PROSES MORFOLOGIS KATA MAJU BESERTA TURUNANNYA INTISARI

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES MORFOLOGIS PEMAKAIAN KATA HANCUR DALAM MEDIA ONLINE

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

PROSES MORFOLOGIS KATA MINTA DAN SINONIMNYA. Siti Azizah*), Ary Setyadi, dan Sri Puji Astuti

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu

KATA BAIK: MOROFOTAKTIK, VALENSI SINTAKSIS, DAN MAKNA INTISARI

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas

Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PROSES MORFOLOGIS BAHASA KANGEAN DAN BAHASA INDONESIA SKRIPSI. Oleh: Ummu Atika

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU

Oleh: RIA SUSANTI A

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 2, Nomor 2, Juli Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Studi Kontrastif)

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

ANALISIS AFIKSASI DAN PENGHILANGAN BUNYI PADA LIRIK LAGU GEISHA DALAM ALBUM MERAIH BINTANG

PENGGUNAAN REDUPLIKASI (KATA ULANG) PADA KARANGAN SISWA KELAS VII B SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

BENTUK DAN MAKNA VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA DALAM SARIWARTA PADA PANJEBAR SEMANGAT EDISI TAHUN 2011

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

AFIKSASI BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG

ANALISIS AFIKSASI SUBDIALEK BAHASA MELAYU PULAU LAUT KABUPATEN NATUNA KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

ANALISIS MORFEM BEBAS DAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU DIALEK RESUN KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS MORFEM BEBAS DAN MORFEM TERIKAT SUB DIALEK MELAYU PANCUR KABUPATEN LINGGA

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

ANALISIS KESALAHAN AFIKS PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

THE AFFIXATION OF JAVA LANGUAGE KRAMA INGGIL DIALECT OF EAST JAVA IN THE VILLAGE SUAK TEMENGGUNG DISTRIC OF PEKAITAN ROKAN HILIR

SATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK TAMBELAN KABUPATEN BINTAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek,

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSES MORFOLOGIS PADA TERJEMAHAN AYAT-AYAT AL QUR AN YANG MENGGAMBARKAN KEPRIBADIAN NABI MUHAMMAD SAW NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUB DIALEK MANTANG BESAR KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL

PERBANDINGAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA DENGAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU SUBDIALEK KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

ANALISIS REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA DALAM DIALEK BAHASA MELAYU DESA PENGUJAN KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

ANALISIS REDUPLIKASI PADA CERITA FABEL SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI

SINONIM KATA KASIH DAN PERUBAHAN BENTUK, PERILAKU DAN MAKNA INTISARI

Transkripsi:

PROSES MORFOLOGIS KATA MAJU BESERTA TURUNANNYA Pangastryan Wisesa Pramudiah *), Drs. Ary Setyadi, M. S., Riris Tiani, S.S., M.Hum. Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang Semarang, Indonesia 50275. Telp: (024)76480619 Email: Pangastryan@gmail.com INTISARI Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan bentuk kata maju dan turunannya beserta makna yang terdapat pada kalimat. Metode dan teknik dalam pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan teknik catat, kemudian pada tahap analisis data digunakan metode agih dengan teknik ekspansi, parafrasa, dan substitusi, sedangkan pada tahap penyajian data digunakan metode formal dan informal. Hasil analisis data menunjukkan bahwa bentuk afiks pada kata maju dalam kalimat terdapat empat macam, yaitu prefiks, sufiks, konfiks, dan kombinasi afiks. Makna yang muncul akibat adanya afiksasi, bergantung pada jenis afiks yang membentuknya. Bentuk reduplikasi pada kata maju dalam kalimat pada media online terdapat dua macam, yaitu reduplikasi seluruh, dan reduplikasi yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Makna reduplikasi bergantung dengan reduplikasi jenis bentuk dasar yang membentuknya. Bentuk komposisi yang ditemukan ada dua konstruksi, yaitu komposisi konstruksi nomina yang terbentuk dari gabungan verba+nomina, dan komposisi konstruksi verba yang terbentuk dari gabungan verba+verba. Makna komposisi tidak bergantung dari makna unsur-unsur pembentuknya. Kata Kunci: Maju, Proses Morfologis, Afiks, Reduplikasi, Komposisi ABSTRACT The purpose of this study is to describe the words form of maju and derivatives along with their meanings contained in the sentences. The methods and techniques in collecting data using simak method with catat technique, then used agih method for data analysis with expansion, paraphrase, and substitution technique. While at the presentation result of data used formal and informal methods. The result of the research are: there are four type of afiks form in the word maju in sentence. They are prefix, suffix, confix, and affix combination. The meaning caused by affixation depend on the affix type formed it. There are two reduplication of the word maju in the sentence of media online namely reduplication throughout and reduplication combined with affixing process. There are two contruction in the composition that is found. They are nouns construction composition formed by the combination of verbs+noun and verbs construction composition formed by the combination of verbs+verbs. The meaning of the composition doesn t depend on the meaning of its constituent elements. Keywords: Maju, Morphological Process, Affix, Reduplication, Composition.

BAB I PENDAHULUAN Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi yang baik dapat tercapai bila penutur menyampaikan pesan dengan baik dan benar, dan mitra tutur memahami dan menerima dengan baik pula maksud dari penutur tanpa terjadi kesalahan dalam pemilihan kata. Kridalaksana dalam Kamus Linguistik (2008:26) menjelaskan bahwa, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Penggunaan bahasa oleh penutur bahasa berkaitan juga dengan adanya proses morfologis atau yang biasa disebut dengan proses pembentukan kata. Proses morfologis atau pembentukan kata merupakan hal penting dalam terbentuknya makna kata, karena satu morfem dapat mengubah bentuk kata dan maknanya. Adapun contohnya seperti permasalahan pada kalimat (1) dan (1a) berikut: (1) Medan dianggap menjadi kota maju di Pulau Sumatera. (SN/06/15) (1a) Medan dianggap menjadi kota termaju di Pulau Sematera. Kata maju dalam kalimat (1) merupakan bentuk dasar yang tidak mendapat imbuhan apa pun. Kata maju dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna 1) berjalan (bergerak ke muka); tampil ke muka; 2) mendesak ke depan (tt pasukan); pergi atau ke luar ke medan perang; 3) menjadi lebih baik (laku, pandai, dsb); berkembang; 4) lulus (dl ujian); 5) telah mencapai pada tingkat atau derajat yang lebih tinggi; 6) cerdas; berkembang pikirannya; berpikir dengan baik (2012: 860), sedangkan kata termaju pada kalimat (1a) terbentuk dari proses afiksasi dengan bentuk dasar maju yang mendapat imbuhan {ter-}, kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda. Kata maju dan termaju memiliki makna yang berbeda, kata maju dalam konteks kalimat (1) menggambarkan bahwa kota Medan adalah salah satu kota yang maju di Pulau Sumatera. Pada kalimat (1a) kata termaju menggambarkan bahwa kota Medan adalah kota yang paling maju di antara kotakota yang ada di Pulau Sumatera. Makna paling maju memberikan informasi bahwa Medan sebagai satu-satunya kota yang maju di antara kota-kota lainnya di Pulau Sumatera. Adanya perubahan bentuk menyebabkan adanya perubahan makna seperti pada kedua kalimat di atas. Oleh karena itu upaya untuk memahami bentuk kata dalam proses morfologis atau pembentukan kata, beserta maknanya perlu dilakukan agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dalam menyampaikan dan menerima pesan antar pengguna bahasa, karena pada praktiknya dalam kehidupan sehari-hari masih banyak pengguna bahasa yang mengalami kesalahan dalam memahami penafsiran baik pada bentuk kata maupun pada proses pembentukan kata. Berangkat dari permasalahan di atas, penelitian ini berkaitan dengan proses morfologis atau proses pembentukan kata maju berupa pembentukan kata dengan proses afiksasi atau imbuhan, reduplikasi atau pengulangan, dan komposisi atau kata majemuk, maka dari itu penelitian ini diberi judul Proses Morfologis Kata Maju beserta Turunannya. Alasan peneliti memilih kata maju karena kata maju sering digunakan oleh penutur bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian dengan objek kata maju belum pernah dilakukan sebelumnya, namun penelitian mengenai proses morfologis sudah banyak dilakukan, seperti penelitian mengenai proses morfologis bahasa-bahasa daerah: proses morfologi bahasa Melayu Palembang yang dilakukan oleh Nasiatun

Yasiroh, dan Leonora Farilyn Pesiwarissa dalam proses morfologi verba Bahasa Melayu Ambon pada tahun 2013. Pada tahun 2016 Wahyu Dwi Putra dan kawankawannya meneliti mengenai proses morfologis bahasa Walika, dan Yusuf Munandar meneliti proses morfologi berupa afiksasi bahasa Sunda. Kemudian ada penelitian terbaru terkait proses morfologis kata minta bukan dalam bahasa daerah melainkan dalam bahasa Indonesia yang dilakukan oleh Nur Azizah pada tahun 2017. Penelitian-penelitian tersebut mendeskripsikan bagaimana proses morfologis kata beserta pemaknaannya, sehingga dapat dijadikan acuan oleh peneliti dalam meneliti kata maju beserta turunannya melalui proses morfologis, baik berupa afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi dalam Bahasa Indonesia. 1.1 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses morfologis berupa afiksasi, reduplikasi, dan komposisi kata maju dan turunannya dalam pemakaian pada kalimat beserta makna yang terbentuk dari ketiga proses tersebut. 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses morfologis berupa afiksasi, reduplikasi, dan komposisi kata maju dan turunannya dalam pemakaian pada kalimat, serta menjelaskan makna apa saja yang terbentuk akibat adanya proses morfologis kata maju dalam kalimat. 1.3 Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga tahap, yaitu 1) metode dan teknik pengumpulan data; 2) metode dan teknik analisis data; 3) metode dan teknik hasil penyajian analisis data. a. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder, berupa kalimatkalimat dalam wujud tulisan yang di dalamnya terdapat unsur kata maju. Peneliti menggunakan metode simak dengan teknik lanjutan berupa teknik catat dalam pengumpulan data. b. Analisis Data Metode yang digunakan pada tahap analisis data adalah metode agih dengan teknik dasar bagi langsung (immediate constituents) disertai dengan teknik lanjutan, yaitu ekspansi atau perluasan, teknik substitusi atau ganti, dan teknik parafrasa atau ubah ujud. c. Tahap Penyajian Hasil Analisis Data Peneliti menggunakan metode formal dengan cara penyajian menggunakan tanda dan lambang, dan metode informal dengan menggunakan kata-kata atau deskripsi yang mudah dipahami (Sudaryanto, 2015: 145). BAB II LANDASAN TEORI Peneliti menggunakan teori analisis struktural sebagai landasan untuk melakukan analisis. Komponen linguistik struktural yang dijadikan sebagai landasan teori dalam penelitian ini adalah bidang morfologi, yaitu mengkaji tentang seluk-beluk kata. 2.1 Morfologi Morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang meneliti seluk-beluk kata, dan

meneliti kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata (Ramlan, 2009: 21). Sementara Kridalaksana dalam Kamus Linguistik (2008: 159) menyebutkan bahwa, Morfologi 1) Bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasikombinasinya, 2) Bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagianbagian kata, yakni morfem. Morfologi mengenal unsur dasar atau satuan terkecil dalam wilayah pengamatannya, satuan gramatikal terkecil tersebut disebut morfem, dan satuan lingual terbesar adalah kata. 2.2 Proses Morfologis Kridalaksana (2007: 12) menyatakan, Proses morfologis sebagai proses yang mengubah leksem menjadi kata. Proses morfologis menurut Kridalaksana, antara lain: derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, komposisi, abreviasi, dan derivasi balik. Menurut Ramlan (2009:51), proses morfologi adalah proses pembentukan katakata dari satuan lain yang merupakan sebuah bentuk dasarnya. Ada empat macam proses pembentukan kata yang dikemukakan oleh Ramlan, antara lain: 1) Proses pembubuhan afiks atau afiksasi, 2) Proses pengulangan atau reduplikasi, 3) Proses pemajemukan atau komposisi, 4) Derivasi zero. Namun yang dibahas pada penelitian ini adalah proses morfologis berupa afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. 1) Afiksasi Kridalaksana (2007: 28) menyebutkan, Afiksasi adalah suatu proses yang mengubah leksem menjadi sebuah kata yang kompleks. Pada proses afiksasi ini, leksem akan berubah bentuk menjadi kategori tertentu sehingga akan mengalami perubahan makna. Ada tujuh jenis afiks yang disebutkan oleh Kridalaksana, yaitu prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, kombinasi afiks, dan suprafiks. Pengertian lain mengenai afiksasi, yaitu proses pembubuhan afiks pada suatu satuan bentuk tunggal maupun kompleks yang bertujuan untuk membentuk kata (Ramlan, 2009: 54). Ia menyebutkan ada sejumlah empat jenis afiks, antara lain: prefiks, infiks, sufiks, dan simulfiks. Namun proses afiksasi yang ditemukan dalam penelitian ini adalah prefiks (awalan), sufiks (akhiran), konfiks (awalan dan akhiran yang melekat secara bersama-sama), kombinasi afiks (awalan dan akhiran yang melekat secara bertahap). 2) Reduplikasi Kridalaksana (2007: 88). menjelaskan mengenai reduplikasi, yaitu proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal Sedangkan Ramlan (2009: 63) menjelaskan, Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem ataupun tidak dengan variasi fonem. Reduplikasi dibagi menjadi empat bentuk, antara lain: reduplikasi seluruh, reduplikasi sebagian, reduplikasi yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks, dan reduplikasi dengan perubahan fonem. Peneliti menemukan dua bentuk reduplikasi dalam penelitian ini, yaitu: reduplikasi seluruh, dan reduplikasi yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks. 3) Komposisi Komposisi menurut Muslich (2010: 57) komposisi adalah peristiwa bergabungnya dua morfem dasar atau lebih secara padu dan menimbulkan arti yang relatif baru. Berdasarkan konstruksi kelas katanya, Muslich mengklasifikasi ke dalam sembilan kelompok, antara lain: kata benda-kata benda (KB-KB), kata benda-kata kerja (KB-

KK), kata benda-kata sifat (KB-KS), kata kerja-kata sifat (KK-KS), kata kerja-kata benda (KK-KB), kata sifat-kata benda (KS- KB), kata sifat-kata kerja (KS-KJ), dan kata sifat-kata sifat (KS-KS). Sedangkan Kridalaksana (2007: 104) menyatakan, komposisi adalah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Ciri-cirinya komposisi, antara lain: 1) Ketaktersisipan, artinya di antara komponen-komponennya tidak dapat disisipi apa pun, misal buta warna, tidak dapat disisipi yang sehingga menjadi buta yang warna* 2) Ketakterluasan, artinya komponenkomponen masing-masing tidak dapat diafiksasikan atau dimodifikasi, kecuali semua komponennya diafiksasi secara sekaligus, misal perkereta-apian. 3) Ketakterbalikan, artinya komponen tidak dapat dipertukarkan, misal bujuk rayu tidak dapat ditukar menjadi rayu bujuk* Komposisi berbeda dengan frasa, frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang unsurnya hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat (Chaer, 2007: 222). Pada penelitian ini ditemukan dua konstruksi komposisi, yaitu konstruksi Kata Kerja- Kata Benda (KK-KB), dan konstruksi Kata Kerja-Kata Kerja (KK-KK). 2.3 Hirarki Bahasa Tarigan menyebut hirarki bahasa dengan hirarki kata, hirarki kata pada prinsipnya membahas mengenai unsur langsung yang membentuk kata (1987: 22). Sedangkan Ramlan menjelaskan hirarki bahasa digunakan untuk mengetahui jumlah morfem yang melekat dengan bentuk dasar, dan mengetahui morfem mana yang melekat terlebih dahulu dengan suatu bentuk dasar (Ramlan, 2009: 44). Jika dalam menentukan hirarki bahasa ditemukan kesukaran untuk menentukan unsur langsung suatu kesatuan, maka yang harus dilakukan adalah dengan dua cara, yaitu; 1) Mencari kemungkinan adanya satuan yang satu tingkat lebih kecil daripada satuan yang sedang diteliti, 2) Selidiki arti leksikal dan arti gramatikal satuan gramatikal yang sedang ditelaah (Tarigan, 1988: 23). Berdasarkan teori menurut Tarigan dan Ramlan, peneliti mengacu pada kedua teori dengan penyebutan hirarki bahasa yang disebutkan oleh Ramlan. Hirarki bahasa terdapat pada proses afiksasi berupa konfiks dan kombinasi afiks. 2.4 Proses Morfofonemik Proses morfofonemik adalah proses perubahan-perubahan fonem akibat pertemuan morfem lain. Fonem itu sendiri adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Fonem ditandai dengan adanya lambang / /,misalnya /h/ adalah sebuah fonem, karena membedakan makna kata harus dan arus. (Kridalaksana, 2008: 62). Proses morfofonemik terdiri dari tiga proses, antara lain: 1) proses perubahan fonem, 2) proses penambahan fonem, 3) proses hilangnya fonem (Ramlan, 2009:83). Sedangkan menurut Kridalaksana proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis baik penambahan, pengurangan, penggantian, serta perubahan tekanan fonem yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem (2008: 159). Kedua teori ini dianggap memiliki kaidah yang sama dalam proses morfofonemik, maka dari itu kedua teori tersebut digunakan sebagai acuan. Pada proses morfofonemik dalam penelitian ini, mengakibatkan penghilangan fonem, dan penambahan fonem dalam proses afiksasi dan reduplikasi:

(1) Penghilangan fonem Proses penghilangan fonem /N/ pada {men-} dan {pen-} terjadi sebagai akibat pertemuan morfem {men-} dan {pen-} dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r,y,w, dan nasal/. Pada proses penghilangan fonem ini terjadi baik dalam pengucapan maupun dalam penulisan. (2) Penambahan fonem Proses penambahan fonem pada penelitian ini terjadi akibat adanya pertemuan morfem {-an}, {ke-an}, {pen-an},{me-i / di-i}, {beran},{berke-an}, dengan bentuk dasarnya. Terjadi penambahan fonem /w/ apabila bentuk dasar berakhir dengan /u, o, aw/. Selain terjadi penambahan fonem /w/, juga terjadi penambahan fonem / / karena fonem vokal bertemu dengan {-in}. Pada proses penambahan fonem /w/ terjadi dalam pengucapan namun tidak dalam penulisan, hal tersebut bertujuan untuk memudahkan penutur bahasa dalam pengucapan. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Proses Afiksasi Kata Maju Beserta Turunannya Afiks yang berterima bila melekat dengan kata maju dibagi menjadi empat bagian, yaitu: prefiks, sufiks, konfiks, dan kombinasi afiks. 3.1.1 Prefiks Prefiks {men-} pada memaju merupakan verba transitif, di mana verba transitif merupakan verba yang dapat diikuti oleh nomina sebagai objek, serta verba {men-} transitif dapat diubah menjadi bentuk pasif {di-}: {men-} + maju (V) memaju (V tr ) (1) Kita sendiri sudah pusing meladeni tawaran modernitas yang kian memaju. (K/16) Makna yang terbentuk dari proses afiksasi {men-} dengan kata maju pada kelima kalimat di atas dapat menyatakan berubah maju : (1a) Kita sendiri sudah pusing meladeni tawaran modernitas yang kian berubah maju. Proses afiksasi {men-} pada kata maju menyebabkan adanya proses morfofonemik berupa penghilangan fonem dalam penulisan dan juga pengucapan, sedangkan pada bentuk pasif dimaju, tidak mengalami perubahan penulisan dalam proses morfofonemik: /men/ + /maju/ /memaju/. 3.1.2 Sufiks Perubahan bentuk maju menjadi majukan tidak mengubah kategori (tetap berkategori verba), karena sufiks {-kan} berfungsi sebagai afiks pembentuk verba: maju + {-kan} majukan (V tr ) (2) BJ Habibie: Indonesia perlu SDM baru untuk majukan bangsa. (DC/08/2017) Sufiks {-kan} pada kata majukan dapat menyatakan dua makna, yaitu makna benfaktif (melakukan tindakan untuk orang lain) : (2a) BJ Habibie: Indonesia perlu SDM baru untuk membuat bangsa maju. 3.1.3 Konfiks Perubahan bentuk maju menjadi kemajuan menyebabkan perubahan kategori verba menjadi nomina: {ke-an}+ maju (V) kemajuan (N) (3) Kampus jadi pilar kemajuan bangsa. Konfiks {ke-an} pada kata maju dapat menyatakan makna kedaan maju : (3a)Kampus jadi pilar keadaan maju bangsa.

Dalam kaidah morfofonemik, apabila {kean} melekat dengan bentuk dasar yang memiliki fonem berakhiran vokal, maka akan mengalami penambahan fonem dalam pengucapan: /ke-an/ +/maju/ /kemaju w an/ Berdasarkan relasi posisi afiks, {ke-an} yang membentuk kata kemajuan, melekat secara bersama-sama: kemajuan reduplikasi yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. 3.2.1 Reduplikasi Seluruh Kata maju mengalami reduplikasi secara utuh dan keseluruhan sehingga membentuk maju-maju. Perubahan bentuk maju menjadi maju-maju tidak mengubah kategori kata (tetap berkategori verba): {ke-an} maju maju(v) Reduplikasi maju-maju(v) 3.1.4 Kombinasi Afiks Perubahan bentuk maju menjadi termajukan tidak mengubah kategori kata (tetap berkategori verba), hanya saja {ter-kan} mengubah verba dasar menjadi verba pasif: {ter-kan}+ maju(v) termajukan (V pas ) (4) Apakah sebagai Negara, Indonesia termajukan oleh melimpahnya SDA tersebut? Perubahan makna yang terbentuk pada kata termajukan adalah tidak sengaja : (4a) Apakah sebagai Negara, Indonesia tidak sengaja dimajukan oleh melimpahnya SDA tersebut? Berdasarkan relasi posisi afiks, {ter-kan} yang membentuk kata termajukan, melekat secara bertahap, yaitu maju secara langsung melekat dengan sufiks {-kan} sehingga membentuk majukan. Setelah itu prefiks {ter-} melekat dengan majukan, sehingga menjadi termajukan: termajukan ter- majukan maju -kan 3.2 Proses Reduplikasi Kata Maju Beserta Turunannya Ada dua jenis reduplikasi kata maju dalam kalimat, antara lain: reduplikasi seluruh, dan (5) Menurut Buyung penanganan kasus kliennya di KPK berlarut-larut; kasusnya sudah hampir dua tahun tidak maju-maju. (K/04/2014) Makna yang terbentuk dari proses reduplikasi kata maju adalah intensif atau diartikan sebagai sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil optimal. Makna intensif akan lebih terlihat diikuti oleh kata ingkar, seperti tidak, tak, dan belum, sehingga makna yang diperlihatkan pada kalimat (51) adalah ketidakmajuan atau tidak mengalami kemajuan : (5a) Menurut Buyung penanganan kasus kliennya di KPK berlarut-larut; kasusnya sudah hampir dua tahun tidak mengalami kemajuan. 3.2.2 Reduplikasi yang Berkombinasi dengan Proses Pembubuhan Afiks Perubahan bentuk maju menjadi majumajuan tidak mengubah kategori (tetap berkategori verba): maju(v) Reduplikasi maju-maju(v)+sufiks{-an} maju-majuan (V) (6) "Kalaupun ada PKL ya enggak apa-apa, tapi tertib. Sehingga tidak maju-majuan ke depan, itulah namanya sifat pedagang namanya selalu ingin di depan," kata Andri. (K/10/2016)

Makna yang terbentuk dari proses reduplikasi maju-majuan adalah resiprokal atau diartikan sebagai saling maju-maju : (6a) "Kalaupun ada PKL ya enggak apa-apa, tapi tertib. Sehingga tidak saling majumaju ke depan, itulah namanya sifat pedagang namanya selalu ingin di depan," kata Andri. Perubahan bentuk maju menjadi majumajuan juga menyebabkan adanya penambahan fonem pada proses morfofonemik. Sufiks {-an} yang melekat pada maju maju menyebabkan adanya penambahan fonem dalam pengucapan. Hal tersebut terjadi karena pertemuan antara bentuk maju-maju yang memiliki akhiran fonem vokal /u/ dengan morfem {-an} yang memiliki awalan fonem vokal /a/, sehingga terjadi penambahan fonem /w/ untuk memudahkan penutur bahasa dalam mengucapkan maju-majuan: /maju-maju/ + /an/ /maju-maju w an/. 3.3 Proses Komposisi Kata Maju Beserta Turunannya Peneliti menemukan dua bentuk konstruksi komposisi yang berasal dari kata maju, yaitu komposisi konstruksi Kata Kerja-Kata Benda (KK-KB), dan komposisi konstruksi Kata Kerja-Kata Kerja (KK-KK). 3.3.1 Komposisi Konstruksi Kata Kerja- Kata Benda (KK-KB) Perluasan bentuk maju menjadi maju masa mengubah kategori verba menjadi nomina, di mana kata maju merupakan sebuah verba atau kata kerja, sedangkan masa berkategori sebagai nomina atau kata benda.penggabungan dua leksem berupa verba (KK) dengan nomina (KB) menyebabkan terbentuknya konstruksi nomina (KB) dalam komposisi. Berikut adalah konstruksi dari komposisi maju masa: maju(kk)+masa(kb) maju masa(kk-kb) Maju masa dalam KBBI Daring V memiliki makna pembubuhan tanggal pada cek yang lebih kemudian dari tanggal sebenarnya. Komposisi maju masa bukan merupakan frasa karena maju masa tidak dapat disisipi, kata apa pun, seperti *maju yang masa, *maju untuk masa, *maju bersama masa, dan contoh lainnya. Selain itu maju masa juga tidak dapat dipertukarkan menjadi *masa maju, serta unsurnya tidak dapat dimodifikasi atau diafiksasikan. Ketiga hal tersebut adalah bukti bahwa maju masa merupakan sebuah komposisi. 3.3.2 Komposisi Konstruksi Kata Kerja- Kata Kerja (KK-KK) Perluasan bentuk maju menjadi maju mundur tidak mengubah kategori verba (tetap berkategori verba), di mana kata maju merupakan sebuah kata kerja, sedangkan mundur juga sebagai kata kerja: maju(kk)+mundur(kk) maju mundur (KK-KK) Dalam pembahasan ini, maju mundur dapat berperan sebagai komposisi dan juga dapat berperan sebagai frasa. Maju mundur dikatakan sebagai frasa karena dapat disisipi dengan kata lain seperti maju dan mundur, maju atau mundur. Selain itu, maju mundur juga dapat dipertukarkan posisinya menjadi mundur maju, hasil pertukaran posisi tersebut tidak merusak makna. Namun pada konstruksi ketakterluasan maju mundur dikatakan sebagai komposisi, karena kedua unsurnya yaitu maju mundur dapat diperluas menjadi memajumundurkan. Pada proses ketakterbalikan (maju mundur menjadi mundur maju), mundur maju dalam KBBI

Daring V memiliki dua buah makna, 1) makna sebagai frasa mundur maju, yaitu bermakna bergerak (berjalan) maju dan mundur ; 2) makna sebagai komposisi mundur maju, yaitu ragu-ragu atau tidak tetap hati; bimbang. Sedangkan dalam pencarian makna di KBBI Daring V, makna maju mundur tidak ditemukan, namun dalam pengumpulan data peneliti menemukan kalimat-kalimat yang di dalamnya terdapat frasa dan komposisi maju mundur yang memiliki makna sesuai dengan mundur maju di KBBI Daring V. Berikut adalah dua kalimat yang ditemukan oleh peneliti: (7) Sejauh ini Pemerintah masih maju mundur dalam memutuskn kebijakan terkait konsumsi BBM. (K/03/11) (8) Pencuri semakin panik, dia hanya bisa maju mundur di tengah keramaian jalan. (VN/01/16) Berdasarkan kedua kalimat (7-8), maju mundur memiliki makna yang berbeda sesuai dengan konteks kalimat masingmasing. Pada kalimat (7) maju mundur merupakan komposisi karena memiliki makna baru yaitu ragu-ragu, sedangkan pada kalimat (8) maju mundur bertindak sebagai frasa, karena tidak memunculkan makna baru, selain itu maju mundur dalam kalimat (60) juga dapat disisipi kata lain: (7a) Sejauh ini Pemerintah masih ragu-ragu dalam memutuskan kebijakan terkait konsumsi BBM. (8a) Pencuri semakin panik, dia hanya bisa berjalan maju dan mundur di tengah keramaian jalan. Perbedaan kedua kalimat (7-8) yaitu makna ragu-ragu (7a) merupakan kategori ajektiva atau kata sifat, yang menggambarkan keadaan subjek. Sedangkan makna maju dan mundur pada (8a) merupakan kategori verba yang menggambarkan apa yang sedang dilakukan Subjek. Jadi, simpulan dari hasil analisis komposisi yang berasal dari kata maju ada dua, yaitu komposisi maju masa (KK-KB) dan komposisi yang juga dapat berstatus frasa, yaitu komposisi maju mundur (KK-KK). BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka didapatkan simpulan sebagai berikut: 1. Bentuk afiks yang ditemukan pada penelitian ini ada empat macam, antara lain: prefiks ({men- /di-},{se-}, {ter-}); sufiks ({-an}, {-in},{-kan}, {-nya}); konfiks ({ke-an}, {pen-an}, dan {senya}), dan kombinasi afiks ({ber-an}, {berke-an}, {men-i / di- I}, {men-kan / di-kan}, {memper-kan / diper-kan}, {ter-kan}). Proses afiksasi baik berupa prefiks, sufiks, konfiks, maupun kombinasi afiks, menyebabkan perubahan bentuk, dan makna. Makna yang muncul akibat adanya afiksasi bergantung pada jenis afiks yang membentuknya. 2. Reduplikasi pada kata maju ada dua macam reduplikasi, yaitu reduplikasi seluruh, dan reduplikasi yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Makna reduplikasi bergantung dengan reduplikasi bentuk dasar yang membentuknya. 3. Komposisi yang berasal dari kata maju ditemukan sejumlah dua konstruksi, yaitu konstruksi (KK-KB) dan konstruksi (KK-KK). Makna komposisi tidak bergantung dari makna unsur-unsur pembentuknya, karena makna yang terbentuk merupakan makna baru yang berbeda dengan makna asli dalam unsurunsur pembentuknya.

DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka. Azizah, Nur. 2017. Proses Morfologis Kata Minta dan Sinonimnya. Skripsi (S1) Universitas Diponegoro, Semarang. Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Asdi Mahasatya..2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2012. Jakarta: Balai Pustaka. Kbbi.kemdikbud.go.id. (diakses tanggal 15 Agustus 2017) Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi. Munandar, Yusuf. 2016. Afiks Pembentuk Verba Bahasa Sunda. Jurnal Humanika Vol. 1, No. 16. (diunggah tanggal 07 Maret 2016,diunduh tanggal 02 Agustus 2017) Muslich, Masnur. 2010. Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Jakarta: Bumiaksara. Pessiwarissa, Leonora farilyn. 2013. Morfologi Verba Bahasa Melayu Ambon (BMA). Tesis (S2) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. (diunggah tanggal 24 Maret 2016, diunduh tanggal 02 Agustus 2017) Putra, Wahyu Dwi dkk. 2016. Proses Morfologis Pembentukan Kata Ragam Walika. Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 7, No. 1. (diunggah tanggal 30 Juni 2016, diunduh tanggal 02 Agustus 2017) Ramlan, M. 2009. Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono. Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Morfologi. Bandung: Penerbit Angkasa. Tea, Romel. 2014. Media Online: Pengertian dan Karakteristik. http://romeltea.com/media-onlinepengertian-dan-karakteristik/ (diunggah tanggal 14 April 2014, diakses tanggal 15 Agustus 2017) Yasiroh, Nasiatun. 2013. Proses Morfologis Bahasa Melayu Palembang. Skripsi (S1) Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. (diunggah tanggal 01 Juli 2015, diunduh tanggal 02 Agustus 2017)