Realisasi Triwulan I-2015

dokumen-dokumen yang mirip
T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2017

Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Triwulan IV 2016

Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Triwulan IV 2016

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2016

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan II 2016

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2018

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan II 2017

Realisasi Triwulan III 2017

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

S e p t e m b e r

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

S e p t e m b e r

Alamat Redaksi: Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 16 Jl. M.H.

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 17 Jl. M.H.

S e p t e m b e r

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 17 Jl. M.H.

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 3 Neraca Pembayaran Indonesia

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Tabel 1 Neraca Pembayaran Indonesia: Ringkasan

BERITA RESMI STATISTIK

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

Analisis Perkembangan Industri

BPS PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

Analisis Perkembangan Industri

BPS PROVINSI JAWA BARAT

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD) 2014*

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD)

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD) 2014*

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

BPS PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN

Realisasi 2007 Proyeksi 2008 Februari 2008

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD)

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD)

BPS PROVINSI JAWA BARAT

1. Tinjauan Umum

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor Sumatera Selatan Agustus 2017

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN JULI 2016*

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Perdagangan Indonesia

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

Analisis Perkembangan Industri

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

2. Ekspor Produk DKI Jakarta

Transkripsi:

Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan I-2015 1

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon : (021) 29816688 Faksimili : (021) 3501935 E-mail : BNP@bi.go.id Website : www.bi.go.id 2

Mei 2015 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan I-2015 3

DAFTAR ISI RINGKASAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA TRIWULAN I-2015 1 3 TRANSAKSI BERJALAN 4 Neraca Perdagangan Barang 4 Neraca Perdagangan Nonmigas 4 Neraca Perdagangan Migas 10 Neraca Perdagangan Jasa 12 Neraca Pendapatan Primer 13 Neraca Pendapatan Sekunder 13 TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL 14 Investasi Langsung 15 Investasi Portofolio 16 Investasi Lainnya 18 INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL 21 Boks 1: Perubahan Angka Statistik NPI Dibandingkan Publikasi Triwulan IV-2014 23 LAMPIRAN 4

DAFTAR TABEL Hal Hal Tabel 1 Ekspor Nonmigas menurut Kelompok Barang (Berdasarkan SITC) 5 Tabel 6 Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Negara Asal Utama 10 Tabel 2 Ekspor Nonmigas menurut Negara Tujuan Utama 6 Tabel 7 Perkembangan Ekspor Minyak 11 Tabel 3 Perkembangan Ekspor Komoditas Nonmigas Utama (Berdasarkan HS) 8 Tabel 8 Perkembangan Impor Minyak (f.o.b) 12 Tabel 4 Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Kelompok Barang 9 Tabel 9 Perkembangan Ekspor Gas 12 Tabel 5 Impor (c.i.f) Komoditas Nonmigas Utama 10 Tabel 10 Indikator Sustainabilitas Eksternal 21 DAFTAR GRAFIK Hal Hal Grafik 1 Neraca Pembayaran Indonesia 3 Grafik 13 Perkembangan Investasi Langsung 15 Grafik 2 Transaksi Berjalan 4 Grafik 14 Perkembangan PMA menurut Sektor Ekonomi 15 Grafik 3 Neraca Perdagangan Nonmigas 4 Grafik 15 Perkembangan PMA menurut Negara Asal 16 Grafik 4 Neraca Perdagangan Migas 10 Grafik 16 Perkembangan Investasi Portofolio 16 Grafik 5 Perkembangan Harga Minyak Dunia 11 Grafik 17 Perkembangan Posisi Kepemilikan SBI & SUN oleh Asing 17 Grafik 6 Perkembangan Neraca Perdagangan Jasa 12 Grafik 18 Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG 17 Grafik 7 Pembayaran Jasa Freight 12 Grafik 19 Perkembangan Indeks Bursa di Beberapa Negara ASEAN 17 Grafik 8 Neraca Jasa Travel 13 Grafik 20 Investasi Portofolio menurut Sektor Institusi 18 Grafik 9 Perkembangan Neraca Pendapatan 13 Grafik 21 Perkembangan Investasi Lainnya 18 Grafik 10 Perkembangan Remitansi Tenaga Kerja 14 Grafik 22 Transaksi Aset Investasi Lainnya Sektor Swasta 18 Grafik 11 Posisi Tenaga Kerja Indonesia Tw. I-2015 14 Grafik 23 Transaksi Kewajiban Investasi Lainnya Sektor Swasta 19 Grafik 12 Transaksi Modal dan Finansial 14 Grafik 24 Perkembangan Pinjaman LN Sektor Publik 19 5

6 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

RINGKASAN Kinerja Transaksi Berjalan triwulan I-2015 membaik, terutama didorong oleh menurunnya defisit neraca migas. Defisit transaksi berjalan turun dari USD5,7 miliar (2,6% PDB) pada triwulan IV-2014 menjadi USD3,8 miliar (1,8% PDB) di triwulan I-2015. Defisit tersebut juga lebih rendah dari defisit pada triwulan yang sama pada 2014 sebesar USD4,1 miliar (1,9% PDB). Peningkatan kinerja transaksi berjalan terutama ditopang oleh perbaikan neraca perdagangan migas seiring menyusutnya impor minyak karena harga minyak dunia yang lebih rendah dan turunnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebagai dampak positif dari reformasi subsidi yang ditempuh Pemerintah. Di sisi nonmigas, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat lebih rendah akibat turunnya ekspor nonmigas (-8,0% yoy) seiring dengan dalamnya penurunan harga komoditas, meskipun impor nonmigas juga mencatat penurunan -3,7% (yoy) di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat. Perbaikan kinerja transaksi berjalan juga disumbang oleh berkurangnya defisit neraca jasa mengikuti turunnya impor barang, berkurangnya pengeluaran wisatawan nasional selama berkunjung ke luar negeri, dan turunnya neraca pendapatan primer seiring dengan pola musimannya. Sementara itu, di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global, Transaksi Modal dan Finansial triwulan I-2015 tetap surplus. Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan I-2015 mencapai USD5,9 miliar, terutama ditopang oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio dan investasi langsung. Pada investasi portofolio, meskipun investor asing tercatat melakukan net jual atas surat berharga berdenominasi rupiah pada Maret 2015 akibat meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global, aliran masuk modal portofolio asing pada triwulan I-2015 secara akumulatif mencapai USD8,4 miliar, jauh lebih besar dari inflow pada triwulan IV-2014 sebesar USD62 juta. Derasnya inflow pada triwulan I-2015 tersebut tidak hanya bersumber dari penerbitan surat berharga global oleh Pemerintah, namun juga karena masih kuatnya pembelian investor asing terhadap surat berharga negara berdenominasi rupiah dan saham pada periode Januari-Februari 2015. Namun demikian, surplus transaksi modal dan finansial triwulan I-2015 lebih rendah dibandingkan dengan surplus triwulan sebelumnya yang mencapai USD8,9 miliar terutama karena meningkatnya penempatan simpanan sektor swasta di luar negeri dan penarikan pinjaman luar negeri swasta yang lebih rendah. Perbaikan transaksi berjalan dan surplus transaksi modal dan finansial menyebabkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I-2015 secara keseluruhan surplus. NPI triwulan I-2015 mencatat surplus sebesar USD1,3 miliar. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2015 tercatat sebesar USD111,6 miliar. Jumlah cadangan devisa ini cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 6,6 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional. 1

2 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA TRIWULAN I-2015 Di tengah melambatnya perekonomian Indonesia, proses perbaikan keseimbangan eksternal Indonesia ke arah yang lebih sehat terus berlanjut. Defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2015 turun menjadi USD3,8 miliar (1,8% PDB) dari USD5,7 miliar (2,6% PDB) pada triwulan IV-2014. Perkembangan positif transaksi berjalan tersebut terutama didukung oleh perbaikan neraca perdagangan migas sebagai dampak turunnya harga minyak dan implikasi reformasi subsidi yang ditempuh Pemerintah. Defisit neraca jasa menyusut mengikuti turunnya impor barang dan pola musiman jasa travel, sementara defisit neraca pendapatan primer menurun sesuai pola musimannya. Selain itu, menurunnya impor nonmigas sejalan dengan moderasi permintaan domestik juga ikut membantu perbaikan transaksi berjalan, meskipun penurunan impor nonmigas tersebut tidak mampu mengimbangi kontraksi pertumbuhan ekspor nonmigas sehingga surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat lebih rendah. Sementara itu, persepsi investor yang masih positif terhadap prospek perekonomian Indonesia yang disertai imbal hasil investasi yang menarik telah surplus transaksi modal dan finansial triwulan I-2015 hanya sebesar USD5,9 miliar, menurun dibandingkan dengan surplus pada triwulan sebelumnya yang mencapai USD8,9 miliar. Defisit transaksi berjalan triwulan I-2015 yang lebih rendah mampu dibiayai sepenuhnya oleh suplus transaksi modal dan finansial sehingga Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan mencatat surplus USD1,3 miliar. Surplus tersebut lebih kecil dibandingkan dengan surplus triwulan IV-2014 sebesar USD2,4 miliar. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2015 tercatat sebesar USD111,6 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2014 sebesar USD111,9 miliar (Grafik 1). Meski menurun, jumlah cadangan devisa per akhir Maret 2015 tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 6,6 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor, sehingga dipandang cukup kuat dalam mendukung ketahanan sektor eksternal dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. mendorong derasnya aliran masuk modal asing ke Indonesia. Arus masuk investasi asing meningkat signifikan dari USD7,7 miliar pada triwulan IV-2014 menjadi USD13,3 miliar pada triwulan I-2015, jumlah yang relatif sama dengan yang tercatat pada periode yang sama pada tahun 2014. Sebagian besar dana asing tersebut masuk dalam bentuk investasi portofolio dan investasi langsung. Meskipun demikian, kinerja investasi lainnya yang mengalami defisit, terutama akibat penempatan simpanan swasta domestik di luar negeri seiring derasnya aliran masuk investasi portofolio dan net penarikan pinjaman luar Grafik 1 Neraca Pembayaran Indonesia negeri sektor swasta yang lebih rendah menyebabkan 3

TRANSAKSI BERJALAN Melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan I-2015 di tengah proses pemulihan ekonomi global yang berlangsung secara lamban mendukung upaya penurunan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2015 tercatat sebesar USD3,8 miliar (1,8% dari PDB), lebih rendah dari defisit triwulan IV-2014 sebesar USD5,7 miliar (2,6% dari PDB). Membaiknya kinerja transaksi berjalan didukung oleh menurunnya defisit neraca perdagangan migas, neraca jasa, dan neraca pendapatan primer (Grafik 2). Penurunan impor pada triwulan I-2015 berdampak positif pada kinerja neraca jasa melalui penurunan pengeluaran jasa transportasi barang (freight). Perbaikan neraca jasa juga dipengaruhi oleh kenaikan surplus jasa travel mengikuti pengeluaran wisatawan nasional selama kunjungan ke luar negeri yang lebih rendah. Selain itu, defisit neraca pendapatan juga menyusut mengikuti pola musiman atribusi pendapatan investasi langsung dan pembayaran bunga pinjaman luar negeri yang lebih rendah. Neraca Perdagangan Barang Neraca perdagangan barang triwulan I-2015 mencatat surplus sebesar USD3,1 miliar, meningkat dibandingkan dengan surplus pada triwulan sebelumnya sebesar USD2,4 miliar. Kenaikan surplus neraca perdagangan barang pada triwulan laporan dipengaruhi penurunan defisit neraca perdagangan migas di saat surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat lebih rendah. Grafik 2 Transaksi Berjalan Pada triwulan I-2015, penurunan defisit neraca perdagangan migas menopang perbaikan kinerja neraca perdagangan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Menyusutnya defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi turunnya impor minyak mengikuti pelemahan harga minyak dunia dan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) domestik, meskipun di sisi lain, ekspor migas juga tercatat lebih rendah seiring turunnya lifting migas dan harga minyak. Sementara itu, surplus neraca perdagangan nonmigas menurun akibat melemahnya kinerja ekspor nonmigas sebagai dampak harga komoditas global yang terkoreksi lebih tajam ke bawah, meskipun impor nonmigas menurun sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik. Neraca Perdagangan Nonmigas Surplus neraca perdagangan nonmigas pada triwulan I-2015 sebesar USD4,3 miliar, lebih rendah dari surplus triwulan sebelumnya sebesar USD5,2 miliar (Grafik 3). Penurunan surplus tersebut dijelaskan oleh penurunan ekspor nonmigas (-9,3% qtq) yang tidak mampu diimbangi oleh penurunan impor nonmigas (-8,0% qtq). Grafik 3 Neraca Perdagangan Nonmigas 4

Ekspor Nonmigas Ekspor nonmigas triwulan I-2015 tercatat sebesar USD33,4 miliar, lebih rendah 9,3% dibandingkan dengan ekspor nonmigas pada triwulan IV-2014 sebesar USD36,9 miliar. Bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ekspor nonmigas triwulan I-2015 terkontraksi 8,0% (yoy), lebih tajam dibandingkan dengan penurunan ekspor triwulan sebelumnya sebesar 6,5% (yoy). Penurunan ekspor nonmigas tersebut dijelaskan oleh dalamnya koreksi harga komoditas global di saat volume perdagangan dunia relatif lebih baik. Sejalan dengan meningkatnya volume perdagangan dunia tersebut, ekspor nonmigas pada triwulan I-2015 secara riil kembali tumbuh positif (2,2% yoy). Kenaikan volume ekspor ditopang akselerasi ekspor produk primer, terutama produk bahan bakar (Tabel 1). Tabel 1 Ekspor Nonmigas menurut Kelompok Barang (Berdasarkan SITC) Pangsa (%) Pertumbuhan Tahunan (% yoy) Rincian 2014* 2015** 2013 TOTAL Tw. I Tw. II 2014* Tw. III Tw. IV TOTAL 2015** Tw. I A. Produk Primer Nominal 50.2 48.8-3.8-9.0-9.4 0.8-13.5-8.1-10.2 Riil 45.1 48.9 7.7-3.4-10.6-0.4 0.3-3.9 14.3 Indeks Harga - - -10.6-5.8 1.4 1.2-13.8-4.4-21.4 Produk Pertanian Nominal 30.1 28.8-4.8 5.0 2.2 11.1-3.0 3.5-12.0 Riil 27.2 27.6 3.6 4.6 1.9 12.6 9.9 6.9 8.8 Indeks Harga - - -8.0 0.3 0.2-1.3-11.8-3.1-19.2 Makanan Nominal 23.4 22.6-5.0 10.9 9.1 21.1 3.8 10.8-9.0 Riil 19.8 20.1 2.1 6.5 4.0 18.4 14.5 10.3 11.2 Indeks Harga - - -7.0 4.1 4.9 2.3-9.4 0.5-18.2 Bahan Baku Nominal 6.7 6.3-4.0-10.0-15.8-14.5-23.4-15.9-21.5 Riil 5.3 5.3 3.6-2.1-5.2-4.8-7.0-4.8-1.9 Indeks Harga - - -7.4-8.1-11.2-10.2-17.6-11.7-20.0 Produk Bahan Bakar & Pertambangan Nominal 20.0 20.0-2.6-24.3-22.4-11.2-25.9-21.3-7.4 Riil 9.0 9.7 10.0-16.3-22.1-11.5-16.2-16.7 9.7 Indeks Harga - - -11.5-9.6-0.4 0.3-11.6-5.4-15.6 B. Produk Manufaktur Nominal 48.3 49.6 0.1 9.2 8.6 6.8 3.4 6.9-4.9 Riil 54.1 50.3 2.7 10.3 8.2 3.2-1.2 5.0-8.0 Indeks Harga - - -2.5-1.0 0.4 3.5 4.7 1.9 3.3 C. Lainnya Nominal 1.6 1.6-7.8 41.3 20.8-24.3-32.2-4.9-25.9 Riil 0.8 0.8 0.0 60.6 26.9-23.4-28.9 1.1-22.1 Indeks Harga - - -7.8-12.0-4.9-1.2-4.7-5.9-4.9 Total Nominal 100.0 100.0-2.2-0.3-0.9 3.0-6.5-1.3-8.0 Riil 100.0 100.0 4.7 2.8-2.6-0.2-2.2-0.7 2.2 Indeks Harga - - -6.6-3.0 1.8 3.2-4.4-0.7-10.0 *) angka sementara **) angka sangat sementara 5

Ekspor Nonmigas menurut Negara Tujuan Utama Penurunan kinerja ekspor nonmigas triwulan I- 2015 tercermin dari kontraksi ekspor ke negara mitra utama, yaitu: Tiongkok, Jepang, Thailand, Belanda, dan Amerika Serikat. Di sisi lain, ekspor ke India, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, dan Taiwan tumbuh positif (Tabel 2) Tabel 2 Ekspor Nonmigas menurut Negara Tujuan Utama Rincian Pangsa (%) 2014* 2015** 2013* TOTAL Tw. I Penurunan ekspor ke Tiongkok terutama karena turunnya ekspor batubara, minyak nabati, dan kayu olahan, dengan total pangsa 48,9% dari keseluruhan ekspor ke negara tersebut. Penurunan ekspor ke Jepang dipengaruhi turunnya ekspor batubara, barang dari logam tidak mulia, alat listrik, dan tekstil (total pangsa 44,3% dari keseluruhan ekspor ke negara tersebut). Penurunan ekspor kendaraan & bagiannya, mesin/pesawat mekanik, dan batubara (pangsa 41,9%) menjadi penyebab utama turunnya ekspor ke Thailand. Berkurangnya ekspor minyak nabati, barang dari logam tidak mulia, dan asam berlemak (pangsa 51,8% dari total ekspor) menekan ekspor ke Belanda, sedangkan penurunan ekspor ke Amerika Serikat dipengaruhi turunnya ekspor karet olahan, tekstil, dan alat listrik dengan pangsa 44,0% dari total ekspor ke negara tersebut. Pertumbuhan Tahunan (%, yoy) Tw. II 2014* Tw. III Tw. IV TOTAL 2015** 1 Amerika Serikat 10.8 11.3 3.6 2.6 7.6 6.5 5.5 5.6-1.1 2 Jepang 10.0 10.2-6.6-12.6-11.4-5.6-4.8-8.7-5.4 3 Tiongkok 11.2 9.4 1.8-2.7-17.8-24.8-39.1-22.2-36.5 4 India 8.3 8.9 4.0-13.9-16.9 19.8-7.2-5.7 7.4 5 Singapura 6.7 6.8-5.7 2.3 23.4 8.1 12.7 11.7 1.7 6 Malaysia 4.4 4.7-15.2-19.9-6.8-8.0-7.4-10.7 3.4 7 Korea Selatan 3.9 4.1-9.9-11.0-6.5 2.9-3.0-4.6 0.1 8 Thailand 3.4 3.6-4.8-5.7-10.4 2.8-2.7-4.2-6.4 9 Taiwan 2.7 2.9-9.1 4.6 23.3 16.8-19.8 4.8 2.7 10 Belanda 2.7 2.9-10.4 1.5-2.2-8.2-0.9-2.5-4.4 Total 10 Negara 64.0 64.9-3.2-6.1-5.2-1.9-10.9-6.1-7.8 *) angka sementara **) angka sangat sementara Di sisi lain, pertumbuhan ekspor ke India terutama ditopang oleh kenaikan ekspor batubara (46,2% dari total ekspor ke negara tersebut). Kenaikan ekspor ke Singapura terutama dipengaruhi oleh naiknya ekspor mesin/pesawat mekanik, asam Tw. I berlemak, tekstil, dan kendaraan (total pangsa 18,5% dari total ekspor ke negara tersebut). Peningkatan ekspor ke Malaysia terutama didorong oleh naiknya ekspor minyak nabati dan barang dari logam tidak mulia (total pangsa 28,1% dari total ekspor ke negara tersebut). Sementara itu, naiknya ekspor barang dari logam tidak mulia, tekstil, alat listrik, dan bahan kimia (15,6% dari total ekspor) mendorong naiknya ekspor ke Taiwan. Ekspor Nonmigas menurut Komoditas Utama Pada triwulan I-2015, penurunan kinerja ekspor nonmigas juga tercermin dari nilai ekspor sepuluh komoditas utama yang mencatat pertumbuhan negatif (-11,0% yoy) akibat semakin melemahnya harga komoditas (-9,2% yoy) dan penurunan permintaan ekspor (-2,0% yoy). Penurunan permintaan ekspor terjadi pada batubara, alat listrik, karet olahan, dan mesin/pesawat mekanik. Di sisi lain, permintaan ekspor minyak nabati, TPT, barang dari logam tidak mulia, makanan olahan, kendaraan dan bagiannya, dan kayu olahan meningkat (Tabel 3). Volume ekspor batubara (pangsa 13,7% dari total ekspor nonmigas) pada triwulan I-2015 masih menurun (-6,9% yoy) meskipun dengan laju penurunan yang melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Turunnya volume ekspor batubara dipengaruhi oleh penurunan ekspor tujuan Tiongkok (-36,4% yoy) dan Jepang (-2,3% yoy). Penurunan ekspor batubara ke Tiongkok disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat dan sulitnya pengusaha mencari pinjaman bank akibat meningkatnya kredit bermasalah di negara tersebut. Menurunnya permintaan batubara Tiongkok pada gilirannya berdampak pada penurunan harga batubara dunia. Turunnya permintaan maupun harga ekspor menyebabkan nilai ekspor batubara turun 17,6% (yoy). Permintaan ekspor alat listrik turun 5,8% (yoy), lebih dalam dari penurunan sebesar 2,1% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Di samping itu, harga ekspor 6

juga turun lebih tajam sehingga nilai ekspor alat listrik triwulan I-2015 turun 12,1% (yoy). Penurunan volume ekspor alat listrik terutama terjadi untuk pengiriman ke mitra dagang utama seperti Singapura (-66,0% yoy), Thailand (-2,8% yoy), dan Jepang (-6,1% yoy). Permintaan ekspor karet olahan Indonesia masih terus menurun (-26,7% yoy) pada triwulan I-2015, terutama karena lemahnya permintaan Tiongkok (-57,1% yoy). Sementara itu, meski melambat, harga ekspor karet olahan masih tumbuh negatif sehingga nilai ekspor karet olahan tercatat turun 30,3% (yoy). Pada triwulan I-2015, harga karet di pasar internasional masih melanjutkan tren penurunan hingga berada pada level USD1,43/kg, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD1,48/kg. Setelah mencatat pertumbuhan positif sepanjang 2014, volume ekspor mesin/pesawat mekanik turun tajam 16,9% (yoy) triwulan I-2015. Turunnya permintaan ekspor tersebut tidak mampu diimbangi oleh kenaikan harga sehingga nilai ekspor mesin/pesawat mekanik mengalami penurunan sebesar 12,5% (yoy). Penurunan ekspor mesin/pesawat mekanik tercatat untuk negara tujuan Jepang (15,2% yoy) dan Thailand (5,1% yoy) dengan total pangsa 22,1% dari total ekspor mesin/pesawat mekanik. Sementara itu, ekspor ke Singapura yang merupakan pangsa ekspor terbesar (21,3%) masih mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,2% (yoy). Di sisi lain, ekspor minyak nabati yang sebagian besar berupa minyak kelapa sawit (CPO), pada triwulan I-2015 mengalami kenaikan volume ekspor sebesar 11,1% (yoy). Kenaikan permintaan ekspor minyak nabati terjadi untuk negara tujuan India yang mencatatkan pertumbuhan 12,8% (yoy). Namun demikian, harga sawit yang sejak triwulan III-2014 terus tertekan seiring berlebihnya pasokan sawit dunia antara lain karena adanya produk substitusi seperti minyak kedelai mengakibatkan nilai ekspor minyak nabati turun tajam (-12,6% yoy) setelah selama 2014 tumbuh positif. Di pasar dunia, harga CPO bergerak menurun dari USD679/mt pada triwulan IV-2014 menjadi USD664/mt pada triwulan laporan. Permintaan ekspor TPT pada triwulan I-2015 tumbuh 2,0% (yoy), ditopang oleh naiknya volume ekspor ke Tiongkok (28,4% yoy) dan Korea Selatan (1,0% yoy). Namun demikian, harga ekspor TPT yang masih menurun menyebabkan nilai ekspor TPT terkoreksi -2,6% (yoy). Penurunan ekspor terjadi pada ekspor tujuan Amerika Serikat (-10,0% yoy) dan Korea Selatan (-2,9% yoy) dengan pangsa total 35,6% dari keseluruhan total ekspor TPT. Permintaan ekspor barang dari logam tidak mulia pada triwulan I-2015 tumbuh 2,0% (yoy) terutama didorong oleh kenaikan volume ekspor besi lembaran ke Korea Selatan dan Thailand. Namun demikian, harga ekspor yang turun lebih tajam (-5,4% yoy) menyebabkan nilai ekspor barang dari logam tidak mulia terkoreksi -3,7% (yoy). Penurunan ekspor barang dari logam tidak mulia disebabkan oleh turunnya ekspor besi/baja (-17,4% yoy), alumunium (- 34,7% yoy), dan seng (-14,0% yoy). Volume ekspor makanan olahan triwulan I-2015 terakselerasi 13,7% (yoy). Namun demikian, setelah sebelumnya selalu positif, harga ekspor mengalami kontraksi sebesar 10,4% (yoy) sehingga nilai ekspor makanan olahan hanya tumbuh 1,5% (yoy). Peningkatan ekspor makanan olahan terjadi pada tujuan Amerika Serikat (1,6% yoy) dan Philipina 7

(2,1% yoy) dengan pangsa total 25,3% dari keseluruhan total ekspor makanan olahan. Sementara itu, ekspor ke Malaysia dan Singapura (dengan pangsa total 18,1% dari keseluruhan total ekspor makanan olahan) mengalami penurunan masingmasing sebesar -4,0% (yoy) dan -8,6% (yoy). Ekspor kendaraan dan bagiannya meningkat 5,5% (yoy) ditopang oleh naiknya permintaan maupun harga ekspor. Kenaikan ekspor terutama terjadi pada negara tujuan Arab Saudi, Filipina, dan Jepang (pangsa 38,4% dari total volume ekspor kendaraan dan bagiannya) yang masing-masing tumbuh 50,9% (yoy), 23,0% (yoy), dan 3,7% (yoy). Permintaan ekspor kayu olahan pada triwulan I- 2015 tumbuh 13,0% (yoy). Namun demikian, nilai harga yang turun tajam sebesar -13,3% (yoy) menyebabkan nilai ekspor kayu olahan triwulan I- 2015 mulai tumbuh negatif sebesar -2,2% (yoy). Penurunan ekspor terjadi untuk tujuan Jepang (-18,5% yoy) dan Tiongkok (-9,2% yoy) dengan pangsa total 42,2% dari keseluruhan total ekspor kayu olahan. Tabel 3 Perkembangan Ekspor Komoditas Nonmigas Utama (Berdasarkan HS) Uraian Share (%) Nominal 2013 2014* 2014* 2015** TOTAL Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Growth (%,yoy) Riil Indeks Harga 2015** 2013 2014* 2015** 2013 2014* 2015** TOTAL Tw. I TOTAL Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV TOTAL Tw. I TOTAL Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV TOTAL Tw. I 1. Batubara 14.2 13.7-7.2-11.8-15.1-10.4-20.7-14.6-17.6 11.6-6.2-18.2-15.7-14.2-14.3-6.9-16.9-6.0 3.9 6.3-7.4-0.3-11.6 2. Minyak Nabati 13.7 13.2-8.7 8.0 3.0 25.5 3.1 9.1-12.6 2.8 3.9 0.2 30.2 22.8 11.5 11.1-11.2 3.7 3.0-3.7-15.7-2.1-21.2 3. Tekstil dan Produk Tekstil 8.8 9.4 2.1 1.0 1.1-0.3 0.5 0.6-2.6 3.9 2.5 2.9 1.1 2.8 2.1 2.0-1.7-1.5-1.7-1.5-2.2-1.5-4.5 4. Alat Listrik, Ukur, Fotografi, dll 6.9 6.6-4.0-5.7-6.1-6.1-4.7-5.7-12.1 12.1 9.9-1.0-6.1-2.1 0.0-5.8-14.3-14.4-5.2-0.2-2.8-5.6-6.5 5. Barang dari Logam tdk Mulia 6.2 5.7-7.4-13.4 16.3 27.6-3.2 5.5-3.7-5.5-9.2 13.0 17.3-2.7 3.7 1.8-2.0-4.7 2.9 8.5-0.3 1.7-5.4 6. Makanan Olahan 4.3 4.4 5.5 18.4 18.7 22.4 12.7 17.8 1.5 2.3 11.3 14.5 13.6 9.9 12.1 13.7 3.2 6.4 3.7 7.5 2.5 5.1-10.4 7. Karet Olahan 4.8 4.3-10.2-16.0-24.1-25.2-33.7-24.5-30.3-2.7-5.6-14.6-19.3-25.8-16.4-26.7-7.7-11.0-11.0-7.3-10.5-9.7-4.8 8. Kendaraan dan Bagiannya 3.6 4.0-5.1 11.6 7.6 24.7 15.2 14.8 5.5-4.7 13.3 6.2 18.8 9.7 12.3 5.8-0.5-1.4 1.5 4.9 5.1 2.2 0.4 9. Mesin-mesin/pesawat mekanik 4.1 3.9-4.7 10.9 0.7 3.8 9.7 6.1-12.5-3.6 13.0 0.8 3.9 9.4 6.6-16.9-1.2-1.9-0.1-0.1 0.4-0.4 5.1 10. Kayu Olahan 2.7 2.8 5.2 17.3 12.1 16.4 1.2 11.3-2.2 13.1 18.1 9.2 12.6 3.9 10.1 13.1-7.0-0.8 2.6 3.5-2.6 1.1-13.3 Total 10 Komoditas 69.3 67.9-5.2-2.1-2.7 3.9-5.6-1.8-11.0 2.4 1.2-2.9 2.2-0.9-0.6-2.0-7.4-3.2 0.1 1.7-4.7-1.2-9.2 *) angka sementara **) angka sangat sementara 8

Impor Nonmigas Pada triwulan I-2015, impor nonmigas (cif) terkontraksi lebih dalam (-3,9% yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 3,1% (yoy) seiring melambatnya permintaan domestik. Penurunan impor tersebut terutama disebabkan oleh turunnya volume impor barang modal dan barang konsumsi. Di sisi lain, pertumbuhan volume impor bahan baku meningkat meskipun nilai impor masih tumbuh negatif akibat harga yang terkoreksi ke bawah (Tabel 4). Impor barang konsumsi pada triwulan I-2015 turun 8,9% (yoy) dipengaruhi turunnya permintaan maupun harga. Penurunan impor barang konsumsi terutama disebabkan oleh turunnya impor buahbuahan segar/dikeringkan (-31,6% yoy) dan barangbarang plastik buatan (-4,8% yoy). Di sisi lain, pertumbuhan positif terjadi pada impor bahan pangan hasil olahan (8,3%, yoy), obat-obatan (23,3%, yoy), dan kosmetika (15,5%, yoy) (Tabel 5). Penurunan impor barang modal (-8,7%, yoy) pada triwulan laporan dipengaruhi oleh faktor turunnya permintaan, sementara harga masih tumbuh positif. Penurunan impor barang modal ini sejalan dengan melambatnya pertumbuhan investasi domestik dan beberapa lapangan usaha seperti industri pengolahan, konstruksi, dan pertambangan. Penurunan impor pesawat telekomunikasi dan bagian-bagiannya (-20,5%, yoy) dan mesin lainnya untuk industri tertentu (-6,9%, yoy) menjadi penyebab utama penurunan impor barang modal. Laju penurunan impor barang modal dapat sedikit tertahan oleh kenaikan impor mesin pengolah data dan satuannya (9,5%, yoy), mesin bongkar muat barang (27,7%, yoy), serta pemanas dan pendingin & alat-alatnya (20,6%, yoy) (Tabel 5). Sementara itu, impor bahan baku turun 1,7% (yoy) terutama didorong oleh turunnya impor bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor (-8,0%, yoy), alat penyambung atau pemutus arus listrik (-1,8%, yoy), dan bahan plastik lainnya dalam bentuk awal (- 5,1%, yoy). Di sisi lain, impor makanan ternak dan pupuk buatan pabrik tercatat meningkat masingmasing 24,2% (yoy) dan 65,0% (yoy) (Tabel 5). Tabel 4 Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Kelompok Barang Rincian Pangsa 2013 2014* 2015** Total Pertumbuhan Tahunan (% yoy) Tw. III 2015 Tw. I** Barang Konsumsi Nominal 8.5 7.8 2.8 4.8-8.8-7.6-10.3-6.1-8.9 Riil 7.4 6.7 2.0-2.6-17.6-14.5-13.7-13.1-7.7 Indeks Harga - - 0.8 7.6 10.7 8.0 3.9 8.1-1.3 Bahan Baku Nominal 69.4 70.6-0.7-6.2-4.8-0.8-1.7-3.4-1.7 Riil 78.3 81.3 4.2-1.7-2.2 0.3 2.9-0.8 5.3 Indeks Harga - - -4.7-4.7-2.6-1.0-4.5-2.7-6.7 Barang Modal Nominal 21.8 21.3-14.3-7.1-0.8-7.1-4.0-4.7-8.7 Riil 14.4 12.0-21.4-17.7-11.0-19.8-19.0-15.5-21.5 Indeks Harga - - 9.0 12.8 11.6 15.8 18.5 12.8 16.3 Total Nominal 100.0 100.0-3.8-5.6-4.2-2.9-3.1-3.9-3.9 Riil 100.0 100.0-2.8-6.1-6.9-7.6-6.3-6.6-4.6 Indeks Harga - - -1.0 0.6 3.0 5.1 3.4 2.8 0.8 *) angka sementara **) angka sangat sementara Tw. I Tw. II 2014* Tw. IV Total 9

** Tabel 5 Impor (c.i.f) Komoditas Nonmigas Utama Rincian Pangsa (%) 2014* 2015** Pertumbuhan (y.o.y, %) Nominal Riil Harga 2014* 2015 2014* 2015 2014* 2015 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV TOTAL Tw. I** Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV TOTAL Tw. I** Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV TOTAL Tw. I** TOTAL IMPOR 100.0 100.0-5.6-4.2-2.9-3.1-3.9-3.9-6.1-6.9-7.6-6.3-6.7-4.6 0.6 3.0 5.1 3.4 3.0 0.8 I. Barang Konsumsi, a.l: 8.5 7.8 4.8-8.8-7.6-10.3-6.1-8.9-2.6-17.6-14.5-13.7-12.7-7.7 7.6 10.7 8.0 3.9 7.6-1.3 Hasil Olahan yang Dapat Dimakan 0.4 0.4-13.5-17.0-5.6-1.6-10.1 8.3-11.0-11.2 2.6 6.5-4.0 8.9-2.9-6.6-8.1-7.6-6.3-0.6 Obat-obatan (Termasuk Obat Hewan) 0.4 0.4 2.2 9.4 19.8 44.7 19.3 23.3 5.4 10.7 23.7 46.0 21.8 30.5-3.0-1.2-3.1-0.9-2.0-5.5 Buah-buahan, Segar, atau Dikeringkan 0.6 0.4 86.9-15.0 32.1 18.8 18.3-31.6 76.2-25.0 8.7-10.4-0.1-49.2 6.1 13.3 21.5 32.5 18.4 34.6 Barang-barang Plastik Buatan 0.4 0.4-17.6-1.8-11.0-10.3-10.2-4.8-24.4-9.8-17.0-15.8-16.8-9.0 9.0 8.9 7.1 6.5 7.9 4.6 Kosmetika 0.4 0.4-23.2-11.9-7.9-4.6-12.0 15.5-21.7-8.9-5.3-0.6-9.2 18.1-1.9-3.3-2.8-4.0-3.0-2.2 II. Bahan Baku / Penolong, a.l: 69.4 70.6-6.2-4.8-0.8-1.7-3.4-1.7-1.7-2.2 0.3 2.9-0.1 5.3-4.7-2.6-1.0-4.5-3.3-6.7 Bagian Dan Perlengkapan Kendaraan Bermotor 2.2 2.2-13.5-9.9-11.2-11.9-11.6-8.0-17.4-15.2-16.2-14.7-15.9-9.2 4.8 6.3 6.0 3.2 5.0 1.3 Makanan Ternak 2.4 2.2-25.3 47.6 29.8-15.9 7.6 24.2-30.0 34.1 13.1-24.2-2.7 23.9 6.6 10.0 14.7 10.9 10.5 0.3 Alat Penyambung atau Pemutus Arus Listrik 1.8 1.9-15.2-16.1-3.8-1.5-9.6-1.8-12.5-10.9 1.3 3.9-5.0 4.1-3.1-5.8-5.0-5.3-4.8-5.7 Pupuk Buatan Pabrik 1.3 1.9 9.6-14.3 12.3 17.6 4.4 65.0 16.2-10.6 12.7 14.8 6.5 61.3-5.7-4.1-0.3 2.5-2.0 2.3 Bahan Plastik Lainnya, Dalam Bentuk Awal 2.0 1.9-7.6-1.3 0.6 16.1 1.6-5.1-12.3-7.7-8.4 5.5-6.0-12.5 5.4 6.9 9.8 10.1 8.1 8.5 III. Barang Modal, a.l: 21.8 21.3-7.1-0.8-7.1-4.0-4.7-8.7-17.7-11.0-19.8-19.0-17.0-21.5 12.8 11.6 15.8 18.5 14.8 16.3 Pesawat Telekomunikasi dan Bagian-bagiannya 3.2 2.9 13.3 46.0-20.7-3.2 6.3-20.5 19.7 53.9-15.9 2.2 12.3-16.2-5.4-5.1-5.6-5.4-5.4-5.2 Mesin Otomatis Pengolah Data dan Satuannya 1.8 2.2-16.1-10.9-10.5-4.6-10.6 9.5-15.0-10.5-9.6-3.3-9.7 12.1-1.2-0.4-0.9-1.3-1.0-2.3 Mesin Lainnya Untuk Industri Tertentu 1.6 1.7 10.0 15.0 25.4 14.6 16.1-6.9 11.3 16.1 26.2 15.4 17.1-4.7-1.1-0.9-0.7-0.7-0.9-2.3 Mesin Bongkar Muat Barang 1.0 1.2-12.7 2.8 4.2 3.6-0.2 27.7-12.3 2.4 4.2 2.5-0.4 25.3-0.4 0.4 0.0 1.0 0.3 1.9 Pemanas dan Pendingin & Alat-alatnya 0.9 1.1 14.9-13.4 23.3-9.7 1.6 20.6 13.9-14.6 21.8-10.7 0.5 18.5 0.9 1.4 1.3 1.1 1.2 1.8 *angka sementara ** angka sangat sementara Impor Nonmigas menurut Negara Asal Berdasarkan negara asal, penurunan impor pada triwulan I-2015 terjadi pada hampir seluruh negara asal, yaitu Jepang, Thailand, Singapura, Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia & Oseania, Malaysia dan Jerman. Sementara itu, impor dari Tiongkok dan Vietnam masih mengalami peningkatan (Tabel 6). Tabel 6 Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Negara Asal Utama Rincian Pangsa (%) 2014* 2015** Tw. I 1 Tiongkok 22.6 24.2 9.5 2.0-6.3 9.5 3.3 4.3 2 Jepang 12.5 12.1-9.7-11.7-6.0-17.3-11.2-11.5 3 Thailand 7.2 7.0-14.6-14.0-5.1 0.8-8.8-9.5 4 Singapura 7.3 6.3-0.7 7.6 5.2 7.0 4.8-13.0 5 Amerika Serikat 6.0 5.9 4.5-9.7-12.2-12.3-7.9-6.8 6 Korea Selatan 5.9 5.8-19.3 1.3-11.1-6.2-8.8-5.6 7 Australia dan Oseania 4.7 4.2 15.7 4.8 22.0 2.5 10.5-7.7 8 Malaysia 4.3 4.1-4.0-1.2-6.1 0.4-2.7-12.1 9 Jerman 3.0 3.2-22.0-2.7 9.4-5.9-6.5-0.5 10 Vietnam 2.4 3.0 16.4 41.4-0.4 23.2 19.6 25.2 Total 10 Negara 75.9 75.8-2.6-2.1-3.7-0.8-2.3-4.2 *) angka sementara **) angka sangat sementara Neraca Perdagangan Migas Pertumbuhan Tahunan (%, yoy) Tw. II 2014* Tw. III Tw. IV TOTAL Neraca perdagangan migas triwulan I-2015 mencatat defisit USD1,2 miliar, lebih rendah 55,2% (qtq) dibandingkan dengan defisit USD2,8 miliar pada triwulan IV-2014. Membaiknya kinerja neraca 2015 Tw. I** perdagangan migas didorong oleh menyusutnya defisit neraca minyak (Grafik 4). miliar USD 15 10 5 0-5 -10-15 2010 2011 2012 2013 2014* 2015 * angka sementara ** angka sangat sementara Ekspor Minyak Impor Gas Impor Minyak Neraca Perdag. Migas (RHS) Grafik 4 Neraca Perdagangan Migas Ekspor Gas Ekspor Minyak miliar USD Pada triwulan I-2015, ekspor minyak tercatat sebesar USD1,9 miliar, turun 31,9% (qtq) dari triwulan sebelumnya (Tabel 7). Penurunan ekspor minyak terutama dipengaruhi turunnya harga, baik minyak mentah (-28,2% qtq) maupun produk kilang (-31,1% qtq). Selain itu, turunnya ekspor minyak juga akibat berkurangnya volume ekspor, baik minyak mentah (-1,7% qtq) maupun produk kilang (-7,1% qtq). Turunnya volume ekspor minyak dipengaruhi oleh penurunan lifting minyak sebesar 2,7% (qtq) dari 12 10 8 6 4 2 0-2 -4 10

0,782 juta barel/hari pada triwulan IV-2014 menjadi 0,761 juta barel/hari pada triwulan laporan. Angka tersebut masih di bawah target lifting minyak yang ditetapkan APBN-P 2015 sebesar 0,825 juta barel/hari. Rendahnya lifting minyak pada triwulan laporan terkait dengan penurunan produksi minyak sebesar 1,5% dari triwulan sebelumnya menjadi 0,766 juta barel/hari. Rendahnya produksi minyak di triwulan laporan dipengaruhi berbagai gangguan produksi minyak di beberapa lapangan baik karena faktor teknis maupun pengaruh cuaca. Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang masih tinggi di tengah tren penurunan produksi minyak nasional mendorong Pemerintah dan SKK Migas untuk terus meningkatkan produksi minyak. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan meningkatkan rasio cadangan pengganti (reserve ratio replacement) di lapangan minyak yang telah tua, antara lain dengan menerapkan teknik lanjutan untuk mengangkat minyak atau biasa disebut EOR (Enhanced Oil Recovery) dan saat ini telah dilakukan di Lapangan Duri, Riau 1. Rincian Tabel 7 Perkembangan Ekspor Minyak Nilai (juta USD) 2014 Tw. IV* Volume (mbbl) Ekspor 2,831 37.6 1,927 36.2 Minyak Mentah 1,737 24.3 71.5 1,226 23.9 51.3 Produk Kilang 1,094 13.3 82.3 701 12.4 56.7 ¹) nilai ekspor dibagi dengan volume ekspor Sumber: SKK Migas dan Pertamina (diolah) * angka sementara ** angka sangat sementara Harga¹ (USD/barel) Nilai (juta USD) Harga minyak dunia pada triwulan I-2015 masih bergerak turun. Rata-rata harga triwulan I-2015 minyak jenis SLC, WTI, dan harga ekspor minyak Indonesia turun masing-masing dari USD73,6/barel, USD73,1/barel, dan USD72,3/barel menjadi USD51,3/barel, USD48,1/barel, dan USD50,7/barel. Sedangkan rata-rata harga triwulan I-2015 minyak 1 Berdasarkan Buletin SKK Migas April 2015 2015 Tw. I** Volume (mbbl) Harga¹ (USD/barel) Brent dan OPEC turun dari masing-masing USD76,0/barel dan USD73,3/barel menjadi USD53,9/barel dan USD50,3/barel (Grafik 5). Dinamika pergerakan harga minyak dipengaruhi baik dari sisi suplai maupun sisi permintaan. Dari sisi suplai, keputusan OPEC untuk mempertahankan jumlah produksi minyak dan meningkatnya produksi minyak AS pada saat terjadi oversupply menjadi faktor yang membuat pergerakan harga minyak pada triwulan laporan masih berada pada tren penurunan. Dari sisi permintaan, terjadi penurunan permintaan minyak global akibat sentimen ekonomi global yang melambat, terutama disebabkan oleh turunnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dari 7,3% (yoy) pada triwulan IV-2014 menjadi 7,0% (yoy). Kondisi tersebut akhirnya menekan harga minyak untuk turun. USD/barel 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 JFMAMJ JASONDJFMAMJ JASONDJFMAMJ JASONDJFMAMJJ ASONDJFMAMJ JASONDJFM Impor Minyak 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Ditjen Migas, NPI, Bloomberg Grafik 5 Perkembangan Harga Minyak Dunia Impor minyak triwulan I-2015 turun 40,1% (qtq) menjadi USD5,1 miliar dari triwulan sebelumnya sebesar USD8,5 miliar. Penurunan impor minyak dipengaruhi oleh turunnya harga impor, baik minyak mentah maupun produk kilang, mengikuti tren pelemahan harga minyak global. Selain itu, berkurangnya impor minyak juga sejalan dengan pelemahan permintaan domestik dan sebagai implikasi dari reformasi subsidi yang ditempuh Pemerintah (Tabel 8). SLC Unit Price WTI OPEC 11

** Rincian Tabel 8 Perkembangan Impor Minyak (f.o.b) Nilai (juta USD) Impor 8,503 96.0 5,094 83.3 Minyak Mentah 2,250 28.9 77.8 1,840 34.1 53.9 Produk Kilang 6,254 67.1 93.2 3,254 49.2 66.1 ¹) nilai impor dibagi dengan volume impor Sumber: SKK Migas dan Pertamina (diolah) 2014 Tw. IV* Volume (mbbl) * angka sementara ** angka sangat sementara Harga¹ (USD/barel) Nilai (juta USD) 2015 Tw. I** Volume (mbbl) Harga¹ (USD/barel) Ekspor Gas Ekspor gas pada triwulan I-2015 turun 30,9% (qtq) menjadi USD2,5 miliar (Tabel 9). Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya ekspor LNG (26,6% qtq) dan natural gas (40,7% qtq), baik karena turunnya harga maupun volume ekspor. Volume ekspor turun sejalan dengan penurunan lifting gas dan pengalihan peruntukan natural gas untuk memenuhi kebutuhan domestik. Rincian Tabel 9 Perkembangan Ekspor Gas Ekspor 3,553 302.7 2,455 302.7 LNG 2,454 208.8 11.7 1,802 179.2 10.1 Gas Alam 1,097 93.8 11.5 651 80.0 8.1 LPG 1 1.4 0.9 2 2.5 0.7 ¹) volume LNG & gas alam dalam juta mmbtu, volume LPG dalam ribu m/t, total volume dalam juta mmbtu ²) harga LNG dan gas alam dalam USD/juta mmbtu, harga LPG dalam USD/ribu metric ton Sumber: SKK Migas Nilai (juta USD) * angka sementara ** angka sangat sementara 2014 Tw. IV* Volume¹ Harga² Nilai (juta USD) 2015 Tw. I** Volume¹ Harga² Grafik 6 Perkembangan Neraca Perdagangan Jasa Pembayaran jasa freight pada triwulan I-2015 tercatat sebesar USD1,7 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan USD2,1 miliar pada triwulan sebelumnya mengikuti penurunan impor nonmigas yang terkontraksi 8,0% (qtq) (Grafik 7). miliar USD 0-5 -10-15 -20-25 -30-35 -40-45 -50 Impor Nonmigas 2010 2011 2012 2013 2014* 2015 * angka sementara; ** angka sangat sementara Freight Import (RHS) Grafik 7 Pembayaran Jasa Freight miliar USD 0.0-0.5-1.0-1.5-2.0-2.5-3.0 Neraca Perdagangan Jasa Kinerja neraca perdagangan jasa pada triwulan I- 2015 membaik dan menopang perbaikan transaksi berjalan. Defisit neraca perdagangan jasa tercatat sebesar USD1,9 miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD2,6 miliar. Penurunan defisit neraca jasa tersebut terutama karena turunnya pembayaran jasa freight seiring penurunan impor dan meningkatnya surplus jasa travel mengikuti pola musiman pengeluaran wisatawan nasional (wisnas) yang lebih rendah pada triwulan laporan (Grafik 6). Sementara itu, surplus neraca jasa perjalanan triwulan I-2015 mencapai USD1,0 miliar, meningkat dibandingkan dengan surplus sebesar USD0,6 miliar pada triwulan sebelumnya. Kenaikan surplus neraca jasa perjalanan tersebut dipengaruhi oleh turunnya pembayaran jasa perjalanan (24,0%, qtq) yang melampaui penurunan penerimaan jasa perjalanan (4,3%, qtq) (Grafik 8). Pembayaran jasa perjalanan turun menjadi USD1,7 miliar pada triwulan laporan dari USD2,2 miliar pada triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut terkait dengan pola musiman perjalanan (wisnas) 12

** ** yang memasuki low season pada triwulan laporan, setelah mencapai puncak pada triwulan sebelumnya bersamaan dengan paruh akhir periode pelaksanaan ibadah haji dan libur akhir tahun. Selain jumlah wisnas yang tercatat lebih rendah (2,0 juta orang) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (2,1 juta orang), jumlah pengeluaran wisnas selama kunjungan ke luar negeri juga tercatat lebih rendah. miliar USD 4 3 2 1 0-1 -2-3 Grafik 8 Neraca Jasa Travel Di sisi lain, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia selama triwulan I-2015 juga tercatat lebih rendah (2,3 juta orang) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (2,5 juta orang). Sejalan dengan perkembangan tersebut, penerimaan jasa perjalanan dari wisman turun menjadi USD2,7 miliar pada triwulan I-2015 dari triwulan sebelumnya sebesar USD2,8 miliar. Wisatawan asal Singapura, Tiongkok, dan Malaysia merupakan kelompok wisman terbesar yang berkunjung ke Indonesia selama triwulan I-2015. Adapun tujuan favorit wisman ke Indonesia masih terkonsentrasi pada tiga daerah, yaitu Bali, Jakarta, dan Batam. 2010 2011 2012 2013 2014* 2015 * angka sementara; ** angka sangat sementara Impor Ekspor Perjalanan (net) Neraca Pendapatan Primer Kinerja neraca pendapatan primer pada triwulan I-2015 membaik. Defisit neraca pendapatan primer turun menjadi USD6,5 miliar dari triwulan sebelumnya sebesar USD7,0 miliar (Grafik 9). Sesuai pola musimannya, penurunan defisit neraca pendapatan primer tersebut dipengaruhi atribusi pendapatan investasi langsung yang lebih rendah, menurunnya pembayaran dividen atas kepemilikan saham domestik, dan menurunnya pembayaran bunga pinjaman luar negeri Pemerintah maupun sektor swasta. Di sisi lain, pembayaran bunga surat utang, terutama surat utang Pemerintah tercatat meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. miliar USD 0-1 -2-3 -4-5 -6-7 -8 2010 2011 2012 2013 2014* 2015 Pend. Inv. Langsung Pend. Inv. Portofolio * angka sementara; ** angka sangat sementara Grafik 9 Perkembangan Neraca Pendapatan Neraca Pendapatan Sekunder Pend.Inv. Lainnya Pendapatan Primer (net) Neraca pendapatan sekunder pada triwulan I- 2015 mencatat surplus sebesar USD1,4 miliar, relatif stabil dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya. Penerimaan hibah oleh Pemerintah pada triwulan laporan yang lebih rendah terkompensasi oleh neto penerimaan transfer personal dalam bentuk remitansi tenaga kerja yang lebih besar. Pada triwulan laporan, penerimaan remitansi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebesar USD2,3 miliar, melebihi jumlah pembayaran remitansi Tenaga Kerja Asing (TKA) di Indonesia sebesar USD0,7 miliar (Grafik 10). Di tengah berlanjutnya kebijakan moratorium penempatan TKI ke beberapa negara, renegosiasi kontrak kerja, termasuk peningkatan gaji, di beberapa negara tujuan penempatan lainnya berdampak pula pada perubahan pola remitansi TKI sebagaimana tercermin dalam survei terkini yang dilakukan oleh Bank Indonesia. 13

** miliar USD 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0-0.5-1.0 Grafik 10 Perkembangan Remitansi Tenaga Kerja Ditinjau dari negara asal remitansi, TKI yang bekerja di kawasan Asia Pasifik menjadi penyumbang remitansi terbesar, yaitu mencapai USD1,2 miliar, diikuti kawasan Timur Tengah dan Afrika yang mencapai USD0,9 juta. Sampai akhir triwulan I-2015, tercatat 3,9 juta penduduk Indonesia bekerja menjadi TKI di luar negeri. Data BNP2TKI mengindikasikan bahwa 65,6% dari jumlah TKI tersebut bekerja di wilayah Asia Pasifik dengan porsi terbesar Malaysia, Taiwan, Singapura, dan Hongkong. Sementara itu, 32,5% dari seluruh TKI 2010 2011 2012 2013 2014* 2015 Pembayaran Penerimaan Transfer Personal (net) * angka sementara; ** angka sangat sementara bekerja di wilayah Timur Tengah dan Afrika, terbesar berada pada Oman, Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (Grafik 11). TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL Di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global, persepsi investor yang masih positif terhadap prospek perekonomian Indonesia serta imbal hasil investasi yang menarik telah mendorong berlanjutnya arus masuk dana asing pada triwulan I- 2015. Total aliran masuk dana asing tercatat meningkat dari USD7,7 miliar pada triwulan IV-2014 menjadi USD13,3 miliar pada triwulan I-2015. Peningkatan tersebut terutama pada komponen investasi portofolio yang ditopang oleh bertambahnya net beli asing pada instrumen portofolio berdenominasi rupiah (SUN dan saham) dan adanya penerbitan obligasi global Pemerintah. Di sisi lain, arus masuk investasi langsung asing (PMA) dan pinjaman luar negeri korporasi tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya seiring melambatnya investasi domestik. Dengan perkembangan yang positif tersebut, transaksi modal dan finansial pada triwulan laporan mencatat surplus sebesar USD5,9 miliar. Namun demikian, surplus ini lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan IV-2014 sebesar USD8,9 miliar. Hal ini dipengaruhi oleh arus keluar investasi penduduk ke luar negeri terutama dalam bentuk penempatan simpanan swasta di luar negeri. (Grafik 12). Grafik 11 Posisi Tenaga Kerja Indonesia Tw. I-2015 Grafik 12 Transaksi Modal dan Finansial 14

Investasi Langsung Pada triwulan I-2015, aliran masuk investasi langsung (sisi kewajiban) tercatat sebesar USD5,3 miliar. Besarnya arus masuk investasi langsung tersebut mencerminkan kepercayaan investor terhadap kondisi fundamental ekonomi Indonesia serta prospek pertumbuhan ekonomi ke depan yang terjaga dengan baik. Meski demikian, arus masuk investasi langsung tersebut lebih rendah dibanding capaian triwulan sebelumnya sebesar USD5,9 miliar, seiring dengan perekonomian domestik terkontraksi 0,2% (qtq). Pelemahan investasi langsung tersebut juga didukung oleh laporan SKDU Bank Indonesia yang mengindikasikan kegiatan usaha tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya Sementara itu di sisi aset, arus keluar investasi langsung pada periode laporan tercatat sebesar USD3,0 miliar, meningkat dari USD2,9 miliar pada periode sebelumnya. Dengan perkembangan Berdasarkan arah investasi, arus masuk investasi langsung di Indonesia (PMA) selama triwulan laporan mengalami penurunan menjadi USD3,7 miliar dari USD5,1 miliar pada triwulan sebelumnya. Secara tahunan, aliran masuk PMA tersebut terkontraksi 25,1% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 13,6% (yoy). Secara sektoral, sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, sektor Manufaktur, dan sektor Pertambangan merupakan tiga sektor utama yang menarik aliran masuk modal PMA selama triwulan I- 2015 (Grafik 14). Ketiga sektor tersebut memiliki pangsa sebesar 89,6% dari total PMA. Secara tahunan, investasi langsung di ketiga sektor tersebut mencatat pertumbuhan sebesar 16,2% (yoy), meskipun pada saat yang sama perekonomian Indonesia melambat dari 5,14% (yoy) pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 4,7% (yoy). miliar USD 3,500 tersebut, investasi langsung neto pada triwulan I- 2015 mencatat surplus sebesar USD2,3 miliar, lebih rendah dibanding surplus pada periode sebelumnya sebesar USD3,0 miliar (Grafik 13). 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 Tw. I'14* Tw. II'14* Tw. III'14* Tw. IV14* Tw. I'15** 500 0-500 Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Pertambangan Manufaktur Konstruksi Keuangan (termasuk asuransi) Perdagangan * angka sementara; ** angka sangat sementara Grafik 14 Perkembangan PMA menurut Sektor Ekonomi Berdasarkan negara asal investasi, arus masuk investasi langsung didominasi oleh negara di kawasan ASEAN, kemudian disusul Jepang dan negara-negara Grafik 13 Perkembangan Investasi Langsung emerging Asia lainnya, termasuk Tiongkok (Grafik 15). Negara di kawasan ASEAN tercatat melakukan investasi langsung pada triwulan laporan sebesar USD2,7 miliar atau 71,6% dari total investasi langsung asing. 15

** Juta USD 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0-1,000-2,000 Tw. I'14* Tw. II'14* Tw. III'14* Tw. IV14* Tw. I'15** Jepang AS Eropa Emerging Market Asia * angka sementara ** angka sangat sementara Grafik 15 Perkembangan PMA menurut Negara Asal Perkembangan PMA yang positif tersebut sejalan dengan data realisasi PMA yang dipublikasikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 2. Selama periode laporan, BKPM mencatat realisasi PMA sebesar Rp82,1 triliun (ekuivalen dengan USD6,6 miliar), meningkat sekitar 4,3% dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp78,7 triliun (ekuivalen dengan USD6,8 miliar). Secara sektoral, BPKM mencatat bahwa realisasi PMA terkonsentrasi pada sektor pertambangan (24,0%); industri makanan (11,4%); dan industri alat angkutan & transportasi lainnya (8,8%). Ditinjau dari negara asal investasi, Singapura, Jepang, dan Mauritius merupakan negara asal investasi dengan nilai realisasi terbesar, masing-masing senilai USD1,3 miliar, USD1,0 miliar, dan USD0,4 miliar. Investasi Portofolio (termasuk China) ASEAN Lain-lain Di tengah berlanjutnya ketidakpastian di pasar keuangan global, investor nonresiden terus menambah kepemilikannya atas surat berharga domestik didorong oleh optimisme terhadap kondisi ekonomi domestik. Arus masuk investasi portofolio asing selama triwulan laporan tercatat sebesar 2 Data realisasi PMA BKPM mencatat keseluruhan nilai proyek yang direalisasikan pada suatu periode dan tidak mencakup investasi di sektor migas, perbankan dan lembaga keuangan lainnya, serta industri rumah tangga. Sementara, data PMA yang tercatat di NPI mencakup hanya data aliran modal yang diterima perusahaan PMA dari investor langsungnya dan perusahaan dalam satu grup di luar negeri selama suatu periode dan meliputi investasi langsung di seluruh sektor ekonomi. USD8,4 miliar, jauh lebih besar dari triwulan sebelumnya hanya sebesar USD62 juta (Grafik 16). Meningkatnya aliran masuk investasi portofolio asing tersebut terutama ditopang oleh meningkatnya net beli asing atas SUN adanya penerbitan obligasi global Pemerintah senilai USD4,0 miliar sebagai salah satu sumber pembiayaan fiskal. Selain itu, investor asing kembali tercatat melakukan net beli saham domestik setelah pada triwulan sebelumnya membukukan net jual. Outlet dana asing selama triwulan laporan bertambah dengan adanya penerbitan global bond korporasi. Dalam dinamika selama triwulan laporan, investor asing tercatat melakukan net jual atas instrumen portofolio rupiah, terutama SUN dan saham, pada Maret 2015 didorong sentimen global berupa concern investor terkait rencana kenaikan suku bunga the Fed (FFR). Di sisi aset, transaksi investasi portofolio pada triwulan I-2014 tercatat surplus USD0,4 miliar seiring net jual Indonesia atas instrumen portofolio asing. Dengan memperhitungkan aliran aset investasi portofolio tersebut, investasi portofolio neto pada triwulan laporan mencatat surplus sebesar USD8,9 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus USD1,9 miliar pada triwulan sebelumnya. miliar USD 10 8 6 4 2 0-2 -4-6 Investasi Portofolio 2010 2011 2012 2013 2014* 2015 Inv. Portofolio - Kewajiban Inv. Portofolio - Aset Investasi Portofolio (net) * angka sementara; ** angka sangat sementara Grafik 16 Perkembangan Investasi Portofolio Pada triwulan I-2015, aliran masuk dana asing pada instrumen Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi rupiah mencapai USD3,0 miliar, lebih 16

besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD1,0 miliar. Seiring dengan hal tersebut, kepemilikan asing pada SUN berdenominasi rupiah pada akhir triwulan laporan kembali naik menjadi sekitar USD36,6 miliar (42,8% dari total posisi SUN rupiah) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD35,5 miliar (41,6% dari total posisi SUN rupiah). Berkebalikan dengan perkembangan SUN, investor asing pada triwulan I-2015 melakukan net jual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar USD124,9 juta setelah pada triwulan sebelumnya mencatat net beli sebesar USD66 juta. Kondisi ini menyebabkan posisi SBI oleh asing menurun tajam menjadi hanya 0,2% dari total posisi SBI dari sebelumnya 2,1% (Grafik 17). Pasar saham pada triwulan I-2015 menunjukkan kinerja yang cenderung positif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara point-to-point mengalami peningkatan dan ditutup pada level 5.518,68 dari posisi akhir triwulan IV-2014 5.226,95. Penguatan indeks saham bursa Indonesia didukung oleh indeks sektoralnya yang semuanya menunjukkan arah peningkatan. Grafik 18 Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG Grafik 17 Perkembangan Posisi Kepemilikan SBI & SUN oleh Asing Sementara itu, di pasar saham, perilaku investor asing mempengaruhi penguatan pasar saham domestik pada triwulan I-2015. Investor nonresiden tercatat membukukan net beli sebesar USD0,4 miliar, berkebalikan dengan net jual sebesar USD0,5 miliar pada triwulan sebelumnya. Aksi net beli terjadi pada Januari dan Februari 2015, masing-masing sebesar USD0,02 miliar dan USD0,8 miliar, sementara pada Maret 2015 asing membukukan net jual USD0,4 miliar. Pada triwulan I-2015, IHSG bergerak searah dengan pergerakan indeks harga saham di bursa regional Asia Tenggara yang berada dalam tren peningkatan. Seluruh harga saham di bursa regional ditutup menguat dibandingkan dengan harga penutupan akhir triwulan IV-2014 (Grafik 19). Grafik 19 Perkembangan Indeks Bursa di Beberapa Negara ASEAN 17

** ** Aktivitas pasar saham pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada triwulan I-2015 ditopang oleh tambahan 2 emiten baru yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) yaitu PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) dengan total emisi senilai USD342,4 juta. Jumlah emiten tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan 6 emiten baru yang melakukan IPO pada triwulan IV-2014 namun dengan total nilai emisi yang lebih rendah, yaitu senilai USD290,4 juta. Dilihat dari sektor institusi, surplus investasi portofolio pada triwulan I-2015 sebagian besar disumbang oleh sektor publik yang mencatat arus masuk investasi portofolio neto sebesar USD7,7 miliar, jauh lebih besar dari surplus USD2,9 miliar pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, investasi portofolio sektor swasta secara neto mencatat arus masuk bersih sebesar USD1,2 miliar, berkebalikan dengan defisit USD1,0 miliar pada triwulan sebelumnya (Grafik 20). miliar USD 10 8 6 4 2 0-2 -4-6 -8-10 -12 2010 2011 2012 2013 2014* 2015 Inv. Lainnya - Kewajiban Inv. Lainnya - Aset Investasi Lainnya (net) * angka sementara; ** angka sangat sementara Grafik 21 Perkembangan Investasi Lainnya Pada sisi aset, transaksi investasi lainnya sektor swasta pada triwulan laporan mengalami defisit (arus keluar bersih) USD5,0 miliar, berkebalikan dengan surplus USD2,3 miliar pada triwulan sebelumnya. Defisit tersebut terutama bersumber dari transaksi penempatan simpanan sektor swasta domestik di luar negeri seiring dengan masih derasnya arus masuk modal portofolio asing (Grafik 22). miliar USD 6 4 2 0-2 -4-6 -8-10 -12 2010 2011 2012 2013 2014* 2015 Grafik 20 Investasi Portofolio menurut Sektor Institusi Investasi Lainnya Transaksi investasi lainnya pada triwulan I-2015 mengalami defisit US5,3 miliar, berkebalikan dengan periode sebelumnya yang mencatat surplus sebesar USD4,1 miliar. Defisit tersebut dipengaruhi oleh transaksi penempatan simpanan sektor swasta domestik di luar negeri dan net penarikan pinjaman luar negeri yang lebih rendah (Grafik 21). Grafik 22 Transaksi Aset Investasi Lainnya Sektor Swasta Pada sisi kewajiban, surplus transaksi investasi lainnya di sektor swasta pada triwulan laporan menyusut menjadi USD0,8 miliar dari surplus triwulan sebelumnya sebesar USD3,6 miliar. Turunnya surplus tersebut dipengaruhi net penarikan pinjaman luar negeri korporasi yang lebih rendah mengikuti perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik (Grafik 23). Aset lainnya Uang & Simpanan Pinjaman Investasi Lainnya - Aset * angka sementara; ** angka sangat sementara 18