BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS POTENSI WISATA HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal. dan sebagainya (Wikipedia, 2015).

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Rahayu, Harkunti P (2009) didefinisikan sebagai. ekonomi.meminimalkan risiko atau kerugian bagi manusiadiperlukan

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3.

BAB III TINJAUAN UMUM WILAYAH PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB III GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PENGEMBANGAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI SEBAGAI DESTINASI WISATA HERITAGE

BAB VI INFRASTRUKTUR

2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I. yaitu lempeng Eurasia, lempeng Samudera Hindia- Benua Australia dan lempeng

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen,

MENGENAL SISTEM PERKOTAAN:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

KARAKTERISTIK BANGUNAN KANTOR KELURAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Islamic : Islamic (bahasa Inggris) yang artinya berhubungan dengan Islam (Echols & Shadily, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K Prodi Geografi FKIP UNS

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Bhagyashri, Pranav, & Achaliyaparag, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pariwisata di Indonesia saat ini mengalami peningkatan dan terus

BAB III TINJAUAN GALERI WAYANG KULIT KI ANOM SUROTO DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada bidang pendidikan. Perubahan dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata sebaiknya tetap menjaga citra tujuan wisata dan lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 GAMBARAN UMUM SITE PERENCANAAN. Gambar Peta Surakarta Sumber : (Bappeda, 2016)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MEMBACA PETA RBI LEMBAR SURAKARTA MATA KULIAH KARTOGRAFI DASAR OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA Penelitian tentang kampung kota dari pakar teknik arsitektur pada umumnya lebih banyak yang mengupas masalah tata ruang kota, tipologi ruang, urbanitas. Sedangkan definisi kota menurut Basundoro adalah sebuah kawasan yang di tempat tersebut ada aktivitas penghuninya. Manual Castells menyebutkan bahwa kota seperti halnya seluruh realitas sosial adalah produk sejarah, tidak hanya pada materials fisiknya, tetapi juga makna budayanya. Seperti halnya Kota Surakarta (Sumintarsih dan Ambar Adrianto, 2014 : 23). A. Geografis Kota Surakarta Kota Surakarta yang terletak di daratan rendah di ketinggian 105 meter dari permukaan laut dan di pusat kota 95 meter dari permukaan laut, dengan luas 44,04 km² (0,14% luas Jawa Tengah). Kota Surakarta berada di Provinsi Jawa Tengah, terletak di antara 110 45 15 110 45 35 Bujur Timur dan 70 36 70 56 Lintang Selatan dan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan. Kota Surakarta juga dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu (tinggi 3.115 meter) di bagian barat dan Gunung Lawu (tinggi 2.806 meter) di bagian timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Tanah di sekitar kota ini cukup subur, karena dikelilingi oleh sungai terpanjang di Pulau Jawa yaitu Sungai Bengawan Solo, dan sungai-sungai yang dilewati seperti Kali Anyar, Kali Pepe, dan Kali Jenes (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2016 : 6). Wilayah-wilayah yang ada di Kota Surakarta sangatlah bagus dan menarik apabila dijadikan salah satu destinasi alternatif bagi wisatawan. Yaitu berwisata dengan sejarah dan budaya Kota Solo melalui toponimi Solo heritage dengan mengetahui daya tarik dan potensi apa saja yang ada pada daerah-daerah yang memiliki potensi tersebut. 31

32 Pemerintah Kota Surakarta juga telah melakukan perlindungan Cagar Budaya dengan menerbitkan Keputusan Walikota Nomor : 646/116/I/1997 tanggal 31 November 1997 Tentang Penetapan Bangunan dan Kawasan Kuno Bersejarah di Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2016 : 9). Kota Surakarta memiliki berbagai macam nama kampung yang dimiliki. Seperti kampung-kampung yang berada di Kecamatan Banjarsari. Dimana, kampung tersebut memiliki nilai sejarah dan budaya serta menjadi kawasan heritage di Kota Surakarta. Sebelum bernama Kecamatan Banjarsari, kawasan ini bernama daerah Mangkunegaran. Lalu, pada tahun 1933 teciptalah nama Kecamatan Banjarsari sampai sekarang (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2016 : 9). B. Toponimi Kota Surakarta Toponimi menurut Tim Peneliti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dalam bukunya Toponimi Kutha Sala Bagian I, 2012, isinya antara lain mendefiniskan kata toponimi diturunkan dari bahasa Inggris yang memiliki pengertian toponimy is the study of toponyms (Random House Dictionary, 1968 : 1386) atau toponimie : plaatsnamen kunde (MJ Koenens, 1938 : 1038). Dari kedua pengertian tersebut bila dirangkum menjadi pengertian bahwa toponimi adalah ilmu yang bergerak dalam penelitian pemetaan dan penggambaran namanama tempat. Oleh karena itu, dengan bekal pengetahuan tentang toponimi itu kita dapat menunjukkan asal-usul atau sejarah terjadinya nama-nama dari tempattempat tertentu, desa, kota, negara, gunung, sungai, dan sebagainya, serta menentukan tempatnya di dalam peta geografis serta dalam tempatnya yang sebenarnya, hingga akhirnya dapat membuat peta geografisnya (topografi) mengenai tempat-tempat tersebut. Di samping itu, dengan pengetahuan toponimi dapat memperoleh pengetahuan tentang kegiatan dan hasil kegiatan serta sikap dan pandangan hidup penduduk di tempat-tempat tersebut pada zaman dahulu hingga sekarang, khususnya dalam tradisi pemberian nama orang, tempat, dan bangunan atau benda.

33 Pengetahuan tentang peta-peta lama (topografi dan toponimi) sering dilupakan dalam kegiatan penelitian dan penulisan yang bersangkut pun dengan letak, situasi, dan kondisi serta sejarah terjadinya sesuatu tempat, daerah, kota, atau negara tertentu bahkan sejarah pemberian nama orang sejak dahulu hingga sekarang. Penemuan atau penentuan peta lama akan sangat bermanfaat sebagai alat penerang bagi masalah atau peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di dalam kehidupan manusia di sesuatu tempat tertentu. Untuk menandai sesuatu, maka orang memberi tanda yang mengandung ciri-ciri dan atau sifat-sifat dari sesuatu itu. Tanda ini biasa disebut nama. Manusia, hewan, tumbuhan, sesuatu tempat desa, kota, negara diberi nama. Bahkan bangunan pun diberi nama sebagai tanda pengenal berdasarkan ciri-ciri dan kondisi letaknya serta fungsinya. Sebagai contoh Desa Pereng diberikan nama tersebut karena letak tempat itu di lereng bukit, gunung atau di bawah jurang. Sama juga dengan nama Jurang Jero, Prapatan, Bukit Barisan, Gunung Merapi, Sala, dan sebagainya. Lain lagi nama Pringgalayan, Kusmadilagan, Purwapuran, Reksaniten, Wiragunan, Wirapaten, Yasadipuran dan sejenisnya untuk menunjukkan tokoh penting yang bertempat tinggal di kampung tersebut. Atau Mertalulutan, Saragenen, Gandekan, Miji Pinilihan untuk menunjukkan tempat sekelompok abdi dalem bertempat tinggal di situ. Pembahasan terhadap tradisi pemberian nama dan pemetaan tempat-tempat dan letak bangunan akan menyangkut usaha untuk menemukan gejala-gejala masa lampau yang berproses menjadi hasil karya dalam bidang budaya masyarakat, terutama masyarakat orang Jawa khususnya di Kota Surakarta (Tim Peneliti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2012 : 16). C. Mata Pencaharian Penduduk di Kota Surakarta Masyarakat di Kota Surakarta memiliki mata pencaharian yang bermacammacam karena pengaruh dari lingkungan perkotaan. Mata pencaharian tersebut terdiri dari petani sendiri, pekerja tani, usahawan, pekerja industri, pekerja bangunan, angkutan, pensiunan (pesara), dan lain-lain. (https://santyaminah.wordpress.com/2011/04/06/peta-perekonomian-kota-solo/). Masyarakat Kota Surakarta sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, dan wirausahawan.

34 D. Demografis Kota Surakarta 1. Jumlah penduduk di Kota Surakarta Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Surakarta pada tahun 2014 (terbaru), Kota Surakarta memiliki jumlah penduduk perempuan (262.011) lebih banyak dibanding dengan jumlah penduduk laki-laki (248.066), bila di total bisa mencapai 510.077 jiwa. 2. Tingkat pendidikan di Kota Surakarta Menurut data Badan Pusat Statistik 2014, tingkat pendidikan di Kota Surakarta cukup tinggi untuk kalangan tingkat Sekolah Dasar dibandingan dengan kalangan Perguruan Tinggi. Berikut data persentase tingkat pendidikan Kota Surakarta dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum hingga Perguruan Tinggi. Tabel 2. Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tingkat Pendidikan Persentase Sekolah Dasar 99.60% Sekolah Menengah Pertama 97.21% Sekolah Menengah Umum 78.10% Perguruan Tinggi 42.05% Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2014 E. Administratif Kota Surakarta Pemerintahan Kota Surakarta di bagi menjadi 5 kecamatan dan terbagi ke dalam 51 kelurahan. Kelima kecamatan yang ada di Kota Surakarta adalah: 1. Kecamatan Jebres terdapat 11 Kelurahan 2. Kecamatan Banjarsari terdapat 13 Kelurahan 3. Kecamatan Laweyan terapat 11 Kelurahan 4. Kecamatan Pasar Kliwon terdapat 9 Kelurahan 5. Kecamatan Serengan terdapat 7 Kelurahan

35 Pembagian letak administratif Kota Surakarta adalah sebagai berikut. Gambar 3. Peta Kecamatan di Kota Surakarta Sumber : www.surakarta.go.id Adapun luas wilayah masing-masing kecamatan yang tercatat : Kecamatan Serengan dengan luas wilayah terkecil yaitu 319,40 ha. Disusul Kecamatan Pasar Kliwon seluas 481,52 ha dan Kecamatan Laweyan seluas 863,86 ha. Sementara kecamatan dengan wialayah terluas adalah Kecamatan Banjarsari yaitu 1.481, 10 ha dan disusul Kecamatan Jebres 1.258, 18 ha. Sehingga, luas total kecamatan di Kota Surakarta mencapai 4.404,06 ha. (Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan 2016 2026, 2016). F. Pariwisata Kota Surakarta Kota Surakarta sekarang merupakan kota yang memiliki unggulan mengenai pariwisata. Banyak obyek wisata dan atraksi wisata, serta event wisata yang ada di Kota Surakarta ini. Dari obyek wisata yang memiliki nilai sejarah hingga wisata minat khusus. Banyak wisatawan dari luar Kota Surakarta yang mengunjungi kota ini untuk berwisata. Oleh karena itu, sektor pariwisata di Kota Surakarta perlu dikembangkan agar lebih maju dan menarik wisatawan lebih banyak, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Selain itu, dapat menambah sektor perekonomian setempat bila kawasan yang dijadikan obyek wisata dapat mendatangkan wisatawan dari berbagai daerah hingga negara. Tidak hanya obyek wisata, namun atraksi wisata dan event tahuanan Kota Surakarta,

36 juga dapat dijadikan potensi dan daya tarik, mengingat Kota Surakarta sendiri merupakan kota yang memiliki beberapa nilai sejarah, adat-budaya, bangunan cagar budaya dan kawasan heritage. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, potensi dan daya tarik di Kota Surakarta dikelompokkan atau dikategorikan dalam tiga peringkat, yaitu : 1. Peringkat A Peringkat A merupakan obyek dan daya tarik wisata yang menjadi andalan, sangat terkenal bahkan menjadi salah satu icon Kota Surakarta. obyek dan daya tarik yang tergolong dalam kategori ini adalah Pura Mangkunegaran karena dilihat dari berbagai aspek, obyek wisata ini memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan obyek wisata lainnya. 2. Peringkat B Peringkat B adalah obyek dan daya tarik wisata unggulan yang berpotensi untuk dikembangkan, dilihat dari kondisi obyek, keunikan, lingkungan, dan skala kunjungan. Jenis obyek ini dapat memunculkan daya tarik yang baru yaitu obyek wisata yang sedang berkembang, sebagian sudah ada pengelola dan sebagian belum di kelola seperti obyek wisata Taman Balekambang. 3. Peringkat C Peringkat C merupakan obyek dan daya tarik yang potensial, namun masih belum berkembang karena kualitas sumber daya wisata yang masih kurang nilainya dilihat dari berbagai aspek, sepeerti obyek wisata Taman Sriwedari. Pengembangan obyek wisata kategori pertama sebagai unggulan diharapkan dapat mengangkat prospek pengembangan obyek dan daya tarik wisata untuk kategori kedua dan ketiga yang saat ini belum berkembang. (Mayar Mayasari, 2010). G. Sekilas tentang Dinamika Wisata di Kota Surakarta Sejak berdirinya Kota Surakarta, kota ini selalu mengalami kemajuan dan modernisasi yang cepat. Sehingga muncul berbagai macam kebutuhan masyarakat saat ini. Apalagi di sektor pariwisata yang sedang naik daun seperti sekarang. Banyak rancangan dan rencana untuk membuat destinasi wisata baru di Kota

37 Surakarta, seperti dibentuknya Kota Pusaka dengan membuat Museum Keris di kawasan Sriwedari, lalu direncanakannya program wisata air di sepanjang sungai yang ada di kota-kota Solo. Hal-hal tersebut merupakan salah satu bentuk pengembangan destinasi wisata kota yang sadar akan potensi wisata yang dimiliki. Perkembangan mengenai wisata di Kota Surakarta, juga tidak luput dengan banyaknya makanan atau jajanan khas yang populer dari resep lama hingga dapat disajikan ke masa sekarang. Tentu hal tersebut juga merupakan bentuk berkembangnya makanan khas kota masa lalu yang masih sama dengan saat ini, sehingga dapat menunjang wisatawan untuk berkunjung ke kota Surakarta. Selain menikmati obyek wisata yang ada, juga dapat mencicipi kuliner khas Kota Surakarta yang masih dilestarikan keberadaannya. Kurang lebih berjalan 10 tahun, Kota Surakarta menjadi berkembang di aspek pariwisata, terutama dengan adanya event tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah Kota Surakarta, dengan mengenalkan tempat-tempat bersejarah sebagai venue-nya, sehingga menambah daftar obyek wisata minat khusus bagi wisatawan, seperti dengan bangunan Benteng Vasternburg yang sering digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan kota. Tidak hanya itu, sekarang pun di Kota Surakarta, juga sudah mulai banyak menjadikan kampung-kampung kuno sebagai destinasi wisata minat khusus di Kota Surakarta. Seperti Kampung Baluwarti yang sudah mulai berjalan dengan wisata susur kampungnya. Tentu hal ini sangat menarik bagi wisatawan luar ataupun setempat yang berkunjung, karena konsep tersebut berbeda dengan destinasi wisata lainnya. Tidak hanya dapat menyaksikan keindahan kampung tersebut, akan tetapi dapat belajar sekaligus mengenal toponimi (asal-usul) nama kampung yang dijajaki. Namun, hal tersebut akan lebih menarik lagi, apabila ditambahi faktor-faktor penunjang atau fasilitas lain, supaya wisatawan merasa sangat puas untuk berkunjung ke destinasi wisata tersebut.

38 H. Kecamatan Banjarsari Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Banjarsari Sumber : www.surakarta.go.id Kecamatan Banjarsari memiliki 13 kelurahan, antara lain : Kelurahan Keprabon, Kelurahan Timuran, Kelurahan Setabelan, Kelurahan Ketelan, Kelurahan Kestalan, Kelurahan Punggawan, Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Manahan, Kelurahan Gilingan, Kelurahan Nusukan, Kelurahan Sumber, Kelurahan Banyuanyar, dan Kelurahan Kadipiro. Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan terbesar di Kota Surakarta, yaitu 33,63% dari luas wilayah Kota Surakarta dengan luas wilayah ± 1.481,10 ha. Secara geografis terletak pada 1100 BT 1110 BT dan 7,60 LS LS - 80 LS. Kecamatan Banjarsari terletak di sebelah utara di Jalan Letjen S. Parman 133 Surakarta, 57130 (www.surakarta.go.id).

39 I. Kawasan Heritage di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Kawasan heritage di Kota Surakarta beragam letaknya. Namun, pada laporan ini akan membahas mengenai kawasan heritage di kawasan Kecamatan Banjarsari. Kecamatan Banjarsari pada mulanya bernama Kawedanan Distrik Kota Mangkunegaran, kemudian setelah tahun 1933 dijadikan daerah Kecamatan Banjarsari (Tim Peneliti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2012 : 76). Daerah Kecamatan Banjarsari dahulu menjadi daerah Kota Mangkunegaran. Adapun batas-batas daerah Kadipaten Mangkunegaran dengan daerah Keraton Kasunanan adalah : dari kampung Jurug ke utara mengikuti aliran Bengawan Solo sampai pertemuan dengan Sungai Susukan, ke barat mengikuti aliran sungai Susukan tersebut sampai di kampung Debegan, ke selatan kampung Kandangsapi, sampai Panggung, belok ke barat sampai di kampung Margoyudan. Ke selatan sampai di sungai Pepe dan seterusnya (Tim Peneliti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2012 : 76). Banjarsari dahulu bernama kampung Balapan, sebab daerah tersebut merupakan tanah lapang luas untuk pacuan kuda. Pada zaman Mangkunegara IV memerintahkan untuk membuat tempat pacuan kuda di sebelah utara Pasar Legi (sekarang merupakan tempat berdirinya Monumen Perjuangan 45). Kemudian, di bangun pula tribune (panggung) tempat duduk para pembesar kerajaan (Mangkunegaran) yang menyaksikan pacuan kuda tersebut. Sekarang, nama Balapan sendiri merupakan nama stasiun kereta api pusat di Surakarta (Tim Peneliti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2012 : 76). Sejak zaman Mangkunegara V, tempat pacuan tersebut dibangun rumahrumah mewah untuk para pembesar Belanda yang dinamakan Villa Park. Rumahrumah tersebut dibangun berbanjar dan kelihatan sangat indah (sari) maka kemudian disebut dengan nama Banjarsari (banjar berarti rumah besar), dan kelihatan indah (asri, sari). Sekarang rumah-rumah tersebut masih berdiri dengan megah dan satu di antaranya digunakan sebagai tempat Residen Surakarta, dan

40 sekarang merupakan tempat berdirinya Monumen 45 dan Villa Park Banjarsari (Tim Peneliti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2012 : 77). Berikut merupakan obyek heritage di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta antara lain adalah : 1. Stasiun Solo Balapan Kelurahan Kestalan 2. Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) Kelurahan Kestalan 3. Ponten Kelurahan Kestalan 4. Villa Park Banjarsari Kelurahan Setabelan 5. Monumen 45 Kelurahan Setabelan 6. Pasar Antik Windujenar Triwindu Kelurahan Keprabon 7. Istana Pura Mangkunegaran Kelurahan Keprabon 8. Masjid Al-Wustho Kelurahan Ketelan 9. Monumen Pers Kelurahan Timuran 10. Taman Balekambang Kelurahan Manahan