BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

PERAN PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL (Studi Kasus: Perempuan dalam Industri Batik di Kabupaten Banyumas) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menempati posisi strategis dalam perekonomian di Indonesia

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA INDUSTRI GITAR DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2003 DAN TAHUN 2008

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia. kerakyatan yang tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Gambar 1.1 Skema Aerotropolis

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL KONVEKSI DI KAWASAN PIK PULOGADUNG

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di negara berkembang, seperti

STUDI EVALUASI PERANAN KOTA KECIL PADA SISTEM PERKOTAAN SEPANJANG KORIDOR JALAN REGIONAL KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR L2D

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. digunakan manajemen dalam mengetahui kondisi bisnis dan membantu

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian kota Binjai dilihat dari struktur PDRB riil kota Binjai yang menunjukkan karakteristik sebagai berikut : 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Unit Usaha di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering

BAB I PENDAHULUAN David W. Cravens, Pemasaran Strategi, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 1996, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan ekonomi jangka panjang untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang. Tetapi adanya perbedaan potensi sumberdaya keadaan prasarana dan pasar yang merupakan daya tarik lokasi, menyebabkan ketimpangan persebaran lokasi industri. Sejalan dengan kebijaksanaan pembangunan industri, maka telah diidentifkasikan beberapa wilayah Pusat Pertumbuhan industri (WPPI). Pemusatan di dalam ruang suatu wilayah akan memberikan keuntungan aglomerasi. Keuntungan ini akan berpengaruh terhadap arus penduduk investasi dan inovasi. Perpindahan faktor produksi tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan sektor industri dan pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Hal pokok yang menjadi pertimbangan pembangunan daerah saat ini adalah bagaimana wilayah dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri berdasarkan potensi sosial ekonomi dan karakteristik yang dimilikinya. Artinya dalam konteks pengembangan sosial ekonomi saat ini, arah yang dituju dalam pengembangan wilayah adalah wilayah harus mandiri dan memiliki daya saing sehingga mampu berintegrasi ke dalam sistem perekonomian regional, nasional maupun global. Pengembangan wilayah harus menjadi suatu upaya menumbuhkan perekonomian wilayah dan lokal, sehingga wilayah dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri dengan memanfatkan sumber daya lokal. Strategi pengembangan wilayah bertumpu pada sumber daya lokal ini dikenal sebagai konsep pengembangan ekonomi lokal (local economic development). Ekonomi lokal sendiri adalah pengembangan wilayah yang sangat ditentukan oleh tumbuh kembangnya wiraswasta lokal yang ditopang oleh kelembagaan-kelembagaan di wilayah tersebut meliputi, pemerintah daerah, perguruan tinggi, pengusaha lokal dan masyarakat. Sedangkan menurut Firman (1999), definisi ekonomi lokal adalah sebagai berikut:

2 Penambahan suatu lokasi secara sosial-ekonomi dengan lebih mandiri, berdasarkan potensi-potensi yang dimilikinya, baik sumber daya alam, geografis, kelembagaan, kewiraswastaan, pendidikan tinggi, asosiasi profesi maupun lainnya. Ditumbuhkembangkan terutama oleh masyarakat lokal (lokal community) itu sendiri. Dilakukan pada skala yang kecil Mengorganisasi serta mentrasformasi potensi-potensi ini menjadi penggerak bagi pembangunan lokal Diperlukan kehadiran para penggagas. Kriteria-kriteria dari ekonomi lokal antara lain sebagai berikut (Blakely, 1987): Bahan baku dan sumber daya lokal Dapat digerakan oleh penduduk lokal/sesuai dengan kemampuan (SDM) penduduk lokal Pengusaha dan tenaga kerja dominan adalah tenaga kerja lokal Melibatkan sebagian besar penduduk lokal Skala pelayanan kecil ditunjukan oleh jumlah investasi dan jumlah tenaga kerja Terdapat organisasi/kelompok kegiatan ekonomi Terdapat keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain Memunculkan wiraswasta baru. Tujuan dari pembangunan ekonomi lokal adalah untuk memberikan kesempatan kerja serta mampu memperbaiki masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang ada. Dalam pembangunan ekonomi antara lain disebutkan bahwa: a) Pembangunan memfokuskan pada pengurangan kemiskinan, pembangunan perdesaan, polarisasi sosial serta perubahan pola pikir. b) Terminologi lokal atau daerah ekonomi menggambarkan area geografis suatu kekuasaan pemerintahan. c) Daya saing adalah kemampuan suatu usaha untuk menciptakan keseimbangan baru.

3 Konsep pengembangan ekonomi lokal yang dikemukakan oleh Blakely memiliki 4 komponen, yaitu: a. Penyerapan tenaga kerja b. Dasar pengembangan c. Lokasi d. Sumber daya ilmu Sasaran utama pembangunan ekonomi dalam konsep pengembangan ekonomi lokal ini adalah meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja yang tersedia, yang diperoleh dari pengembangan potensi ekonomi yang ada pada suatu masyarakat. Karena dengan peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja yang tersedia tersebut, dalam proses jangka panjang, akan memicu terjadinya peningkatan produktivitas dan kesejateraan suatu masyarakat. Untuk mencapai peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja tersebut, masyarakat suatu daerah harus mampu untuk mengambil suatu inisiatif dalam memikirkan dan mengidentifikasikan potensi-potensi sumber daya yang dimiliki, untuk membangun dan mengembangkan perekonomian daerahnya. Karena itu konsep pengembangan ekonomi lokal. Lebih banyak ditekankan pada penumbuhan dan pengembangan peran, partisipasi dan inisiatif masyarakat lokal dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan hidupnya. Dalam pengembangan ekonomi lokal, bila dikaitkan dengan kegiatan sektor ekonomi yang terdapat di suatu wilayah tidak akan terlepas dari bagaimana sektor ekonomi tersebut dapat berperan sebagai pemacu berkembangnya sektor-sektor lain di wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan memiliki keterkaitan yang kuat dengan karakter dan potensi lokal, maka kegiatan bersangkutan akan memberikan keuntungan bagi masyarakat dan perekonomian setempat, selain itu, cenderung akan menggunakan bahan baku dan bahan penolong dari wilayahnya sendiri sehingga multiplier pengembangan industri akan jatuh di daerahnya sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Yeates dan Gardner (dalam Herawati, 2003) yang menyatakan bahwa industri merupakan salah satu faktor penting dalam mekanisme perkembangan serta pertumbuhan wilayah dan kota melalui efek multiplier dan inovasi yang ditimbulkannya. Kemampuan suatu kegiatan ekonomi utama untuk menciptakan efek

4 multiplier yang antara lain berupa munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan pendapatan akan memberikan dampak besar bagi pengembangan wilayah (Tarigan, 2004). Sejak mulai diperkenalkan konsep PEL pada Tahun 1960an, konsep pengembangan ekonomi lokal (PEL) telah diperluas. Ide yang melatarbelakangi konsep dan strategi PEL yang berkembang saat ini adalah bahwa seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan di suatu wilayah semata-mata ditujukan untuk memperbaiki kualitas hidup seluruh anggota masyarakat yang ada didalamnya. Selain itu konsep pengembangan ekonomi lokal sangat ditentukan oleh tumbuh dan berkembangnya wirausaha lokal dengan memanfaatkan potensi ekonomi ekonomi yang ada (Coffey dan Polese, 1984.), dengan menempatkan pemberdayaan masyarakat sebagai dasar pendekatannya, dimana masyarakat tidak dijadikan objek dari program pembangunan tetapi sebagai subjek pembangunan. Dalam pengembangan lokal, konsep PEL merujuk pada pertumbuhan ekonomi yang dimulai pada tingkat lokal dan terjadi pada kondisi yang sudah ada. Dalam konteks PEL keberadaan industri kecil memiliki peranan yang penting. Industri kecil umumnya berkembang karena adanya semangat kewirausahaan lokal. Disamping itu aktifitas ekonomi industri kecil lebih mengutamakan pemanfataan sumber daya lokal, terutama input bahan baku, dan tenaga kerjanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberadaan industri kecil dapat berpotensi sebagai penggerak tumbuhnya kegiatan ekonomi lokal di suatu wilayah. Perkembangan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya alam yang menjadi bahan baku kegiatan industri. Konsep demikian dapat dilihat pada salah satu kawasan industri kecil, yaitu sentra industri kaos yang merupakan kawasan aglomerasi karena lokasinya yang terpusat dan berada pada satu lokasi. Lokasi ini berada di Jalan PH.Mustopha (Suci). Suci sendiri merupakan kepanjangan dari gabungan 2 daerah (Cicaheum-Surapati) yang berada di Kota Bandung

5 Aglomerasi Industri sendiri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar pengelolanya dapat optimal. Gejala aglomerasi industri itu disebabkan karena hal-hal berikut (Soepono, 2002): 1. Adanya persaingan industri yang semakin hebat dan semakin banyak. 2. Melaksanakan segala bentuk efisiensi di dalam penyelenggaraan industri. 3. Untuk meningkatkan produktivitas hasil industri dan mutu produksi. 4. Untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan industri. 5. Untuk mempermudah kontrol dalam hubungan tenaga kerja, bahan baku, dan pemasaran. 6. Untuk menyongsong dan mempersiapkan perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik yang dimulai tahun 2020. 7. Melakukan pemerataan lokasi industri sesuai dengan jumlah secara tepat dan berdaya guna serta menyediakan fasilitas kegiatan industri yang berwawasan lingkungan. Keberhasilan proses aglomerasi (pemusatan) industri banyak ditentukan oleh faktor teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen, dan lain-lain. Pada Negara-negara yang sedang mengalami aglomerasi industri, terdapat dualisme bidang teknologi. Dualisme teknologi adalah suatu keadaan dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang menggunakan tehnik dan organisasi produksi yang sangat berbeda karakteristiknya. Kondisi ini mengakibatkan perbedaan besar pada tingkat produktivitas di sektor modern dan sektor tradisional, seperti keadaan berikut ini : a. Jumlah penggunaan modal dan peralatan yang digunakan. b. Penggunaan pengetahuan teknik, organisasi, dan manajemen. c. Tingkat pendidikan dan keterampilan para pekerja. Faktor-faktor ini menyebabkan tingkat produktivitas berbagai kegiatan sektor modern sering kali tidak banyak berbeda dengan kegiatan yang sama yang terdapat di Negara maju. Sebaliknya sektor tradisional menunjukkan perbedaan banyak karena keadaan sebagai berikut : a. Terbatasnya pembentukan modal dan peralatan industri.

6 b. Kekurangan pendidikan dan pengetahuan. c. Penggunaan teknik produksi yang sederhana. d. Organisasi produksi yang masih tradisional. Terdapat dua macam aglomerasi, yaitu aglomerasi produksi dan aglomerasi pemasaran (Soepono, 2002). Dikatakan aglomerasi produksi bilamana tiap perusahaan yang mengelompok/kluster atau beraglomerasi mengalami eksternalitas positif di bidang produksi, artinya biaya produksi perusahaan berkurang pada waktu produksi perusahaan lain bertambah. Aglomerasi pemasaran adalah perusahaan-perusahaan dagang atau banyak toko mengelompok dalam satu lokasi. Ada eksternalitas belanja (shopping externality) yang dapat dinikmati yaitu penjualan suatu toko dipengaruhi oleh toko lain disekitarnya. Ada dua produk yang menimbulkan eksternalitas belanja, yaitu barang subtitusi tidak sempurna dan barang komplementer. Barang subtitusi tidak sempurna merupakan barang yang mirip namun tidak sama, pembeli membutuhkan perbandingan (comparison shopping) menyangkut corak, harga, kualitas dan merek sebelum memutuskan untuk membeli. Misalnya dalam membeli sepeda motor, ada Honda, Yamaha, Susuki, Kawasaki dan yang lain-lain. Barang komplementer adalah barang-barang saling melengkapi, misalnya kopi dan gula, CD dan CD Player, toko baju olah raga dengan sepatu olah raga, dan lain-lain.(www.wikipedia.com) Industri kaos di Kawasan Suci ini tumbuh ketika krisis ekonomi tengah melanda negeri ini tahun 1998. Orang-orang yang kehilangan pekerjaan saat itu bertahan hidup dengan menyablon kaos dan mendirikan warung kaos disekitar Jalan Suci, dan terbukti kaos memberi mereka kehidupan sampai hari ini. Industri kaos Suci tergolong industri kecil karena jumlah tenaga kerjanya rata-rata 3-6 orang untuk 1 industri (BPS, 2002: 96). Munculnya industri kaos Suci seperti teori pertumbuhan yang bermula dari 1 industri yang kemudian berkembang menjadi banyak dan mengumpul di satu wilayah. Adapun jenis-jenis barang yang diproduksi selain kaos sablon yaitu jaket, spanduk, topi, plakat, pamflet, serta menerima bordiran dan lainnya.

7 Untuk hasil produksinya selain didistribusikan di Kota Bandung juga dikirim ke daerah sekitar Kota Bandung bahkan luar Kota Bandung. Umumnya sentra industri kaos yang terdapat di daerah Suci menerima pesanan dalam jumlah banyak. Pesanan kebanyakan berasal dari para pengusaha/perusahaan di bidang perdagangan, dari kelompok/organisasi seperti universitas, Perkantoran dan perusahaan-perusahaan yang berasal dari Kota Bandung maupun daerah sekitar Kota Bandung dan daerah di luar Kota Bandung. Industri kaos Suci terhitung sampai sekarang berjumlah ± 300 produsen. Jumlah yang demikian otomatis penyerapan jumlah tenaga kerja semakin tinggi dan juga ikut melonjak juga jumlah pemesan bahan baku industri kaos. Selain itu lokasi industri yang strategis karena mudah dijangkau serta aglomerasi industri kaos Suci sehingga menarik untuk dijadikan bahan penelitian. Dengan keberadaan industri kaos dapat memberikan peluang untuk masyarakat sekitar industri kaos untuk menciptakan kegiatan ekonomi lokal misalnya, membuka warung makan, toko kelontong, counter voucher pulsa handphone, yang berpotensi menciptakan wiraswasta baru. Selain itu dalam hal penyerapan tenaga kerja dan penyediaan bahan baku industri, masyarakat dapat terlibat sebagai tenaga kerja industri dan menyediakan bahan baku guna penunjang kegiatan proses produksi pada industri. Dengan demikian dapat dijelaskan yang menjadi kajian studi ini yaitu melihat apakah potensi industri kaos berpengaruh terhadap ekonomi lokal masyarakat sekitar kawasan industri yang memacu pada kriteria ekonomi lokal. Karakteristik industri kaos dalam hal ini yaitui: bahan baku, tenaga kerja, pengusaha, dan kegiatan proses produksi. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang, potensi industri kaos Suci dapat memberikan peluang untuk masyarakat sekitar industri kaos Suci, yaitu dengan menciptakan kegiatan ekonomi dan menciptakan wiraswasta baru. Sama halnya dalam penyerapan

8 tenaga kerja dan penyediaan bahan baku industri, masyarakat dapat terlibat sebagai tenaga kerja industri dan menyediakan bahan baku guna penunjang kegiatan proses produksi pada industri. Selain itu aglomerasi yang terjadi sehingga dalam perkembangannya industri kaos Suci perlu dilihat potensi terhadap ekonomi lokal. Untuk itu dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana karakteristik beberapa industri kaos di kawasan Suci berdasarkan kriteria ekonomi lokal? Jenis kegiatan ekonomi apa saja yang timbul akibat adanya industri kaos? Apakah potensi industri kaos berpengaruh terhadap ekonomi lokal? Bagaimana dampak aglomerasi yang terjadi di kawasan industri kaos Suci? 1.3 TUJUAN Tujuan dari penelitian Analisis Potensi Industri Kaos Terhadap Ekonomi Lokal yaitu mengetahui potensi industri kaos terhadap ekonomi lokal kawasan sekitar industri kaos Suci. 1.4 SASARAN Perumusan sasaran dilakukan dengan mengacu pada kriteria ekonomi lokal yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan demikian sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Mengidentifikasi karakteristik industri kaos, dilihat dari bahan baku, pengusaha, tenaga kerja, dan rantai produksi. 2. Mengidentifikasi Jenis kegiatan ekonomi apa saja yang timbul akibat adanya industri kaos 3. Mengidentifikasi pengaruh potensi industri kaos terhadap ekonomi lokal 4. Mengidentifikasi dampak aglomerasi yang terjadi di kawasan industri kaos Suci

9 1.5 RUANG LINGKUP Ruang lingkup dalam pembahasan ini terdiri atas ruang lingkup wilayah dan materi. Ruang lingkup wilayah menjelaskan mengenai cakupan wilayah yang menjadi kajian sedangkan ruang lingkup studi materi menjelaskan mengenai materi-materi yang terkait dengan kajian studi 1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah yang menjadi kajian studi Analisis Potensi Industri Kaos Terhadap Ekonomi Lokal yaitu di Kawasan Suci yang berada di Jalan Surapati Kota Bandung. Daerah Suci termasuk ke dalam Kecamatan Cibeunying Kaler, Kelurahan Cihaurgelis dengan luas wilayah Kecamata 436,30 Ha, yang termasuk dalam Wilayah Pengembangan Cibeunying. Batasan wilayah studi untuk industri kaosnya yaitu semua industri kaos yang berada di sepanjang Jalan.Surapati. Pertimbangan memilih kawasan ini yaitu agar informasi yang dibutuhkan lebih banyak dan beragam sehingga dapat membantu menjawab studi penelitian yang diteli. Sedangkan untuk lokal ekonominya yaitu masyarakat sekitar industri kaos dengan jarak 100 meter kebelakang, baik itu koridor kiri jalan mupun koridor kanan jalan. Alasan/pertimbangan memilih kawasan Suci Surapati sebagai lokasi penelitian, karena dominasi daerah Suci sebagai kawasan industri kecil serta polanya yang mengumpul/aglomerasi. Selain itu juga kawasan Suci merupakan kawasan yang ramai dengan kegiatan ekonomi, serta adanya kegiatan peribadatan dan perkantoran, sehingga menarik untuk dijadikan bahan penelitian. 1.5.2 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi dari penelitian ini difokuskan pada kriteria ekonomi lokal menurut Blakely dan aglomerasi industri yang telah dijelaskan di latar belakang studi. 1.6 METODOLOGI PENELITIAN Metode yang akan digunakan dalam penyusunan penelitian ini yaitu metode pengumpulan data, pengambilan sampel dan metode pengambilan sampel dan metode analisis yang akan diuraikan sebagai berikut:

10 1. Metode pengumpulan data Data dan informasi yang digunakan dalam studi ini diperoleh dari: a) Data Sekunder Data sekunder, berupa data yang diperoleh secara tidak langsung seperti data dari instansi, literatur dan koran. Metode ini merupakan langkah untuk memperoleh data dan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan studi yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. Adapun data-data yang diperoleh dari instansi antara lain: 1. Profil Kota Bandung (Kota Bandung dalam angka Tahun 2009), diperoleh dari Kantor BPS Provinsi Jawa Barat. 2. Monografi Kecamatan Cibeunying Kaler dan Kecamatan Cibeunying dalam angka Tahun 2009, diperoleh dari Kantor Kecamatan Cibeunying Kaler 3. RTBL 5 sentra kawasan Industri dan Perdagangan dan RDTR WP Cibeunying, diperoleh dari Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung 4. RTRW Kota Bandung, diperoleh dari Kantor Bappeda Kota Bandung 5. Data industri di Kota Bandung, diperoleh di Departemen Perindustrian Kota Bandung 6. Profil sentra industri-industri Kaos Suci, diperoleh di kantor Koperasi para pengusaha industri kaos Suci b) Data primer Data primer, berupa data yang diperoleh secara langsung atau dari pengamatan di lokasi studi. Metode data primer dilakukan dengan 2 cara, yaitu metode wawancara dan metode penyebaran kuesioner. Survei primer dilakukan kepada para masyarakat sekitar dan juga kepada para pekerja industri kaos. Adapun data-data yang diperoleh dari survei langsung antara lain: 1. Kondisi eksisting kawasan industri kaos Suci melalui pengamatan 2. Proses produksi industri kaos, melalui survei wawancara dan kuesioner 3. Kegiatan ekonomi masyarakat sekitar, melalui pengamatan 4. Pengusaha, tenaga kerja, jenis-jenis produk industri dan bahan baku industri kaos, melalui wawancara dan kuesioner

11 5. Jumlah industri kaos Suci, melalui pengamatan 2. Metode Penentuan sampel kuesioner Dalam penentuan sampel kuesioner, digunakan populasi sampel yaitu semua populasi dijadikan sampel. Populasi dalam hal ini yaitu para pengusaha industri kaos. Populasi dalam penelitian ini bersifat homogen. Hal ini dilihat berdasarkan jenis produksi yang umumnya memproduksi produk konveksi dan percetakan. Selain itu juga dilihat berdasarkan jumlah tenaga kerja yang umumnya diklasifikasikan sebagai industri kecil menengah. Untuk jumlah kuesioner yang disebarkan kepada semua populasi dalam hal ini pengusaha industri kaos yaitu sebanyak 100 kuesioner, namun yang berhasil terkumpul yaitu sebanyak 60 kuesioner/responden. Kendati demikian jumlah tersebut dirasa telah mewakili jumlah responden yang berjumlah 100 responden. Adapun variabel -variabel yang digunakan dalam memperoleh informasi yang berkaitan dengan studi penelitian ini, antara lain yaitu variabel industri kaos dan masyarakat (ekonomi lokal), lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini: Tabel 1.1 Variabel Industri Kaos Variabel Karakteristik Metode Pengusaha Tempat tinggal Survei sekunder, wawancara, survei lapangan, Kepemilikan tempat usaha kuesioner Tenaga kerja Bahan baku Rantai produksi Aglomerasi Jumlah tenaga kerja lokal yang bekerja pada industri kaos Sekitar sentra industri kaos Suci Luar kawasan sentra industri kaos Proses produksi untuk semua jenis produk yang terdapat pada sentra industri kaos Suci Keterlibatan masyarakat dalam rantai produksi Dampak aglomerasi terhadap industri kaos Suci Survei sekunder, wawancara, survei lapangan, kuesioner Survei sekunder, wawancara, survei lapangan, kuesioner Survei sekunder, wawancara, survei lapangan, kuesioner Survei sekunder, wawancara, survei lapangan, kuesinoner

12 3. Metode analisis Metode analisis yang digunakan untuk mencapai sasaran dalam studi ini, terdapat beberapa tahapan yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis untuk penilitian ini yaitu Metode analisis statistik deskriptif dan kualitatif. Metode Analisis Data adalah metode pengecekkan data yang telah diperoleh melalui melalui observasi atau penelitian. Penganalisaan data dimulai dari pengumpulan data, pengkajian data dan mengambil sebuah kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. Sehubungan dengan penelitian tentang Analisis Potensi Industri Kaos Terhadap Ekonomi Lokal. Analisis statistik deskriptif adalah analisis yang bertujuan untuk menyajikan, menggambarkan data baik dalam bentuk tabel, ataupun diagram, dengan tujuan untuk menggambarkan karakteristik industri kaos yang berpedoman pada kriteria ekonomi lokal. Setelah dilakukan analisis terhadap karakteristik industri kaos, maka dibuat kesimpulan

13 1.7 Kerangka Pemikiran Kebijakan Ruang Aglomerasi industri kaos Jalan Suci Ekonomi Lokal Dampak Aglomerasi Terhadap Industri Tenaga kerja Pengusaha Industri kaos Karakteristik industri kaos Rantai produksi Bahan baku Bahan baku Pengusaha dan tenaga kerja dominan tenaga kerja lokal keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain, Memunculkan wiraswasta baru. Kesesuaiann Kawasan Industri Kaos Suci terhadap kebijakan keruangan Kota Bandung Dampak industri kaos terhadap ekonomi lokal Kesimpulan dan Rekomendasi

14 1.8 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang isi penelitian ini, maka sub bab ini berisikan sistematika pembahasan penelitian sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang dasar pemikiran penelitian yang meliputi : latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, serta sistematika pembahasan laporan. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini secara umum menjelaskan mengenai tinjauan-tinjauan, referensi-referensi yang berkaitan dengan penelitian ini Bab III Gambaran Umum Industri Kecil Menengah Di Kota Bandung Bab ini berisi tentang gambaran umum tentang wilayah/lokasi penelitian. Gambaran tentang industri kecil menengah di Kota Bandung, gambaran umum tentang sentrasentra perdagangan dan industri di Kota Bandung, dan gambaran umum tentang karakteristik potensi industri kaos Suci. Bab IV Analisis Bab ini berisikan tentang pembahasan analisis karakteristik potensi industri kaos terhadap ekonomi lokal. antaralain: analisis karakteristik pengusaha, analisis karakteristik tenaga kerja, analisis bahan baku industri, analisis rantai produksi, analisis dampak industri kaos terhadap kegiatan ekonomi di sekitar industri kaos, analisis potensi industri kaos Suci terhadap ekonomi lokal, analisis keruangan kawasan industri kaos Suci terhadap pendapatan, kenyamanan, dan munculnya outletoutlet industri kaos, dan analisis kesesuaian kawasan industri kaos Suci terhadap kebijakan penataan ruang. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil analisis-analisis yang dijelaskan pada bab IV. Serta rekomendasi yang diajukan setelah melihat hasil kesimpulan dari penelitian.