umumnya setelah masa panen raya, diadakan sembahyang khusus sebagai ucapan terima kasih kepada Dewa Bumi, dan dilanjutkan dengan perayaan meriah. Tugas Dewa Hok Tek Ceng Sin yaitu memelihara pertanian, kesuburan tumbuh-tumbuhan untuk kehidupan manusia, yaitu mengatur 18 Kitab Suci Amurva Bumi Hok Tek Ceng Sin, h.9-12

hujan, cuaca, tanah, dan sebagainya. Oleh karena itu pula Hok Tek Ceng Sin disebut juga dengan Dewa Tanah Tugas Dewa Bumi tidak hanya menyuburkan tanah saja tetapi juga mencatat kelahiran, kematian dan perkawinan manusia di bumi, bahkan juga bertindak sebagai mediator atau penghubung antara dewa-dewa dan manusia. 19 H. Sejarah Berdirinya Klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong Klenteng Hok Tek Ceng Sin, sebenarnya bernama Hok Tek Bio. Namun masyarakat Cibinong lebih menyebutnya dengan nama Klenteng Hok Tek Ceng Sin. Klenteng ini berada dalam kawasan Wihara Amurva Bhumi (Hok Tek Ceng Sin). Terletak dikawasan strategis, tepat di jalan R. Lukman, kelurahan Cirimekar, kecamatan Cibinong, kabupaten Bogor. Klenteng ini didirikan oleh beberapa orang etnis Cina yang sudah tidak dikenal lagi siapa namanya. Menurut Law Tek Hai, klenteng ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Hal ini ia ketahui dari orang tuanya yang sudah meninggal. Diperkirakan klenteng ini sudah berusia 300 tahun. Pada awalnya klenteng ini hanya berupa sepetak bangunan yang terbuat dari bilik berisikan patung Dewa Hok Tek Ceng Sin. 20 Namun kini, klenteng ini pun menjadi sebuah bangunan yang cukup besar dengan luas bangunan 300 m berdiri di atas tanah milik Yayasan Amurva Bhumi Hok Tek Ceng Sin yang berpusat di Jakarta. 19 Nurfitri Amalia, h. 51-50 20 Wawancara Pribadi dengsn Law Tek Hai, mantan ketua klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong. Cibinong, 27 Januari 2007

Klenteng ini mengalami pemugaran pada tanggal 2 april 1989, dengan dana yang diperoleh dari sumbangan setiap umat yang datang ke klenteng ini. dan diresmikan pada tanggal 2 Juni 1990 oleh ketua umum pusat Yayasan Amurva Bhumi Hok Tek Ceng Sin. Klenteng ini memiliki arti yang sangat mendalam bagi seluruh umatnya. Mereka yang sebagian besar berasal dari etnis Tionghoa (Cina) dan mayoritas umatnya adalah pedagang dan wiraswasta yang merasa dan meyakini bahwa klenteng ini sangat membantu kesuksesan usaha mereka, selain itu mereka juga menganggap klenteng ini sebagai salah satu tempat untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. 21 I. Gambaran Umum Klenteng Bangunan klenteng ini berada dalam lingkungan Wihara Amurva Bhumi Hok Tek Ceng Sin, klenteng ini berada disebelah kanan, tepatnya di bagian depan Wihara, yaitu dengan luas bangunan sekitar 300 m. Berada didepan klenteng, akan langsung terlihat gerbang utama dengan tembok berwarna merah dan pintu pagar berwarna merah, dengan hiasan dua ekor naga yang saling berhadapan dengan semburan api dari mulut kedua naga tersebut yang menjadi ciri khas klenteng sebagai rumah ibadah Cina. Pada halaman depan klenteng terdapat Thian Than 22 yang tingginya sekitar 2 m. yang di dalamnya terdapat hiolow 23 untuk 21 Wawancara Pribadi dengan Iwan, penjaga Klenteng. Cibinong, 27 Januari 2007 22 Thian Than adalah tempat ibadah untuk bersujud kepada Thian, Tuhan Yang Maha Esa. (MATAKIN, Tata Cara dan Tata Laksana Upacara Agama Konghucu) 23 Hio low merupakan tempat menancapkan batang hio atau dupa yang sudah dibakar atau setelah sembahyang. Hio low ini terbuat dari tanah liat ataupun besi dengan ukuran yang bermacam-macam. ( Law Tek Hai, mantan ketua klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong, Wawancara pribadi tanggal 27 Januari 2007 )

menancapkan dupa atau hio setelah sembahyang. Di bagian depan Thian Than terdapat dua buah Killin. 24 yang berfungsi untuk mangusir roh-roh jahat. Di sisi kanan kiri bangunan ini terdapat dua buah kimlo. 25 Pada bangunan klenteng ini terdapat tiga pintu yang merupakan jalan masuk menuju ketiga Dewa yang diutamakan di klenteng ini. Pintu yang tengah, yang merupakan pintu terbesar merupakan pintu masuk jika ingin sembahyang kepada Dewa Bumi Hok Tek Ceng Sin. Pintu disebelah kanan merupakan pintu masuk jika ingin sembahyang kepada Dewi Kwan Im. Sedangkan pintu sebelah kiri merupakann pintu masuk jika ingin sembahyang kepada Dewa Kwan Kong. Namun hal itu tidak berpengaruh karena setiap umat dapat masuk melalui pintu manapun untuk masuk ke klenteng tersebut. Pada tembok antara ketiga pintu terdapat Pat Kwa 26 yaitu delapan penjuru. Di atas pintu tersebut terdapat dua lukisan berbentuk ukiran pada tembok, sebelah kanan yaitu lukisan dewa Cay Tjiu Siu, dimana janggutnya yang panjang melambangkan panjang umur, anak-anak didekatnya melambangkan pemberi banyak anak, dan mata uang yang dipegangnya melambangkan pemberi kekayaan 27. Sedangkan pada pintu 24 Killin adalah binatang berkepala naga, bertanduk satu, berbadan singa, berkaki srigala, bersisi kelopak bunga teratai dan memiliki ekor yang bercabang lima. ( Ibid ) 25 Kimlo yaitu dapur untuk membakar uang kertas berwarna kuning, dengan bentuk yang bertingkat-tingkat sampai tingkat tujuh. ( Ibid ) 26 Pat Kwa (Delapan Diagram ) yang merupakan cabang dari praktek dan filosofi Taoisme. Sebagian besar penekanannya pada kesehatan, umur panjang, pengobatan dan hubungan yang harmonis, yang menunjukkan bahwa pemikiran mereka bersifat praktis. Dulunya digunakan untuk tujuan meramal dan merupakan bagian dari I Ching, sebuah karya klasik kuno. ( Albert Cheng, Tong Sing, Buku Kebijaksanaan Cina Berdasarkan Almanak Cina Kuno, ( Jakarta : Abdi Tandur, 2001 ), h. 68 27 Rumah Ibadah Cina, h.4

sebelah kiri terdapat lukisan 8 Dewa atau Pat Shen 28. Di ruangan depan terdapat 6 buah tiang dan empat buah lampion 29. Masuk ke dalam, terdapat dua buah tiang yang letaknya sejajar dengan Pat Kwa. Di tengahtengah bagian depan terdapat altar Dewa Hok Tek Ceng Sin yang berbentuk meja persegi panjang yang penuh dengan sesajian berupa buahbuahan, makanan dan minuman. Dan di tengah-tengah meja besar ini terdapat hio low dan dua buah lilin yang selalu menyala. Di sisi kanan meja besar ini terdapat lilin raksasa yang tingginya sekitar 1 m. Pada bagian belakang terdapat tiga buah altar yang menyerupai Kio (Joli ) yang sangat besar dengan ukiran naga ditiap tiangnya, di tengah-tengah merupakan altar Dewa Hok Tek Ceng Sin ( Dewa Bumi ), di atas altar tersebut terdapat beberapa patung Dewa Hok Tek Ceng Sin dengan berbagai macam bentuk. Di bawahnya terdapat patung Ong Kwi How 30 dengan sesajian, lampu, hio low serta pelita yang selalu menyala. Sebelah kanan altar Dewa Hok Tek Ceng Sin terdapat altar Kwan Im Pho Sat atau Guan Yin atau Guan Shi Yin ( Dewi Welas Asih) seorang Bobhissatwa dari agama Buddha 31 Karena itu ia disebut Kwan Im Pho Sat. Dengan patungnya dan berbagai sesajian, lampu serta hiolow. Sebelah kiri altar Dewa Hok Tek Ceng Sin ada patung Dewa Kwan Kong ( Dewa perang atau panglima perang) seorang dewa yang 28 Pat Shen atau delapan Dewa bertugas untuk menjaga kesejahteraan dan kebaikan umat ( Tan Wie Tjiang, wawancara pribadi ) 29 Lampion atau lampu kertas berfungsi sebagai penerang diwaktu malam dan sebagai hiasan yang indah. ( Ibid ) 30 Ong Kwi How adalah patung siluman macan putih yang berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat. ( Ibid ) 31 Kuan Im ( Guan Yin) atau Guan Sian Yin adalah seorang Bodhisattva yaitu seorang yang hamper masuk Nirvana (surga), tetapi menggugurkan diri terlebih dahulu guna memberikan pertolongan pada manusia lain yang masih menderita.

dari agama Konghucu, dengan memegang tongkat. 32 Yang juga tersedia sesajian, lampu, dan hiolow untuknya. Diantara altar Dewa Hok Tek Ceng Sin dan Dewi Kwan Im, ada altar menyerupai kio (joli), namun lebih kecil yaitu altar Hian Tan Kong dan antara altar Dewa Hok Tek Ceng Sin dan altar Dewa Kwan Kong terdapat altar Thio Thian Su. Keduanya merupakan panglima perang. Di setiap altar tersebut juga terdapat hiolow dan alat-alat untuk ciam sie 33 Tidak jauh didepan altar Thio Thian Su dan Hian Tan Kong terdapat kotak amal bagi umat yang akan bersedekah. Di depan kotak amal tersebut terdapat masing-masing sebuah meja lilin untuk menyalakan lilin bagi setiap umat yang datang. Di dalam klenteng ada juga dua buah Kio (Joli), tempat Toapekong sewaktu diarak, dan ada juga papan pai untuk memberi isyarat supaya orang menyingkir dalam pawai itu. 34 Dipojok kanan dan kiri terdapat masing-masing sebuah meja panjang tempat meletakkan lilin penerangan 35 yang bertuliskan nama setiap umat yang ingin memohon sesuatu seperti umur panjang, banyak rejeki, usaha lancar dan lain sebagainya. Di tengah - tengah antara ketiga pintu masuk terdapat lemari untuk menyimpan lilin, Hio atau dupa. Bagi 32 Kwan Kong atau Kwan Tek Kun atau Guan Gong, pada mulanya bernama Kuan I (Guan Yu) adalah seorang jendral besar dari negeri Shu. Kebesaran namanya dicapai berkat kepahlawanan dan kesetiaan dan rasa tanggung jawabnya yang besar dalam menunaikan tugas. 33 Ciam Sie merupakan melihat peruntungan nasib baik tentang jodoh, rezeki dan lain sebagainya. 34 Rumah Ibadah Cina, h. 5 35 Lilin Penerangan adalah lilin yang di nyalakan oleh setiap umat yang datang, sebagai jalan penerangan untuk kelancaran usaha mereka. Disetiap lilin terdapat nama orang-orang yang menyalakan lilin tersebut. Satu lilin untuk satu orang atau satu keluarga.

umat yang tidak membawa perlengkapan sembahyang tersebut, dapat meminta / membeli nya pada penjaga klenteng. Di samping kiri belakang klenteng terdapat tempat untuk membersihkan tangan sebelum dan sesudah sembahyang. Denah Lokasi Klenteng Hok Tek Ceng sin Cibinong 7 9 6 10 8 12 14 11 14 13 15 15 5 5 4 4 1 3 3 2 2

Keterangan : 1. Thian Than / Tempat Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Killin 3. Kimlo 4. Lemari tempat menyimpan peralatan sembahyang 5. Meja tempat lilin penerangan 6. Altar Dewa Hok Tek Ceng Sin ( aliran Taoisme ) 7. Altar Dewi Kwan Im ( asal Buddhis ) 8. Altar Dewa Kwan Kong ( aliran Taoisme ) 9. Altar Hian Tan Kong (Taoisme ) 10. Altar Thio Thian Su ( Taoisme ) 11. Meja tempat meletakkan sesajian untuk Dewa Hok Tek Ceng Sin 12. Meja tempat meletakkan sesajian untuk Dewi Kwan Im 13. Meja tempat meletakkan sesajian untuk Dewa Kwan Kong 14. Kotak amal 15. Tempat menyalakan lilin bagi umat yang datang. J.Struktur Organisasi dan Kegiatan yang ada di Klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong Di dalam klenteng ini terdapat beberapa orang yang mengurus dan bertanggung jawab mengenai segala sesuatu dalam klenteng. Mulai dari membuat rencana untuk upacara-upacara keagamaan sampai dengan persiapan untuk hari-hari besar yang dirayakan dalam klenteng. Para pengurus tersebut dipilih oleh seluruh umat dan setiap dua tahun sekali para pengurus itu diganti sesuai pilihan umat yang lain.

Adapun pemilihan ketua dan pengurus dilakukan dengan cara, memilih terlebih dahulu beberapa orang bakal calon yang layak untuk dijadikan ketua. Kemudian dilakukan pemilihan oleh seluruh umat dengan cara menuliskan nama bakal calon yang mereka anggap pantas dan layak untuk dijadikan ketua, kemudian dihitung. Nama yang paling banyak dipilih, itulah yang akan menjadi ketua. 36 Selain para pengurus tersebut, ada juga beberapa orang penjaga dan petugas kebersihan yang juga sangat berperan dalam kelancaran kegiatan yang berlangsung di klenteng tersebut. 36 Wawancara Pribadi dengan Iwan, penjaga Klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong,. Cibinong, 27 Januari 2007.

SUSUNAN PENGURUS KLENTENG HOK TEK CENG SIN CIBINONG KETUA Ong Hoat Pow WAKIL KETUA Tan Wie Tjiang SEKRETARIS Suryadi BENDAHARA Tani Wijaya ANGGOTA Seluruh Umat Rasa bakti seorang umat terhadap panutannya dapat diwujudkan dengan suatu kebaktian atau upacara keagamaan. Kebaktian atau upacara keagamaan ini dapat dilakukan di rumah ataupun di klenteng, baik secara ramai-ramai atau secara sendiri-sendiri. Adapun kegiatan-kegiatan dan upacara keagamaan yang dilakukan di klenteng Hok Tek Ceng Sin terbagi menjadi: 1. Thian hio / upacara syukur Dilakukan setiap hari, pagi dan sore. Sembahyang pada Thian ini dilakukan secara sendiri-sendiri dengan menggunakan dupa atau

hio. Pertama-tama sembahyang kepada Thian di Thian Than yang terletak di halaman depan klenteng. Masuk ke dalam klenteng dan sembahyang kepada Dewa Hok Tek Ceng Sin ( sebagai Dewa tuan rumah ) yang berada ditengah-tengah, lalu sembahyang kepada Dewi Kwan Im Pho Sat, setelah itu sembahyang kepada Dewa Kwan Kong dan terakhir sembahyang kepada Siluman Macan Putih. Di tiap-tiap tempat sembahyang ditancapkan beberapa batang hio. 2. Peramalan Nasib/ Ciam Sie Melihat peruntungan nasib baik tentang rezeki, usaha, perjodohan dan lain-lain. Cara melakukannya adalah, pertama sembahyang kepada Thian atau Thikong, lalu sembahyang pada Dewa yang ingin ditanyakan. Kemudian dilanjutkan dengan langkah kedua yaitu dengan mengocok Po Ciam 37 yang ada di suatu tempat yang berbentuk seperti tabung yang terbuat dari bambu, sampai keluar satu batang Po Ciam yang bertuliskan nomor jawaban, lalu ditancapkan di hio low. Apabila Po Ciam yang keluar lebih dari satu maka harus diulang lagi sampai kesempatan ketiga. Kalau pada kesempatan ketiga Po Ciam yang keluar lebih dari satu maka Ciam Sie tidak dapat dilanjutkan lagi. Langkah ketiga adalah dengan melambungkan sepasang alat yang disebut dengan Poak-Poe 38, dengan tujuan untuk bertanya kepada Dewa yang bersangkutan mengenai benar atau tidaknya nomor 37 Po Ciam adalah salah satu peralatan Ciam Sie berupa bambu yang dibuat menjadi batangan-batangan yang bertuliskan nomor pada salah satu ujungnya, yang berjumlah 60 nomor jawaban. 38 Poak-Poe adalah sebuah benda yang terbuat dari kayu yang diukir berbentuk biji buah mangga yang dibelah menjadi dua bagian.

jawaban yang keluar. Apabila dalam keadaan Sio-Poe 39 berarti Dewa membolehkan si penanya untuk melanjutkan langkah selanjutnya. Tapi bila dalam keadaan Bo-Poe 40 berarti sebaliknya Dewa tidak merestui. Langkah selanjutnya yaitu meminta kertas jawaban yang telah disediakan di dalam klenteng kepada petugas klenteng 3. kegiatan lain di klenteng a. Hari besar Dewa Hok Tek Ceng Sin b. Kwan Im Pho Sat c. Sembahyang Twan Yang d. Sembahyang Pek Cun e. Sembahyang Besar Tang Cik 39 Sio-Poe adalah Poak-poe yang dalam keadaan satu terlentang dan yang satu lagi dalam keadaan tengkurap yang berarti Dewa membolehkan atau mengijinkan si penanya melakukan langkah selanjutnya. 40 Bo-Poe adalah kedua benda tersebut dalam keadaan tengkurap, atau keduanya dalam keadaan terlentang. Hal ini berarti Dewa tidak setuju.

BAB III Asal Mula Munculnya Perayaan Zhong Qiu Zie Hari raya umum masyarakat Cina, yakni hari raya yang ditaati rakyat jelata tidaklah banyak. Tapi jika di tambahkan dengan hari raya yang berhubungan dengan hari ulang tahun Dewa-Dewa yang dipuja bangsa Cina dan hari peringatan berbagai tokoh bersejarah yang berjasa, lantas dapat dikatakan, dalam hampir setiap bulan imlek ada hari raya. 41 Berikut beberapa kegiatan/hari raya masyarakat Cina: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tanggal Tgl. 1 Bulan 1 Tgl. 15 Bulan 1 Tgl. 4/5 April Tgl. 5 Bulan 5 Tgl. 7 Bulan 7 Tgl. 15 Bulan 7 Tgl 15 Bulan 8 Tgl. 9 Bulan 9 Tgl 21/22 Desember Nama Bhs. Indonesia Tahun Baru Imlek/festival musim semi Festival Lampion/ hari kasih sayang Ching Ming/ Cheng Beng Festival Perahu Naga Festival Hantu/Festival para Roh - Festival pertengahan musim gugur Festival yang ganda Festival titik balik matahari musim dingin Nama Mandarin Chun Jie Yuan Xiao Jie Qing Ming Jie Duan Wu Jie Keterangan Pertemuan Keluarga. Perayaan besar selama 3 hari dan secara tradisional selama 15 hari. Memakan Yuan xiao dan pemasangan lampion Ziarah ke makam leluhur Lomba perahu naga dan memakan zongzi Qiqiao Jie - Zhong Yuan Jie Zhong Qiu Jie Chong Yang jie Dong Jie sumber : http : //id.wikipedia.org - Pertemuan keluarga dan memakan kue bulan Mendaki gunung dan pertunjukkan bunga Pertemuan keluarga 41 Nio Joe Lan, Peradaban Tionghoa, Selayang Pandang, ( Jakarta : Keng Po, 1961), h.138

A. Asal Mula Munculnya Perayaan Zhong Qiu Jie Masyarakat Cina mempunyai sejarah sekitar lima ribu tahun yang lalu. Mereka mempunyai banyak tradisi untuk merayakan kejadian penting. Tradisi ini diangkat dari kehidupan sehari-hari atau dari cerita rakyat yang ditulis dari generasi ke generasi. Namun dengan kemajuan tekhnologi penyebaran informasi yang cepat, dunia mengalami abad peralihan. Bentuk keluarga semakin kecil dan kesenjangan generasi pun semakin melebar, lambat laun generasi muda Cina banyak yang tidak mengetahui asal mula perayaan yang sudah menjadi adat dan tradisi masyarakat Cina sendiri. Di Cina ada tradisi setiap bulan delapan dan ketika purnama raya, diadakan pesta Kue Bulan. Namanya Zhong Qiu Jie. Tetapi pesta yang benar-benar dalam pengertian kuenya, dinamakan Zhong Qiu Pia. Pia artinya kue. Zhong Qiu Jie artinya perayaan musim gugur. Musim gugur dimana panen melimpah ruah dan sesudah kerja keras selama musim panen itu, dirayakan dengan berpesta sesudah sembahyang dirumahrumah ibadah. Di sebut demikian, karena perayaan tersebut diadakan tepat pada pertengahan musim gugur dalam penanggalan Cina yaitu pada hari kelima belas bulan delapan (peh gwee cap go). Konon, masyarakat etnis Cina percaya, bulan pada saat itu merupakan bulan yang paling bulat dalam satu tahun dan sinarnya paling terang. 42 Adapun latar belakang diadakannya upacara ini dapat dibagi dalam tiga bagian. Pertama, sebelum Dinasty Qin 221-206 SM rakyat China sudah mengenal tradisi sembahyang Dewi Bulan yang 42 Pesta Kue Bulan, www.indonesia.com/2002/september/buday-0902- pestakuebulan.htm. diakses pada tanggal 05 Oktober 2006

dihubungkan dengan posisi bulan bagi masyarakat untuk cocok tanam (agraris). Karena dianggapnya sinar rembulan dapat memberikan kesuburan dalam ekosistem tanah bagi kaum petani dan di malam purnama memang bulan terterang sepanjang tahun juga diikuti musim panen. 43 Kedua, dikarenakan adanya legenda yang terkenal. Pada waktu kaisar Yao (2346 2355 SM) dinobatkan. Negrinya ditimpa berbagai malapetaka. 10 matahari memancarkan cahaya yang amat terik, sehingga semua air dibumi ini menguap. Sesudah itu, bertiup pula angin ribut dengan kerasnya, sehingga kota-kota dan kampung-kampung hancur dan banyak manusia mati. Bencana yang ketiga ialah binatang buas yang panjangnya 1000 li. Yang menelan apa saja yang dijumpai. Kaisar Yao memerintahkan untuk menyelidiki sebabnya terjadi malapetaka itu, dan bagaimana menghindarkannya. Maka adalah seorang laki-laki dinegri itu, yang bernama Ho Tjek. Telah bertahun-tahun ia berlatih memanah. Karena kepandaiannya, orang menyebutnya pemanah Ketuhanan. Ho Tjek, beruntung dapat mengetahui dari mana asalnya bahaya itu, yaitu sembilan di antara sepuluh matahari itu bukanlah matahari, melainkan burung-burung yang meludahkan api dan bersarang dipuncak gunung yang sangat tinggi. Ho Tjek memanahnya sampai mati. Sembilan gumpalan embun naik, dan yang tertinggal hanya sembilan gumpalan tanah liat, yang ditembus oleh panah-panah itu. 43 Sejarah dan Makna Tiong Chiu, WWW.harianbatampos.com, diakses pada tanggal 05 Oktober 2006

Setelah itu Ho Tjek bersiap untuk menahan angin ribut itu. Dewa Guruh dan Dewa Api bermaksud akan menganiaya manusia yang ada di bumi ini. Dibukakannya kantung tempat menyimpan angin topan. Ho Tjek mengajak nya berkelahi dan akhirnya Dewa Guruh dan Api terpaksa memanggil topan itu kembali kedalam kantongnya. Setelah itu Ho Tjek mencari binatang buas yang panjangnya 1000 li itu dan yang telah banyak meminta korban. Ia menemukannya dipinggir sebuah danau, ia menembaknya sekali saja, binatang itu mati. Kaisar sangat berterimakasih atas kepahlawanannya, sehingga ia dipandang sebagai orang keramat. Pada suatu hari Ho Tjek melihat suatu benda yang bercahaya dilangit. Diikutinya benda itu sampai ke suatu gerbang. Di sana dilihatnya seekor binatang yang sangat buruk rupanya yang menjaga pintu itu. Tunggu! Katanya, Engkaupun akan kubunuh. Diambilnya panahnya dan binatang itupun dipanahnya sampai mati. Ternyata pintu itu merupakan jalan masuk ke surga bagian Barat. Di sana tinggal Dewi See Ong Bo Nio Nio sang Dewi dengan dayangdayangnya yang memerintah Surga Barat. Dewi itu telah banyak mendengar kepahlawanannya. Selain ahli panah, ternyata ia juga ahli bangunan. Dirikanlah sebuah Istana untuk saya, kata See Ong Bo Nio Nio. Yang indah dan besar, yang belum pernah orang lain dirikan. Nanti akan saya berikan padamu sebuah pil sakti yang berkhasiat sebagai ramuan hidup kekal.

Ho Tjek sangat senang. Didirikanlah sebuah istana yang sangat indah yang belum pernah dilihat orang. Dindingnya terbuat dari batu Giok yang mahal-mahal, dan atapnya dari batu-batu layur pilihan. Sesudah istana itu siap, See Ong Bo Nio Nio sangat senang melihatnya. Diberikan pil sakti yang dijanjikan itu kepada Ho Tjek. Tetapi sebelum meminum pil itu, ia harus menjauhkan diri dari segala noda dunia selama setahun. Dengan rasa penuh terima kasih di dalam hatinya ditinggalkannya See Ong Bo Nio Nio. Pil itu ditinggalkannya di atas kasau. Belum lama ia beristirahat, datanglah seorang suruhan kaisar yang meminta supaya ia menangkap seorang penjahat, yang mengganggu beberapa daerah di negri itu. Orang itu dapat dikenal dengan segera, karena giginya yang sebelah atas menjorok keluar. Karena itu ia disebut orang Gigi Pahat. Dengan segera, Ho Tjek dapat menangkap dan membunuh penjahat itu. Sementara itu pil sakti yang di atas kasau itu memancarkan cahaya putih. Istri Ho Tjek sangat ingin melihatnya. Diambilnya tangga dan pil itu diperhatikannya. Barangkali ini pil untuk mencantikkan, pikirnya sambil menelannya. Ia merasa dirinya sangat ringan, seolah-olah pandai terbang. Kebetulan Ho Tjek tiba di rumahnya. Dengan segera ia mengetahui, bahwa pil itu hilang. Sebelum ia sempat bertanya, istrinya telah terbang keluar melalui jendela. Ia tidak mau menunggu sampai suaminya menanyakan apakah dia yang memakan pil itu.