untuk mendorong perkembangan UKM (Tambunan : 2009). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tahun 2015 jumlah pengangguran di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usaha atau suatu bisnis dapat mengambil keputusan dengan tepat.

BAB I PENDAHULUAN. 97% tenaga kerja Indonesia, terutama dalam mikro ekonomi yang mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang undang. Usaha kecil adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data tahun 2017 pada Dinas Koperasi dan hingga triwulan III tahun 2017 jumlah UMKM Binaan terus

BAB I PENDAHULUAN. ikut serta bersaing dalam memajukan perekonomian di Indonesia. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UKM juga berperan dalam perindustrian

BAB 1 PENDAHULUAN. lapangan kerja yang berimbas pada meningkatnya income per kapita dan ikut

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang berasal dari daerah tersebut. berdasarkan data dari

BAB I PENDAHULUAN. diri sebagai katup pengaman, dinamisator, stabilisator perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi saat ini perekonomian mempunyai peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha merupakan penggerak nomor satu ekonomi negara. Di Indonesia, berpengaruh baik dalam penggerak perekonomian negara.

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis (perusahaan) merupakan suatu organisasi yang menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian dunia sedang menuju era globalisasi di mana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Bab I PENDAHULUAN. untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas prosesnya guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi management accounting. Literatur cost accounting, menjelaskan 2

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT PAHALA FURNITURE SEMINAR PENULISAN ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu keberhasilan suatu pemerintah bisa dilihat dari bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi yang terjadi saat ini akan menjadi suatu. tantangan bagi perekonomian Indonesia karena pada kenyataannya Usaha

ANALISIS PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BLANGKON DENGAN METODE FULL COSTING

ARTIKEL PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM RANGKA MENENTUKAN HARGA JUAL TAHU PADA UD. MAJU JAYA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. dalam menurunkan angka pengangguran nasional. yang memiliki proporsi unit usaha terbesar adalah sektor (1) Pertanian,

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya persaingan yang ketat khususnya dalam sektor ekonomi. Perusahaan

BAB II TARGET DAN LUARAN

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dengan demikian industri kecil dan rumah tangga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat

BAB I PENDAHULUAN. dalam artian agar biaya yang dikeluarkan tidak lebih tinggi dari manfaat yang. memproyeksikan laba yang ingin dicapai.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

Nama : Anita NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Rully Movizar SE, MMSI.

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan para

PPWWIPLBAB I PENDAHULUAN mengalami pertumbuhan sebesar 6,1% dibanding tahun seperti yang digambarkan pada Gambar 1.1 di bawah ini.

BAB I PENDAHULUAN. industri. Kenapa sektor industri dituntut untuk selalu berkembang? Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mau memberi dampak yang sangat besar terhadap kehidupan bangsa terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

BAB I PENDAHULUAN. kecil dan menengah. Untuk itu pihak manajemen dalam sebuah perusahaan perlu

Analisis Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus: PT. Insan Muda Berdikari (IMB)) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan. Dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan. produksi yang akan berpengaruh pada harga jual.

BAB I PENDAHULUAN. Susu olahan adalah salah satu jenis minuman yang. telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sudah sejak lama dan dikenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. impor gula. Kehadiran gula impor ditengah pangsa pasar domestik mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

ABSTRAK. Kata Kunci : Analisis profitabilitas Pelanggan, Activity Based Costing (ABC)

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan, baik yang bergerak di bidang jasa, produksi, manufacturing maupun perdagangan bertujuan untuk memperoleh laba yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan kebutuhan manusia yang terus meningkat, memaksa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah mudah bagi suatu perusahaan untuk dapat bertahan bahkan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Asean Economic Community (AEC) diberlakukan akhir 2015, Asean akan

BAB I PENDAHULUAN. usaha dengan jumlah paling besar dalam perekonomian di. Indonesia. Berdasarkan data tahun 2016 pada Dinas Koperasi dan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan. Hal itu, dikarenakan akuntansi biaya dapat membantu kelancaran

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. metode tradisional dalam menghitung harga pokok produksi. Metode tradisonal atau

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB I PENDAHULUAN. a) Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional. sedang kotorannya dipakai sebagai pupuk.

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas penduduk Indonesia masih menggantungkan hidup disektor pertanian. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tetapi dengan harga yang terjangkau oleh konsumen. Menurut Kismono

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kriteria Usaha. Kriteria No Uraian. > 300 Juta-2,5 Milyar 3

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi non-profit biasanya menggunakan pendapatan atas jasa yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

Endra M. Sagoro. Pendidikan Akuntansi FE UNY

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang berkualitas sesuai dengan keinginan konsumen, baik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keadaan krisis ekonomi seperti sekarang ini, setiap perusahaan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rintangan seakan ingin menguji kelayakan strategi pembangunan. masyarakat. Beratnya permasalahan ini memang sulit untuk ditawar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PAKAIAN ANAK-ANAK PEREMPUAN PADA KONVEKSI SINAR JAYA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan perawatan intensif untuk mempermudah mengamati

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. bisnis perhotelan ini dapat diawali dengan mengkaji dan memperbaiki sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini persaingan di dunia kerajinan batik semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Usaha kecil dan mengah (UKM) di berbagai Negara termasuk di Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) punya peranan yang sangat vital dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju. UMKM di Indonesia sangat diharapkan dapat terus berperan optimal dalam penyerapan tenaga kerja untuk menanggulangi angka penggangguran. Data BPS menyatakan bahwa jumlah UKM terus meningkat dan tetap mendominasi jumlah perusahaan. Sudah sejak awal era orde baru hingga sekarang pemerintah Indonesia begitu banyak menjalankan program untuk mendorong perkembangan UKM (Tambunan : 2009). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tahun 2015 jumlah pengangguran di Indonesia meningkat 300 ribu orang, sehingga total mencapai 7,45 juta orang. Wakil Walikota Dumai, H. Agus Widayat (2012) mengatakan bahwa UMKM dapat mengatasi masalah perekonomian serta menciptakan peluang kerja yang cukup besar sehingga sangat membantu upaya Pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran dikota Dumai. Menteri Koperasi dan UKM, Syarif Hasan (2011) mengatakan bahwa di tahun 2009 jumlah UMKM berkisar 52,8 juta unit usaha, maka pada 2011 sudah bertambah menjadi 55,2 juta unit. Setiap UMKM rata-rata menyerap 3-5 tenaga kerja, dengan adanya penambahan sekitar 3 juta unit maka tenaga kerja yang terserap bertambah 15 juta orang. Hal ini mencerminkan peran serta UKM 1

2 terhadap laju pertumbuhan ekonomi memiliki signifikansi cukup tinggi bagi pemerataan ekonomi Indonesia karena memang berperan banyak pada sektor riil. UKM di Indonesia masih lemah dalam banyak hal, termasuk lebih berpusat pada produksi berteknologi rendah (Tambunan : 2009). Kelemahan lainnya yang dimiliki UKM adalah penghitungan akuntansi yang masih tradisional terutama dalam menghitung harga pokok produksi, Paridipta (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa UKM Wingko Babat Pak Sumardi dalam penghitungan harga pokok produksi masih menggunakan cara penghitungan yang sederhana. Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan, total biaya sebulan menurut penghitungan UKM adalah Rp 43.952.500,00 dengan produksi sebulan 150.000 wingko diperoleh harga pokok produksi sebesar Rp 293,00. Hasil penghitungan yang dilakukan Paridipta (2014) adalah Rp 45.828.500,00 untuk total biaya sebulan dengan jumlah produksi sebulan 150.000 dan diperoleh harga pokok produksi Rp 306,00. Penelitian yang dilakukan oleh Septian (2010) menunjukan hal yang sama, yaitu Perhitungan biaya yang dibebankan kurang tepat karena adanya biaya yang belum dipisahkan dan dibebankan ke produk, sehingga harga pokok produksi yang dihitung juga kurang tepat. Harga pokok produksi yang dihitung oleh PT Tri Cakrawala Adiguna menjadi lebih rendah. Harga pokok produksi yang kurang tepat tersebut akan mempengaruhi manajemen dalam pengambilan keputusan dan tingkat keuntungan yang diharapkan berdasarkan harga jual yang telah ditetapkan.

3 Direktur Utama PT Timah (Persero) Tbk, Sukrisno (2015) mengatakan efisiensi harus selalu ditekankan dengan harga pokok produksi US$ 15.000 per ton jika harga produk US$ 16.000 per ton masih untung. Sekretaris Perusahaan Timah, Nugroho (2013) mengatakan laba bersih ditentukan harga pokok produksi sementara harga pokok sangat ditentukan produksi, semakin tinggi produksi semakin kecil harga pokok. Sebelumnya biaya pokok produksi sangat bergantung pada pembelian hasil produksi dari pihak ketiga atau penambang lokal. Salah satu instrumen untuk mendorong petani tetap menanam tebu seperti yang dikatakan oleh Yudi Wahyudi, PBT Ahli Dirat Tanaman Semusim dan Rempah adalah adanya jaminan harga terutama pada saat masa puncak produksi, yang dituangkan dalam bentuk harga pokok produksi gula melalui Keputusan Pemerintah. Sehingga diperlukan patokan HPP untuk melindungi petani dimana salah satu komponen untuk menentukan HPP gula adalah harga pokok produksi gula petani. Oleh sebab itu diperlukan harga gula yang wajar bagi petani agar petani tetap bergairah dalam menanam tebu. Harga pokok produksi dapat diartikan sebagai jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproses bahan baku menjadi barang jadi dalam periode tertentu. Harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Manajemen harus mempunyai perencanaan yang matang agar dapat menetapkan harga pokok produksi yang tepat, sehingga tidak salah dalam menentukan harga (Mulyadi, 2009:16).

4 Harga pokok produksi akan menjadi acuan manajemen dalam menentukan harga jual seperti yang dikatakan oleh mantan direktur BULOG Lely Pelitasari Soebekty (2015), jika terlalu tinggi dalam menentukan harga pokok produksi berdampak pada tinggi harga ditingkat penjual. Harga pokok produksi yang rendah pun akan menurunkan harga produk seperti yang terjadi pada saat mentri perdagangan, Muhammad Lutfi (2014) menetapkan harga pokok gula terlalu rendah yang mengakibatkan harga gula menurun. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Asep Muhammad Nabawi (2012) menyatakan harga jual didasarkan pada harga pokok produksi positif terhadap harga jual. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Derya (2007) menyatakan bahwa dengan bantuan metode ABC, perusahaan menyadari bahwa biaya produknya lebih rendah dari biaya yang didapat dari biaya proses. Hassan (2015) dalam penelitiannya mengatakan hal yang sama bahwa sistem ABC dapat membuat perusahaan mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari profabilitas produk mereka Mengingat pentingnya penetapan harga pokok produksi yang akurat sebagai dasar penetapan harga jual, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada pabrik keripik singkong Sari Asih dengan judul ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL.

5 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memperjelas dan mempertegas masalah yang akan dibahas, maka penulis membatasi masalah sesuai dengan judul, sehingga penelitian dapat dilakukan secara lebih terarah. Adapun ruang lingkup yang akan dibahas oleh penulis yaitu: 1. Perhitungan harga pokok produksi jika menerapkan sistem activity based costing untuk menentukan harga jual pada pabrik keripik sibngkong Sari Asih. 2. Perhitungan harga pokok produksi jika menerapkan sistem full costing untuk menentukan harga jual pada pabrik keripik sibngkong Sari Asih. 3. Perbedaan antara perhitungan harga pokok produksi melalui metode full costing jika dibandingkan dengan menerapkan sistem activity based costing dalam menentukan harga jual. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari, mengevaluasi, mengumpulkan data sesuai dengan pembahasan yang diteliti, kemudian data yang telah terkumpul diolah, dianalisis, dan disajikan interpretasinya.

6 Sedangkan tujuan penulis dalam melakukan penelitian pada pabrik keripik singkong Sari Asih ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai : 1. Perhitungan harga pokok produksi jika menerapkan sistem activity based costing untuk menentukan harga jual pada pabrik keripik singkong Sari Asih. 2. Perhitungan harga pokok produksi jika menerapkan sistem full costing untuk menentukan harga jual pada pabrik keripik singkong Sari Asih. 3. Perbedaan antara perhitungan harga pokok produksi melalui metode full costing jika dibandingkan dengan menerapkan sistem activity based costing dalam menentukan harga jual. 1.4 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis di pabrik keripik singkong Sari Asih ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi banyak pihak, antara lain sbb : 1. Kegunaan Pengembangan Ilmu Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan akuntansi, khususnya pada akuntansi biaya yaitu harga pokok produksi dan pengaruhnya terhadap penentuan harga jual

7 2. Kegunaan operasional : a. Bagi Pemilik Usaha Dapat memberikan pemecahan masalah bagi pemilik usaha, dan sebagai acuan bagi usahanya dalam meningkatkan efesiensi dan efektifitas kegiatan operasional usaha khususnya dalam menentukan harga jual dengan menghitung harga pokok produksi. b. Bagi Pihak Lain Dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan, dan bahan kepustakaan atau sebagai bahan penelitian lebih lanjut. c. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, serta pengalaman yang lebih mendalam mengenai harga pokok produksi sesuai dengan ilmu akuntansi biaya.

8 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di pabrik keripik singkok Sari Asih Jalan Cibangbangan Gamblung Kampung Babakan Situ Cileunyi Wetan Kecamatan Cileunyi. Tabel 1.1 Agenda Penelitian NO KEGIATAN MARET APRIL MEI JUNI JULI 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penentuan judul 2 Pengajuan Judul Pengajuan Surat 3 Izin Penelitian 4 Penelitian Menyusun 5 Laporan 6 Bimbingan 7 Persiapan Sidang