5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Perubahan strategik dalam tatanan pemerintahan Indonesia diawali. dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban. misi tersebut. Simamora (1995) mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki

UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (SP3K)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan petani merupakan arah dan tujuan pembangunan pertanian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman.

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

G U B E R N U R J A M B I

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN

DUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

PERANAN PENYULUHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR. Kata Kunci : Peranan, penyuluhan, dan kelapa sawit

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

NANI NUR AENI ABSTRAK

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

Profesionalisme POPT dan Tantangan Pembangunan Pertanian

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kerja adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu upaya untuk membantu kelancaran pembangunan pertanian yaitu

Transkripsi:

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) dan pelaku usaha 2. Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya 3. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha 4. Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang memiliki daya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik serta berkelanjutan 5. Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha 6. Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan 7. Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan. Fungsi penyuluhan pertanian terutama adalah memfasilitasi dan memotivasi proses pcmbelajaran pelaku utama dan pelaku usaha agar tercapai tujuan pengembangan Sumberdaya Manusia (SDM) dan peningkatan modal sosial, sehingga mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup. (Djuarsa, 1999).

Menurut Kartasapoetra (1994), Peran penyuluh memiliki tugas sebagai sumber informasi utama yang memegang peranan penting bagi para petani. Dalam melaksanakan tugasnya penyuluh pertanian memiliki tiga peranan penting, yaitu: 1. Berperan sebagai pendidik, memberikan pengetahuan atau cara-cara baru dalam kegiatan usahatani, agar petani lebih terarah dalam melakukan kegiatan usahataninya, meningkatkan hasil dan mengatasi kegagalan-kegagalan dalam usahataninya. 2. Berperan sebagai pemimpin, membimbing dan memotivasi para petani agar mereka dapat mengubah cara berpikir, cara kerjanya agar timbul keterbukaan dan kemudian diterapkan tata cara bertani baru yang lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga tingkat hidupnya akan lebih sejahtera. 3. Berperan sebagai penasehat, yang dapat melayani, memberikan petunjuk-petunjuk dan membantu petani baik dalam bentuk peragaan atau contoh kerja dalam berusahatani dan tempat memecahkan segala permasalahan yang dihadapi oleh para petani. Peran penyuluh adalah mengembangkan kekondusifan lingkungan belajar bagi sasaran penyuluhan untuk belajar secara mandiri, dan memberikan konsultasi bagi petani atau pengusaha agribisnis lain yang memerlukan. Penyuluh berkewajiban menyadarkan sasaran penyuluhan tentang adanya kebutuhan yang nyata (real need atau unfelt need) menjadi kebutuhan yang dirasakan {felt need). Penyuluh harus mampu mengajak sasaran penyuluhan berpikir, berdiskusi, menyelesaikan masalahnya, merencanakan dan bertindak bersama-sama sehingga terjadi pemecahan masalah dari mereka, oleh mereka, dan untuk mereka. Mengingat sangat pentingnya kedudukan dan peranan seorang penyuluh dalam melaksanakan kegiatannya, maka dipandang perlu ditetapkan tugas-tugas yang harus diembannya. Bahwa tugas seorang penyuluh pertanian (PPL) antara lain adalah: (1). Menyebarkan informasi pertanian yang bermanfaat, (2). Mengajarkan keterampilan yang baik, (3). Memberikan sarana atau rekomendasi usahatani yang lebih menguntungkan, (4). Mengupayakan sarana, fasilitas serta bahan informasi yang diperlukan, (5). Mengembangkan swakarya dan swadaya petani untuk mencapai penghidupan yang lebih sejahtera. ( Hasan, 2000). 8

Penyuluhan pertanian yang terutama ditujukan kepada petani dan keluarganya, pada dasarnya dimaksudkan untuk mengubah dalam arti agar mereka memiliki dan dapat meningkatkan prilakunya mengenai sikap yang lebih progresif, pengetahuan yang luas dan mendalam tentang ilmu pertanian yang berkaitan. Disamping itu juga keterampilan teknis berusaha tani yang lebih baik, dengan demikian dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk mengelola usaha taninya lebih efisien. Sasaran penyuluh pertanian yang utama adalah penyebaran informasi yang bermanfaat dan praktis bagi para petani di pedesaan dan kehidupan pertaniannya. Dengan demikian penyuluh pertanian merupakan jembatan penghubung antara sumber pengetahuan dengan para petani di lapangan yang bersifat praktis sehingga perlu adanya komunikasi yang dihubungkan melalui pelayanan penyuluh. Sedangkan tujuan dari penyuluhan pertanian adalah menumbuhkan perubahan-perubahan dalam bentuk pengetahuan, kecakapan, sikap, dan motif tindakan, diharapkan petani akan bersifat lebih terbuka, aktif, dan dinamis. Dengan demikian petani akhirnya harus mampu berfikir dan berpendapat sendiri untuk mencoba dan melaksanakan sesuatu yang pernah didengar dan dilihatnya. Perubahan petani agar mampu menggunakan teknologi baru dalam usaha taninya dapat didukung oleh keberadaan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang dilakukan secara terus menerus. Penyuluh pertanian berperan sebagai sasaran untuk ahli pengetahuan dari lembaga penelitian kepada petani namun demikian penyuluh tidak dapat berdiri sendiri tetapi hanya merupakan salah satu komponen fungsional dari sistem pembangunan pertanian. (Samsudin, 1994). Menurut Suhardiyono (1992), bahwa penggolongan metode penyuluhan pertanian terdiri dari : 1. Metode Perorangan yaitu metode penyuluhan yang ditujukan bagi petani secara perorangan yang memperoleh perhatian khusus dari penyuluh lapangan. 2. Metode Kelompok yaitu metode yang mengarahkan sasaran kegiatannya pada petani secara berkelompok atau kelompok tani. 3. Metode Massa yaitu kegiatan penyuluhan yang mengarahkan sasaran kegiatannya kepada masyarakat tani pada umumnya. 9

Kesediaan petani agar mau meningkatkan usahataninya hanya dapat didorong atau dirangsang dengan adanya kegiatan penyuluhan dan dalam usaha dibidang penyuluhan adalah penyuluhan dengan sistem Latihan dan Kunjungan Kerja yang tujuannya dapat menimbulkan komunikasi dua arah. Dengan komunikasi dua arah ini penyuluh akan dapat melakukan pendekatan secara penuh keakraban sehingga proses penerapan materi penyuluhan kepada petani berlangsung cepat. (Extensia,1998) Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluh pertanian adalah penyampaian informasi dan teknologi kepada penggunanya, informasi dan teknologi pertanian tesebut bisa disampaikan secara langsung dan tidak langsung dengan menggunakan media penyuluhan. Jenis-jenis media penyuluhan dapat berupa media cetak, media audio, media audio visual, dan media berupa objek fisik atau benda nyata. (Widodo, 2006). Menurut Mubyarto (1997), penyuluhan dapat dikatakan berhasil apabila pengetahuan petani akan sesuatu teknologi bertambah, ada penerimaan petani terhadap hal-hal yang dianjurkan penyuluh, petani bersedia bekerjasama dengan penyuluh juga dapat merubah sifat petani yang meruglkan serta pengetahuan praktis yang dimiliki petani bertambah. Persepsi dan pemahaman dari setiap pimpinan unit kerja maupun tugas penyuluh pertanian sangat dibutuhkan guna mencapai keserasian gerak langkah koordinasi sehingga dapat diciptakan keterkaitan kerja dalam satu kesatuan jaringan penyuluh pertanian yang utuh untuk melakukan program pembangunan pertanian dan memenuhi aspirasi usaha petani. Dalam keberhasilan penyuluh diperlukan adanya hubungan yang baik antara penyuluh dan petani. Dengan adanya persepsi yang benar tentang peranan penyuluh pertanian lapangan terhadap petani maka semakin efektif penyuluhan tersebut. (Sinar tani, 1996). Kebijakan pemerintah tentang materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat petani secara umum. Berbagai hasil penelitian atau penemuan baru sering dijadikan pemerintah sebagai program unggulan dalam penyuluhan pertanian. Untuk itu proses penyebarannya harus didukung dengan pengunaan metode yang tepat, yang dapat menyebarkan program pemerintah dengan cepat dan menjangkau sasaran hampir setiap daerah. (Kusnadi, 1994). 10

2.2. Kelompok Tani a Untuk memperlancar proses penyuluhan dan mempercepat proses adopsi adalah melalui pembentukan kelompok tani dan kontak tani, yang mana para anggotanya terdiri dari petani yang telah terpengaruh dan menerapkan teknologi baru. Tiap petani yang telah terpengaruh dan menerapkan teknologi baru diharapkan pula dapat mempengaruhi sejumlah petani lainnya. Dengan demikian dalam waktu tidak terlalu lama kebanyakan petani di desa itu dapat menerapkan cara-cara atau hal-hal yang telah disuluhkan. Kelompok tani adalah sekumpulan petani yang bersifat non formal yang bergabung atas kesadaran bersama dan azas kekeluargaan yang mempunyai kepentingan bersama dalam berusaha tani. (Kastasapoetra, 1998). Menurut Mardikanto (1993). Pengertian kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri dari petani dewasa (Pria/Wanita) maupun petani-taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang kontak tani.. Petani-petani yang tergabung dalam kelompok tani dan semua petani pada umumnya merupakan sasaran penyuluhan, maka akan terlihat apakah pengaruh penyuluhan berupa anjuran-anjuran sampai juga akhirnya kepada petani-petani yang bukan anggota kelompok tani, semakin banyak sasaran penyuluh yang melaksakan anjuran-anjuran tersebut maka semakin efektif suatu penyuluhan. Penyuluhan yang berhasil antara lain dapat menumbuhkan kebutuhan akan penyuluhan dikalangan petani, sehingga setiap kali petani sendirilah yang merasa perlu untuk hadir dalam acara-acara penyuluhan, dan tidak perlu harus merasa dipaksa atau diharuskan oleh pihak lain berarti semakin sering mereka menghadiri acara penyuluhan maka semakin efektif suatu penyuluhan. (Slamet, 2002 dalam Lubis, 2007). Pembinaan petani diperlukan dalam menujang terwujudnya petani yang tangguh dan mampu menggelola usaha taninya secara swadana dan swadaya. Perlunya pembinaan aspek sosial ekonomi dikarenakan sifat petani itu sendiri, dimana petani tergolong kepada petani kecil yang selalu berprilaku dan 11

mempunyai sifat-sifat yang Icurang tanggap terhadap usaha pembaharuan. (Sastraatmaja, 1995). Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Riau (1999), bahwa kelompok tani terbagi dalam 4 kelas dengan ciri-cirinya: 1. Kelas Pemula, ciri-cirinya yaitu Kontak tani masih belum aktif, taraf pembentukan kelompok tani, dan kegiatan kelompok bersifat informatif 2. Kelas Lanjut, ciri-cirinya yaitu : Menyelenggarakan denfarm dan gerakan-gerakan terbatas, kegiatan kelompok masih dalam perencanaan, kontak tani mampu memimpin gerakan kerjasama kelompok tani. 3. Kelas Madya, ciri-cirinya yaitu : Kelompok tani menyelenggarakan usaha tani sehamparan, kontak tani ini bertindak sebagai pemimpin, berlatih mengembangkan program sendiri. 4. Kelas Utama, ciri-cirinya yaitu : Hubungan melembaga koperasi, perencanaan program tahunan untuk meningkatkan produktifitas dan pendapatan, program usahatani terpadu, program disesuaikan dengan koperasi, pemupukan modal dan pemilikan atau penggunaan dana modal. Hermanto (1998), menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan formal yang ada pada petani dapat diatasi dengan meningkatkan peranan pembinaan melalui penyuluhan kepada petani. Karena penyuluhan adalah pendidikan non formal yang dapat diterapkan dan diikuti oleh petani dan keluarganya. 2.3. Usaha Meningkatkan Produktivitas Usaha Tani Sejalan dengan tujuan pembangunan tersebut pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, nelayan, memperluas lapangan kerja, kesempatan usaha, mengisi dan memperluas pasar, melalui pertanian yang maju, efisien dan tangguh sehingga makin mampu meningkatkan hasil, mutu dan derajat pengolahan produksi serta menunjang pembangunan daerah. (Pedoman Penyuluh Pertanian Spesifik Lokalita, 1996) 12

Syarat kecukupan merupakan lingkungan yang memperlancar mekanisme kerja"penyuluhan Sistem Agribisnis", yakni: (1) kebijakan pemerintah tentang pembangunan pertanian melalui pendekatan agribisnis, serta kebijakan pemerintah tentang fungsi dan peran penyuluhan dalam pembangunan pertanian, (2) situasi perekonomian makro yang stabil dan dinamis dan memberikan iklim yang baik bagi berkembangnya usaha pertanian, (3) situasi sosial politik yang stabil sehingga tidak mempengaruhi aktivitas dan pertumbuhan ekonomi secara makro, (4) kondisi infra struktur yang memadai sehingga memudahkan dan memperlancar pelaksanaan proses produksi dan proses pemasaran hasil, (5) dukungan fungsi-fungsi Iain, seperti: lembaga penelitian, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pasar yang kuat untuk menjual hasil produksi dan hasil olahannya, pelayanan informasi agribisnis, lembaga keuangan dan asuransi. Agar fungsi-fungsi itu dapat bersinergi dengan baik maka fungsi-fungsi itu agar memiliki persepsi dan sikap yang sama tentang sistem agribisnis. Faktor terpenting dalam peningkatan produksi pangan adalah peningkatan kemampuan petani untuk melaksanakan usaha pertanian dengan wawasan agribisnis, dimana aspek pemberdayaan petani merupakan prasyarat partisipasi petani dan untuk itu akan dilaksanakan pelayanan, bimbingan, pelatihan dan penyuluhan yang memadai serta menyediakan sarana produksi dukungan organisasi dan koordinasi di berbagai tingkat kelembagaan pemerintah, masyarakat pedesaan dan penyediaan kredit usaha tani (KUT). (Prakosa, 1999) Visi pembangunan pertanian saat ini adalah pertanian yang modem, tangguh dan efisien untuk mewujudkan hal itu ada 4 aspek kemampuan dan sekaligus meneruskan misi pengembangan pertanian yaitu: 1. Mampu mengelola dan memanfaatkan semua potensi sumber daya pertanian secara optimal yaitu lahan perairan pantai, iklim, teknologi, sarana dan prasarana. 2. Mampu mengatasi masalah tantangan alam dan hambatan lainnya. 3. Mampu melakukan penyesuaian pola dan stuktur produksi terhadap masalah lainnya. 13

4. Mampu menciptakan peranan yang luas dalam pembangunan daerah sehingga dapat mewujudkan perluasan lapangan kerja sekaligus meningkatkan kesejahteraan. (Hamid, 1999) Untuk keberhasilan penyuluhan sistem agribisnis di masa depan, maka penyuluhan sistem agribisnis agar dilakukan oleh "penyuluh profesional," yang dapat berasal dari penyuluh dinas ataupun penyuluh swasta, yang mempunyai kompetensi dan komitmen diri yang tinggi untuk menjaga profesionalisme penyuluh. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi secara mendasar pemahaman dan strategi pembangunan termasuk juga sektor pertanian, peluang untuk mendayagunakan potensi sumber daya alam, sebagai sumber kesejahteraan dan kemajuan bangsa semakin besar. Hal penting yang harus diperhatikan adalah hakikat pembaharuan dalam tradisi pertanian kita, yaitu tradisi yang mengikuti pola alam yang bekerjasama dengan alam melalui rekayasa teknologi sosial dan ekonomi untuk kehidupan manusia. Rendahnya produktivitas petani disebabkan antara lain karena tingkat pendidikannya rendah, sehingga untuk meningkatkan kualitasnya diperlukan pendidikan yang cocok bagi para petani yaitu pendidikan non formal yang bersifat kemitraan, pemecahan masalah dikelompok, keputusan bersama dengan anggota kelompok, belajar lewat pengalaman, melakukan, mengalami, dan menemukan sendiri, teori dan praktek di lapangan. Oleh karena itu pembangunan pertanian yang dilaksanakan perlu difokuskan untuk mengurangi kemiskinan penduduk di pedesaan antara lain dengan meningkatkan produktivitasnya, agar pendapatan petani meningkat dan terjadi peningkatan kesejahteraan ekonomi petani. (Soedijanto, 2004). 14