HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN INSOMNIA DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN HUBUNGAN STRES DENGAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PASIEN RAWAT JALAN

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau World Health Organization (WHO) (2014), mendeklarasikan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPK PUSKESMAS PURNAMA. Eka Apriani, Widyana Lakshmi Puspita

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

Stikes Muhammadiyah Gombong

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. fakultas yang ada di UMY adalah Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN.

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Umum Responden

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan zaman sekarang ini tingkat pengetahuan dan teknologi

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETAATAN BEROBAT DENGAN DERAJAT SISTOLE DAN DIASTOLE PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Transkripsi:

Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Mohammad Basit 1, Sukarlan 2, Fitria Raudatul Jannah* 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin 2 RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin *Korespondensi Penulis. Telp: 081250777799, E-mail: fitriaraudhatuljannah@gmail.com ISSN: 2086-3454 ABSTRAK Latar Belakang: Meningkatnya kasus Hipertensi menjadi masalah yang cukup besar. Penanggulangan Hipertensi dan pencegahan juga dilakukan berbagai upaya seperti pemerintah Indonesia. Umumnya dalam sehari seseorang bekerja selama 6-8 jam. Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar mempertahankan status, kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Bekerja yang berlebihan dan istirahat yang kurang dapat meningkatkan tekanan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Tujuan: Menganalisa hubungan lama kerja dan pola istirahat dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua pasien hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. Sampel sebagian dari populasi yang berjumlah 30 orang. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dengan metode kuesioner dan dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman Rank dengan taraf signifikan 95% (0,05). Hasil: Sebagian besar responden dengan lama kerja normal sebanyak 19 orang (63,3%), Pola Istirahat tidak normal berjumlah 23 orang (86,7%). Simpulan: Ada hubungan pola istirahat dan lama kerja dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. Kata Kunci: Pola Istirahat, Lama Kerja, Derajat, Hipertensi 127

Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 PENDAHULUAN Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat kelelahan dan dapat mengakibatkan penyakit Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal yaitu 140/90 mmhg. Kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa sebagai proses degeneratif, Hipertensi hanya ditemukan pada golongan orang dewasa. Banyak penderita Hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta penduduk Indonesia yang kontrol hanya 4%. Terdapat 50% penderita Hipertensi tidak menyadari dirinya sebagai penderita Hipertensi. Terdiri dari 70% adalah Hipertensi ringan dan 90% Hipertensi esensial, Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Pikir; dkk, 2013). Umumnya dalam sehari seseorang bekerja selama 6-8 jam dan sisanya 14-18 jam digunakan untuk beristirahat atau berkumpul dengan keluarga dan berkumpul dengan masyarakat. Adanya penambahan jam kerja yang dapat menurunkan efisiensi pekerja, menurunkan produktivitas, timbulnya seperti Hipertensi (Widuri, 2010). Peran pemerintah sangat penting didukung juga oleh tingkat pengetahuan keluarga maupun pasien dalam tindakan pencegahan komplikasi Hipertensi dengan cara mengatur lama kegiatan dan pola istirahat yang baik diharapkan dapat mengontrol tekanan darah yaitu mengurangi konsumsi garam, membatasi lemak, olahraga teratur, tidak merokok dan tidak minum alkohol, menghindari kegemukan atau obesitas, bekerja sesuai jam dan jadwal, menghindari stress, istirahat yang cukup, tidur siang selama 30 menit perhari, tidur malam minimal 6-8 jam perhari (Widuri, 2010). Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar mempertahankan status, kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat sembuh memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut 128

Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat cukup, maka jumlah energi yang diharapkan Hipertensi yang dirawat berdasarkan beberapa dapat memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain itu, orang yang mengalami kelelahan juga memerlukan istirahat dan tidur lebih dari biasanya (Widuri, 2010). Durasi dan kualitas tidur yang kurang baik akan lebih banyak memicu aktivitas sistem saraf simpatik dan menimbulkan stressor fisik dan psikologis. Perubahan kuantitas dan kualitas tidur sering dialami oleh berbagai pekerja laki-laki ditambah dengan adanya tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat serta berbagai masalah tanggungan yang berhubungan dengan masa depan keluarga, anak dan orang tua termasuk biaya pendidikan, jaminan kesehatan, jaminan hari tua serta kualitas dan kuantitas hidup yang lebih baik (Widuri, 2010). Hasil studi pendahuluan penderita Hipertensi di RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 27 November hingga 2 Desember 2015 dilaporkan dari bagian rekaman medis RSUD Ulin Banjarmasin bahwa penderita jenis komplikasi penyakit (Stroke, Diabetes Mellitus, Poli Penyakit Dalam dan Unit Ginekologi) selalu mengalami peningkatan. Tercatat tahun 2010 sebanyak 5.408 kasus, tahun 2011 sebanyak 5.466 kasus, tahun 2012 sebanyak 6.027 kasus, tahun 2013 sebanyak 6.786 kasus dan tahun 2014 sebanyak 7.472 kasus. Pada tahun 2015 jumlah kunjungan pasien Hipertensi di Poli Penyakit dalam sebanyak 308 pasien. Dari 10 penyakit teratas yang ditangani Pihak RSUD Ulin Banjarmasin, Hipertensi menjadi penyakit urutan kedua setelah diabetes mellitus (Rekam Medik RSUD Ulin Banjarmasin, 2015). Hasil tanya jawab singkat dan observasi tanggal 5 Desember 2015, diketahui bahwa pada 10 pasien laki-laki dengan Hipertensi yang berkunjung di Poli Umum, 4 orang (40%) memiliki riwayat keturunan Hipertensi dengan kisaran usia 35-45 tahun, sementara 6 orang (60%) mengalami Hipertensi sejak usia menginjak 45 tahun. Semua pasien Hipertensi yang ditemui memiliki pekerjaan tetap, 6 orang diantaranya 129

Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan 4 Sampel penelitian adalah sebagian dari orang bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta. 8 orang (80%) mengatakan bekerja 12 jam perhari. sedangkan 2 orang (20%) mengatakan bekerja sekitar 8-10 jam perhari. 8 orang (80%) mengatakan tidak dapat tidur nyenyak setiap malam hari atau hanya dapat beristirahat <6 jam perhari dan tidur malam hanya sekita 2-3 jam perhari semetara 2 orang populasi. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 30 orang pada tanggal 1-28 Mei tahun 2016 di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dianalisis dengan menggunakan teknik rank Spearman dengan nilai kepercayaan 95% (0,05) lainnya mengatakan tidur 6-7 jam perhari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan lama kerja dan pola istirahat dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin HASIL 1. Uji Analisis Data Secara Univariat a. Gambaran lama kerja pada pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin BAHAN DAN METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan riwayat Hipertensi pada tanggal 1-28 Mei tahun 2016 dengan jumlah 90 orang di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. Adapun gambaran lama kerja pada pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian tersaji dalam tabel 1: Tabel 1 Distribusi Frekuensi Lama Kerja Pasien Hipertensi di RSUD Ulin Banjarmasin Lama Kerja f % Normal 19 63,3 Tidak Normal 11 36,7 Jumlah 30 100 130

Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 bahwa sebagian besar responden dengan lama kerja normal sebanyak 19 orang (63,3%). b. Gambaran Pola Istirahat Pasien Hipertensi di RSUD Ulin Banjarmasin Adapun gambaran Pola Istirahat Pasien Hipertensi di RSUD Ulin Banjarmasin yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian tersaji dalam tabel 2: Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pola Istirahat Pasien Hipertensi Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat c. Gambaran Derajat Hipertensi pada Pasien Hipertensi Banjarmasin di RSUD Ulin Adapun gambaran derajat hipertensi pada pasien Hipertensi di RSUD Ulin Banjarmasin yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian tersaji dalam tabel 3: Tabel 3 Distribusi Frekuensi Derajat Hipertensi pada Pasien Hipertensi Derajat Hipertensi f % Derajat I (sistolik 140-159 Atau diastolik 90-99) Derajat II (sistolik 160 atau diastolik 100) 16 53,3 14 46,7 Jumlah 30 100 bahwa sebagian besar responden Pola Istirahat f % Normal 4 13,3 Tidak Normal 23 86,7 Jumlah 30 100 bahwa sebagian besar responden dengan Pola Istirahat tidak normal berjumlah 23 orang (86,7%). dengan Derajat I hipertensi ( sistolik 140-159 atau diastolik 90-99) berjumlah 16 orang (53,3%). 2. Uji Analisis Data Secara Bivariat a. Hubungan Lama Kerja Dengan Derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin Adapun hubungan lama kerja dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin 131

Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat Banjarmasin berdasarkan hasil penelitian tersaji dalam tabel 4: Tabel 4 Lama Kerja Hubungan Lama Kerja Dengan Derajat Hipertensi Di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin Derajat Keparahan Hipertensi I II f % f % f % Normal (6-12 jam/hari) 7 36,8 12 63,2 19 100 Tidak Normal (>12 jam/hari) 9 81,8 2 18,2 11 100 Jumlah 16 53,3 14 46,7 30 100 Correlation (r): -0,434; p=0,016 (<α=0,05) bahwa sebagian besar responden yang lama kerja tidak normal dengan derajat keparahan hipertensi II sebanyak 12 orang (63,2%). Hasil negatif. Korelasi sempurna ini mempunyai makna jika nilai lama kerja naik, maka derajat keparahan hipertensi turun dan jika nilai lama kerja turun, maka derajat keparahan hipertensi naik. b. Hubungan Pola Istirahat Dengan Derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin Adapun hubungan pola istirahat dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin berdasarkan hasil analisis dengan uji korelasi rank penelitian tersaji dalam tabel 5: spearman diperoleh hasil bahwa nilai Tabel 5 Hubungan Pola Istirahat Dengan Derajat Hipertensi Di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin p=0,016 < α=0,05 atau dapat dikatakan bahwa ada hubungan lama Pola Istirahat Derajat Keparahan Hipertensi I II f % f % f % kerja dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. Nilai Correlation (r) (-0,434) bernilai negatif artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) Normal (6-8 jam/hari) 15 93,8 1 6,3 19 100 Tidak Normal (<6jam/>8jam/hari) 1 7,1 13 92,9 11 100 n 16 53,3 14 46,7 30 100 Correlation (r): 0,866; p=0,000 (<α=0,05) bahwa sebagian besar responden yang memiliki pola istirahat tidak normal dengan derajat keparahan hipertensi II sebanyak 13 orang (92,9%). Hasil 132

Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 analisis dengan uji korelasi rank Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat responden dengan lama kerja normal spearman diperoleh hasil bahwa nilai p=0,000 < α=0,05 atau dapat dikatakan bahwa ada hubungan pola istirahat dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. Nilai Correlation (r) (0,866) bernilai positif artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) positif. Korelasi sempurna ini mempunyai makna jika nilai pola istiraha t naik, maka derajat keparahan hipertensi naik. PEMBAHASAN 1. Gambaran Lama Kerja Pasien Hipertensi Di Poli Penyakit Dalam Rsud Ulin Banjarmasin. bahwa responden dengan lama kerja normal sebanyak 19 orang (63,3%) dan sebanyak 11 orang (36,7%). Umumnya dalam sehari seseorang bekerja selama 6-8 jam dan sisanya 14-18 jam digunakan untuk beristirahat atau berkumpul dengan keluarga dan berkumpul dengan masyarakat. Adanya penambahan jam kerja yang dapat menurunkan efisiensi pekerja, menurunkan produktivitas, timbulnya kelelahan dan dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan (Anoraga, 2014). Seseorang biasanya bekerja selama 40-50 jam dalam seminggu. Lamanya kerja seseorang dapat meningkatkan stres yang diduga berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah. Seseorang mengalami stres katekolamin yang ada di dalam tubuh akan meningkat sehingga mempengaruhi mekanisme aktivitas saraf simpatis, dan terjadi peningkatan saraf simpatis, ketika saraf simpatis meningkat maka akan terjadi peningkatan kontraktilitas otot jantung sehingga menyebabkan curah jantung meningkat, 133

Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat keadaan inilah yang cenderung menjadi Seseorang dengan tidur yang kurang faktor mencetus hipertensi. 2. Gambaran Pola Istirahat pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. bahwa responden dengan Pola Istirahat tidak normal berjumlah 23 orang (86,7%) dan responden dengan pola istirahat normal berjumlah 4 orang (13,3%). Istirahat yang baik untuk tubuh adalah tidur nyenyak tanpa gangguan atau jeda. Seseorang yang memasuki masa dewasa hingga lansia (>20 tahun hingga 65 tahun) membutuhkan tidur 6 hingga 8 jam perhari dikatakan normal baik akumulasi dari tidur siang dan tidur malam. Tidur yang sehat siang sebaiknya minimal 30 menit dan waktu terbaik 1 jam dan untuk tidur malam minimal 6 jam maksimal 8 jam perhari. Karena tubuh memerlukan aktifitas fisik untuk menyeimbangkan kadar elektrolit dalam tubuh serta tubuh bermanfaat untuk melepasan zat beracun dalam tubuh. ataupun terlalu lama cenderung mengalami ketidakseimbangan tubuh yang ditandai dengan sering sakit, loyo, tidak bersemangat, sering sakit-sakitan dan dapat berimplikasi menjadi Hipertensi akibat racun yang mengganggu proses aliran oksigen dalam darah sehingga membebani kerja jantung. Ada pun yang mempengaruhi kondisi tidur pada kelompok penderita hipertensi antara lain yaitu adanya faktor ekonomi, pekerjaan, sedang sakit dan mengasuh anak. Sedangkan pada kelompok yang tidak hipertensi lebih banyak yang kondisi tidurnya nyenyak sebanyak 26 orang (86,7%), hal ini terlihat dalam seminggu kondisi tidur pada kelompok tidak hipertensi tidak adanya keluhan maupun gangguan dalam kondisi tidurnya (Marice, 2010). 3. Gambaran Derajat Hipertensi pada pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin 134

Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat jantungnya harus bekerja lebih keras pada bahwa responden dengan Derajat I hipertensi (sistolik 140-159 atau diastolik 90-99) berjumlah 16 orang (53,3%) dan responden dengan Derajat II hipertensi (sistolik 160 atau diastolik 100) berjumlah 14 orang (46,7%). Tekanan darah adalah tekanan setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat. yang dihasilkan oleh darah terhadap Aktivitas fisik adalah gerakan yang pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah. 4. Hubungan Lama Kerja dengan Derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. Aktifitas fisik yang berlebihan meningkatkan risiko menderita hipertensi. Orang yang terlalu aktif hingga stress akibat beban kerja yang terlalu tinggi juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Hasil penelitian dari 30 orang responden diketahui bahwa pasien hipertensi yang memiliki lama kerja tidak normal dengan derajat keparahan hipertensi II sebanyak 12 orang (63,2%). Hasil analisis dengan uji korelasi rank spearman diperoleh hasil bahwa nilai 135

Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat p=0,016 < α=0,05 atau dapat dikatakan (vasokonstriksi) dan peningkatan denyut bahwa ada hubungan lama kerja dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. Pikir, dkk (2013) menyatakan bahwa pekerjaan hingga berlebihan atau hingga larut malam perlu mendapat perhatian karrna irama faal manusia (circadian ritme) terganggu, metabolism tubuh tidak dapat beradaptasi, kelelahan, kurang tidur, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal timbul rekreasi psikologis dan pengaruh kumulatif. Nilai Spearman s rho (-0,434) bernilai negatif dengan nilai signifikan (0,016) bernilai positif mempunyai makna jantung dengan demikian orang akan mengalami stress. Jika stres berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut mengalami Hipertensi (Widuri, 2010). Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Marice (2010 ) menemukan bahwa orang yang tidak biasa melakukan aktivitas fisik memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 4,73 kali dibanding orang yang aktif melakukan aktivitas fisik. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Orang yang kurang melakukan bahwa hubungan kedua variabel sangat aktivitas fisik berisiko untuk terkena kuat, signifikan dan tidak searah. Bekerja yang berlebihan dan istirahat yang kurang dapat meningkatkan tekanan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Saat tekanan darah meningkat. hormon epinefrin atau adrenalin akan dilepaskan. Adrenalin akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri hipertensi sebesar 1,05 kali dibandingkan dengan orang yang melakukan aktivitas fisik cukup. 5. Hubungan Pola Istirahat Dengan Derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin Hasil penelitian dari 30 orang responden diketahui bahwa pasien 136

Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat hipertensi yang memiliki pola istirahat kelelahan juga memerlukan istirahat dan tidak normal dengan derajat keparahan hipertensi II sebanyak 13 orang (92,9%). Hasil analisis dengan uji korelasi rank spearman diperoleh hasil bahwa nilai p=0,000 < α=0,05 atau dapat dikatakan bahwa hubungan pola istirahat dengan derajat Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar mempertahankan status, kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat sembuh memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup, maka jumlah energi yang diharapkan dapat memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain itu, orang yang mengalami tidur lebih dari biasanya. Nilai Spearman s rho (0,866) bernilai positif dengan signifikan (0,016) bernilai positif mempunyai makna bahwa ada hubungan antara variabel lama kerja dengan derajat keparahan hipertensi sangat kuat, signifikan dan searah. Durasi dan kualitas tidur yang kurang baik akan lebih banyak memicu aktivitas sistem saraf simpatik dan menimbulkan stressor fisik dan psikologis. Perubahan kuantitas dan kualitas tidur sering dialami oleh berbagai pekerja laki-laki ditambah dengan adanya tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat serta berbagai masalah tanggungan yang berhubungan dengan masa depan keluarga, anak dan orang tua termasuk biaya pendidikan, jaminan kesehatan, jaminan hari tua serta kualitas dan kuantitas hidup yang lebih baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Marice (2010), bahwa lama waktu tidur yang baik dalam sehari adalah 137

Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 selama 8 jam setiap malamnya. Tidur malam yang tidak mencukupi juga diketahui lebih tingginya kadar hormon cortisol yang mempengaruhi tingkat stres. Kurang tidur berkaitan dengan mood atau suasana hati yang lebih buruk dan Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat pada penderita hipertensi. Jurnal Eduhealth [Internet] tersedia dalam: http//:www.healthy.co.id. [diakses 8 Februari 2016]. Marice, S. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit asma. media litbang kesehatan volume 20 nomor 1 tahun 2010 [Internet] tersedia dalamhttp//:www.healthy.co.id. [diakses: 8 Februari 2016]. penurunan fungsi kognitif sehingga seseorang tidur kurang dari 8 jam setiap malamnya akan memicu timbulnya hipertensi. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kami ucapkan kepada Ketua STIKES yang telah memberikan dukungan dalam melakukan penelitian Direktur RSUD Ulin Banjarmasin yang telah memfasilitasi tempat penelitian. DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P. 2014. Psikologi Kerja. Bandung: Rineka Cipta. Morton, Patricia Gonce, Dkk. 2013. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC. Pikir S. B, dkk. 2013. Hipertensi Manajemen Komprehensif. Surabaya: Airlangga University Press. Rekam Medik RSUD Ulin Banjarmasin. 2015. Angka Kejadian Hipertensi. Banjarmasin: RSUD Ulin Banjarmasin. Tim Penulis. 2015. Paduan Tugas Akhir: Akademi Kebidanan Sari Mulia dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin. Banjarmasin: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Widuri, H. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia (Aspek Mobilitas dan Istirahat Tidur). Yogyakarta: Gosyen Publishing. Brunner dan Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan Suddarth Edisi 12. Jakarta: EGC. Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. 2015. Survei Angka Kejadian Penyakit Tidak Menular di Banjarmasin. Banjarmasin: Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Khotimah, 2013. Stres sebagai faktor terjadinya peningkatan tekanan darah 138