PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA KELAS IV SD/MI Moh. Shofan 1 Cholis Sa dijah 2 Slamet 3 FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No 5 Malang ABSTRAK : Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan modul pembelajaran bilangan bulat dengan pendekatan kontekstual untuk siswa kelas IV SD/MI. Prosedur pengembangan terdiri dari : (1) analisis pendahuluan, (2) penyusunan modul, (3) validasi dan revisi. Dari analisis uji rata-rata yang dilakukan, modul yang dikembangkan cukup valid, dan layak digunakan sebagai bahan ajar untuk membantu siswa dan guru pada proses pembelajaran. Kata Kunci: modul, pendekatan kontekstual, bilangan bulat. Matematika merupakan ilmu yang terstruktur dan terorganisasi. Konsepkonsep dalam matematika tersusun secara hirarkis, logis dan sistematis (Suherman 2010:25). Salah satu materi penting dalam matematika dan banyak penerapannya dalam kehidupan sehari-hari adalah bilangan bulat (Legowo, 2012: 1). Dalam kurikulum berbasis kompetensi (KTSP) bilangan bulat menjadi salah satu pokok bahasan pada kelas IV semester II SD/MI. Bilangan bulat termasuk materi dasar (awal) yang harus dikuasi oleh siswa, sebelum mempelajari materi yang lainnya dalam matematika, karena materi atau konsep bilangan bulat digunakan pada materi yang lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari bilangan bulat digunakan untuk menunjukkan ukuran tinggi atau rendahnya suhu pada termometer, kedalaman air dari permukaan, tingginya gunung dari permukaan air laut, laba, rugi, dan masih banyak lagi yang lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, pembelajaran matematika hendaknya dapat mengaitkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata, sehingga dapat memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep belajar yang sejalan dengan hal tersebut adalah pendekatan kontekstual, yaitu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya pelibatan lingkungan alamiah dalam proses belajar. Karakter dan kemampuan siswa dalam belajar berbeda-beda, sehingga tidak semua siswa dapat dilayani kebutuhannya secara individu. Salah satu model pembelajaran yang dapat mewadahi kebutuhan siswa secara mandiri adalah pembelajaran individual menggunakan modul. Oleh karena itu, dilakukan pengembangan modul dengan pendekatan kontekstual. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pengembangan yang dilakukan adalah untuk mendeskripsikan langkah dan hasil pengembagan modul pembelajaran bilangan bulat dengan pendekatan kontekstual untuk siswa kelas IV SD/MI. Modul ialah suatu kesatuan yang utuh, terdiri dari serangkaian kegiatan belajar, yang secara nyata telah memberikan hasil belajar yang efektif dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara jelas dan spesifik (Mbulu. 2001: 89). Modul mempunyai karakteristik: (1) memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung kepada pihak lain (self instruction), (2) memuat seluruh materi yang dibutuhkan dalam pembelajaran (Self Contained), (3) tidak 1 Moh. Shofan Mahasiswa Jurusan Matematika, Universitas Negeri Malang, email: moh.shofan@yahoo.com 2 Cholis Sa dijah, Pembimbing 1 3 Slamet, Pembimbing 2
tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media lain (berdiri Sendiri/Stand Alone), (4) memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi (adaptif), (5) bersahabat/akrab dengan pemakainya (user friendly) (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.2008:4). Dalam penelitian ini, modul ada modifikasi dari pengertian tersebut, yaitu modul digunakan di kelas. Pada awal pembelajaran siswa belajar menggunakan modul, tetapi pada pembahasan tetap secara klasikal. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan, dengan situasi dunia nyata siswa dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu: konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (autentic assesment) (Nurhadi.2009:37). Adapun cirinya menurut Siswono (2002:52) adalah pemahaman konsep dan pemecahan masalah sebagai prioritas, siswa mengalami proses pembelajaran secara bermakna dan memahami dengan penalaran, membangun pengetahuan baru siswa dari pengalaman dan pengetahuan awal, dan ditekankan pada penyelesaian masalah yang tidak rutin. Modul yang dikembangkan dalam penelitian ini mempunyai karakteristik perpaduan antara pembelajaran menggunakan modul dengan pembelajaran kontekstual. Adapun karakteristik tersebut adalah sebagai berikut. 1) Penyampaian materi didahului dengan masalah kontekstual yang telah dikenal siswa, selanjutnya diarahkan menuju konsep Matematika. 2) Kegiatan yang disajikan membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan 3) Kegiatan yang disajikan tidak menekankan pada penghafalan rumus atau strategi khusus melainkan penalaran dan pemahaman dalam pemecahan masalah. 4) Adanya pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi pemahamannya tentang materi yang akan disajikan. 5) Adanya kegiatan yang memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran, misalnya melalui kegiatan peragaan pada pemodelan, intruksi bertanya dan menjawab. 6) Terdapat rangkuman yang harus diisi, dan kesan siswa setelah mempelajari materi (kemudahan/kesulitan yang dialami) sebagai bentuk refleksi. 7) Adanya kunci jawaban untuk soal-soal latihan, dan evaluasi sehingga siswa dapat menilai kemampuannya secara mandiri. 8) Penilaian pembelajaran dilakukan selama proses pembelajaran yaitu hasil belajar siswa, dan proses belajar siswa melalui catatan harian dan penilaian sesudah proses pembelajaran berupa umpan balik, dan 9) Adanya umpan balik dan tindak lanjut pada modul, sehingga mempermudah dalam melakukan perbaikan. METODE PENGEMBANGAN Dalam mengembangkan modul diperlukan langkah-langkah tertentu sebagaimana tujuan yang ingin dicapai, rangkaian isi pembelajaran, dan kriteria yang berlaku dalam pengembangan pembelajaran. Menurut Parmin (2012:10) terdapat lima kriteria dalam pengembangan modul, yaitu; 1) memandu siswa untuk dapat belajar mandiri, 2) memuat rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara maksimal, 3) isi pembelajaran dimuat secara lengkap dan dapat memberikan siswa kesempatan untuk belajar, 4) dapat mengontrol kegiatan belajar
siswa, dan 5) dapat memberikan masukan dan petunjuk serta informasi balikan tingkat kemajuan siswa. Dalam penelitian ini, model pengembangan modul pembelajaran matematika pokok bahasan bilangan bulat dengan pendekatan kontekstual untuk siswa SD/MI kelas IV mengadaptasi modul yang dikembangkan oleh Universitas Terbuka. Format modul terdiri dari : (1) halaman sampul, (2) daftar isi, (3) petunjuk mempelari modul, (4) pendahuluan, (5) kegiatan belajar (standart kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, materi yang telah dipelajari ringkasan, evaluasi materi, umpan balik dan tindak lanjut), (6) refleksi, (7) kunci jawaban, dan (8) daftar rujukan. Prosedur pengembangan modul terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : (1) analisis pendahuluan (mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan modul, meliputi pengertian, karakteristik, komponen, prosedur pengembangan, kelebihan dan kekurangan modul), (2) penyusunan modul (menentukan materi, pokokpokok bahasan, tujuan pembelajaran, menyusun isi, perangkat evaluasi dan kelengkapan modul), dan (3) validasi dan revisi (menentukan desain validasi, validator, jenis data yang digunakan, instrumen pengumpulan data, proses validasi, analisis data dan revisi modul). Modul disusun dengan tahapan sebagai berikut: (1) menentukan materi, (2) merumuskan tujuan pembelajaran, (3) menyusun kegiatan belajar, (4) menyusun perangkat evaluasi, dan (5) menyusun kelengkapan modul. Uji coba pengembangan modul ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama, dilakukan oleh satu orang dosen dengan kriteria minimal berpendidikan S2 pendidikan matematika/ matematika yang ditunjuk oleh tim validator, dua orang guru SD/MI dengan kriteria berpendidikan minimal S1 dan berpengalaman mengajar minimal 5 tahun, dan dua orang mahasiswa jurusan matematika semester akhir, untuk memvalidasi modul. Uji coba tahap kedua, dilakukan oleh enam orang siswa SD/MI untuk memanfaatkan modul sebagai media belajar secara individual materi bilangan bulat untuk siswa kelas IV semester II, dengan prasyarat sudah mendapat materi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah. Dalam pengembangan modul ini data yang diolah terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif pada uji coba yang pertama data kualitatif diperoleh dari subyek uji coba terhadap modul berupa kritik, saran dan komentar. Sedangkan pada uji coba tahap dua data kualitatif dari subyek uji coba pada saat mengisi modul berupa jawaban. Data kuantitatif data kuantitatif diperoleh dari subyek uji coba pada tahap pertama dan kedua, berupa poin penilaian terhadap modul, sesuai kriteria penilaian yang telah ditentukan. Instrumen pengumpulan data dalam pengembangan ini berupa angket yang diberikan kepada subyek uji coba modul pada uji coba tahap pertama dan kedua. Analisis yang digunakan mengikuti pendapat Arikunto(2010:219) untuk menguji validitas setiap butir, maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total, dirumuskan sebagai berikut. Rentang dalam satu tingkatan ditentukan dengan menghitung rentang skor tertinggi dengan skor terendah dibagi dengan skor tertinggi, sehingga dari angket berskala empat yang digunakan diperoleh rentang 0,75, dengan kriteria validitas sebagai berikut.
Tabel 1 Kriteria validitas analisis nilai rata-rata Skor Ratarata Kriteria Validitas 3,26-4,00 Valid 2,51-3,25 Cukup valid 1,76-2,50 Kurang valid (direvisi) 1,00-1,75 Tidak valid (revisi total) Diadaptasi dari Arikunto, 1997. HASIL PENGEMBANGAN Penyajian Data Uji Coba Data hasil uji coba modul pada tahap pertama berupa hasil validasi yang diberikan subyek uji coba tehadap modul. Subyek uji coba tersebut terdiri dari lima validator, yaitu satu dosen matematika Universitas Negeri Malang, dua guru Madrasah Ibtida iyah, dan dua mahasiswa semester akhir Universitas Negeri Malang. Aspek penilaian dalam uji coba tahap pertama ini terdiri dari : (1) aspek materi, (2) aspek penyajian, (3) aspek bahasa, dan (3) aspek pendekatakan kontekstual. Adapun nilai rata-ratanya adalah sebagai berikut. Tabel 2 Data hasil uji coba modul tahap pertama No Aspek Penilaian Rata-rata 1 Materi 3,20 2 Penyajian 3,16 3 Bahasa 3,10 4 Pendekatan Kontekstual 3,06 Pada uji coba modul tahap kedua melibatkan enam siswa Madrasah Ibtida iyah kelas IV untuk memanfaatkan modul sebagai media belajar secara individual. Aspek penilaian dalam uji coba tahap kedua ini terdiri dari: (1) aspek penyajian, (2) aspek bahasa. Adapun nilai rata-ratanya adalah sebagai berikut. Tabel 3 Data hasil uji coba modul tahap kedua No Aspek Penilaian Rata-rata 1 Penyajian 3,07 2 Bahasa 3,17 Analisis Data Pada uji coba tahap pertama, aspek materi mempunyai rata-rata 3,2, sehingga dapat disimpulkan aspek materi berarti cukup valid, dan tidak perlu revisi. Aspek penyajian mempunyai rata-rata 3,16, sehingga dapat disimpulkan bahwa aspek penyajian berarti cukup valid, dan tidak perlu revisi. Aspek bahasa mempunyai rata-rata 3,1, sehingga dapat disimpulkan aspek bahasa berarti cukup valid, dan tidak perlu revisi. Aspek pendekatan kontekstual mempunyai rata-rata 3,06, sehingga dapat disimpulkan bahwa aspek pendekatan kontekstual berarti cukup valid, dan tidak perlu revisi. Pada uji coba tahap kedua aspek penyajian mempunyai rata-rata 3,07, dengan demikian aspek bahasa berarti cukup valid, dan tidak perlu revisi. Aspek bahasa mempunyai rata-rata 3,17, dengan demikian aspek bahasa berarti cukup valid, dan tidak perlu revisi.
Revisi Produk Setelah uji tahap pertama, modul direvisi sebagai berikut. 1) Perubahan bentuk soal pada nodul satu, kegiatan belajar 1, tepatnya tahapan cek pemahaman, yang semula berbentuk pilihan benar salah, menjadi bentuk obyektif (pilihan ganda). 2) Perbaikan keterangan gambar yang semula terlalu rapat/lebar. 3) Penambahan keterangan nama senjata yang digunakan angkatan laut (AU) yaitu terpedo. 4) Perbaikan huruf yang digunakan pada keterangan dan gambar. 5) Mengganti kata kerja mengambil yang berarti memindahkan benda (kepingan) dengan kata kerja menata, supaya tidak rancu dengan kata kerja mengambil yang berarti mengurangi. Sedangkan pada tahap dua modul mengalami revisi diataranya : (1) perbaikan nama warna rudal pada halaman 37 karena terbalik. (2) Memberikan keterangan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari modul pada masingmasing kegiatan belajar. (3) Mengganti keterangan kepala tabel pada halaman 20, yang semula lokasi menjadi nama. (4) Menyamakan banyaknya pilihan jawaban pada bagian cek pemahaman KAJIAN DAN SARAN Kajian Produk yang Telah Direvisi Komponen modul yang dikembangkan memiliki format sebagai berikut. (a) Halaman sampul, memuat identitas modul yang terdiri dari matapelajaran, materi pokok, jenjang pendidikan, kelas, nama penyusun, lembaga, penyusun, dan waktu mempelajari modul, (b) Daftar isi, memuat acuan untuk mencari halaman dari setiap bagian modul. (c) Petunjuk mempelari modul, berisi tata cara mempelajari, serta poin-poin yang akan dilalui dalam mempelajari modul (d) Pendahuluan, berisi informasi mengenai petunjuk bagi siswa dalam menggunakan modul, (e) Kegiatan belajar, berisi standart kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, rangkaian kegiatan yang mengantarkan siswa pada pemahaman konsep, penyajian materi secara formal, serta tugas-tugas, ringkasan (memuat inti sari yang telah dipelajari dalam modul), umpan balik dan tindak lanjut (berupa rumus untuk menentukan tingkat penguasaan materi serta informasi mengenai konversi nilai yang diperoleh berdasarkan tingkat penguasaannya), (f) Refleksi, berisi uraian yang harus diisi oleh siswa berupa respon/tanggapan setelah mempelajari modul, (g) Kunci jawaban berupa penyelesaian untuk setiap soal pada poin mari berlatih, cek pemahaman, dan uji kemampuan beserta cara mengerjakannya. (h) Daftar rujukan, merupakan acuan bagi siswa untuk menemukan sumber belajar yang relevan dengan materi yang dipelajari, Dari pengembangan yang dilakukan, modul kontekstual yang dihasilkan masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya sebagai berikut. 1) Pengembangan modul ini baru sampai pada tahap ujicoba kepada enam siswa Madrasah Ibtida iyah (MI), belum dilakukan ujicoba dalam kelompok besar atau satu kelas. 2) Siswa membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mempelajari keseluruhan modul, sedangkan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar/Madrasah Ibtida iyah pada semester dua/genap materi selain bilangan bulat juga banyak. 3) Kegiatan belajar siswa cenderung monoton karena siswa harus belajar menurut apa yang ada dalam modul. 4) Dari kecepatan belajar siswa yang berbeda, tidak semua siswa dapat memahami materi dengan baik dari membaca, sehingga membutuhkan bantuan guru untuk menjelaskan apa yang dimaksud dalam modul. 5) Tugas guru dalam pembelajaran semakin bertambah, karena harus menyiapkan
modul untuk setiap siswa, sehingga memerlukan biaya relatif banyak, serta melakukan penilaian proses terhadap siswa setiap pembelajaran berlangsung. Saran Pemanfaatan Untuk memanfaatkan hasil pengembangan ini, disarankan beberapa hal sebagai berikut. 1) Penggunaan modul hendaknya disesuaikan dengan apa yang telah direncanakan (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). 2) Penggunaan modul hendaknya disesuaikan dengan kondisi Sekolah/Madrasah yang ada. 3) Dalam menggunakan modul ini hendaknya setiap satu kegiatan belajar diselesaikan dalam satu kegiatan pembelajaran. Saran Pengembangan Lebih Lanjut Untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut, diharapkan: (1) adanya tindak lanjut pengembangan modul untuk materi yang lain, (2) subyek penelitian sebaiknya dilakukan pada subyek yang lebih luas, baik itu siswa maupun sekolah yang digunakan sebagai kelompok uji coba, (3) adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keefektifan modul kontekstual apabila diterapkan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar/Madrasah Ibtida iyah, (4) adanya penggunakan pendekatan lain dalam mengembangkan modul sehubungan kelemahan modul kontekstual. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. Bumi Aksara. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2008. Teknik Penyusunan Modul. http://download.smkn1-majalengka.sch.id. Diakses 27 juli 2012. Karim, Muhtar.A, dkk. 2007. Pendidikan Matematika II. Jakarta:Universitas Terbuka. Legowo,s. 2012. Penerapan Teori Bilangan Bulat dalam Pemeriksaan Keabsahan Nomor IBAN.http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2012-2013/Makalah2012/Makalah-IF2091-2012-062.pdf. Diakses 14 Pebruari 2013 Mbulu, Joseph.2001. Pengajaran Individual. Malang. Yayasan Elang Emas. Nurhadi.dkk. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Malang:Universitas Negeri Malang. Parmin, E.Peniati.2012. Pengembangan Modul Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar IPA Berbasis Hasil Penelitian Pembelajaran. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. (Online), 1 (1) (2012) 8-15, (http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii), diakses 20 Maret 2013 Siswono, Tatang.Y.E.2002. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Kontekstual. Jurnal Nasional MATEMATIKA, Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, Jurnal Nasional MATEMATIKA, Jurnal Matematika atau Pembelajarannya,(online), VIII. ISSN: 0852-7792,(http://www.um.ac.id), diakses 20 Maret 2013 Suherman, E. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.