MALAKOK SEBAGAI SYARAT UNTUK MENJADI WARGA MASYARAKAT DI NAGARI TANJUNG SANI KABUPATEN AGAM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN SANKSI ADAT KAWIN SASUKU DI NAGARI MUARO SUNGAI LOLO KABUPATEN PASAMAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

TRADISI MANGAKU INDUAK DAN MANIMBANG SALAH DALAM PERKAWINAN DI NAGARI TARATAK BARU KECAMATAN TANJUNG GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH:

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires ( ), seorang

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

TRADISI UANG JAPUIK DAN UANG ILANG DALAM SISTEM PERKAWINAN DI NAGARI TANDIKEK KECAMATAN PATAMUAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Adapun Monografi Kenagarian di Kecematan Bayang yang menjadi objek penelitian penulis sebagai berikut:

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

ADOPSI HUKUM ADAT MATRILINEAL AKIBAT HUKUM ADOPSI 15/03/2018

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, suku Batak, suku Jawa, suku Minang dan suku Melayu.Setiap

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB I PENDAHULUAN. suatu kekayaan dan potensi yang dimiliki oleh bangsa yang besar ini.dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

KEBERLANJUTAN SISTEM MATRILINEAL KELUARGA MUDA MINANG DI ERA GLOBALISASI

BAB II ISI. A. Pengertian Adat

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa. Oleh karena itu, pengertian perkawinan

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB III MONOGRAFI KENAGARIAN PASAR LAMA MUARA AIR HAJIKECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

Orang Ujung Gading. Etnografi. Nuriza Dora 1)

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERKAWINAN SASUKU DI NAGARI AIR DINGIN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

PELAKSANAAN PROSESI PEMINANGAN DALAM PERKAWINAN PADA SUKU KOTO PILIANG DAN BODI CANIAGO DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL OLEH RESI SUSANTI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sangat keji dan merupakan jalan yang sesat. Zina merupakan perbuatan amoral, munkar dan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang statusnya sama dengan unsur lainnya seperti suku, tanah, rumah, dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Selatan, Sumatera Barat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah"(QS. az-zariyat : 49).

SANKSI ADAT TERHADAP PERKAWINAN SESUKU DALAM KENAGARIAN SUNGAI ASAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

THE ROLE OF MAMAK IN MOTIVATING KAMANAKAN TO LEARN MINANGKABAU CUSTOM SPEECH IN KANAGARIAN SALIMPAT DISTRICTS OF LEMBAH GUMANTI SOLOK REGENCY.

FUNGSI MALAM BAETONG DALAM UPACARA PERKAWINAN BAGI MASYARAKAT TIKU KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI SULIT AIR-KABUPATEN SOLOK)

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dua jenis, laki-laki dan perempuan. Untuk mengikat kedua jenis. dan seluruh keluarga kedua belah pihak.

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Hukum Adopsi menurut Hukum Adat

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

BAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Progran Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu dijadikan tuhan berpasang-pasangan. Begitupun manusia dijadikan

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

JURNAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI KERAPATAN ADAT NAGARI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG. Oleh: P R I M A Z O L A NPM:

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

di Ampang kuranji Kabupaten Dharmasraya 3 Wawancara dengan Val tanggal 25 April 2014

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang

Transkripsi:

e-issn: 2502-6445 https://ejurnal.stkip-pessel.ac.id/index.php/kp P-ISSN: 2502-6437 September 2017 MALAKOK SEBAGAI SYARAT UNTUK MENJADI WARGA MASYARAKAT DI NAGARI TANJUNG SANI KABUPATEN AGAM Hafizah 1) 1 Dosen Yayasan Prodi Pendidikan Kewarganegaraan STKIP Ahlussunnah Bukittinggi hafizah_pipit@yahoo.co.id Abstract This study attempts to express a meaning malakok for the citizens who come from outside the nagari tanjung sani, requirements and the process malakok, conflicts that have occurred if not malakok in nagari tanjung sani, kabupaten agam.the kind of research is the type study kasus.tekhnik election informants uses the method ( purposive sampling ).hasil research shows that malakok is a prerequisite to gain citizens for recognized where i new.it means for residents who come from outside the nagari tanjung sani and to their children is that they are valued as well as having tribe and niniak mamak when married can get and can complained to niniak mamak and the community when things go wrong.as for requirements and procedures malakok in the nagari tanjung sani among others. ( 1 ) there give gold of 2 to 5 gold in carano filled with siriah. ( 2 ) there are also by cutting of animals as notification to the people a lot that children the a have malakok and official as a son and nephews the in the.when the requirements been fulfilled so come 4 priest to the handover of the in the child.problems often emerge if newcomers not doing malakok so they commit married with local residents because they are considered a person who is not polysyllabic and not berniniak mamak and do not have the origin of, then newcomers embarrassed and shutting out because they could no implement customary malakok in nagari tanjung sani. Keyword: malakok, customary, a procession Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan makna Malakok untuk warga yang berasal dari luar Nagari Tanjung Sani, syarat dan proses malakok, Konflik yang terjadi jika tidak malakok di Nagari Tanjung Sani, Kabupaten Agam. Jenis penelitian adalah jenis studi kasus.tekhnik pemilihan informan menggunakan metode (purposive sampling).hasil penelitian menunjukkan bahwa Malakok merupakan syarat untuk menjadi warga yang diakui ditempat yang baru. Maknanya bagi warga yang berasal dari luar Nagari Tanjung Sani maupun untuk anak anak mereka adalah agar mereka dihargai serta memiliki suku dan niniak mamak ketika menikah nanti dan dapat mengadu kepada niniak mamak dan masyarakat ketika terjadi masalah. Adapun syarat dan tata cara malakok di daerah Nagari Tanjung Sani antara lain. (1) ada yang memberikan emas sebesar 2 sampai 5 emas dalam Carano yang diisi dengan siriah.(2) ada juga dengan Memotong hewan sebagai pemberitahuan kepada masyarakat banyak bahwa anak si A telah malakok dan resmi menjadi anak sekaligus kemenakan dalam suku tersebut. Ketika persyaratan sudah dipenuhi maka didatangkan 4 penghulu untuk serah terima suku pada si anak. Masalah sering muncul jika pendatang tidak melakukan malakok maka mereka dilarang menikah dengan warga setempat karena dianggap orang yang tidak bersuku dan tidak berniniak mamak serta tidak memiliki asal usul, kemudian pendatang merasa malu dan menutup diri karena tidak sanggup melaksanakan adat malakok di Nagari Tanjung Sani. Kata Kunci : Malakok, adat, prosesi 149

PENDAHULUAN Menurut Soekanto (2004: 149) Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tampa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Menurut Soemardjan dan Soemardi (dalam Soekanto, 2004: 173) kebudayaan adalah semua hasil karya cipta, rasa dan karya masyarakat yang menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Masyarakat Minangkabau menganggap bahwa memiliki suku adalah sebagai tanda bahwa mereka memang berbudaya dan keturunan Minangkabau. Artinya mereka tidak luput dari budaya yang diterapkan di daerah Minangkabau. Di Nagari Tanjung Sani jika ada sebuah keluarga berasal dari luar Nagari Tanjung Sani dan memutuskan menetap tinggal di Tanjung Sani baik bersuami atau beristrikan orang Tanjung Sani atau tidak, maka wajib melakukan adat Malakok sebagai tanda bahwa mereka sudah bersuku, beradat dan bermamak di Nagari Tanjung Sani sehingga anakanak dari warga pendatang tidak malu dengan calon istri atau suami ketika menikah nanti. Malakok di minangkabau adalah proses bergabungnya seseorangdengan adat minangkabau, sehingga orang tersebut bisa disebut orang minangkabau."malakok"ada dua kelompok anggota masyarkat atau pendatang yang berasal dari luar adat nan salingka nagari atau dari luar Minangkabau yang dapat di lakokkan atau dimasukkan kedalam sebuah suku yang ada di nagarinagari di Minangkabau, seperti urang Samando, dan anak pusako, para pendatang baik sebagai pegawai atau pedagang yang tinggal dalam waktu lama di Minangkabau. Menurut Amir (1997: 61) Masyarakat diterima dan ditampung dalam struktur persukuan Minangkabau (menjadi kemenakan di Minangkabau) setelah membayar upeti adat dalam bentuk uang, barang, maupun hewan. Artinya kalau seseorang ingin menjadi orang Minangkabau atau memiliki suku dan mamak di suatu daerah haruslah terlebih dahulu memenuhi aturan-aturan dan syarat-syarat yang telah ditentukan dalam adat. Adapun suku yang terdapat di Kenagarian Tanjung Sani, Kabupaten Agam yaitu: Suku Caniago, piliang, Tanjung, Jambak, Melayu, Koto, dan suku Guci. Akan tetapi suku guci ini terpecah menjadi tujuh yaitu: Guci Datuak Rajo Bandaro, Guci Bandaro sati, Guci Pamuncak, Guci siri, Guci marajo, Guci datuaktalarangan, Guci datuak rajo madirajo. Masalah sering muncul jika pendatang tidak melakukan malakok maka mereka dilarang menikah dengan warga setempat karena dianggap orang yang tidak bersuku dan tidak berniniak mamak serta tidak memiliki asal usul, kemudian warga pendatang tidak dihargai dan tidak dibawa rapat mufakat ketika mengadakan suatu acara Nagari. Warga pendatang merasa malu ketika ditanya oleh warga setempat tentang niniak mamak di Nagari Tanjung Sani. Warga pendatang tidak bisa melakukan baralek gadang karena tidak ada niniak mamak yang akan menanti calon besan, tidak sedikit warga yang tidak malakok merasa malu dengan calon besan ketika menikahkan anaknya yang tidak memiliki niniak mamak di Nagari Tanjung Sani, jika ada masalah adat seperti seorang anak dari keluarga pendatang yang mesum dengan suku lain maka niniak mamak tidak bisa menyelesaikan karna tidak malakok, masyarakat setempat pun sungkan 150

untuk menolong warga pendatang jika belum malakok karena rasa kekeluargaan itu tidak ada, sehingga membulkan kekecewaan pada warga pendatang. (4) Jika terjadi perselisihan diantara suami istri yang mereka tidak mampu untuk manyelesaikan, maka mereka dapat mengadu kepada niniak mamak atau keluarga lain yang se suku dengan mereka. Sehingga dapat menjadi penengah dan sekaligus memilah hakhaknya menurut aturan adat yang berlaku di Nagari. Berdasarkan hal-hal diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Malakok sebagai syarat untuk menjadi warga masyarakat di Nagari Tanjung Sani Kabupaten Agam. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian fenomena malakok adalah tipe studi kasus. Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan atau menginterpretasikan suatu kasus (case) dalam konteks nya secara natural tampa ada intervensi dari pihak luar (Salim, 2003:93). Tipe studi kasus dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan mendalam tentang Malakok sebagai syarat untuk menjadi warga masyarakat di Nagari Tanjung Sani Kabupaten Agam. Penelitian ini termasuk tipe studi kasus instrinsik dengan model studi kasus tunggal dengan single level analysis. Tekhnik pemilihan informan dengan menggunakan motode (purposive sampling). Artinya informan ditentukan secara sengaja atas pertimbangan tertentu bukan secara acak (Faisal, 1990:56). Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 12 orang masyarakat setempat. Data yang dikumpulkan dari dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan sekunder. Data primer data yang berhubungan langsung dengan pelaku yang memakai Tradisi Malakok sebagai syarat untuk menjadi warga masyarakat di Nagari Tanjung Sani Kabupaten Agam. Tekhnik yang dipakai untuk mendapatkan data adalah observasi atau pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Tekhnik penjamin keabsahan data merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam penelitian kualitatif. Dalam hal ini untuk menjamin dan memperkuat keabsahan data penelitian tentang Malakok sebagai syarat untuk menjadi warga masyarakat, diantara langkah-langkah yang peneliti lakukan diantaranya: 1) perpanjang keikutsertaan, 2) ketekunan pengamatan, dan 3) triangulasi data (Moleong, 2009: 327-330) Penelitian ini dimulai pada tanggal 18 Oktober 2016 sampai 20 Januari 2017. Jadi, kira-kira penelitian ini berlangsung sekitar 4 Bulan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Adat Minangkabau adalah aturan bermasyarakat di Minangkabau yang pada awalnya diciptakan oleh leluhurnya, yaitu Datuk Perpatiah Nan Sabatang dan Datuk Katemanggungan yang kemudian mengalami proses perkembangan.ajaran-ajarannya membedakan secara tajam antara manusia dengan hewan dalam tingkah laku dan perbuatanyang didasarkan pada ajarn-ajarannya berbudi baik dan bermoral mulia sesama manusia dan alam lingkungannya.dalam ketentuan adatpepatah mengatakan adat itu menyangkut dengan ajarannya adalah: 151

Sawah diagih pamatang ladang diberi mintolak nan baseso tapung jo sadah nan babateh minyak jo aia. Nantinya dari adat itu mengatur tata kehidupan masyarakat baik secara perorangan maupun secara bersama dalam setiap tingkah laku dan perbuatan dalam pergaulan yang berdasarkan budi pekerti yang baik dan mulia, sehingga tiap pribadi mampu merasakan kedalam dirinya apa yang dirasakan oleh orang lain,seperti kata pepatah adat: Adat bapiak kulik Sakik dek awak sakik dek urang Sanang dek awak sanang dek urang Elok dek awak katuju dek urang Berbicara tentang adat Minangkabau harus dilihat secara menyeluruh karena adat Minangkabau terdiri atas beberapa jenis. Namun antara yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan karena merupakan satu kesatuan yang terdiri dari : a. Adat Nan Babuhua Mati Yaitu aturan aturan adat Minangkabau yang tidak biasa diubahubah walau dengan kata sepakat sekalipun. b. Adat nan Babuhua Sentak Yaitu aturan-aturan yang dibuat dengan kata mufakat oleh pemuka adat di Minangkabau di tiap nagari. Sifatnya boleh dirobah asal dengan melalui kesepakatan pula. Fungsi serta keberhasilan seorang ayah dalam membina hubungan anak dengan keluarga bako atau dengan dunsanak kemanakannya sangatlah menentukan dalam masalah malakok atau mamasukan seorang anak kepada sebuah suku di Minangkabau. Dia tidak akan menemui kesilitan dalam hal malakokkan anaknya kesebuah suku di Minangkabau jika dia mengerti dan memahami serta melaksanakan apa disebutkan dalam pepatah "anak di pangku kemanakan dibimbing, urang kampung di patenggangkan, tenggang nagari jan binaso". Jika hal itu tidak terlaksana dengan baik sangatlah tidak mungkin akan berhasil, karena dengan bako saja hubungan tidak baik, bagaimana dengan masyarakat nagari?.persoalan ini tidak dapat dijadikan menjadi peraturan adat yang salingka nagari karena hal tersebut tergantung kepada baik dan buruknya hubungan peribadi antara anak pusako dengan keluarga bakonya. Peranan keluarga bako sangatlah menentukan karena keluarga bako inilah yang akan bertindak dan melaksanakannya. Dengan mencarikan sebuah suku yang kiranya dapat menerima anak tersebut untuk dilakokan dan masuk manjadi anggota keluarga dari suku tersebut. Dalam pelaksanaan malakok yang paling penting adalah kesediaan dari pendatang tadi untuk maikuti segala aturan-aturan yang berlaku menurut adat, kok baiyua satolah maisi kok malangkah ikuiklah mairing, kailia satolah sarangkuah dayung kamudiak satolah saantak laga dan nanpaling penting samo-samo manjago nama baik keluarga. 2. Hubungan Dalam Lingkungan Malakok Proses pemasukan (pembauran) pendatang baru ini dalam struktur pesukuan asal ini kita sebut dengan proses malakok atau proses pembauran ala Minangkabau. Semua pendatang baru ini disebut kemenakan juga walaupun dengan hak yang berbeda dari kemenakan asli dari sukuan asal itu( Amir, 2006:153-155 ). Dengan adanya pendatang baru 152

ini,hubungan kekerabatan yang ada dalam suku sebagai intidari nagari menjadi sebagai berikut. a. Hubungan Tali Darah Yang dimaksud dengan hubungan tali darah adalah hubungan antara mereka yang berasal dari satu keturunan menurut garis Ibu,yaitu mereka yang menurut pepatah disebut orang-orang yang sehulu semuara. b. Hubungan Tali Budi Yang dimaksud hubungan tali budi adalah hubungan yang tercipta antara orang yang mempunyai suku yang sama dari satu nagari,yang pindah kenagri yang lain dan menetap serta malakok pada suku yang senama di negeri itu. 1. Hubungan Tali Emas Yang dimaksud dengan hubungan tali emas adalah hubungan yang tercipta antara pendatang baru berasal dari luar Ranah Minang yang diterima dalam pesukuan Minang dengan membayar semacam upeti ( uang emas). Menurut Penghulu Sayuti Dt. Rajo (1982:2) Di Nagari Tanjung Sani, adat malakok dilakukan bagi pendatang baru baik laki-laki maupun perempuan, baik yang berasal dari Minangkabau maupun diluar Minangkabau. Malakok merupakan syarat untuk menjadi warga ditempat yan baru agar di akui sebagai masyarakat yang beradat. Jika seseorang datang dari satu Nagari ke nagari lain dengan maksud menetap dan bermukim selama lamanya, maka di carilah sebagai tetapan orang yang bersuku sama dengan suku pendatang karena adat Minangkabau termasuk budaya yang tidak tertutup atau menutup diri maka anak yang tidak bersuku tersebut dapat dicarikan sukunya dengan menjalani persyaratan adat yang disebut dengan Suku Malakok. Di Nagari Tanjung Sani Kabupaten Agam, malakok juga disebut dengan hinggok mancakam tabang basitumpu, dima rantiang dipatah di sinan aia di sauak, di ma bumi dipijak di sinan langik dijunjuang, cupak diisi limbago dituang, adat yang datang dan adat yang menanti, yang artinya : bila seorang datang dari suatu nagari ke nagari lain dengan maksud untuk menetap dan bermukim selamalamanya, maka dicarilah sebagai tetapan orang yang berasal dari suku yang sama dan jika mereka tidak bersuku maka dicarikanlah suku dan mamak di Nagari tersebut. Suku di Minangkabau adalah kelompok kaum yang berasal dari seorang niniek perempuan. Sesuku artinya semua keturunan niniek ini kebawah yang dihitung menurut garis ibu,yaitu: Niniek menurunkan gaek, Gaek menurunkan nenek (uo), Nenek menurunkan mande, Mande menurunkan anak (laki-lakidan perempuan) Semua keturunan Niniek ini disebut sepasukuan atau sesuku.kelo mpok sepasukuan ini dikepalai oleh seorang pengulu suku( Amir, 2006 :71 ) Dalam sepasukuan yang dapat dan boleh jadi pengulu hanyalah pria yaitu inyiek, atuak, tungganai, mamakatau kemenakan laki -laki dan tidak mungkin niniek,gaek,nenek,mande atau kemenakan perempuan.hal ini merupakan ketentuan mutlak menurut adat Minangkabau. Suku baik dalam artian kuantitatif (jumlah) maupun dalam pengertian kualitatif (tingkat keturunan) tidaklah statis.hal ini dibuktikan oleh kenyataan sebagaimana tampak dalam tiapnagari dimana suku yang ada tidak terbatas pada keempat suku asalyang terdiri dari suku BodiCaniago, Koto, dan Piliang.Masalah pemekaran suku ini dianggap sebagai suatu sarana 153

strategis dalam melestarikan adat Minangkabau. Misalnya untuk bisa menampung orang-orang berdarah Minangkabau, tetapi belum menjadi orang Minangkabau seperti anak-anak yang lahir dari istri-istri non Minangkabau, pendatang-pendatang baru seperti para transmigrasi. Begitu pula pemekaran ini juga akan sangat bermanfaat bagi orang Minangkabau sendiri yang mengalami kesulitan dalam mencari jodoh karena bertambah meluasnya kelompok suku serumpun ( Amir, 2006 :61). Amir (2012:14) mengungkapkan bahwa adat digolongkan kedalam 4 kelompok yaitu: a. Adat nan sabana adat Yang dimaksud dengan adat nan sabana adat yaitu aturan pokok dan falsafah yang mendasari kehidupan suku Minang yang berlaku turun temurun tanpa terpengaruh oleh tempat, waktu dan keadaan, sebagaimana dikiaskan dalam pepatah adat yaitu indak lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan, paliang-paliang balumuik dek cindawan b. Adat nan diadatkan Yang dimaksud dengan adat nan diadatkan adalah aturan setempat yang diambil dengan kata mufakat, atau tradisi yang berlaku dalam satu nagari, yang belum tentu dapat diterapkan di nagari lain. Aturan ini dapat diubah dengan pemufakatan pihak- pihak terkait sesuai pepatah adat nan elok dipakai jo mufakat, nan buruak dibuang jo etongan, adat habih dek bakarilahan. c. Adat nan teradat Yang dimaksud dengan adat nan teradat adalah kebiasaan seseorang atau individu dalam kehidupan bermasyarakat yang boleh ditambah atau dikurangi bahkan boleh ditinggalkan, selama tidak menyalahi landasan berpikir orang Minang yaitu alue patuik, anggo tanggo dan raso pareso. d. Adat istiadat Yang dimaksud dengan adat istiadat adalah aneka kelaziman dalam suatu nagari yang mengikuti pasang naik dan pasang surut kehidupan masyarakat. Kelaziman ini menyangkut pergelaran seni budaya masyarakat seperti acara keramaian rakyat, pesta rakyat, upacara perkawinan pertunjukan randai, saluang, rabab, tari-tarian, perhelatan perkawinan maupun untuk menghormati tamu. Menurut Pangulu Sayuti Dt.Rajo.M(1982 :2) Kata adat berasal dari bahasa sangsekerta yang terdiri dari A dan Dato artinya tidak dan Dato artinya bersifat kebendaan.jadi makna adat adalah tidak bersifat kebendaan. Menurut Amir (1984:62) Adat itu berarti peraturan hidup sehari-hari. Adat Minangkabau adalah kebudayan atau peraturan hidup sehari-hari bagi masyrakat adat itu sendiri.peraturan atau kebiasan itu tidak bersifat kebendaan dan tidak nyata tetapi dirasakan, karena mengandung normanorma, etika dan kemanusiaan yang luhur. Karena Masyarakat Minangkabau hidup dalam sistem matrilineal, dapat dilihat. Dari atau ciri-ciri sebagai berikut: (1). Keturunan dalam kaum berdasarkan garis keturunan Ibu (2). Suku terbentuk dari garis keturunan Ibu. Maka Dalam masyarakat Minangkabau seorang Ibu mempunyai kedudukan yang istimewa,sangat penting dan menentukan,dengan istilah Limpapeh Rumah Nan Gadang, yaitu merupakan Tunggak Tuo Dari Sebuah Rumah Gadang.Hal ini tercermin dari penguasan harta benda, sawah ladang, 154

hutan tanah dan lain- lainnya terletak ditangan Ibu sehingga Ibu merupakan sebagai amban paruik artinya pemegang kunci bilik dalam. Menurut adat Minangkabau yang menganut sistem matrilinial, anak -anak yang lahir dari perkawinan antara pria Minangkabau dengan wanita non Minang Kabau tidak dapat dimasukan ke dalam sistem kekerabatan Minangkabau. Anak-anak ini dalam kaca mata adat Minangkabau berstatus anak tidak bersuku bahkan di lingkungan marga ibunya mereka juga tidak diterima dalam sistem patrilinial, sehingga jadilah status mereka terkatung di awangawang. Begitujuga halnya dengan anak yang dilahirkan dari Ibu yang berasal dari Minangkabau namun pindah atau berdomisili di tempat yang baru maka Tetap harus melakukan malakok. Adapun syarat dan tata cara malakok di daerah Nagari Tanjung Sani antara lain: pertama, ada dengan Carano diisi dengan siriah langkok dan di atas siriah langkok diletakkan emas seberat 2 emas. Emas di sini boleh ditukar dengan uang tunai dengan catatan jumlah uang tersebut sama dengan harga 2 sampai 5 emas tergantung kepada permintaan niniak mamak. Kedua, ada pula yang hanya dengan seekor kerbau atau seekor kambing akan dipotong dalam upacara pemberian suku dan untuk menjamu seluruh penduduk nagari. Setelah persyaratan di atas dipenuhi, langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh pihak yang meminta suku ialah: (1) Ayah dari anak yang akanmalakok mendatangi penghulu sukunya tempat si anak akan ditumpangkan (dititipkan). (2) Si ayah menyampaikan maksud hatinya untuk memperjuangkan si anak artinya memberikan suku untuk si anak, memberi kehidupan bagi si anak, memberikan tanah tempat berdiam, memberikan setumpak (sebidang) sawah untuk digarap. (3) Penghulu suku menerima dengan syarat, mereka mampu melaksanakan Adat diisi, limbago dituang. Dengan demikian yang dimaksud dengan malakok di Minang Kabau adalah proses bergabungnya seseorang dengan adat Minang Kabau, Sehingga orang tersebut bisa disebut orang Minang bagi yang berasal dari suku diluar minang dan dianggap masyarakat Nagari Tanjung Sani yang bersuku dan niniak mamak bagi warga pendatang yang berasal dari minang kabau namun memutuskan untuk pindah dan berdomisili di Nagari Tanjung Sani Kabupaten agam. Makna malakok adalah sangat besar terhadap pendatang baru, terutama jika (1) terjadi pernikahan pada keluarga tersebut. urang sumando yang datang dari luar, segala haknya dalam kehidupan bermasyarakat akan terlindungi, warga pendatang tidak malu dengan keluarga calon besannya ketika baralek gadang, karena si anak bersuku dan ada niniak mamak yang menanti kedatangan niniak mamak calon besan. (2) dalam hubungan suami istri. Jika terjadi perselisihan diantara mereka berdua yang dia tidak mampu untuk manyelesaikan, maka dia dapat mengadu kepada niniak mamak atau keluarga lain yang se suku dengan mereka. Sehingga dapat menjadi penengah dan sekaligus memilah hakhaknya menurut aturan adat nan balaku di nagari, kusuik disalasaikan kok karuak di janiakkan, anyuik dipinteh. Artinya dia tidak perlu menjemput mamak atau keluarganya yang berada di luar Nagari Tanjung sani untuk manyelesaikan persoalannya itu (3) jika terjadi permasalahan adat maka niniak mamak yang akan menyelesaikan nya (4) warga pendatang yang malakok lebih dihargai oleh masyarakat. 155

Salah satu teori yang menganalisis tentang malakok ini yaitu Teori Konflik Coser ( dalam Poloma, 2004: 111) yang mengatakan bahwa konflik berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan yang ditujukan pada objek yang dianggap mengecewakan. banyak masyarakat yang kecewa akibat tidak mampu melaksanakan adat malakok akibat mahalnya biaya malakok sehingga dapat menimbulkan permasalahan yaitu (1) tidak bisa melakukan baralek gadang karena tidak ada niniak mamak yang akan menanti calon besan, tidak sedikit watga yang tidak malakok merasa malu dengan calon besan ketika menikahkan anaknya yang tidak memiliki niniak mamak di Nagari Tanjung Sani, (2) jika ada masalah adat seperti seorang anak dari keluarga pendatang yang mesum dengan suku lain maka niniak mamak tidak bisa menyelesaikan karna tidak malakok, (3) masyarakat setempat pun sungkan untuk menolong warga pendatang jika belum malakok karena rasa kekeluargaan itu tidak ada, sehingga membulkan kekecewaan pada warga pendatang. (4) Jika terjadi perselisihan diantara suami istri yang mereka tidak mampu untuk manyelesaikan, maka mereka dapat mengadu kepada niniak mamak atau keluarga lain yang se suku dengan mereka. Sehingga dapat menjadi penengah dan sekaligus memilah hakhaknya menurut aturan adat yang berlaku di Nagari (5) warga pendatang sering menutup diri karena tidak sanggup untuk melaksanakan adat malakok dan malu pada warga setempat. PENUTUP Simpulan Secara umum dapat disimpulkan bahwa adat yang diterapkan dalam Masyarakat dapat menimbulkan Kontroversi atau konflik antar sesama. Tradisi Malakok sebagai syarat untuk menjadi warga masyarakat di Nagari Tanjung Sani Kabupaten Agam, masih dipegang teguh sampai saat ini, sehingga jika ada keluarga pendatang yang tidak malakok maka tidak bisa melakukan baralek gadang karena tidak ada niniak mamak yang akan menanti calon besan, tidak sedikit warga yang tidak malakok merasa malu dengan calon besan ketika menikahkan anaknya yang tidak memiliki niniak mamak di Nagari Tanjung Sani, jika ada masalah adat seperti seorang anak dari keluarga pendatang yang mesum dengan suku lain maka niniak mamak tidak bisa menyelesaikan karna tidak malakok, masyarakat setempat pun sungkan untuk menolong warga pendatang jika belum malakok karena rasa kekeluargaan itu tidak ada, sehingga menimbulkan konflik antar sesama masyarakat, kemudian warga pendatang tidak dihargai dan tidak dibawa rapat mufakat ketika mengadakan suatu acara Nagari Hal ini terjadi akibat ketidak sanggupan warga pendatang untuk melakukan syarat malakok di Tanjung Sani Kabupaten Agam. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada: 1. Adanya sosialisasi dari pihak KAN dan Wali Nagari kepada calon pendatang bahwa adanya adat malakok di Nagari Tanjung Sani,manfaat dan akibat jika tidak melakukan malakok. Sehingga warga pendatang dapat mengumpulkan uang hingga dapat melakukan tradisi malakok ini. 2. harus adanya peraturan tertulis mengenai standar biaya yang harus 156

dikeluarkan warga pendatang untuk melakukan tradisi malakok di Tanjung Sani. Sehingga masyarakat yang ingin berdomisili di Tanjung Sani sudah mempersiapkan terlebih dahulu uang malakok. UCAPAN TERIMA KASIH Syukur alhamdullilah diucapkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunianya sehingga dapat menyelesaikan Penelitian Malakok sebagai syarat untuk menjadi warga masyarakat di Nagari Tanjung Sani Kabupaten Agam. Penulis haturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun penelitian ini.. Untuk itu peneliti mendoakan semoga Allah SWT membalas amal baik mereka dengan imbalan yang setimpal. Harapan dalam penelitian ini, semoga penelitian ini hasilnya dapat menjadi gambaran atau acuan dalam menyikapi keanekaragaman budaya malakok di suatu daerah. M.S, Amir. 2012. Panduan Pengelolaan Suku dan Nagari Diminangkabau. Jakarta: Citra Harta Prima. Penghulu M.Sayuti Dt.Rajo. 2005. Tau Jo Nan Ampek. Padang: Mega Sari. Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Poloma, M. Margareth. 2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Salim, Agus. 2003. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Semarang:PT. Tiara Wacana. DAFTAR PUSTAKA Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan aplikasi. IKIP Malang: Y A3 Malang. Moleong. Lexy. J. 2009. Metode penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Edisi Revisi. M.S, Amir.1997. Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta: Mutiara Sumber Widiya. M.S, Amir. 2006. Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta: Mutiara Sumber Widiya. 157

158